Anda di halaman 1dari 27

POLA ASUH DALAM

KELUARGA

 Present by SOSILIA KARISTIN


PENGERTIAN POLA ASUH ORANG
TUA
 suatu proses interaksi antara orang tua dan
anak, yang meliputi kegiatan seperti
memelihara, mendidik, membimbing serta
mendisplinkan dalam mencapai proses
kedewasaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
JENIS-JENIS POLA ASUH ORANG
TUA
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik
anak yang dilakukan orang tua dengan
menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-
batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa
kompromi dan memperhitungkan keadaan anak.
Orang tualah yang berkuasa menentukan segala
sesuatu untuk anak dan anak hanyalah objek
pelaksana saja. Jika anak membantah, orang tua
tidak segan-segan akan memberikan hukuman,
biasanya hukumannya berupa hukuman fisik.
DAMPAK POLA ASUH OTORITER
 Memiliki keterampilan sosial yang buruk
 Takut berpendapat dan sulit menentukan keputusan
 Tingkat harga diri anak menjadi lebih rendah
 Kurang merasakan aman dan mendapat kasih sayang
 Tidak merasa bahagia sehingga mengganggu
kesehatan mentalnya
 Munculnya masalah perilaku pada anak jika orangtua
cenderung menggunakan kekerasan sebagai hukuman
 Anak akan menganggap bahwa kekerasan merupakan
hal yang normal
 Melampiaskan kemarahan di luar rumah bahkan dapat
berperilaku agresif terhadap teman-temannya
2. POLA ASUH DEMOKRATIS

Pola asuh demokratis merupakan suatu


bentuk pola asuh yang memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namun
kebebasan itu tidak mutlak, orang tua
memberikan bimbingan yang penuh
pengertian kepada anak.
Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada
anak untuk mengemukakan pendapat,
melakukan apa yang diinginkannya dengan
tidak melewati batas-batas atau aturan-
aturan yang telah ditetapkan orang tua
DAMPAK POLA ASUH
DEMOKRATIS
 ANAK MEMPUNYAI JIWA BERTANGGUNG
JAWAB
 PERCAYA DIRI
 KREATIF
 INISIATIF
 MAMPU MENYESUAIKAN DIRI
 PATUH TERHADAP ATURAN
3.POLA ASUH PERMISIF

Pola asuh permisif yaitu orang tua serba


membolehkan anak berbuat apa saja. Orang
tua membebaskan anak untuk berperilaku
sesuai dengan keiginannya sendiri. Orang tua
memiliki kehangatan dan menerima apa
adanya. Kehangatan, cenderung
memanjakan, dituruti keinginnannya.
DAMPAK POLA ASUH PERMISIF

 KURANGNYA KASIH SAYANG


 KURANGNYA PERHATIAN
 KURANGNYA KEDISIPLINAN
 KERAS KEPALA
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI POLA ASUH
ORANG TUA
1. Latar belakang pola pengasuhan orang tua
Maksudnya para orang tua belajar dari
metode pola pengasuhan yang pernah
didapat dari orang tua mereka sendiri.
2. Tingkat pendidikan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi berbeda pola
pengasuhannya dengan orang tua yang
hanya memiliki tingkat pendidikan yang
rendah.
3. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua
Orang tua yang cenderung sibuk dalam
urusan pekerjaannya terkadang menjadi
kurang memperhatikan keadaan anak-
anaknya. Keadaan ini mengakibatkan fungsi
atau peran menjadi “orang tua” diserahkan
kepada pembantu, yang pada akhirnya pola
pengasuhan yang diterapkanpun sesuai
dengan pengasuhan yang diterapkan oleh
pembantu.
4. Lingkungan sosial dan fisik tempat dimana
keluarga itu tinggal
Pola pengasuhan suatu keluarga turut
dipengaruhi oleh tempat dimana keluarga
itu tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal
di lingkungan yang otoritas penduduknya
berpendidikan rendah serta tingkat sopan
santun yang rendah, maka anak dapat
dengan mudah juga menjadi ikut
terpengaruh.
KONSEP PENGASUHAN ANAK
 Responding adalah merespon anak dengan
tepat. Anak sangat membutuhkan respon yang
tepat dan benar terhadap apa yang mereka
tanyakan atau mereka ketahui, sehingga
orang tua harus responding terhadap anaknya.
 Preventing adalah mencegah anak berperilaku
yang bermasalah atau beresiko. Orang tua
juga perlu preventing terhadap anak,
mencegah dan mengawasi anak agar tidak
berperilaku yang negatif atau beresiko
terhadap diri anak itu sendiri
 Monitoring adalah mengawasi anak
berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau
perhatian secara penuh. Pengawasan orang
tua terhadap anak yang berusaha beinteraksi
dengan lingkungannya sangat dibutuhkan,
jika interaksi yang terjadi negatif maka anak
itu akan berperilaku negatif pada orang tua
dan keluarganya.
 Mentoring adalah membantu secara aktif
dalam tindak anak atau pada peliku anak.
Membantu anak agar tidak berperilaku
negatif dengan memberikan pendidikan yang
baik dan benar terhadap anak dan anak-anak
akan berperilaku baik atau sopan.
 Modelling adalah menjadi orang tua sebagai
contoh yang positif pada anak. Orang tua
adalah modelling untuk anak-anak nya
sehingga menjadi orng tua dituntut untuk
selalu memberikan contoh yang baik pada
anak-anaknya.
POLA ASUH ANAK USIA DINI
YANG EFEKTIF
1. Orang Tua Memberikan Contoh yang Baik
Anak selalu melihat dan mencontoh apa yang
dilakukan oleh orang tuanya. Berikan contoh
yang baik agar anak tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang baik. Ajarkan anak
tentang perilaku yang seharusnya dan tidak
seharusnya. Berikan pujian atas tindakan anak
yang baik dan diskusikanlah dengan anak
apabila dia bertindak tidak baik. Berikan
pemaparan yang bisa dimengerti dengan
mudah agar anak tidak mengulangi hal
tersebut lagi.
2. Komunikasi Efektif
Pola Asuh Anak Usia Dini yang efektif juga
ditumpu oleh komunikasi efektif. Komunikasi
adalah kunci utama dari setiap hubungan.
Komunikasi yang intensif dan efektif membantu
perkembangan anak dari segi sosialnya.
Semakin sering orang tua berkomunikasi
dengan anak, anak menjadi lebih percaya diri,
lebih ceria, dan mempengaruhi kecerdasan
anak. Sering- seringlah ajak anak untuk
berkomunikasi bisa melalui menceritakan apa
yang dilakukan di sekolah, melatih anak
memberikan pendapat tentang hal hal di
sekitarnya, ataupun membuka pertanyaan
terbuka agar anak aktif bercerita.
3. Disiplin
Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam
mengasuh anak. Anda bisa mengajarkannya
dari hal hal kecil seperti merapikan
mainannya setelah digunakan, membersihkan
tempat tidur, menaruh barang pada
tempatnya dengan rapi, atau lainnya. Pola
disiplin ini sesuai dengan tahap usia anak.
Pada anak dengan usia sekolah, orang tua
bisa mengajarkannya membuat jadwal harian
dan memberikan reward misal stiker pada
kegiatan yang sudah dilakukan. Penerapan
pola disiplin membentuk anak untuk menjadi
pribadi yang mandiri.
4. Bersifat Terbuka dan Update
Perbedaan generasi orang tua dengan generasi
anak patut dipertimbangkan. Pada generasi
masa kini, banyak hal yang justru dulunya
dianggap tidak penting namun saat ini justru
berkembang baik. Berbagai profesi kreatif juga
bermunculan dan lebih memiliki prospek yang
tinggi dari hanya sekedar pegawai kantoran atau
pegawai negeri yang dulunya sangat diimpikan
semua orang tua.
Orang tua harus bersikap terbuka terhadap
keinginan, bakat, dan cita- cita anak. Orang tua
juga harus senantiasa mendukung dan membantu
anak dalam meraih cita- citanya. Semua itu
tentu tidak terlepas dari pengawasan orang tua.
5. Ajarkan Berbagi
Mengajarkan cara dan manfaat berbagi dengan orang
lain juga perlu ditanamkan sejak dini agar anak
tumbuh dengan tidak egois dan juga memperdulikan
orang lain. Kepuasan akan berbagi perlu dirasakan oleh
anak menjadi suatu hal yang membawa kebahagiaan
bagi dirinya maupun orang lain.

6. Orang Tua Harus Tegas


Hal ini hampir mirip dengan melatih kedisiplinan pada
anak. Terkadang anak saat menginginkan sesuatu
merasa harus dituruti, berlaku seenaknya, manja,
melakukan kesalahan disengaja, menangis tanpa
alasan, bertengkar dengan teman, atau situasi lainnya.
Orang tua harus tegas dan siap mengambil langkah
ketika situasi seperti ini terjadi.
7. Ayah dan Ibu Harus Kompak
Ayah dan ibu sebaiknya sering berdiskusi
mengenai tumbuh kembang anak. Tetapkan
nilai nilai dalam keluarga secara bersama.
Diskusikan setiap kebutuhan tumbuh
kembang anak Anda. Ayah dan Ibu harus
sependapat dan sejalan dalam mendidik
anak. Jangan sampai salah satu berkata
boleh dan yang satunya berkata tidak. Hal
tersebut bisa membuat anak Anda semakin
bingung. Kekompakan ayah ibu juga melatih
anak untuk baik dalam lingkungan
berkelompok dan kemampuan kerja sama
dengan orang lain yang lebih baik.
8. Orang Tua Harus Konsisten
Orang tua harus konsisten terhadap
ppenjelasan yang diberikan pada anak.
Misalnya apabila batuk tidak boleh minum es.
Namun ketika tidak batuk anak diperbolehkan
minum es sebanyak apapun. Berikan
penjelasan yang sesuai sehingga dalam
beberapa situasi Anda tidak perlu mencari
alasan- alasan lain untuk anak bisa mengerti.
Berikan penjelasan yang akurat dan
dimengerti anak. Dalam beberapa situasi yang
sama, pada akhirnya anak akan mengerti dan
bisa membedakan mana yang boleh dan mana
yang tidak tanpa harus memaksakan diri.
9. Berikan Pujian dan Sentuhan Sayang
Apabila anak berbuat baik, berikan
pujian, pelukan, atau ciuman agar anak
merasa senang dan bangga melakukan hal
tersebut. Penghargaan seperti demikian akan
memicu anak untuk melakukan hal- hal baik
lainnya. Perhatikan setiap respon yang
diberikan anak meski hal tersebut sangat
kecil, dan berikan pujian. Menurut penelitian
otak anak akan berkembang baik dari setiap
pujian yang diberikan orang tua dan
sebaliknya sel syaraf anak mengalami
kematian setiap anak dimarahi atau merasa
tertekan.
PESAN
 Hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk anak-
anak kita adalah mengizinkan mereka untuk
melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri,
mengizinkan mereka untuk menjadi kuat,
mengizinkan mereka untuk merasakan hidup
versi mereka sendiri.
 Biarkan mereka menjadi orang yang lebih
baik,dan biarkan mereka percaya pada diri
mereka sendiri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai