Anda di halaman 1dari 5

Pola asuh adalah cara orang tua mendidik anak (Hurlock).

Sedangkan Kohn menyebutkan


pola asuh adalah bagaimana cara mendidik orang tua tehadap anak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Selanjutnya Soegeng menyebutkan pola asuh adalah cara pendekatan orang
dewasa dalam memberikan bimbingan, arahan, pengaruh dan pendidikan supaya anak menjadi
dewasa dan mampu berdiri sendiri. Jadi pola asuh adalah cara orang tua dalam mendidik anak
agar dapat berkembang dan mandiri. Pola asuh atau parenting merupakan bagian terpenting
dalam pembentukan tingkah laku dan kecerdasan dari dalam diri seorang anak yang tentunya hal
ini adalah kewajiban bagi setiap orang tua dimanapun ia berada. Tugas seorang orang tua yang
memiliki anak, tidak cukup hanya dengan bertanggung jawab untuk merawat dan
membesarkannya saja. Ada begitu banyak tanggung jawab besar yang siap menanti anda di
depan. Adalah kewajiban mendidik anak dan mengasuh mereka agar kecerdasan dan karakter
serta perilaku yang baik tumbuh dalam diri mereka. Untuk itulah, pola asuh yang anda berikan
pada mereka akan berpengaruh pada pembentukan hal tersebut.

Pengasuhan dan pola asuh adalah dua hal yang berbeda yang penting sekali diketahui
para orang tua. Pengasuhan adalah hal yang mencakup proses menjaga dan merawat anak-anak
seperti diantaranya memberi makan, menjaga kesehatannya dan melindungi si kecil dari
ancaman dan bahaya yang bisa merenggut kehidupannya. Ada juga sosialisasi atau yang kita
kenal dengan mengajarkan tingkah laku yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
masyarakat, yakni pendidikan tentang bagaimana anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya
dimasyarakat dan yang terlahir adalah komunikasi. Semantara itu, berbeda dengan pola asuh
yang mana ini berarti adalah gaya atau cara pengasuhan tertentu yang dilakukan masing-masing
orang tua dan diterapkan secara konsisten terhadap buah hatinya. Pola asuh ini tentunya memiliki
maksud dan tujuan tertentu yang mana tidak heran jika antara satu orang tua dengan orang tua
yang lain memiliki pola pengasuhan anak yang berbeda-beda.
Setiap orang tua tentunya menginginkan jika buah hati yang dimilikinya tumbuh menjadi
seorang yang memiliki budi pekerti yang baik, memiliki jiwa sosialisasi yang baik dan memiliki
kecerdasan dan prestasi yang gemilang. Setidaknya inilah beberapa hal yang umum yang
seringkali menjadi harapan para orang tua. Sementara itu, dimasing-masing orang tua tentu
memiliki harapan yang lebih spesifik yang mereka simpan dalam benaknya pada diri anak-
anaknya. Untuk mencapai maksud dan tujuan inilah, maka diterapkan pola asuhan yang berbeda-
beda pada diri anak-anak. Misalkan orang tua A memiliki buah hati perempuan dan ia
menginginkan jika anaknya bisa menjadi seorang artis saat ia dewasa kelak, maka sudah sejak
dini pola asuh yang diberikan mencakup berbagai hal dasar yang bisa melatih kemampuan dan
kepercayaan diri dalam diri anaknya. Sementara orang tua B menginginkan jika anak laki-
lakinya menjadi dokter ditambah dengan bakat dan kemampuan otaknya yang gemilang, maka
orang tua B sudah sejak dini mengarahkan anaknya pada pelajaran yang menjurus dalam bidang
kedokteran.

Pada umumnya pola asuh yang seringkali diterapkan banyak orang tua terhadap anaknya
dibagi menjadi 4 macam pola asuh. Nah, bagi anda para calon orang tua, sebaiknya kita kenali
terlebih dahulu apa sajakah 4 macam pola asuh tersebut. Hal ini penting sekali kita ketahui
karena hal ini dapat berpengaruh besar pada kemampuan emosional, sosial dan intelektual si
buah hati.

Mengenal 4 Macam Pola Asuh yang Umumnya diterapkan Oleh Orang tua

1. Pola Asuh Authoritative (Pola Asuh yang Demokratis)

Gaya pengasuhan seperti ini menetapkan aturan dan pedoman untuk anak-anak mereka,
tapi tidak otoriter. Orang tua jauh lebih terbuka untuk mendengarkan perkataan anak dan
memahami kebutuhan mereka. Jika melanggar aturan, anak-anak akan ditegur dengan cara halus
dan tidak menggunakan kekerasan. Meski memantau dan mengawasi perilaku anak-anak, orang
tua tidak akan ikut campur dalam kehidupan anak misalnya ketika mencari teman. Orang tua
baru akan ambil langkah jika merasa anak dalam keadaan bahaya. Pola ini dianggap sebagai
gaya pengasuhan paling ideal dan paling umum dilakukan. Dalam pola asuh ini orangtua
cenderung memiliki kontrol tertinggi dalam kehidupan anak-anaknya, namun tidak  berarti orang
tua adalah pengendali dan pengatur kehidupan anak secara mutlak seperti apa yang mereka
inginkan. Dalam pola asuh ini hubungan antara orang tua dan anak amatlah hangat, sebab dalam
pola asuh ini orang tua membuat aturan dan bersikap tegas terhadap anak-anaknya namun tetap
fleksible, memberikan dukungan dan melatih anak-anak untuk mengatur diri mereka sendiri.
Tidak ada peraturan yang mengikat anak dengan begitu mutlak dimana perkataan dan perintah
orang tua dianggap perkataan Dewa yang mau tidak mau harus mereka lakukan.
Meskipun ada aturan dan ketentuan yang diberlakukan orang tua terhadap anak, orang tua
yang demokratis tetap memberikan ruang dan kebebasan anak-anaknya untuk mengeksplorasi
dan berkreasi dalam berbagai hal namun tetap dalam pengawasan orang tua. Pola asuh yang
demokratis seringkali melibatkan anak-anak dan anggota keluarga lain ketika akan ditetapkan
ketentuan baru dan sewaktu akan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kelangsungan
keluarga.

2. Pola Asuh Uninvolved (Pola Asuh yang Tidak Terlibat)

Dalam pola asuh ini, hubungan orang tua dan anak terlihat kurang hangat. Orang tua
cenderung menjaga jarak dan kurang tertarik serta pasif terhadap kehidupan anak, mengabaikan
emosi mereka, namun tetap menyediakan dan memperhatikan kebutuhan dasar anak-anak.
Seperti halnya, makanan, baju, seragam, pendidikan, rumah dan lain sebagainya. Dalam pola
asuh uninvolved, orang tua cenderung tidak peduli terhadap respon dan reaksi yang diberikan
anak, yang terpenting adalah mereka sudah memberikan dan memenuhi tanggung jawab serta
kewajiban mereka. Contohnya, ketika pagi hari tiba dan anak-anak hendak pergi ke sekolah
orang tua akan menyediakan peralatan sekolah dan sarapan dimeja makan, lalu memanggil
mereka untuk sarapan. Namun dihabiskan atau tidak sarapan tersebut, tidak pernah menjadi
masalah ataupun perdebatan. Dalam pola asuh ini anak akan cenderung kurang perhatian, dan
mengalami penyesuaian diri yang cukup sulit.
3. Pola Asuh Authotarian (Pola Asuh yang Otoriter)

Kebalikan dari pola asuh yang demokratis, dalam pola asuh ini orang tua begitu
mengontrol sepenuhnya kehidupan anak dan menjadi ketentuan dan peraturan yang mereka buat
adalah ketentuan mutlak yang harus dijalankan oleh anak-anak, jika hal tersebut dilanggar maka
hukuman berat dan murka orang tualah yang akan mereka terima. Namun dalam pola asuh ini
orang tua tidak menjaga kehangatan dan hubungan yang baik dengan anak-anaknya. Dalam hal
ini orang tua lebih cenderung berperan sebagai seorang penguasa yang menuntut anak-anak
mereka untuk patuh, mereka cenderung lebih kaku dan penuh dengan aturan serta arahan. Ini
adalah gaya yang sangat ketat. Orang tua menetapkan aturan dengan harapan anak-anaknya
dapat mengikuti aturan tersebut. Jika tidak mengikuti aturan, anak-anak biasanya akan mendapat
hukuman. Orang tua yang mengikuti gaya ini biasanya tidak berdebat atau membicarakannya
terlebih dahulu dengan si kecil. Anak-anak akan ditarik dan mungkin tidak dapat berpikir untuk
diri mereka sendiri. Ini karena mereka tidak pernah diberi kesempatan berbicara dan
mengeluarkan pendapatnya.

Dalam pola asuh yang seperti ini biasanya akan melahirkan anak dengan mental yang
mudah cemas, kurang komunikatif, sulit membuat keputusan dan kurang percaya diri. Namun, ia
juga bisa sangat disiplin, bertanggung jawab besar terhadap sesuatu, mandiri dan bisa juga
menjadi begitu idealis.
4. Pola Asuh Indulgent (Pola Asuh yang Permisif)

Dalam pola asuh Indulgent, hubungan orang tua dengan anak terbentuk begitu hangat dan
begitu dekat. Sayangnya, pola asuh indulgent membuat orang tua kurang mengontrol perilaku
anak karena kedekatan mereka yang sudah bak teman dan sahabat. Dalam pola asuh ini orang tua
begitu terlibat dengan kehidupan buah hatinya. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini
cenderung terlalu melunak dan kurang mengarahkan buah hatinya. Ia juga tidak memberikan
aturan yang jelas dan konsisten terhadap buah hatinya, dalam hal ini justru si anaklah yang
cenderung menjadi bos. Pola asuh ini menghasilkan anak-anak yang manja, kurang dewasa dan
kurang disiplin. Namun, anak ini juga menjadi lebih percaya diri, asertif dan kreatif.

Anak-anak yang dibesarkan dalam gaya permisif akan menunjukkan kecenderungan manja dan
mengganggu. Anak juga akan cenderung berperilaku buruk jika tidak mendapatkan apa yang
diinginkan. Ini karena orang tua dengan tipe seperti ini tidak menetapkan batasan atau peraturan.
Meski ada peraturan, anak biasanya akan melanggar.

Cara Menerapkan Pola Asuh yang Efektif Untuk Anak

Nah, dari keempat macam pola asuh diatas, sebenarnya kita bisa menerapkannya secara
bergantian tergantung pada kondisi dan situasi yang dihadapi oleh anak. Misalkan ketika anak
hendak melakukan hal yang berbahaya, maka tidak ada salahnya kita menerapkan pola asuh
Authotarian, sementara saat anak sedang membuat lukisan atau kerajinan tangan kita bisa
menerapkan pola asuh indulgent agar anak lebih kreatif. Sayangnya, dalam praktiknya banyak
orang tua yang memiliki salah satu pola asuh dan mengaplikasikannya terlalu dominan sehingga
membuat kita salah menjalankan pola asuh untuk membentuk kepribadian anak-anak. Alangkah
baiknya kita menjadi orang tua yang lebih bijaksana agar perkembangan anak dapat maksimal
dan berkembang sesuai dengan harapan.

Oleh:
Ny. Diyah Ratnasari, S.Psi, S.Pd
Istri dari Letda Cpn Gunawan Santoso

Anda mungkin juga menyukai