Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Perlakuan Orang Tua dan Profil Tingkah Laku Anak
Pola perlakuan orang tua bisa disebut juga pola asuh orang tua adalah
suatu cara yang diterapkan orang tua kepada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu yang dapat dirasakan oleh anak baik dari segi
negatif maupun positifnya. Banyak ahli yang mengatakan bahwa pengasuhan
anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi
masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada
pendidikan umum yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu
proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut berupa
mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi,
maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima
oleh masyarakat.
Sedangkan profil tingkah laku anak adalah sebuah gambaran singkat
tentang ciri khas atau bentuk karakter yang dimiliki anak dipengaruhi oleh
adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika yang
menimbulkan dampat negatif atau positif bagi anak.
Menurut Diana Baumrind membedakan pola asuh orang tua dibagi
menjadi 4 yaitu :
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.
Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga
bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang
berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

1
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.
Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang
tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila
anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka
orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga
tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu
arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya
untuk mengerti mengenai anaknya.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan
yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang
dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali
disukai oleh anak.
4. Tipe Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya
yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan
untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala
biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini
adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi.
Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik
maupun psikis pada anak-anaknya.

2
B. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pola Perlakuan dan Tingkah Laku
Anak
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perlakuan sebagai berikut :
1. Pendidikan orang tua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam menjalankan
perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka dalam
menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan, antara lain :
terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati sefala sesuatu
dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan
waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan dungsi keluarga dan
kepercayaan anak.
Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukkan bahwa
pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen di dalam
kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang tua yang sudah memiliki
pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap
menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu
mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal
2. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka
tidak mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola pengasuhan
yang diberikan prang tua terhadap anaknya.
3. Budaya
Kebiasaan masyarakat sekitar sering kali menjadikan contoh dalam
mengasuh anak bagi orang tua. Karena pola-pola tersebut dianggap
berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua
mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik,
oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh
anak juga mempngeruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh
terhadap anaknya.

3
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak yaitu :
1. Biologis
Faktor biologis memainkan peran yang kuat dalam membentuk
perilaku anak. “Sebagai contoh, genetika dapat membentuk temperamen
dan psikofisiologi anak,” kata Barbara Kaiser dalam bukunya
“Challenging Behavior in Elementary and Middle School.” Selanjutnya,
beberapa ciri kepribadian, seperti keterbukaan adalah sifat diwariskan.
Selain itu, genetika dapat memainkan peran penting dalam perkembangan
kondisi kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar dan
kecemasan, yang semuanya mempengaruhi cara anak berperilaku.
Selanjutnya, paparan alkohol pada saat masih di kandungan dan cacat
lahir juga dapat mempengaruhi interaksi antar anak.
2. Gaya Pengasuhan
Gaya pengasuhan juga memiliki efek kuat pada perilaku anak.
Misalnya, orang tua yang menaruh harapan terlalu tinggi pada anak-anak
mereka mungkin akan membesarkan anak-anak yang memiliki perilaku
cemas atau pemberontak karena mereka tidak bisa mengikuti keinginan
orangtua. Demikian juga, orangtua yang menetapkan harapan yang terlalu
rendah pada anak-anak akan memiliki anak yang tidak berprestasi karena
anak tidak mampu menunjukkan potensi terbaiknya. Sedangkan orangtua
yang mengasuh anaknya secara kasar bisa menumbuhkan sifat antisosial
pada anak-anak mereka, seperti sifat agresif dan tertutup. Orangtua yang
memberikan batas-batas realistis serta menegakkan aturan dalam rumah
juga dapat menumbuhkan perilaku positif pada anak-anak mereka.
3. Lingkungan
Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tidak aman, seperti
lingkungan dengan tingkat kejahatan dan kekerasan yang tinggi serta
tingginya aktivitas obat terlarang dapat menunjukkan perilaku cemas,
khawatir atau perilaku antisosial. Demikian juga, anak-anak tumbuh
dalam kemiskinan dan kurangnya sumber pendidikan akan membuat anak
memiliki rasa percaya diri, mudah putus asa atau depresi. Selainnya itu

4
kurangnya sumber daya keluarga diantara kurangnya makanan bergizi,
dan kondisi hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan anak-anak
mengembangkan sikap depresi atau perilaku melawan.
4. Hidup tertekan Perceraian orangtua, hidup yang selalu pindah-pindah,
penggencetan, dan interaksi negatif dengan rekan-rekan sebaya, semuanya
dapat memengaruhi perilaku anak. Jika anak-anak terus menerus
mengalami hidup tertekan mereka akan mengembangkan perilaku depresi,
sering menangis, minder. Namun efek stres akibat hidup tertekan ini akan
hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Dalam beberapa
kasus, anak-anak mungkin perlu berkonsultasi dengan profesional untuk
mengatasi perilakunya.

C. Pengaruh Pola Perlakuan Orang Tua terhadap Profil Tingkah Laku


Anak
Menurut Hurlock (dalam Syamsu, 2011) menjelaskan beberapa
pengaruh pola perlakuan orangtua terhadap profil tingkah laku anak yaitu :
1. Overprotection (terlalu melindungi)
Orangtua yang memiliki pola perlakuan overprotection atau terlalu
melindungi cenderung memiliki kontak yang berlebihan dengan anak,
memberikan perawatan atau pemberian bantuan kepada anak yang terus-
menerus, meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri. Orangtua
dengan pola perlakuan overprotection juga cenderung mengawasi
kegiatan anak secara berlebihan dan cenderung ikut campur dalam
memecahkan masalah anak.
Pola perlakuan orang tua yang overprotection atau terlalu
melindungi dapat membuat anak memiliki perasaan tidak aman, bersikap
agresif dan dengki, mudah merasa gugup, cenderung melarikan diri bila
dihadapkan pada suatu kenyataan yang pahit, sangat bergantung terhadap
orang lain, ingin menjadi pusat perhatian, bersikap menyerah, lemah
dalam “ego strength”, kurang mampu mengendalikan emosi, menolak
tanggung jawab, kurang percaya diri, mudah terpengaruh oleh orang lain,

5
peka terhadap kritik, egois/selfish, suka bertengkar, sulit bergaul, dan
mudah mengalami “homesick”.
2. Permissiveness (pembolehan)
Pola perlakuan orangtua yang permissiveness adalah pola asuh
yang memberikan struktur dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak
mereka. Pola asuh permissive merupakan bentuk pengasuhan dimana
orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk
mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak
banyak dikontrol oleh orangtua.
Orang tua yang memiliki pola perlakuan yang permissiveness
cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berpikir dan
berusaha, menerima gagasan atau pendapat anak, membuat anak merasa
diterima dan merasa kuat, bersikap toleran dan memahami kelemahan
anak, dan cenderung memberikan apa yang anak minta. Anak yang
mendapatkan pola perlakuan permissiveness dari orangtuanya cenderung
pandai mencari jalan keluar, dapat bekerjasama dengan orang lain,
percaya diri, serta penuntut dan tidak sabaran.
3. Rejection (penolakan)
Orangtua yang memiliki pola perlakuan rejection cenderung
bersikap masa bodoh, bersikap kaku, kurang mempedulikan kesejahteraan
anak, dan menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak.
Anak yang mendapatkan perlakuan rejection dari orangtuanya
cenderung bersikap agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh, keras
kepala, suka bertengkar dan nakal). Cenderung bersikap submissive
(kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri,
mudah tersinggung dan penakut), sulit bergaul, pendiam, bahkan bersikap
sadis.
4. Acceptance (penerimaan)
Orangtua yang memiliki pola perlakuan acceptance atau
penerimaan cenderung memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus
kepada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam

6
rumah, mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak, bersikap
respek terhadap anak, mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau
pendapatnya, berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau
mendengarkan segala permasalahan anak-anaknya.
Anak yang mendapatkan perlakuan acceptance dari orangtuanya
cenderung bersikap mau bekerjasama (kooperatif), bersahabat (friendly),
loyal, memiliki emosi yang stabil, bersikap ceria dan optimis, mau
menerima tanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, memiliki perencanaan
yang jelas untuk mencapai masa depan, bersikap realistik (memahami
kekuatan dan kelemahan dirinya secara objektif).
5. Domination (dominasi)
Pola perlakuan dominasi adalah pola asuh dimana orangtua
bersikap sangat mendominasi segala aspek kehidupan anak. Dimana
orangtua cenderung bersikap sangat mendominasi keputusan-keputusan
yang hendak diambil oleh anak, rencana-rencana kehidupan anak, bahkan
hal-hal kecil lain dalam diri anak.
Anak yang sangat didominasi oleh orangtuanya cenderung
bersikap sopan dan sangat berhati-hati, pemalu, penurut, inferior dan tidak
dapat bekerjasama dengan orang lain. Selain itu, anak yang mendapatkan
pola perlakuan yang dominasi dari orangtuanya cenderung mudah
bingung dalam membuat keputusan, ini terjadi karena orangtua terlalu
sering mendominasi pilihan-pilihan yang seharusnya dibuat sang anak
sehingga anak tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusannya sendiri.
6. Submission (penyerahan)
Orangtua yang memiliki pola perlakuan yang submission
senantiasa memberikan segala sesuatu yang diminta oleh anak dan
membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah. Pola perlakuan yang
submission atau penyerahan cenderung menjadikan anak tidak patuh,
tidak bertanggung jawab, bersikap agresif, bersikap teledor atau lalai,
bersikap otoriter, serta bersikap terlalu percaya diri.

7
7. Punitiveness/overdiscipline (terlalu disiplin)
Pola perlakuan punitiveness atau overdiscipline adalah pola asuh
yang terlalu disiplin dimana orangtua mudah memberikan hukuman
kepada anak apabila anak melakukan suatu kesalahan atau bersikap tidak
disiplin, dan menanamkan kedisiplinan secara keras. Anak yang
mendapatkan perlakuan punitiveness atau overdiscipline di rumah
cenderung bersikap impulsif, tidak dapat mengambil keputusan, nakal,
dan memiliki sikap bermusuhan atau agresif.

Tabel Pola Perlakuan Orang Tua

No Pola Perlakuan Profil Tingkah Laku


Perilaku Orang Tua
. Orang Tua Anak
1. Overprotection 1. Kontak yang berlebihan 1. Perasaan tidak
(terlalu dengan anak aman.
Melindungi) 2. Perawatan/pemberian 2. Agresif dan dengki
bantuan kepada anak yang 3. Mudah merasa
terus-menerus, meskipun gugup.
anak sudah mampu merawat 4. Melarikan diri dari
dirinya sendiri. kenyataan.
3. Mengawasi kegiatan anak 5. Sangat tergantung.
secara berlebihan 6. Ingin menjadi pusat
4. Memecahkan masalah anak perhatian.
7. Bersikap menyerah.
8. Kurang mampu
mengendalikan
emosi.
9. Menolak tanggung
jawab.
10. Kurang percaya diri.
11. Mudah terpengaruh

8
12. Peka terhadap kritik
13. Egois
14. Suka bertengkar
15. Pembuat onar
16. Sulit dalam bergaul
17. Mengalami
“homesick”
2. Permissiveness 1. Memberikan kebebasan 1. Pandai mencari jalan
(Pembolehan) untuk berpikir atau berusaha keluar
2. Menerima gagasan/pendapat 2. Dapat berkerjasama
3. Membuat anak merasa 3. Percaya diri
diterima dan merasa kuat 4. Penuntut dan tidak
4. Toleran dan memahami sabaran
kelemahan anak
5. Cenderung lebih suka
memberi yang diminta anak
daripada menerima
3. Rejection 1. Bersikap merasa bodoh 1. Agresif (mudah
(Penolakan) 2. Bersikap kaku marah, gelisah, tidak
3. Kurang memperlihatkan patuh/keras kepala,
kesejahteraan anak suka bertengkar, dan
4. Menampilkan sikap nakal)
permusuhan atau dominasi 2. Submissive (kurang
terhadap anak dapat mengerjakan
tugas, pemalu, suka
mengasingkan diri,
mudah tersinggung
dan penakut)
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5. Sadis

9
4. Acceptance 1. Memberikan perhatian dan 1. Mau bekerjasama
(Penerimaan) cinta kasih yang tulus kepada 2. Bersahabat
anak 3. Loyal
2. Menempatkan anak dalam 4. Emosinya stabil
posisi yag penting di dalam 5. Ceria dan bersikap
rumah optimis
3. Mengembagkan hubungan 6. Mau menerima
yang hangat dengan anak tanggungjawab
4. Bersikap respek terhadap 7. Jujur
anak 8. Dapat dipercaya
5. Mendorong anak untuk 9. Memiliki
menyatakan perasaan atau perencanaan yang
pendapatnya jelas untuk
6. Berkomunikasi dengan anak mencapai masa
secara terbuka dan mau depan
mendengarkan masalahnya 10. Bersikap realistik
(memahami
kekuatan dan
kelemahan dirinya
secara objektif)
5. Domination Mendominasi anak 1. Bersikap sopan dan
(Dominasi) sangat berhati-hati
2. Pemalu, penurut,
interior dan mudah
bingung
3. Tidak dapat
bekerjasama
6. Submission 1. Senantiasa memberikan 1. Tidak patuh
(Penyerahan) sesuatu yang diminta anak 2. Tidak
2. Membiarkan anak bertanggungjawab
berperilaku semaunya di 3. Agresif dan

10
rumah teledor/lalai
4. Bersikap otoriter
5. Terlalu percaya diri
7. Punitiveness/ 1. Mudah memberikan 1. Implusif
Overdiscipline hukuman 2. Tidak dapat
(Terlalu 2. Menanamkan kedisplinan mengambil
disiplin) secara khas keputusan
3. Nakal
4. Sikap bermusuhan
atau agresif

Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap
“acceptance” merupakan yang baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh
orangtua. Sikap seperti ini ternyata telah memberikan kontribusi kepada
pengembangan kepribadian anak yang sehat. Dengan begitu, suatu saat bila
kita menjadi orangtua semoga kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai
untuk membantu perkembangan kepribadian anak menjadi lebih sehat.

11

Anda mungkin juga menyukai