Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN POLA ASUH KELUARGA

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA (PPKK)

Pembimbing Akademik
Izma Daud, Ns.,M.Kep

Pembimbing Klinik
Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns

Disusun oleh

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN POLA ASUH KELUARGA

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut Dahlan (2010) pengasuhan adalah aktivitas komplek termasuk banyak perilaku
spesifik yang di kerjakan secara individu dan bersama-sama untuk mempengaruhi
pembentukan karakter anak.

Pola asuh merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kewajiban orang tua jika telah
memiliki buah hati atau anak dalam asuhannya. Pengasuhan oleh orang tua kepada anak
akan menjadi penentu kehidupan anak selanjutnya. Artinya pola asuh akan menentukan
kesiapan anak untuk dapat menjalani kehidupannya secara mandiri. Oleh karena itu,
pengasuhan pada anak tidak dapat dilakukan secara sembarangan karena akan
berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak di masa mendatang (Sutanto dan Ari,
2019:9).

2. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut karlinawati sillahi (2010) terdapat 4 macam pola pengasuhan orang tua :
2.1 Pola pengasuhan otoriter
Dalam pola asuh otoriter, orang tua menentukan segala jenis peraturan yang
berlaku dalam keluarga. Dalam pola asuh ini, anak harus menuruti dan mematuhi
seluruh peraturan yang ditentukan oleh orang tua tanpa terkecuali. Indikator lain
pola asuh otoriter adalah ketika orang tua tidak memberi tahu alasan mengapa
peraturan tersebut harus dibuat dan ditentukan. Anak juga tidak diberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapat dan argumen apapun tentang peraturan yang telah
ditetapkan oleh orang tua tersebut. Pola asuh otoriter memiliki sistem dimana
aturan orang tua harus dikerjakan dan merupakan kewajiban untuk dipatuhi anak.
Biasanya, jika peraturan tersebut tidak dipatuhi anak, hukuman fisik maupun verbal
akan diberikan pada anak tersebut (Ayu, 2016 dalam Sutanto dan Ari, 2019:13).
Pada pola asuh otoriter ini memiliki ciri orang tua sebagai pusat dalam interaksi ini.
Orang tua bertindak keras, memaksa, dan semenamena terhadap anak serta orang
tua yang menentukan dan mengontrol porsi, waktu, dan menu makan. Orang tua
akan selalu memaksakan anak untuk selalu mengkonsumsi makanan yang penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan biasanya dibarengi dengan
ancamanancaman, misalnya kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara.
Pola makan anak pada tipe pola asuh ini akan cenderung merasa tidak nyaman
karena adanya tekanan-tekanan yang dirasakan oleh anak, sehingga anak tidak
memiliki kemandirian dalam memilih makanan (Chakra, 2013 dalam Damanik,
2018).

2.2 Pola pengasuhan permisif


Pola asuh permisif adalah sebuah pola asuh dimana orang tua memberikan
kebebasan sepenuhnya pada sang anak. Dalam pola asuh ini, orang tua sama sekali
tidak memberikan peraturan apapun yang diberlakukan dalam anggota keluarga,
termasuk anak. Anak tidak pernah dihukum jika melakukan atau tidak melakukan
suatu hal. Namun, anak juga tidak diberikan pujian atau apresiasi saat melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (misalnya kebaikan/prestasi). Artinya, sang
anak sepenuhnya bebas menentukan kemauan dan keinginannya tanpa ada aturan
apapun dari orang tua. Orang tua dalam pola asuh ini bersikap pasif, menerima
keputusan anak, dan terkesan bermurah hati dalam hal kedisiplinan. Mereka juga
akan menerima apa saja yang dilakukan oleh anak, menuruti setiap permintaan
anak dan tidak menegakkan otoritasnya sebagai orang tua. Dalam pola asuh ini,
orang tua kurang mengontrol perilaku anak dan membiarkan anak begitu saja
dengan bebas (Ayu, 2016 dalam Sutanto dan Ari, 2019:14).

Pada pola asuh permisif ini menyebabkan pola makan yang tidak teratur, makan
apa saja yang disuka tanpa ada batasan dan kurang terkontrol dalam memilih
makanan. Tidak ada paksaan makan terhadap anak meskipun anak tergolong gizi
kurang. Orang tua sering kecewa karena anak lebih suka makanan yang disukai dari
pada makanan yang lebih bergizi. Jika ibu sudah merasa bosan dengan kesulitan
makan anak, maka orang tua akan bersikap acuh tak acuh dalam mengurus
makanan yang harus diberikan untuk anak dalam memenuhi kebutuhan gizi anak
(Chakra, 2013 dalam Damanik, 2018).

2.3 Pola pengasuhan demokratis


Pola asuh demokratis merupakan sebuah pola asuh yang menjadikan orang tua
sebagai penentu aturan. Orang tua berhak untuk membuat sejumlah peraturan yang
diberlakukan bagi anggota keluarga, termasuk untuk dipatuhi sang anak. Dalam
pola asuh demokratis, meskipun peraturan yang diberlakukan bagi anggota
keluarga, termasuk juga untuk dipatuhi sang anak. Dalam pola asuh demokratis,
meskipun peraturan sepenuhnya dibuat oleh orang tua, anak masih berkesempatan
bertanya mengenai alasan pembuatan aturan tersebut. Dalam pola asuh ini, anak
juga dapat ikut andil untuk mengajukan keberatan, memberikan alasan atau
komentar apapun terkait peraturan yang ada. Kehangatan dan kasih sayang tetap
diberikan pada pola asuh demokratis. Namun, di sisi lain orang tua juga mendidik
dengan keras perihal aturan dan kedisiplinan bagi anak. Orang tua akan menuntut
kemandirian dan tanggung jawab meski masih memberikan anak kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya (Ayu, 2016 dalam Sutanto dan Ari, 2019:14).

Pada pola asuh demokratis, orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan
mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Orang tua
akan selalu berada dekat dengan anaknya, mereka selalu merespon tangisan anak
mereka dengan memberinya makan. Perilaku ibu ini akan berpengaruh dalam
pemilihan dan penyiapan makanan dan keamanannya, yang akan mempengaruhi
fungsi endokrin dan fungsi fisiologis lainnya. Pola asuh demokratis mempunyai
prinsip mendorong anak untuk mandiri dalam memilih makanan, tapi orang tua
tetap menetapkan batas dan kontrol (dalam Damanik, 2018).

2.4 Pola pengasuhan tidak terlibat


Pola pengasuhan ini lebih cenderung anti sossial pada masa remaja peneliti
menggungkapkan bahwa ibu dalam pola pengasuhan ini akan memiliki anak yang
defisit dalam fungsi fisiologisnya, penurunan kemampuan intelektual, kesulitan
dalam attachment serta pemarah.

Korelasi Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Anak


Parenting Styles Karakter Orangtua Perilaku Anak
Authoritative 1. Mendorong anak untuk mandiri, 1. Terlihat bahagia, gembira
Parenting namun tetap membuat batasan dan 2. Memiliki kepercayaan diri dan
(demokratis) kontrol terhadap perilaku anak kontrol diri
2. Memberikan kontrol tetapi 3. Berjiwa eksploratif
fleksibel 4. Achievement-oriented tetapi
3. Membuat tuntutan yang rasional bertindak sesuai kemampuan
4. Hangat 5. Membangun hubungan yang
5. Mendengarkan pembicaraan anak bersahabat dengan lingkungan
6. Menghargai kedisiplinan, 6. Kooperatif
membangun kepercayaan diri dan 7. Dapat mengatasi stress dengan
kekhasan masing-masing anak baik
7. Menunjukkan rasa senang dan
dukungan atas perilaku anak yang
membangun
Autoritarian 1. Menerapkan self-control secara 1.Bertindak tidak sesuai dengan
Parenting (adult- kaku yang diinginkannya
centered) 2. Mengevaluasi perilaku dan sikap 2.Terlihat kurang memiliki tujuan
anak dengan standar yang absolut 3.Sering kurang bahagia, menarik
3. Menghargai kepatuhan, diri, takut dan kurang percaya
menghormati orang dewasa dan diri ketika membandingkan diri
tradisi mereka dengan orang lain
Indulgent 1. Terlibat dalam aktivitas anak 1. Tidak pernah belajar
Parenting/ tetapi tidak banyak mengontrol mengontrol perilaku mereka
Permisive (child- dan tidak banyak menuntut 2. Kekurangan kepercayaan diri
centered) 2. Membiarkan anak melakukan apa 3. Berperilaku impulsive dan
yang diinginkan anak itu agresif, cenderung sesuka hati
4. Melakukan eksplorasi
3. Berunding dengan anak tentang sebebasnya
segala kebijakan 5. Memiliki kontrol diri yang
rendah, biasanya mengalami
kesulitan dalam berteman
Neglectful 1. Orangtua yang tidak terlibat dalam 1. Kekurangan ikatan dengan
Parenting/ aktivitas anak orangtua, secara kognitif,
Uninvolved 2. Tidak ada tuntutan dan kontrol emosi, keterampilan sosial dan
(menarik diri dan 3. Tidak tertarik pada pendapat, perilaku kurang berkembang
tidak terikat) pandangan anak dan juga kegiatan 2. Anak merasa hal-hal lain lebih
anak penting bagi orangtua daripada
anak itu sendiri
3. Kontrol diri lrmah
4. Self-esteem rendah
5. Merasa terasingkan atau
diabaikan dalam keluarga
6. Pada masa remaja, mungkin
anak menunjukkan perilaku
kenakalan remaja

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua


Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua satu dengan lainnya bisa saja berbeda. Masing-masing
orang tua memiliki perspektif dan dan sudut pandang dalam memberikan pengasuhan pada
anak. Pada dasarnya, ada beberapa sikap dan tindakan orang tua pada anak yang berkaitan
dengan pola asuh. Terdapat sikap penolakan, apresiasi, pujian, pengertian, penerapan
kedisiplinan, dan lain sebagainya yang diterapkan dalam pengasuhan anak. Adapun sejumlah
faktor yang mempengaruhi perbedaan pola asuh pada anak antara lain sebagai berikut Sutanto
dan Ari, 2019:16-18):
3.1 Pendidikan Orang Tua
Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat singnifikan dalam mempengaruhi perbedaan
pola asuh orang tua pada anak. Latar belakang pendidikan orang tua akan mempengaruhi
bagaimana cara orang tua mengasuh anak, bagaimana menyikapi perkembangan mental
anak, dan berbagai hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak.
3.2 Usia Orang Tua
Usia dapat menentukan tingkat kedewasaan orangtua berdasarkan pengalaman hidup yang
telah dilaluinya. Akibat usia yang masih terlalu muda, anak cenderung mendapatkan
pengawasan yang lebih longgar karena sifat toleransi orangtua.
3.3 Kepribadian Orang Tua
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat tergantung pada kepribadian orang tua
tersebut. Sadar ataupun tidak, orang tua biasanya akan melibatkan kepribadiannya saat
berhadapan dengan anak. Jika orang tua tersebut otoriter, pola asuh yang diterapkan
biasanya kaku, tidak membebaskan anak dan sangat tergantung pada orang tua. Berbeda
halnya jika orang tua memiliki kepribadian yang terbuka, orang tua tersebut biasanya
menerapkan pentingnya komunikasi dan pendapat anak. d. Status Sosial Ekonomi Pola
asuh yang diterapkan oleh orang tua juga tergantung pada status ekonomi. Orang tua
dengan sosial ekonomi menengah ke atas biasanya lebih concern terhadap perkembangan
diri, sosial dan intelektual anak. Biasanya, cara yang seperti ini akan menimbulkan hal
yang bertentangan. Anak akan tumbuh dengan kecerdasan yang baik karena semua
kebutuhannya terpenuhi tetapi di sisi lain, anak tidak merasa bebas karena ia selalu
dipantau oleh orang tua. Bertentangan dengan hal di atas, orang tua dengan status sosial
ekonomi ke bawah biasanya lebih membebaskan anak mereka.
3.4 Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh tersendia bagi orang tua dalam memilih pola asuh bagi
anak. Lingkungan yang ada di sekitar anak juga sangat mempengaruhi perkembangan
anak. Misalnya, bagaimana nilai moral dan aturan yang ada di masyarakat atau bagaimana
kondisi lingkungan tempat tinggal anak tersebut. Lingkungan akan mewarnai polapola
pengasuhan yang diberikan orang tua pada anaknya.
3.5 Budaya
Selain lingkungan, budaya setempat juga dapat mempengaruhi pola asuh yang diberikan
orang tua pada anak.sering kali orang tua mengikuti cara yang dilakukan oleh masyarakat
setempat dalam mengasuh anak. Orang tua biasanya akan mengikuti adat dan kebiasaan
yang berlaku di masyarakat. Hal ini dikarenkan pola-pola berdasarkan budaya dinilai
berhasil dalam mendidik anak menuju ke arah kematangan anak. Selain itu, orang tua tentu
berharap agar anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik. Jika ingin diterima
dengan baik, tentu anak tersebut harus memahami dan mengenal budaya yang berlaku di
masyarakat.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
5.1 Identitas
5.2 Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
5.3 Lingkungan
5.4 Struktur keluarga
5.5 Fungsi keluarga
5.6 Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
5.7 Status kesehatan sekarang dan masalalu
5.8 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
5.9 Pola kognitif persepsual
5.10 Pola toleransi stress/koping
5.11 Pola seksualitas dan reproduksi
5.12 Pola peran dan hubungan
5.13 Pola nilai dan kenyakinan
5.14 Perilaku selama wawancara
5.15 Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
5.16 Kemampuan interaksi
5.17 Stresor jangka pendek & jangka panjang

2. Masalah keperawatan yang muncul


2.1 Ketidakmampuan mengidentifikasi masalah yang muncul pada masing-masing
anggota keluarga b/d ketidakmampuan melakukan komunikasi terbuka antara
anak dan orang tua.
2.2 Penampilan Peran Tidak Efektif b/d ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah tangga yang sehat.

3. Intervensi
4.1 Ketidakmampuan mengidentifikasi masalah yang muncul pada masing-masing
anggota keluarga b/d ketidakmampuan melakukan komunikasi terbuka antara
anak dan orang tua
Tujuan : Selama 1x 60 menit kunjungan, keluarga mampu: Mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga
Intervensi :
a. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
b. Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga
c. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar
keluarga
d. Identifikasi kesesuaian antara harapan klien, keluarga dan tenaga kesehatan

Tujuan : Mengidentifikasi masalah-masalah yang dimiliki keluarga


Intervensi :
a. Identifikasi kegiatan jangka panjang dan pendek masing-masing anggota
keluarga - Identifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
c. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan social
d. Kaji pola asuh orang tua (keluarga) terhadap anak
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsinya

4.2 Penampilan Peran Tidak Efektif b/d ketidakmampuan mempertahankan atau


menciptakan suasana rumah tangga yang sehat
Tujuan : Selama 1x 60 menit kunjungan, Klien dan keluarga mampu :
Mengungkapkan peran dalam keluarga
Intervensi :
a. Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
b. Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
c. Anjurkan mengungkapkan masalah yang dialami
DAFTAR PUSTAKA

Casmini. (2007). Emotional Parenting:Dasar-dasar pengasuhan kecerdasan emosi anak.


Yogyakarta: Pilar Media.

Herdman, T.H. (2014). NANDA international inc diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi
2015-2017, edisi 10. Jakarta: EGC.

Hermawati. (2014). Pendidikan keluarga. Bandung: Remaja Rosdikaria.

Syaiful, Bahri. (2014). Kedudukan keluarga dan peran. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Banjarmasin, April 2023

Perseptor Akademik Preseptor Klinik

(Izma Daud, Ns.,M.Kep) (Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai