Menurut Hurlock (2006) pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang
tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang
ingin dilakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan-aturan
yang ketat bahkan bimbingan pun kurang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau
pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan
untuk memberi keputusan untuk dirinta sendiri, tanpa mempertimbangkan orang tua dan
perilaku menurut apa yang diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tuanya.
Menurut Baumrin pola asuh keluarga permisif (permissive) tidak memberikan struktur
dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Pola asuh permissive merupakan
bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak
untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak
dikontrol oleh orang tua.
Anak yang tak terbiasa ditekan oleh orang tua untuk melakukan suatu hal umum nya
tumbuh sebagai sosok yang cukup puas dan tak berambisi tinggi. Sejak kecil terbiasa untuk
dimanja atau diberi kebebasan, dikhawatirkan ia mudah putus asa ketika tumbuh besar.
Ketika ia harus bekerja keras untuk bertahan, ia bisa saja memilih jalan lain yang lebih
mudah.
Menurut Baumrind (1997) pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak
yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang
percaya diri, dan kurang matang secara sosial. Sedangkan menurut Dariyo (2004) dampak
dari pola asuh permisif adalah anak cederung bertindak semena-mena, bebas dan memiliki
perilaku yang tidak terkontrol.
Namun memang pola asuh permisif ini memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing yang akan berdampak terhadap anak. Munandar
(1992) menyatakankelebihan pola asuh permisif, antara lain anak memiliki sifat mandiri,
tidak bergantung orang tua, anak tidak memiliki rasa takut terhadap orang tua, karena
orang tua jarang memberikan hukuman atau teguran, sehingga memiliki kreasi, inisiatif
untuk mengurusi dirinya sendiri, dan kejiwaan anak tidak mengalami goncangan (tekanan)
sehingga mudah bergaul dengan sesamanya. Di sisi lain, kekurangan dari pola asuh
permisif menurutMunandar (1992 antara lain kelonggaran yang diberikan orangtua sering
kali disalahgunakan dan disalahartikan dengan berbuat sesuai dengan keinginannya.
Kemudian, anak sering manja, malas-malasan, nakal, dan berbuat semaunya, anak
senantiasa banyak menuntut fasilitas kepada orang tua, hubungan antara anggota keluarga
sering terkesan kurang adanya perhatian, dan kadang-kadang anak menyepelekan perintah
orang tua.Selain itu, Baumrind (1997) juga mengatakan bahwa pola asuh permisif akan
menghasilkan karakteristik anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Sedangkan menurut Dariyo (2004) dampak dari pola asuh permisif adalah anak cederung
bertindak semena-mena, bebas dan memiliki perilaku yang tidak terkontrol.