Anda di halaman 1dari 6

1.

Pola Asuh Permisif

Menurut Hurlock (2006) pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang
tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang
ingin dilakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan-aturan
yang ketat bahkan bimbingan pun kurang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau
pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan
untuk memberi keputusan untuk dirinta sendiri, tanpa mempertimbangkan orang tua dan
perilaku menurut apa yang diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tuanya.
Menurut Baumrin pola asuh keluarga permisif (permissive) tidak memberikan struktur
dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Pola asuh permissive merupakan
bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak
untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak
dikontrol oleh orang tua.

2. Aspek-Aspek Pola Asuh Permisif


Menurut Baumrind (dalam Mussen 2004:399) secara garis besar pola asuh orang tua
terdiri dari empat aspek, antara lain: kontrol, hukuman dan hadiah, dominasi dan
Komunikasi. Empat aspek tersebut terdapat dalam semua jenis pola asuh, termasuk dalam
pola asuh permisif, hanya saja kadarnya yang berbeda. Proboningrum (2001:23)
mengatakan bahwa aspek-aspek dari salah satu jenis pola asuh, yaitu pola asuh permisif,
antara lain :
a. Orang tua bersifat toleren terhadap anak
Orang tua tidak peduli dengan tindakan anak yaitu dengan tidak ada batasan atau
peraturan-peraturan tertentu dalam keluarga.
b. Hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan
Tidak ada tindakan dari orang tua terhadap sikap anak baik yang bersifat positif maupun
negatif, yang berupa hadiah atau hukuman.
c. Komunikasi hampir tidak ada
Orang tua dan anak jarang sekali terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak
yang aktif.
d. Semua keputusan di serahkan kepada anak
Kebebasan di berikan kepada anak sepenuhnya dalma pengambilan keputusan tanpa
memperhatikan kebutuhannya.
e. Kontrol terhadap anak longgar
Tindakan orang tua yang tidak peduli dengan semua tindakan anak atau sikap anak.
Sedangkan menurut Hurlock (dalam Ulfiani dkk, 2015) aspek-aspek pola asuh permisif
meliputi:
a. Kontrol terhadap anak kurang
b. Pengabaian keputusan
c. Orangtua bersifat masa bodoh
d. Pendidikan bersifat bebas

3. Faktor-Faktor Pola Asuh Permisif


Mindel (dalam Walker, 1992:3) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pola asuh orang tua dalam keluarga, diantaranya:
a. Budaya setempat
Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat dan budaya yang berkembang di
dalamnya.
b. Ideologi yang berkembang dalam diri orangtua
Orangtua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu cenderung untuk menurunkan
kepada anak-anaknya dengan harapan bahwa nantinya nilai dan ideologi tersebut dapat
tertanam dan dikembangkan oleh anak dikemudian hari.
c. Letak geografis dan norma etis
Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan karakteristik dengan penduduk
dataran rendah sesuai tuntutan dan tradisi yang dikembangkan pada tiap -tiap daerah.
d. Orientasi religius
Orangtua yang menganut agama dan keyakinan religius tertentu senantiasa berusaha agar
anak pada akhirnya nanti juga dapat mengikutinya.
e. Status ekonomi
Dengan perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan serta
lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan pola asuh orangtua menuju
perlakuan tertentu yang dianggap orangtua sesuai.
f. Bakat dan kemampuan orangtua
Orangtua yang memiliki kemampuan komunikasi dan berhubungan dengan cara yang tepat
dengan anaknya cenderung akan mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.
g. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki ragam dan cara yang
berbeda dalam mengatur interaksi orangtua dan anak.
Sedangkan menurut Soekanto (2007), perilaku pola asuh orang tua yang diterapkan
pada anaknya dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, lingkungan, dan sosial
budaya.Kemudian, Ulfah (2015) juga menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak, antara lain:
a. Jenis Kelamin
Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibanding terhadap anak laki-laki
b. Kebudayaan
Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan anak. Hal ini juga
terkait dengan perbedaan peran wanita dan laki-laki didalam suatu kebudayaan masyarakat
c. Status Sosial
Orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah, tingkatekonomi kelas menengah dan
rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi dibandingkan dari mereka
yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.

4. Karakterisik Pola Asuh Permisif


Hurlock (dalam Walgito, 2000) mengungkapkan karakteristik dari pola asuh
permisif yaitu :
a. Peraturan yang tidak jelas dari orang tua kepada anaknya
b. Hukuman tidak konsisten dijalankan
c. Persepsi orang tua bahwa anak akan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan
d. Tidak ada pemberian hadiah, karena social approval sudah cukup memuaskan.

5. Ciri-Ciri Pola Asuh Permisif


Menurut hurlock 1999 Pola asuh permisif, dengan ciri-ciri:
a. Tidak ada bimbingan maupun aturan yang ketat dari orangt tua.
b. Tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak.
c. Anak diberi kebebasan dan diizinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri.
d. Tidak ada kontrol dari orang tua.
e. Anak harus belajar sendiri untuk berperilaku dalam lingkungan sosial.
f. Anak tidak akan dihukum meskipun melanggar peratruran.
g. Tidak diberi hadiah jika berprestasi atau berperilaku sosial yang baik

6. Jenis-Jenis Pola Asuh Permisif


Menurut Santrock (2002) pola asuh permisif terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Pola asuh permisif indifferent (tidak peduli)
Pola asuh permisif tidak peduli adalah suatu pola di mana orang tua sangat tidak
ikut campur dalam kehidupan anak. Tipe ini diasosiasikan dengan inkompetensi anak
secara sosial, khususnya kurang kendali diri. Anak-anak yang orang tuanya
menggunakan pola asuh indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-
aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada anak mereka.
b. Pola asuh indulgen (memanjakan)
Pada pola ini merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam
kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batasan atau kendali terhadap
mereka. Pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak khususnya
kurang kendali diri. Orang tua seperti ini membiarkan anak-anak mereka melakukan
apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya adalah anak-anak tidak akan pernah bisa
mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka
dituruti.
Maccoby dan Martin (dalam Santrock, 1998) membagi pola asuh ini menjadi dua :
neglectful parenting dan indulgent parenting. Pola asuh yang neglectful yaitu bila
orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak (tidak peduli). Pola asuh ini
menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi social terutama karena
adanya kecenderungan kontrol diri yang kurang. Pola asuh yang indulgent yaitu bila
orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun hanya memberikan kontrol dan
tuntutan yang sangat minim (selalu menuruti atau terlalu membebaskan) sehingga
dapat mengakibatkan kompetensi sosial yang tidak adekuat karena umumnya anak
kurang mampu untuk melakukan kontrol diri dan menggunakan kebebasannya tanpa
rasa tanggung jawab serta memaksakan kehendaknya.

7. Kelebihan dan kekurangan Pola Asuh Permisif


Pola asuh permisif membuat hubungan anak-anak dengan orang tua penuh kasih
sayang, tapi menjadikan anak agresif dan suka menuruti kata hatinya. Secara lebih luas,
kelemahan orang tua dan tidak konsistennya disiplin yang diterapkan membuat anak-anak
tak terkendali, tidak patuh, dan akan bertingkah laku agresif di luar lingkungan keluarga.

a. Kelebihan Pola Asuh Permisif :


Dalam Munandar (1992) kelebihan pola asuh permisif, antara lain:
1. Anak memiliki sifat mandiri, tidak bergantung orang tua.
2. Anak tidak memiliki rasa takut terhadap orang tua, karena orang tua jarang memberikan
hukuman atau teguran, sehingga memiliki kreasi, inisiatif untuk mengurusi dirinya sendiri.
3. Kejiwaan anak tidak mengalami goncangan (tekanan) sehingga mudah bergaul dengan
sesamanya.
Anak yang dibesarkan dengan kultur permisif, tumbuh dengan kemampuan berpikir
secara kreatif dan bisa membuat banyak inovasi. Kebebasan untuk meraih apa yang
mereka inginkan membuatnya bisa berpikir out of the box. Inilah budaya yang pada
akhirnya membentuk Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Steve Jobs. Pola asuh permisif
menghasilkan sikap yang cenderung lebih tegas dan agresif karena mereka tumbuh bukan
sebagai pengikut yang hanya menuruti jalan yang dibuat orang lain. Melainkan, mereka
tumbuh sebagai master dari masa depannya. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh
ini umumnya lebih gembira dan potensi terkena isu psikologisnya lebih kecil.
Menurut Hurlock (2007) Pola asuh ini sebaiknya diterapkan oleh orang tua ketika anak
telah dewasa, di mana anak dapat memikirkan untuk dirinya sendiri, mampu bertanggung
jawab atas perbuatan dan tindakannya.

b. Kekurangan Pola Asuh Permisif


Dalam Munandar (1992) kekurangan pola asuh permisif, antara lain:
a. Karena anak terlalu diberikan kelonggaran, sehingga sering kali disalahgunakan dan
disalahartikan dengan berbuat sesuai dengan keinginannya.
b. Anak sering manja, malas-malasan, nakal, dan berbuat semaunya.
c. Anak senantiasa banyak menuntut fasilitas kepada orang tua.
d. Hubungan antara anggota keluarga sering terkesan kurang adanya perhatian.
e. Kadang-kadang anak menyepelekan perintah orang tua.

Anak yang tak terbiasa ditekan oleh orang tua untuk melakukan suatu hal umum nya
tumbuh sebagai sosok yang cukup puas dan tak berambisi tinggi. Sejak kecil terbiasa untuk
dimanja atau diberi kebebasan, dikhawatirkan ia mudah putus asa ketika tumbuh besar.
Ketika ia harus bekerja keras untuk bertahan, ia bisa saja memilih jalan lain yang lebih
mudah.
Menurut Baumrind (1997) pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak
yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang
percaya diri, dan kurang matang secara sosial. Sedangkan menurut Dariyo (2004) dampak
dari pola asuh permisif adalah anak cederung bertindak semena-mena, bebas dan memiliki
perilaku yang tidak terkontrol.
Namun memang pola asuh permisif ini memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing yang akan berdampak terhadap anak. Munandar
(1992) menyatakankelebihan pola asuh permisif, antara lain anak memiliki sifat mandiri,
tidak bergantung orang tua, anak tidak memiliki rasa takut terhadap orang tua, karena
orang tua jarang memberikan hukuman atau teguran, sehingga memiliki kreasi, inisiatif
untuk mengurusi dirinya sendiri, dan kejiwaan anak tidak mengalami goncangan (tekanan)
sehingga mudah bergaul dengan sesamanya. Di sisi lain, kekurangan dari pola asuh
permisif menurutMunandar (1992 antara lain kelonggaran yang diberikan orangtua sering
kali disalahgunakan dan disalahartikan dengan berbuat sesuai dengan keinginannya.
Kemudian, anak sering manja, malas-malasan, nakal, dan berbuat semaunya, anak
senantiasa banyak menuntut fasilitas kepada orang tua, hubungan antara anggota keluarga
sering terkesan kurang adanya perhatian, dan kadang-kadang anak menyepelekan perintah
orang tua.Selain itu, Baumrind (1997) juga mengatakan bahwa pola asuh permisif akan
menghasilkan karakteristik anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Sedangkan menurut Dariyo (2004) dampak dari pola asuh permisif adalah anak cederung
bertindak semena-mena, bebas dan memiliki perilaku yang tidak terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai