Anda di halaman 1dari 51

FAMILY THERAPY

BAB I
POLA INTERAKSI KELUARGA
Sebuah keluarga adalah sistem sosial yang alami, dimana seseorang menyusun aturan, peran,
struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat
melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif. Sistem keluarga dipelajari melalui 3
perspektif : Pertama, secara struktural dapat dilihat dengan dyadic yaitu subsistem suami isteri,
saudara kandung, dari anak dengan orang tua, dan tryadic yaitu subsistem ibu-nenek-anak
perempuan atau ayah, kakek dan anak perempuan. Kedua, secara fungsional adalah bagaimana
cara keluarga melindungi, merawat dan mendidik anak. Bagaimana membuat lingkungan fisik,
sosial dan ekonomi untuk mendukung perkembangan individu, bagaimana menciptakan ikatan
yang kuat dan terpelihara, bagaimana orang tua mendidik anak supaya sukses dikehidupan dunia.
Ketiga, secara developmental, keluarga seperti individu, dimana dalam kehidupannya berbagai
tugas perkembangan harus dikuasai dan cara baru untuk beradaptasi harus selalu disempurnakan.
MENGADOPSI PERSPEKTIF KELUARGA
Untuk mengatasi permasalahan disfunction behaviour dapat dilakukan dengan metode terapi
keluarga. Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang,
memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Rancangan kerja terapi
keluarga, awal permasalahan yaitu pada apa yang menyebabkan adanya kesulitan hubungan dan
tingkah laku individu menjadi tidak bisa dimengerti. Pendekatan terapi keluarga lebih melihat
bahwa individulah yang membawa simptom. Individu yang sakit telah menggambarkan adanya
ketidakseimbangan di dalam keluarganya. Terapi keluarga fokusnya adalah anggota keluarga
lain, membantu untuk memahami masalah sebagai gambaran tidak berfungsinya sistem dalam
keluarga.
MEMBANTU MASALAH KELUARGA
Terapi keluarga dapat dilakukan oleh sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain,
terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara
yang satu dengan yang lain berbeda.
Berikut ini adalah tipe keluarga yang ada di Amerika :
Tipe Keluaga Anggota Keluarga
Nuclear Family Suami, isteri, anak
Extended Family Nuclear family ditambah kakek, paman, bibi
Blended Family Suami, isteri ditambah anak dari pernikahan sebelumnya
Common Law Family Laki-laki, perempuan, dan mungkin anak yang tinggal bersama sebagai
keluarga, meskipun tanpa diikat oleh pernikahan yang sah
Single Parent Family Rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (laki-laki atau perempuan)
yang mungkin disebabkan oleh perceraian, kematian, ditinggalkan atau tidak pernah menikah.
Commune Family Laki-laki, perempuan dan anak tinggal bersama, berbagai hak dan kewajiban,
memiliki dan menggunakan perabotan bersama, kadang memutuskan untuk melakukan
pernikahan monogami.
Serial Family Laki-laki atau perempuan yang telah menikah berkali-kali kemudian mendapatkan

pasangan dan keluarga sepanjang hidupnya tetapi hanya sekali memiliki nuclear family.
Composite Family Bentuk pernikahan poligami dimana 2 atau lebih nuclear familiy berbagai
suami (poligini) atau isteri (poliandri)
Conabitation Hubungan yang kurang permanen antara 2 orang yang tidak menikah dengan jenis
kelamin berbeda yang tinggal bersama tanpa adanya aturan yang sah.
Gay Coupies Pasangan dengan jenis kelamin sama yang membina hubungan homoseksual.
PROSES PERKEMBANGAN KELUARGA
Menurut Carter dan McGoldrick (1980) terdapat siklus kehidupan keluarga. Dengan mengenali
fase perkembangan keluarga, kita akan tahu para tiap anggota keluarga dan memahami keluarga
sebagai system yang dinamis. Semua anggota keluarga akan mengalami krisis-krisis yang dapat
merubah hubungan dengan system keluarga. Hoffman (1980) menyebut gangguan tersebut
sebagai discountinous changes perubahan tiba-tiba yang merubah system keluarga sehingga
tidak bisa kembali pada bentuk dan fungsinya semula.
SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA
Setiap fase perkembangan keluarga menurut keluarga menghadapi tugas-tugas baru dan
mempelajari teknik adaptasi yang sesuai. Duvall (1977) menggambarkan tipe siklus keluarga
dari keluarga utuh dengan lingkaran yang memiliki 8 sektor. Lingkaran ini dapat membantu
menempatkan keluarga berada difase yang mana dan memprediksi kapan setiap fase akan
dicapai. Perilaku disfungsional pada individu anggota keluarga berhubungan dengan stressor
vertical dan horizontal dalam system keluarga. Stresor vertical meliputi pola-pola hubungan dan
fungsi-fungsi yang diturunkan antar generasi. Stressor horizontal meliputi kecemasan-kecemasan
akibat peristiwa yang dialami sepanjang keluarga melalui siklus kehidupannya.
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
Tabel tahap-tahap siklus kehidupan keluarga
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Proses Emosi Transisi : Prinsip Utama Perubahan Sekunder
Yang dibutuhkan untuk dapat berkembang
1.Antara keluarga dan
dewasa muda yang
tidak terikat Menerima bahwa harus siap berpisah dengan keluarga a.pembedaan diri dalam
hubungan dengan keluarga
asal.
b. Membangun hubungan yang intim dengan sebaya
c. Mapan dalam keluarga
2. Penyatuan keluarga
melalui perkawinan
pasangan pengantin
baru Komitmen dengan system yang baru a. Membantuk sistem keluarga
b. Menyusun kembali hubungan dengan keluarga
luas dan teman dengan melibatkan pasangan
3.Keluarga dengan
anak kecil Menerima anggota baru ke dalam sistem a.Menyesuaikan system dengan memberi
ruang
untuk anak

b. Mengambil peran menjadi orang tua


c. Menyusun kembali hubungan dengan keluarga
luas termasuk peran orang tua dan kakek nenek
4.Keluarga dengan
remaja Menambah fleksibilitas dalam ikatan keluarga termasuk memberi kebebasan pada anak
a.Mengganti hubungan orang tua-anak dengan
mengizinkan anak keluar masuk system
b. Memfokuskan kembali pada masa perkawinan
pertengahan dan masalah akhir.
c. Mulai fokus pada generasi lansia
5. Pelepasan anakanak dan keluarga
harus terus berlanjut Menerima masuk dan keluarnya anak dalam system keluarga a.Menegaskan
kembali system perkawinan sebagai
sebuah dyad.
b. Mengembangkan hubungan orang tua anak
sebagai hubungan sesama orang dewasa.
c. Menyusun kembali hubungan dengan melibatkan
mertua dan cucu.
d. Menerima disabilitas atau kematian orang tua
6. Keluarga dalam
kehidupan senja Menerima pergantian peran antar generasi a. Memelihara fungsi dan interes
pribadi maupun, pasangan dalam menghadapi penurunan fisik, menemukan peran-peran baru
dalam kehidupan keluarga dan sosial.
b. Mendukung generasi kedua menjadi sentral peran
c. Menyediakan ruang untuk kebijaksanaan dan pengalaman para orang tua dalam system,
mendukung mereka tanpa diberdayakan secara berlebihan
d. Menerima kehilangan salah satu pasangan, saudara-saudara kandung, atau teman sebaya dan
mempersiapkan kematian, mengkaji dan menginterprestasikan kehidupan.
Keluarga-Keluarga Alternatif
Keluarga lainnya seperti single parents dan keluarga inti telah mengalami suatu gangguan pada
siklus kehidupan keluarga sebelum menuju tahap perkembanganya. Pentingnya bagi terapis
keluarga untuk mengetahui latar belakang etik dan social ekonomi suatu keluarga.
BAB II
KEBERUNTUNGAN DAN KETIDAKBERFUNGSIAN
SISTEM KELUARGA
TEORI SISTEM: BEBERAPA PERTIMBANGAN DASAR
Suatu sistem digambarkan sebagai satu set unit yang saling berinteraksi dengan hubungan antara
mereka yang ada didalamnya (Miller, 1978) atau seperti satuan unsur-unsur yang didasarkan
pada interaksi (Bertalanffy, 1968). Gray, Duhl dan Rizzo (1969) menjelaskan bahwa teori sistem
menghadirkan suatu pendekatan ilmu baru yang menekankan keutuhan, interaksi bagian
komponen dan organisasi sebagai pemersatu prinsip. Konsep organisasi adalah dasar dan teori
sistem (Steinglass, 1978). Konsep keutuhan terdiri dari dua prinsip pokok teori sistem yaitu
sistem terbuka dan tertutup. Sistem terbuka menerima masukan perihal, energi atau informasi

dari lingkungan dan mengeluarkannya ke lingkungan. Sistem tertutup tidak mempunyai


pertukaran dengan lingkungan; sistem itu hanya beroperasi di dalam batasan-batasannya. Sistem
terbuka dikatakan negentropy; yaitu dapat menyesuaikan diri dan terbuka bagi perubahan. Sistem
tertutup cenderung ke arah entropy; yaitu dikacaukan dan diperuntukan untuk kekacuan
akhirnya. Semua sistem diharapkan mampu memelihara beberapa macam keseimbangan.
Homeostatis mengacu pada kecenderungan suatu sistem untuk memelihara keseimbangan
dinamis disekitarnya.
BEBERAPA KARAKTERISTIK SISTEM KELUARGA
Aturan Keluarga
Suatu keluarga adalah aturan sistem yang diatur, interaksi anggota keluarga mengikuti aturan,
menetapkan pola teladan.
Homeostatis Keluarga
Dalam terminiologi keluarga, homeostatis mengacu pada keramahan, menopang proses interaksi
yang berlangsung di dalam suatu keluarga dan membantu menyakinkan keseimbangan internal.
PERUBAHAN PERAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI
Dimensi psikologis dalam peran perempuan dan laki-laki
Peran perempuan
1. Oriantasi rumah, orientasi anak
2. Kehangatan, emosi, kelembutan, penawaran
3. Tenggang rasa, bijaksana, berbelas kasih
4. Suka murung, temperamental, emosional tidak masuk akal.
5. Keluhan, mengomel.
6. Lemah tanpa mengharapkan, mudah secara emosional luka.
7. Bersikap tunduk, bergantung
Peran laki-laki
1. Ambisi, kompetisi, mencoba usaha baru, duniawi
2. Tenang, stabil, tak berperasaan, realistas, logis
3. Kuat, tabah
4. Agresif, kuat bersifat menentukan, dominan
5. Bebas, percaya diri
6. Kasar, menjengkelkan, kejam
7. Otokritas, kaku, angkuh
FUNGSI DAN DISFUNGSI SISTEM KELUARGA
Mengelompokan fungsi keluarga
Tipologi keluarga kantor & Lehrs
Menurut Kantor & Lehrs (1975) ada tipe keluarga yakni terbuka, tertutup dan random yang
mencakup bentuk struktur hubungan keluarga internal dan akses untuk menyesuaikan dengan
dunia luar. Dalam tipe keluarga terbuka, menekankan demokratis, kejujuran. Fleksibilitas
tercermin pada keluarga ini, negosiasi antar anggota keluarga dapat dilakukan, dan diharapkan

adanya loyalitas antar anggota keluarga. Dalam tipe keluarga tertutup, aturan dan struktur hirarki
diterapkan, orang tua membatasi pergaulan anaknya, semua kegiatan dirumah dipersiapkan mulai
nonton acara TV dan sebagainya. Pada tipe ini, keluarga mempunyai jadwal tersendiri untuk
diterapkan. Tujuan dari tipe keluaga ini adalah untuk stabilitas yang sesuai dengan tradisi
sedangkan tipe keluarga terbuka, lebih mengarah pada penyesuaian jaman. Struktur keluarga
random menekankan aturan namun hanya aturan tertentu yang harus dijalankan. Jadwal makan
jarang ditentukan karena disesuaikan dengan aktivitas anggota keluarga. Tujuan dari tipe
keluarga ini adalah eksplorasi melalui intuisi.
Model Olsons Circumplex
Penelitian David menemukan model integratif dari fungsi keluarga yang berdasarkan pada
dimensi keluarga yakni kohesi dan kemampuan untuk menyesuaikan. Kohesi adalah keterikatan
emosional antara anggota keluarga dan otonomi individu dalam sistem keluarga. Kemampuan
adaptasi adalah kemampuan anggota dalam sistem keluarga untuk mengubah struktur, aturan dan
peran dalam hubungunnya untuk merespon situasi. Olson dan koleganya berpendapat bahwa
keseimbangan antara dimensi ini lebih diperlukan untuk mencapai perkawinan yang efektif.
Paradigma keluarga Reisss
Penelitian Reisss menemukan bagaimana keluarga mengembangkan paradigma keluarga dan
apa yang terjadi jika paradigma tersebut dirusak. Reiss (1981) membedakan 3 dimensi dengan
karakteristik paradigma keluarga yakni konfigurasi (level keluarga yang percaya bahwa dunia
sudah menjadi sifat seperti yang telah ditentukan), koordinasi (tingkat kepercayaan bahwa
lingkungan mempunyai efek yang sama terhadap semua anggota keluarga) dan closure (variasi
persepsi keluarga tentang peristiwa yang familiar kemudian diinterprestasikan atas dasar
pengalaman yang lalu).
Fungsi tingkat Beaverss
Penelitian Lewis, Beavers, Gossett & Phillips (1976) melihat kekuatan dan kelemahan anggota
keluarga untuk mengidentifikasi interaksi dalam sistem keluarga yang sehat untuk menjalankan
fungsi-fungsinya secara optimal. Fungsi keluarga yang baik adalah anggota bersedia untuk
berhubungan dengan anggota keluarga yang lain. Mereka mengharapkan adanya kepedulian,
keterbukaan, empati dan kepercayaan. Sedangkan anggota keluarga yang disfungsional biasanya
bersifat menolak, menjaga jarak dan bermusuhan. Keluarga yang berfungsi tinggi, anggotanya
lebih peduli pada kemandirian pribadi dan mengembangkan sikap toleransi. Keluarga
disfungsional, anggota keluarga merespon yang lain dengan sikap pasif dan lemah.
Persaingan dan konflik yang tersembunyi antara anggota keluarga disfungsional akan
menyebabkan frustasi. Ketika anak tumbuh pada suatu lingkungan keluarga yang mengalami
pergeseran, mereka mempelajari peran yang strereotype dalam mengembangkan identitas. Ketika
mereka beranjak remaja maka akan memisahkan diri dari keluarga dan sikap keluarga dapat
dibedakan menjadi centripental dan centrifugal (Stierlin, 1972). Centripental merupakan
kecenderungan anggota keluarga untuk terlibat satu sama lain sedangkan centrifugal
menandakan kenyamanan saat proses melepaskan terjadi. Pada keluarga disfungsional dengan
gaya centripental, menurut Beavers, remaja memandang keluarga sebagai hal yang harus
memenuhi kebutuhan mereka dibanding dengan lingkungan luar keluarga.

BAB III
TANDA-TANDA DISFUNGSI KELUARGA
Krisis memberikan kesempatan bagi keluarga untuk berkembang menjadi lebih baik dan
mempunyai bekal menghadapi tantangan ke depan. Kita kemudian menguji beberapa tanda
umum perilaku difungsi dalam keluarga : pola komunikasi yang patologis, keterlibatan dan
menjaga jarak, korban kekerasan dalam keluarga, penyalahgunaan peran dalam keluarga,
berakhir dengan menetapkan mitos-mitos keluarga.
STRESS HIDUP DAN KRISIS KELUARGA
Stres berhubungan dengan transisi dalam perputaran kehidupan keluarga atau perubahan
mendadak yang dapat mengarahkan pada krisis keluarga yang menantang bagi stabilitas
keluarga.
Keluraga akan kurang mempunyai pengalaman hidup bila tanpa kesulitan, ketegangan, dan
pengalaman kegagalan. Bahkan keluarga yang paling tenang sekalipun kadangkala harus
berurusan dengan masalah. Menninger (1963); krisis dalam keluarga sebagai suatu rangkaian
kemarahan, perubahan, trauma, atau sesuatu yang tidak disangka.
Krisis Perkembangan
Krisis terkait pada tugas langsung dari fase perkembangan keluarga. Pada keluarga yang tidak
memiliki anak, krisis bisa diatasi ketika bayi lahir yang kemudian mengubah peran mereka,
kebebasan bergerak, dan status ekonomi. Terkadang orang tua bisa melakukan tugas mengasuh
anak dengan baik, namun gagal memberi support dan dorongan ketika anak mulai masuk
sekolah. Pada keluarga lain, orang suka sangat mampu dan menikmati bermain dengan anak,
namun tidak mampu menawarkan kepemimpinan dan bimbingan yang penting saat anak
mencapai remaja.
Shapiro (1967) meneliti pelajar muda dan keluarga secara individual maupun terapi keluarga
dan menemukan bahwa hubungan orang tua anak berperan dalam membentuk identitas atau
kebinbangan identitas, identitas ini penting dalam menentukan gangguan pada remaja yang
menjadi konsekuensi keluarga.
Krisis Situasional
Krisis situasional dapat terjadi dengan tiba-tiba dan merusak inti perkembangan keluarga.
Sumber krisis ini diantarannya : keguguran, perkosaan, perpisahan, kematian anggota keluarga,
bunuh diri, dll.
Tiap krisis menjadi inspirasi bagi anggota keluarga untuk mengembangkan gaya baru untuk
kopling.
POLA KOMUNIKASI PATOLOGIS
Kecacatan Komunikasi : Konsep dari Penyimpangan Komunikasi
Fungsi keluarga yang efektif mengharuskan berkembangnya komunikasi yang mapan, jelas dan
terpelihara.
Komunikasi yang sehat mengharuskan 2 orang atau lebih, untuk berusaha berbagi kebersamaan
fokus perhatian dan memaknai arti berbagai selama proses komunikasi.

Dalam komunikasi keluarga diam dan menghindari kontak mata ketika orang lain bicara
merupakan pesan yang berarti.
Komunikasi Paradoksial : Konsep Double Blind
Komunikasi paradoksial adalah komunikasi yang bergerak dalam 2 arah dan tidak konsisten
pada waktu yang sama (Steinglass : 1976)
Pesan double-blind dapat merusak komunikasi paradoksial satu orang mengungkapkan
pernyataan kepada yang lain yang secara simultan berisi 2 pesan atau permintaan yang secara
logis tidak konsisten dan berlawanan.
Penyamaran Komunikasi : Mistifikasi
Mistifikasi : Laing (1965) ; gamaran bagaimana keluarga mengatasi konflik dan pertentangan
melalui kebingungan, ketidakjelasan atau menutupi apapun yang terjadi diantara anggotanya.
KOMUNKASI TERPOLA: HUBUNGAN SIMETRIS DAN
KOMPLEMENTER
Hubungan simetris; partisipan saling menjadi cermin perilaku satu sama lain, jika A membual,
B membual lebih besar. Hubungan komplementer, perilaku satu pasangan akan melengkapi yang
lain ; jika A asertif, B menjadi patuh (Baterson, 1958)
Hubungan simetris bersifat sejajar dan minim partisipan, juga menjadi bersaing, aksi tiap
pasangan mempengaruhi reaksi pasangannya pada efek spiral yang disebut eskalasi simetris.
Hubungan simetris dan komplementer umum pada keluarga yang normal; namun tidak pada
yang patologis. Misal pada eskalasi simteris dapat mengubah pembicaraan pada perubahan yang
buruk yang menyisakan partisipan secara fisik dan emosi menjadi kering. Pasangan bisa berbalik
menjadi pola dominan-pengalah dalam rangkaian perubahan sodomasochistis yang pada
akhirnya merusak harga diri dari keduanya.
Keterlibatan dan Pengingkaran Janji
Banyak sistem keluarga yang terpuruk antara keterlibatan (batas yang dikuburkan dan
pengingkaran janji (batas yang kaku dan komunikasi antara sub-sistem yang sulit).
Keterlibatan adalah bentuk dari kedekatan dan interaksi keluarga yang anggotanya sangat
perhatian dan saling terlibat. Keluarga yang menjaga jarak berfungsi secara terpisah tidak loyal
pada keluarga, dan kurang saling bergantung.
Penyimpangan Produk Keluarga
Ekstrim dari keterlibatan dan menjaga jarak (atau alternatif dari keduanya menentukan karakter
interaksi keluarga, yang memunculkan penyimpangan dalam keluarga.
Keluarga Psikosomatis
Elemen psikosomatis yang memperburuk simptom dengan cepat adalah tekanan emosi seperti
misalnya anak yang mendapatkan bimbingan orang tua. Keluarga yang memiliki masalah dalam
perkawinan yang mengakibatkan penyakit asma pada anak. Serangan ini sesungguhnya
merupakan penangkisan terhadap masalah orang tuanya.
Batasan-Kekerasan dalam keluarga
Inti dari konsep batasan disini adalah pengalaman terhadap keterlibatan atau ketidaksetujuan

pada suatu perilaku dalam keluarga. Keluarga dengan batasan yang kaku cenderung akan
membuat anggotanya memilih jalan masing-masing.
Pada keluarga patogenik yaitu kelurga yang menghasilkan suatu perilaku disfungsional, salah
satu atau kedua orang tua dan anak yang membuat peraturan yang tidak tepat/pantas yang seolaholah mereka hanya punya satu karakter kepribadian, misalnya si pemalas atau si egois.
Korban Kekerasan
Korban adalah seseorang yang mengembangkan simptom yang biasanya digunakan untuk
mengidentifikasikan klien yang membawa penyimpangan pada seluruh anggota keluarga.
Korban muncul sebagai akibat dari suatu proses. Tidak peduli korban itu merupakan korban dari
perlakuan orang lain atau tidak. Semua anggota termasuk si korban merupakan orang yang
berpartisipasi dalam proses.
KEKERASAN KELUARGA
Pada episode kekerasan keluarga, tekanan, intensitas, persaingan, dan kontrol yang hilang
semuanya bersumber dari ketidaknyaman individu atau dari sikap agresi yang tidak terpecahkan
dari sipelaku.
Keluarga dan Hakekat Penyiksaan
Teori sistem berasumsi bahwa tiap anggota keluarga memiliki peran dalam perilaku
disfungsional dari anggota keluarga yang mengalami gangguan. Pada kasus kecanduan alkohol
dan ketergantungan terhadap obat-obatan, perilaku individu akan dengan cepatnya bergema
dalam keluarga.
Mitos yang menetap pada Keluarga
Dalam keluarga, mitos dibagi keseluruh anggota keluarga, membantu dalam berinteraksi,
melengkapi aturan. Seperti misalnya ; para pria disatu keluarga yang menyatakan bahwa mereka
merupakan orang-orang cerdas pada keluarga tersebut dibanding para wanitanya yang lebih
sering menggunakan emosi.
Pseudomutuality dan Pseudohostility
Pseudomutuality adalah mereka yang melakukan usaha yang kuat untuk memelihara
penampilan dalam hubungan, ilusi yang terbuka dan empati dalam interaksi dengan orang lain.
Jika hal ini nyata mereka malah menjaga jarak dengan yang lain.
Pseudomutually adalah karakter yang disetting keluarga dimana skizoperina berkembang
BAB IV
DASAR DAN PERKEMBANGAN FAMILY THERAPY
Chapter ini memaparkan sejumlah model teoritis yang menjadi dasar berkembangnya bentukbentuk terapi keluarga. Goldenberg dan Goldenberg (1983) menekankan pada lima pendekatan
ilmiah dan perkembangan klinis yang memprakarsai famili terapy.
Kelima pendekatan tersebut adalah :
1) Eksistensi treatment psikoanalitas terhadap masalah-masalah emosi, termasuk pola interaksi
keluarga yang menyeluruh.
2) General system theory yang menekankan pada interaksi dari suatu bagian yang memiliki

keterkaitan dengan sistem secara menyeluruh.


3) Investigasi pada peran keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita schizopherina,
4) Evolusi dalam hal child guidence, dan marital counseling serta
5) Meningkatnya minat terhadap teknis klinis yang baru seperti terapi kelompok.
Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu teknik terapi yang diprakarsai oleh Sigmund Freud, yang
akhirnya menjadi ideologi yang dominan dalam dunia psikiatri di Amerika. Freud berpendapat
bahwa hubungan keluarga (family relationship) sangat mempengaruhi karakter seseorang,
khususnya dalam perkembangan simpton-simpton perilaku. Dalam hal ini, Freud mengelaborasi
pandanganya tentang perkembangan psikoseksual pada anak dan penggunaan defence
mechanisme sebagai dorongan ketidaksadaran dari ego, yang tampak pada orang yang
mengalami gangguan afeksi yang disebabkan oleh anxiety. Disamping itu, Freud percaya bahwa
resolusi yang tidak adekuat pada setiap tahap perkembangan psikoseksual dapat menyebabkan
perilaku neurotik, misalnya phobia. Terapi yang diperkenalkan oleh Freud ini merupakan terapi
yang berorientasi individual.
Ackerman mengkaji tentang peran keluarga sebagai suatu unit psikososial yang dinamis yang
mempengaruhi para anggotanya. Ia mengelaborasi konsep psikoanalisis (interaksi yang bersifat
konstan diantara dorongan biologis pada diri seseorang) dan konsep sistem (lingkungan sosial)
dalam mengembangkan terapi keluarga. Tokoh psikoanalisis yang juga berpengaruh terhadap
perkembangan terapi keluarga adalah Adler dan Sulivan.
General System Theory
General system theory merupakan upaya untuk menghasilkan suatu model teori yang
komprehensif yang mencakup seluruh sistem kehidupan, suatu model teori yang relevan untuk
semua ilmu perilaku. GST ini diprakarsai oleh Ludwig Von Bertalanffy, yang menggambarkan
suatu framework tentang fenomena yang nampaknya tidak berhubungan sebagai komponen dari
suatu self-regulating dari sistem secara keseluruhan dengan mekanisme umpan balik untuk
mengembangkan proses. Konsep ini diterapkan dalam system keluarga, yang berfokus pada
bagaimana bentuk sebagian dari keseluruhan, bagaimana bagian-bagian tersebut diorganisasikan
pada berinteraksi.
Schizophrenia dan Family Therapy
Terkait dengan penderita schizopherina, telah banyak ahli yang melakukan investigasi tentang
peran keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita schizopherina, antara lain : Lidz dan
Lidz (1949) dalam invesgasinya terhadap ibu penderita schizopherina, menemukan bahwa
terdapat kondisi yang baik adekuat dan mengindikasikan adanya gangguan psikologis pada relasi
antara ibu dengan anak. Senada dengan itu, investigasi yang dilakukan oleh Browen tentang
hubungan simbiotik antar ibu dan anak, Wyne tentang pseudomutuality juga menunjukan bahwa
schizopherina secara etilogi terjadi karena adanya disfungsi peran keluarga dan pola interaksi
dalam keluarga.
Marital Counseling dan Child Guidance
Marital counseling dan Child guidance pada umumnya ditandai dengan adanya famili therapy,
yang didasari oleh konsep bahwa gangguan psikologis yang muncul akibat adanya konflik

diantara orang yang berasal dari konflik yang terjadi di dalam diri seseorang. Pendekatan ini
akan afektif apabila treatment diberikan simultan kepada pasangan marital (ibu dan ayah) atau
pasangan orang tua dengan anak.
Group Therapy
Group therapy telah dipraktekan sejak permulaan abad 20 akan digunakan setelah perang dunia
kedua. Penggunaan proses kelompok psikoterapi diawali oleh seseorang psikiatris asal Austria
Jacob Moreno sekitar tahun 1910, dengan melakukan teknik terapi dan drama yang
dikombinasikan menciptakan psychodrama. Teknik ini masih digunakan sampai saat ini. hal ini
dipercaya bahwa dalam proses terapi perlu untuk melukis kembali berbagai interpersonal yang
mungkin telah mendorong munculnya kesulitan psikologis. Pada dasarnya praktek group therapy
merupakan prinsip suatu kelompok kecil dapat bertindak sebagai pembawa perubahan dan betulbetul mempengaruhi pilihan yang perlu dipertimbangkan oleh anggotanya.
PERKEMBANGAN DALAM FAMILY THERAPY
Berdasarkan stimulasi oleh penelitian research-oriented dari keluhan keluarga dengan anggota
yang schizohreic, terapi keluarga ini dimulai bergerak tahun 1950-an. Pendiri terapis keluarga
pada dekade itu telah dihubungkan dalam tahun 1960-an oleh terapis yang bersifat individual
oriented, yang tertarik dengan baru mengkonseptualisasikan dan memperlakukan perilaku
disfungsional. selama besar temuan diperoleh dari penelitian keluarga, selama ini klinis
kerepotan melakukan praktek berkaitan dalam proses, mereka menciptakan beberapa hal baru
untuk intervensi keutuhan keluarga.
Teknik ini bergerak lebih cepat dari teori dan riset baik selama teknik terapi yang inovatif
memperkenalkan pendekatan perilaku untuk masalah-masalah family-oriented. Perkembangan
pada bidang ini diarahkan pada awarness dan self-evalutiaon. Di tahun 1980-an marital therapy
dan family therapy adalah suatu bidang nyaris disatukan. Praktisi dari berbagai disiplin ilmu
family therapist terutama identifikasi profesional. Sekarang ini penekannya masalah-masalah
perlakuan dalam proses konteks hubungan dibanding individu yang bekerja secara terpisah.
Kebangkitan kembali dari minat akan keluarga dan hubungannya dengan penelitian klinis
keluarga dan praktek family therapy.
BAB V
PERSPEKTIF TEORITIS
PSIKODINAMIKA DAN MODEL HUBUNGAN
Pendekatan terapi keluarga dibagi menjadi enam kelompok yaitu : psikodinamika,
eksistensial/humanistik, Bowenian, struktural, komunikasi dan perilaku. Perbedaan penting
dalam orientasi teoritis, adalah penekanan dalam intervensi pada masa lalu; atau masa sekarang,
apakah yang berperan kesadaran atau ketidaksadaran, fungsi utama dari terapis, kesatuan analisis
dan treatmen untuk mencapai tujuan. Perbedaan itu dapat dilihat pada tabel berikut :
Dimensi Psikodinamika Humanistik / Experential Bowenian Structual Communcation Behavior
Kerangka waktu utama Masa lalu : pengalaman pada masa kecil terbuka Sekarang : data kini dan
disini dari pengalaman yang diobservasi langsung Mengutamakan masa kini, meskipun juga
memperhatikan latar belakang keluarga Kini dan masa lalu : struktural keluarga yang sekarang

dipengaruhi oleh pola-pola transaksional sebelumnya Kini masalah atau gejala-gejala yang ada
sekarang, dipelihara oleh pengulangan hubungan antar personal Kini : masalah atau gejala-gejala
yang ada sekarang, dipelihara oleh pengeluaran hubungan antar personal
Peranan proses-proses tak sadar Konflik dari masa lalu yang tidak terselesaikan, akan nampak
pada perilaku sadar seseorang secara kontinyu untuk menghadapi situasi dan objek yang ada
sekarang Pilihan bebas, dan menentukan dengan kesadaran Konsep awal memicu konflik bawah
sadar Pengulangan kebiasaan yang dipelajari lebih penting daripada ketidaksadaran Peran-peran
keluarga, keseimbangan homostatis menentukan perilaku Perilaku bermasalah dipelajari dan
dipelihara oleh konsekuensinya
Fungsi utama terapi Netral membuat interprestasi terhadap pola perilaku individu dan keluarga
Fasilitator aktif pada potensi-potensi pertumbuhan Langsung tapi tidak konfrontatif Pengarah
tingkatna : memanipulasi perubahan keluarga Aktif, manipulatif Direktif, guru, trainer atau
model pada perilaku yang diharapkan negosiator kontrak.
Unit analisis Individu Diadik Keluarga dalam beberapa generasi Triadikoalis, subsistem,
keterikatan, kekuasaan Diadik dan triadik Diadik
Tujuan treatmen Insght, kematangan psikologis, menekankan pada fungsi ego hubungan objek
yang lebih memuaskan Pertumbuhan, interaksi yang lebih bermakna, komunikasi yang jelas,
kesadaran yang lebih bagus, keotentikan. Memaksimalkan self differensiation dari semua
anggota keluarga Berubah dalam konteks hubungan untuk merestrukturisasi organisasi keluarga
dan mengubah pola transaksional yang tidak berfungsi Mengubah perilaku disfungsional dan
rangkaian perilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga untuk mengurangi timbulnya
masalah dan sympton-sympton Berubah dalam konsekuensi perilaku antara individu untuk
mengurangi masalah perilaku maladaptif.
Sudut pandang psikodinamika sebagian besar mendasarkan pada model psikonalisis. Menurut
pendekatan ini, dua individu yang disatukan dalam pernikahan. masing-masing membawa sifat
psikologis yang berbeda dan unik. Latar belakangan dan pengalaman masing-masing anggola
keluarga sebagai salah satu unit dalam keluarga. Terapi ini melihat sejauh mana individu masih
berhubungan dengan masa ialunya. Tekanan pada pasangan dalam pemikahan bertiubungan
dengan pathogenic introjects yang dibawa oleh masing-masing individu dalam hubungan ini.
Nathan Ackerman, seseorang yang mempelopori terapi keluarga. mencoba untuk
mengintegrasikan teori psikoanalisis (dengan orientasi dalam tubuhnya) dan sistem teori (yang
menekankan hubungan antar pribadi). la memandang bahwa tidak berfungsinya keluarga
merupakan kagagalan di dalam poran yang menyeluruh diantara anggota dan sebagai produk dari
konflik yang belum terselesaikan (di dalam dun di antara individu dalam sebuah keluarga) dan
prasangka sebagai kambing hitam. Terapi berusaha diarahkan untuk membebaskan dari penyakit.
James Framo, generasi pertama terapis keluarga yang lain, percaya bahwa konflik intrafisik tidak
diperoleh dari keluarga asal, terlihat dalam wujud proyeksi ke teman akrab atau bersikap seperti
anak-anak. Menggunakan pendekatan suatu obyek-hubungan, Frarrto menitikberatkan dirinya
sendiri sebagai pembahasan dan memindahkan introjects, riil dalam proses ia melihat pasangan
yang sendiri, kemudian dalam kelompok berpasaugan, dan akhimya menggunakan bagian
terpisah dengan masing-masing pasangan dan anggota laki-laki atau perempuan keluarga asal.
Ivan Boszormenyi-Nagy dihubungkan dengan pusat pada transgenerational warisan dan
bagaimana pengaruh masa lalu bertiubungan dengan funpsi dalam semua anggota keluarga.
Dalam pandangan ini, keluarga mempunyai kewajiban kesetiaan berakar dalam generasi masa
lampau dan tanggung jawab yang seimbang. Boszormenyi-Nagy menyatakan pendekatan terapi

termasuk untuk membangun kembali tanggung jawab, perilaku yang dapat dipercaya, dengan
mempertimbangkan pemberian judul dari semua hal yang terkait. Helm Stierlin, pendekatannya
berkaitan dengan bagaimana keluarga yang mengalami penyakit skizofrenia, berusaha
mengidentifikasi pasien untuk keluardari permasalahan dasarmereka.
Robin Skynner berpendapat bahwa orang dewasa dengan berbagai kesulitan hubungan sudah
mengembangkan harapan tidak realistis dari yang lain dalam wujud sistem bersifat provcksi yang
dihubungkan dengan kekurangan pada masa kanak-kanak. Pasangan dalam perkawinan, sering
bertentangan dengan sistem proyeksi, usaha menciptakan situasi dalam perkawinan dimana
situasi pengalaman yang hilang dapat disediakan, kekurangan yang ditengahi kembali oleh
pasangan yang lain, tak bisa diacuhkan. Frustrasi tidak bisa dibiarkan, pasangan boleh
mengarahkan proyeksi ini ke seorang anak, yang merupakan gejala simtomatik Skynner berusaha
melakukan terapi, dengan versi yang diperluas, usaha untuk memudahkan perbedaan antara
pasangan perkawinan menjadi lebih mandiri.
John Bell, seorang pendiri terapi keluarga, menggunakan dasar pendekatan pada teori psikologi
sosial tentang perilaku kelompok kecil. Pendekatan terapi kelompok keluarga saling berinteraksi;
la memudahkan komunikasi menjelaskan dan menginterpretasikan, untuk memimpin terapi
kelompok yang akan lakukan. Di tahun terakhir, Bel telah mengarahkan perhatiannya untuk
membantu menciptakan keluarga-meningkatkan lingkungan atas pertolongan suatu teknik
intervensi yang berupa konteks dalam terapi keluarga.
BAB VI
THEORETICAL PERSPECTIVES:
EXPERIENTIAL / HUMANISTIC MODEL
THE EXPERIENTIAL MODEL
Semua experiential therapists sepakat untuk menggunakan pendekatan yang menekankan pada
kondisi sekarang atau yang sedang terjadi. Tokoh yang menggunakan perspektif ini adalah Carl
Whitaker (1976), Kempler (1981), Kaplan & Kaplan (1978). Penekanan mereka terhadap : hereand-now situasi yang terbuka dari waktu ke waktu antara terapis yang aktif dan perhatian dengan
sebuah keluarga. Interaksi antar anggota keluarga dan dengan terapis adalah usaha yang
dilakukan untuk membantu setiap oranc menghadapi masalah untuk mengeMbangkan lebih
banyak kesempatan untuk-bebas berperilaku. Para terapist memberikan pengalaman daripada
menggunakan insight dan interprestasi. Menyediakan kesempatan bagi anggota keluarga untuk
membuka diri mereka sendiri secara spontan, bebas berekspresi, dan berkembang secara
personal.
Pengalaman interpersonal merupakan stimulus utama untuk mengembangkan pendekatan
psikoterapi ini.
EXPERIENTIAL / SYMBOLIC FAMILY THERAPY (Whitaker)
Asumsi dasar yang menjadi konsep dalam penerapan terapinya adalah
bahwa keluarga diubah sebagai hasil dari pengalaman moreka, tidak seluruhnya
dari pendidikan. Karena kebanyakan dari pengalaman kita terjadi diluar
kesadaran kita, kita hanya dapat memperoleh pesan secara non verbal atau
berupa symbol, stfatnya tidak teiap letapi dampak prosesnya terjadi dalam
keluarga. .
Whitaker menggunakan pendekatan nonteorites di dalam terapinya. la lebih menekankan pada

proses sesuatu yang terjadi selama tahapan keluarga, dan bagaimana setiap orang (partisipan)
mengalami perasaan-perasaan dan perubahan perilakunya.
Menurut Whitaker, terapi keluarga terdiri dari boberapa tahapan yang meliputi: (1) pre-treatment
phase, seluruh komponen dalam keluarga diharapkan memberikan kontribusi dan berpartisipasi
dalam proses terapi (2) mid-phase. meningkatkan keterlibatan dalam perkembangan keluarga,
(3) late phases pada terapan ini fleksibilitas dalam keluarga ditingkatkan dengan meminimalkan
intervensi dari kelompok terapi, dan (4) separation phase, para terapis dan family part, tetapi
dengan pengakuan terhadap mutual interdependence and loss.
GESTALT FAMILY THERAPY (Kempler)
Pendekatan gestalt menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Keseluruhan dari
diri seseorang harus dijaga dan dapat diintegrasikan. Dalam proses pencapaian secara
menyeluruh, aspek-aspek kepribadian yang tidak terlihat diidentifikasi dan diperoleh kembali.
Self-awareness diartikan sebagai perubahan yang diselesaikan. Kecenderungan self-defeating
hams dikenali, menghilangkan hambatan emosional terhadap self-understanding,
mengekspresikan kondisi-kondisi yang dirasakan. Meningkatnya kesadaran diri, berimplikasi
terhadap sense of self-direction. Pendekatan gestalt menganggap bahwa pengalaman sepanjang
hidup dan observasi terhadap orang lain merupakan proses internalisasi nilai-nilai yang
dinginkan dalam hidup seseorang. Ketika sumber daya yang ada dalam diri seseorang mampu
dimobilisasi, maka hal ini diasumsikan sebagai sarana/untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Peran seorang terapis dalam terapi gestalt adaiah membantu klien menyadari bagaimana mereka
memanfaatkan sumber daya yang tidak efektif dan menemukan apa yang menghambat usaha
mereka untuk mencapai tujuan, seorang terapis tidak menjelaskan kepada klien mengapa mereka
melakukan cara tertentu. Gestalt family therapy menunjukkan usaha untuk memadukan prinsipprinsip dan prosedur dalam keluarga dan terapis gestalt dalam usaha membantu seseorang
(anggota keluarga) untuk mencapai cara yang biasanya dilakukan untuk memberdayakan diri,
defenses, dan facades. Seseorang mampu menyadari kebermaknaan dirinya dan mampu
mengekspresikan perasaan-perasaannya. Idealnya, anggota keluarga menyadari hubungan saling
mempengaruhi antara dirinya dengan orang lain, dan keluarga dapat mempelajari cara baru untuk
bekerja dan hidup bersama.
THE HUMANISTIC MODEL
Orientasi para terapis yang menggunakan pendekatan humanistic menekankan pada konsep yang
mengatakan bahwa disfungsi perilaku merupakan hasil dari adanya hambatan dalam masa
pertumbuhan, hal ini disebabkan karena adanya kegagalan dalam mengaktualisasikan potensial
diri mereka sebagai gambaran adanya masafah psikologis. Pada umumnya, mereka mengartikan
kematangan seseorang dilihat dari segi kemampuan untuk membuat pilihan secara rasional
terhadap apa yang mereka minati dan kemampuan seseorang untuk merencanakan masa
depannya. Pendekatan humanistic menganggap bahwa pertumbuhan adalah proses alami dan
spontan yang terjadi pada semua human being yang dipengaruhi oleh lingkungan. Gangguan
psikoiogis merupakan gambaran adanya kegagalan dalam mengaktualisasikan potensi untu.c
berkembang. Terapis humanistic berperan dalam memperkaya pengalaman kelusrga dan
mengajarkan kepada setiap
anggota keluarga untuk menyadari keunikan dan potensi mereka yang luar biasa.

PENDEKATAN PROSES / KOMUNIKASI (Satir)


Satir (1982) mengidenlifikasi pendekatannya sebagai model proses dimana para terapis dan
keluarga bekerja sama untuk menstimulasi proses health-promoting dalam keluarga. Pengalaman
Satir dalam menerapkan terapinya sangat terkenal didunia. Pendekatan yang digunakan dalam
menyatukan keluarga diawali dengan usaha mengklarifikasi adanya ketidaksesuaian dalam
proses komunikasi diantara anggota keluarga dengan menggunakan pendekatan humanistic
dalam usaha membangun self-esteem dan self-worth pada semua anggota keluarga. Dengan
meyakini bahwa human-beings yang ada dalam diri setiap manusia merupakan sumber daya
yang mereka butuhkan untuk mencapai kemajuan. Satir memandang bahwa salah satu tugasnya
adalah membantu orang-orang untuk menggali potensi yang mereka miliki dan mengajarkan
orang untuk menggunakan potensinya secara efektif.
BAB VII
PERSPEKTIF TEORI: MODEL BOWENIAN
Murray Bowen mencoba menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada
psikodinamika, yang menekankan pada perkembangan dini, isu-isu antar generasi, dan arti dari
masa lalu, dengan system pendekatan yang membatasi perhatiannya pada unit di masa kini dan
pengaruh-pengaruh terkini.
TEORI SISTEM KELUARGA
Murray Bowen hingga hari ini masih menjadi seorang figur kunci dalam perkembangan terapi
keluarga. Bowen menekankan pentingnya teori untuk penelitian, tujuan penibelajaran dan
sebagai blueprint dalam psikoterapi klinis. la prihatin dengan apa yang ia anggap sebagai
kekurangluasan teori perkembanagan keluarga. maupun pendekatan lerapiutiknya. Ia melihat
hubungan antara teori dan praktek sangat lemah
8 KONSEP YANG SALING BERKAITAN
Bowen berpendapat bahwa keluarga mcrupakan system hubungan emosional yang memiliki 8
konsep yang saling berkaitan. 8 kekuatan yang membentuk fungsi keluarga tersebut meliputi:
1. Perbedaan diri atau individu
2. Triagulasi
3. Sistem emosional keluarga kecil
4. Proses proyeksi keluarga
5. Pemutusan emosi
6. Proses penularan multigenerasi
7. Posisi saudara kandung
8. Regresi masyarakat
PERBEDAAN DIRI
Landasan teori Bowen adalah konsep perbedaan diri, yaitu tingkat perbedaan intelektual dan
emosional anggota keluarga. Menurut Bowen, tingkat perbedaan diri ditentukan oleh
kemampuan individu dalam membedakan fungsi intelektual dan emosi. Mereka yang perpaduan
emosi dan intelektualnya kurang baik, akan cenderung mudah emosi dan menjadi merasa tidak
berguna meskipun stress yang dialami pada level yang rendah.
Bowen mengenalkan konsep tidak adanya perbedaan ego keluarga, yang diambil dari teori

psikoanalisis. Konsep ini menyatakan bahwa ada saling ketergantungan dan kedekatan emosi
antar anggota keluarga, dimana mereka saling tahu perasaan, khayalan dan impian satu sama
lain. Kedekatan ini menurut Bowen, dapat mengakibatkan ketidaknyamanan yang pada akhirnya
mencapai fase saling menolak di antara anggota keluarga. Atas desakan kematangan dan
aktualisasi diri, individu dituntut untuk memutuskan kelekatan emosi dengan keluarga asal
mereka. Kemudian muncullah perbedaan diri.
Bowen menjelaskan level perbedaan diri dengan membuat skala sebagai berikut :
Skala 0 25 Orang yang emosinya sangat dipengaruhi oleh emosi keluarga dan orang lain,
perasaannya lebih dominan dibanding pikirannya.
Skala 25 50 Reaksi emosi masih terbimbng oleh orang lain. Dalam menyelesaikan masalah
masih butuh orang lain.
Skala 50 75 daya pikimya sudah cukup berkembang dan tidak lagi didominasi perasaan
ketika menghadapi stress.
Skala 75 100 Sudah dapat memisahkan antara pikiran dan perasaan. Keputusan-keputusan
yang diambil sudah bebas dari pengaruh kedekatan keluarga.
TRIANGULASI
Teori Bowen juga mendasarkan pada kecemasan atau tegangan emosi dalam kaitannya dengan
orang lain. Oleh karena itu menurut Bowen, dasar yang menghalangi system emosi keluarga
adalah triangulasi.
Dalam menghadapi stress, dua orang anggota keluarga cenderung untuk melakukan perekrutan
anggota baru atau membentuk triangulasi, mencari anggota ketiga, untuk mengurangi intensitas
stress dan memperoleh kembali stabilitas. Contohnya ketika dua saudara kandung bertengkar,
orang tua jadi orang ketiga yang menjadi penengah pertengkaran mereka. Hanya saja jika orang
tua tidak dapat mengontrol emosinya atau tidak dapat netral dalam menyelesaikan masalah,
justru akan memperparah situasi.
Dalam kaitannya dengan tehnik terapi keluarga, Bowen berpendapat bahwa jika terapis yang
diambil sebagai orang ketiga dalam system triangulasi tersebut di atas, maka ia dapat terlibat
dalam permasalahan suami-istri tanpa ada keberpihakan pada satu orang atau lainnya.
SYSTEM EMOSI KELUARGA KECIL
Dalam System emosi keluarga kecil, akan terlihat cara yang bervariasi dalam mengurangi
tegangan emosi dan memelihara stabilitas emosi. Keluarga kecil yang menghadapi kecemasan
kronis dan potensi instabilitas, akan cenderung untuk :
1) Mengembangkan jarak emosi antara suami-istri.
2) Tidak berfungsinya fisik atau emosi dalam hubungan suami-istri.
3) Terus menerus konflik, tidak memecahkan konflik pernikahan.
4) Memperburuk psikologis anak.
PROSES PROYEKSI KEUARGA
Proses proyeksi keluarga adalah proses emosional yang dijalani dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Orang tua akan melekatkan emosinya pada anak-anaknya, demikian juga anak-anak
ini akan melekatkan emosinya pada anaknya kelak, demikian seterusnya.
Anak-anak yang hanya sedikit terlibat dalam proses poyeksi, akan muncul sebagai orang yang
memiliki kemampuan yang baik dalam menahan pengaruh emosi orang lain dan akan mampu
memisahkattantara pikiran dan petasaan.

PEMUSATAN EMOSI
Pemutusan emosi adalah pemisahan jarak emosi dengan keluarga asal.
Bowen menuntut orang dewasa agar memutuskan keterikatan emosi mereka
dengan keluarga asal.
Terapis keluarga sebaiknya adalah orang yang tidak sedang memiliki masalah keluarga
sehingga masalahnya tidak akan bercarnpur dengan masalah klien.
PROSES PENULARAN MULTIGENERASI
Proses penularan multigenerasi adalah proses emosi keluarga yang ditransfer dan dipelihara oleh
lebih dan 3 generasi.
Dua konsep awal yang penting dalam penularan emosi keluarga ini adalah :
Pemilihan suami/istri dengan level perbedaan diri yang sama dengan dirinya
Proses proyeksi keluarga yang menghasilkan level perbedaan diri yang lebih rendah dari
keturunan tertentu.
POSSISI SAUDARA KANDUNG
Menurut Bowen ada hubungan antara nomor unit kelahiran dengan kepribadian yang
menjelaskan pengaruh posisi saudara kandung dalam proses emosi keluarga.
Pola interaksi antara pasangan suami-istri dalam sebuah keluarga sangat dipengaruhi oleh
nomor unit kelahiran pasangan tersebut dalam keluarga asal mereka. Misalnya: anak sulung yang
menikah dengan anak ke dua atau yang lebih muda, dia akan lebih besar tanggungjawabnya,
menjadi pengambil keputusan dalam keluarga dan sebagainya.
REGRESI MASYARAKAT
Bowen berpendapat bahwa masyarakat, sebagaimana.keluarga terdiri dan kekuatan yang saling
berlawanan, yang satu ke arah ketidakperbedaan (kesamaan), yang lain kearah individualitas.
Dibawah tekanan/stress yang kronis (pertumbuhan penduduk menipisnya sumber daya alam)
akan menimbulkan kecemasan, yang kemungkinan besar akan menjadi pengikisan kesamaan dan
menjadi kekuatan munculnya individualitas. Hal ini tentu saja akan berpengaruh dalarn
kehidupan keluarga.
TEKNIK PENDEKATAN KELUARGA BOWEN
Terapi Bowenian adalah sebuah system teori yang memikirkan hubungan-hubungan dalam
keluarga, dengan suatu metode terapiutik yang bekerja untuk memperbaiki system keluarga,
tanpa menghiraukan jumlah orang dari keluarga dalam tiap sessi atau pembahasan.
Dalam pendekatan Bowen, ada beberapa hal yang dapat dicatat sebagai berikut:
Terapis tidak boleh mudah rentan, harus tenang, tidak boleh larut dalam triangulasi dan tidak
terlibat secara emosional dengan suami/istri yang bermasalah.
Tidak rnembiarkan konflik terbuka.
Menggunakan posisi AKU dalam mengajarkan pada pasangan yang bermasalah untuk
melakukan sesuatu.
Menghindari interpretasi-interpretasi
Tujuan dari pendekatan Boweniah adaiah memaksimalkan perbedaan diri setiap individu dalam
system keluarga kecil dan memisahkah dari pengaruh keluarga asal.
BAB VIII
PERSPEKTIF TEORI:MODEL STRUKTURAL

Banyak konsep dari pendekatan struktural untuk tcrapi keluarga dikenal oleh pembaca :
subsistem, boundaris, alignment, dan ketidakterlibatan. Salvador Minuchin (Minuchin, 1974a,
1974b; Minuchin, Rosman & Baker, 1978), scjak tahun 1970-an membantu moyakinkan terapis
keluarga untuk mengadopsi pandangan struktural terhadap organisasi keluarga dan menggunakan
teknik lerapeutik dengan pendekatan struktural.
TEORI STRUKTUR KELUARGA
Lebih berorientasi pada sistem dibandingkan dengan Teori dari Bowen. pendekatan struktural
lebih diasosiasikan dengan Salvadors Minuchin dan koleganya (Edgar Aurswald, Braulic
Montalvo, Harry Apontc, Jay Haley, dan Lyrn Hofman). Lahir di Argentina, Minuchin menerima
pelatihan medis disini dan dikirim keluar negeri. Ketika Israel mendeklarasikan negaranya pada
1948, Minuchin adalah seorang dokter melawan dalam perang antara Israel dengan negarar.egara Arab. Setelah menjalani pelatihan sebagai psikiatris anak di Amerika Serikat, dia kembali
ke Israel untuk bekerja dengan anak-anak yang selamat dari Holocaust dan dengan imigran
Yahudi dari negara-negara Arab, ltu adalah titik dimana Minuchin menjadi tertarik untuk bekerja
dengan keluarga. Setelah kembali ke Amerika Serikat dia mulai mengembangkan teori dan
teknik khusus untuk bekerja dengan kebutuhan mendesak, seperti keluarga miskin berantakan di
Wiltwayek School dimana banyak anak berkulit hitam dan anak-anak Puerto Rico dan New York
dikirim kesana. Minuchin banyak memberikan pemaknaan, arahan, prosedur intervensi
berorientasi aksi untuk merestrukturasi keluarga yang kemudian membawanya ke Klinik
Pembinaan Anak Philadelphia, dimana dia menjadi direkturnya dari tahun 1965 sampai 1975.
Klinik Pembinaan Anak Philadhelphia aslinya adalah klinik kecil dengan 1 orang staf. Klinik itu
terletak ditengah-tengah (Shetto orang kulit hitam. Klinik itu berkembang dibawah
kepemimpinan Minuchin menjadi fasilitas terbesar untuk jenisnya yang pernah dibangun. Klinik
itu saat ini mempekerjakan 200 orarng Staf dan berafilasi dengan Rumah Sakit Anak di
Universitas Pennyslvania. Klinik itu menjadi satu dari sedikit klinik di Amerika Serikat dengan
keluarga Ghetos sebagai mayoritas. Dalam beberapa tahun, Minuchin menghabiskan waktu
profesionalnya untuk mengajar, memberi konsukasi, mengawasi, menulis dan
mendemonstrasikan tekniknya.
Dengan mcnggunakan beberapa prinsip sistem sejati yang telah kita diskusikan di Chapter 2,
Minuchin (1974a) menekankan pada keaktifan, keseluruhan unit keluarga yang teratur. Lebih
spesifik, dia menekankan kerugian dan perilaku repepetif serta kebiasaan yang dengannya suatu
keluarga mengorganisasikan diri mereka, kemudian dengan mengikuti pola ini, menciptakan
kesempatan pada keluarga untuk mengorganisasikan diri mereka serta substitusi struktur dan
pola transksional baru. Secara umum, usaha terapeutik ini melibatkan takaran untuk boundary
yang lebih jeias meningkatkan fleksibilitas dalam interaksi keluarga, dan yang paling penting,
memodifikasi struktur yang disfungsi oral. Minuchin (1974a) mengungkapkan pandangannya
sebagai berikut: Esensinya, pendekatan struktural terhadap keluarga berdasar pada konsep
bahwa keluarga lebih dari individu biopsikodinamis dari anggotanya. Anggota keluarga
berhubungan pada susunan tertentu yang mengatur transaksi mereka. Susunan ini, biasanya tidak
dinyatakan secara eksplisit atau dikenali sebagai bentuk keseluruhan struktur keluarga. Realitas
dari struktur adalah sesuatu yang berbeda dari realitas individual anggota keluarga (p-89).
Seperti kebanyakan sistem teori struktural tertarik pada bagaiamana kompehen dari sebuah
sistem berinteraksi, bagaimana keseimbangan atau homeosteraksi dapat dicapai, bagaimana pola
komunikasi yang disfungsional berkembang. Mereka secara khusus memberi perhatian terhadap
pola transaksi keluarga karena pola tcrsebut memberi petunjuk organisasi keluarga, permeabilitas

dari batas subsistem keluarga, eksistensi atau koalisi. Rosenberg (1983) menambahkan dengan
memberi kesimpulan bahwa ketika sebuah keluarga mengalarni kesulitan, seseorang dapat
berasumsi bahwa keluarga itu diatur oleh struktur yang disfungsi. Mungkin keluarga itu
berfungsi sesuai garis perkembangan normal kemudian memasuki tahapan perkembangan baru
atau bernegosisasi dengan krisis dulam lingkaran kehidupan, seperti kelahiran anak, anak
meninggalkan rumah, atau pemecatan fungsi anggota keluarga menjadi terlalu terlibat satu sama
lain (perilaku orang tua yang tampak mendukung dan mencintai anak remajanya sering dianggap
sebagai perilaku ikut campur oleh anak trsebut). Atau mungkin, dalam akhir kontinum, orang tua
mengalami dilema ketidakterlibatan (anak menjadi mandiri, disisi lain juga menunjukkan
ketidakmampuan orang tua memberi dukungan di saat Krisis).
Struktur yang disfungsional menunjukkan bahwa aturan yang mengatur transaksi keluarga tidak
beijalan, tidak sesuia dan rnembutuhkan negoisasi ulang.
Walaupun Minucnin tidak mendefinisikan teori bcrdasar intervensi ini dia menawarkan bcberapa
konsep vang berguna untuk menganalisis mckanisnic bagaimana keluarga mengatur dirinya,
sesuai dengan isu transaksional, dan adaptasi menuju tahapan perkembangan baru. Secara
teoritis, Minuchin memandang keluarga sebagai sistem sosial terdiferensial yang
mengembangkan pola transaksional yang mengatur bagaimana, kapan, dan kepada siapa anggota
/ keluarga saling berhubungan. Operasi yang berulang-ulang (misal : siapa yang memiliki anak
untuk berbicara apa kepada siapa dengan cara bagaimana) membangun pola sepanjang waktu
dan pola itu menjadi cara bagaimana anggota keluarga berinteraksi. Sistem keluarga dibentuk
oleh pola transaksional. Sistem ini menjaga bentuknya dalam jangkauan yang lebih luas maupun
sempit, pelanggaran menjadi pemicu mekanisme homeostatic untuk membangun kembali
jangkauan yang sesuai.
Subsistem, Boundaries, Alignment
Sistem keluarga menjalankan tugas mereka melalui subsistem. Individu adalah subsistem, dan
seperti suami dan istri atau subgrup yang lebih luas ditentukan oleh generasi, gender, tugas yang
diterima, atau kepentingan umum, adalah subsistem. Setiap orang berpartisipasi dalam variasi
subsistem dalam keluarga dan mungkin dapat memainkan peranan yang berbeda. Minuchin
menggambarkan seorang anak berperan sebagai anak laki-laki sehingga ayahnya dapat berperan
sebagai seorang ayah, tetapi dia dapat mengambil posisi yang lebih kuai jika hanya bersama
adiknya.
Aponte dan Van Deusen (1981) percaya bahwa transaksi dalam kcluarga mcnyepakati tentang
boundaries alignment dan power. Boundaries dari sebuah subsystem adalah aturan yang
mendefinisikan siapa berpartisipasi dan peranan mereka dalam trahsaksi atau pengoperasian
yang dibutuhkan untuk manjalankan fungsi tertentu (misal : siapa yang hams bertanggung jawab
terhadap pendidikan seks untuk anak, apakah ayah, ibu, atau saudara yang lebih tua? Atau
sekolah?).
Alignment adalah kesetujuan atau ketidaksetujuan seorang anggota dari sistem terhadap anggota
lain dalam menjalankan peranannya (misal : ayah setuju atau tidak dengan tindakan disiplin ibu
pada anak? Power adalah pengaruh tiap anggota kelurga terhadap perannya. Power tidak absolut
dan terkait dengan konteks atau situasi (misal : ibu memiliki pengaruh terhadap perilaku putrinya
ketika di rumah, tetapi memilki pengaruh minimal di luar rumah). Power juga terkait dengan cara
anggota keluarga secara aktif dan pasti mengkombinasikan kekuatan (misal: autotoritas ibu
tergantung dukungan suaminya). Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam keluarga
harus ada :

1. Boundaries generasi yang jelas, sehingga orang tua dapat membentuk subsystem dengan
kekuatan eksekutif.
2. Alignments antara kedua orang tua terhadap isu-isu kunci seperti disiplin.
3. Aturan terkait dengan power dan autoritas, mengindikasikan siapa yang berhak memutuskan
ketidaksetujuan orang tua dan siap yang mampu mengabulkan harapan jika mereka setuju.
Sebagai catatan, boundary generasi yang terkuat dapat mencegah campur tangan kakek dan
nenek dalam keluarga dan pengambil alihan fungsi terhadap anak. Sebagai tambahan, alignment
harus berfungsi baik atau individu akan menyeberangi boundary pergi ke ayah untuk mendapat
ijin, jika ibu tidak mengijinkan untuk mendapatkan yang diinginkan.
Beberapa keluarga merespon perubahan perkenibangan dengan membuat pola transaksi yang
lebih rigid. Keluarga menjadi lebih: tertutup; sistemnya, anggota keluarga memiliki pilihan yang
sempit dan mengembangkan respon stereo type ini sama lain. Dalam beberapa kasus, respon
stereo type ini dapat menimbulkan sorang anggota dalam sebagai deviasi.
Minuchin menjelaskan bahwa kesulitan keluarga dalam menjalankan tugasnya pada masyarakat
modern semakin nyata dan intense fi distress pada sistem keluarga, khususnya terhadap transisi,
menunjukkan abnonnalitas atau disfungsional. Minuchin menekankan bahwa keliarga tidak perlu
terlalu kaku dan resisten terhadap perubahan yang mencegah eksporasi pola interaktif. Keluarga
yang mengadaptasi mekanisme coping menjadi kelelahan, siapa yang mengontrol konflik
sebagai hasil, dan siapa yang tidak melihat alternatif, mungkin membutuhkan intervensi
terapeutik jika anggotanya mengalami realitas dengan cara baru, mengubah pola transaksional,
modifikasi struktur keluarga dan menyesuaikan dengan perubahan.
TERAPI STRUKTUR KELUARGA
Usaha terapeutik dari Minuchin berdasar pada keadaan saat ini dan prinsip tindakan
menimbulkan pengertian (Minuchin dan Fishman, 1981). Tindakan menimbulkan pengalaman
baru, untuk mendapatkan peagertian (insight) dan pemahaman untuk menyusun ulang struktur
(berkebalikan dengan Bowen) Pendekatan Minuchin adalah untuk meningkatkan pola interaksi
keluarga / memaksa anggota untuk melihat dibalik simtom-simtom agar dapat melihat (semua
perilaku mereka dalam konteks struktur keluarga. Dia menawarkan kepemimpinan keluarga
arahan dan pengkajian untuk menguji dan mengabaikan struktur yang rigid yang tidak lagi
fungsional.
Perubahan kedekatan hubungan, seperti hubungan suami istri yang lebih dekat atau jarak antara
anak laki-laki dengan ibu. Hubungan hierarkis dapat didefinisikan ulang, dibuat lebih fleksibel
dan diberi penguatan satu sama lain
pada keluarga yang menggunakan autoritas. Aligment dan koalisi lebih diekspolarasi konflik
lebih dipahami dalam keluarga/aturan alternatif lebih dikembangkan. Bagi Minuchin dan
koleganya, cara paling efektif untuk menghilangkan perilaku yang disfungsional dan simtomsimtom adalah dengan mengubah pola transksional keluarga yang mengatur mereka.
MENYUSUN ULANG KESATUAN DISFUNGSIONAL
Minuchin (1974) meletakan patologi kekeluargaan sebagai hasil dari pembangunan kesatuan
disfungsional. Kesatuan disfungsional adalah reaksi-reaksi keluarga, terbentuk dalam respon
sampai tekanan, yang diulangi tanpa adanya modifikasi ketika terjadi konflik keluarga. Seorang
suami yang mengalami stres pada pekerjaannya pulang ke rumah dan berteriak pada istrinya.
Sang istri berteriak balik, menambah konflik yang berkelanjutan tanpa perubahan sampai salah
satu pasangan meninggalkn konflik tersebut. Dua kelompok tersebut mengalami suatu kesatuan

resolusi. Contoh yang lain, seorang Ibu secara verbal memarahi anak laki-laki remajanya, sang
Ayah lain membelanya, anak yang lebih muda mengambil kesempatan bergabung dan membela
kakak laki-lakinya. Semua anggota keluarga menjadi ikut serta dan bermacam koalisi terbentuk
tetapi organisasi keluarga nampak sama dan kesatuan disfungsional akan terulang pada situasi
yang memungkinkan selanjutnya.
Minuchin mengemukakan bahwa suatu keluarga yang mencari permasalahan mengalami tekanan
yang melebihi mekanisme adaptasi dan pengopian sistem merintangi fungsi optimal dari para
anggotanya dalam proses berkeluarga. Minuchin membuatt penyusunan ulang alas kesatuan
keluarga-mengatur ulang sistem yang mengatur transaksi/hubungannya di dalamuya-sehingga
keluarga akan berfungsi secara lebih efektif dan potensi pertumbuhan setiap anggotanya akan
menjadi maksimal (Minuchin, I974). Proses pengaturan ulang mengandung perubahan dalam
aturan-aturan keluarga. perubahan dalam hal-hal pokok yang mendukung perilaku-perilaku
tertentu yang tak diinginkan dan perubahan dalam rangkaian interaksi.
Pendekatan terapi Minuchin sangat inovatif dan manipulatif secara sengaja, menyusul sebuah
kesatuan perhitungan dan prosedur percobaan yang terencana. Secara umum Minuchin
menyarankan bahwa ahli terapi memulai terapinya dengan menggabungkan dirinya bersaman
keluarga dengan tujuan untuk terdapat pengalaman secara langsung tentang tekanan dalam
sistem keluarga tersebut. Minuchin mulai dengan.menyelidiki struktur keluarga, mencari wilayah
yang mengkaji terjadi perubahan. Contohnya, jika sebuah keluarga melakukan terapi karena anak
wanitanya sangat pintar, menarik diri dan memiliki kesulitan dalam kehidupan sosialnya, ahli
terapi dapat melakukan diagnosis berlangsung bagaimana keluarga tersebut memasuki ruangan
terapi: anak perempuan duduk dekat ibunya dan mereka menempatkan kursi mereka saling
berdekatan. Ketika ahli terapi menanyakan apa permasalahannya, ibunya yang menjawab,
mengabaikan anak perempuannya yang mencoba mcnjawab dan menambahkan jawaban ibuaya.
Ibunya membuat pernyataan yang menunjukkan bahwa ia sangat tahu secara mendalam
mengenai kehidupan pribadi putrinya, lebih tahu dari orang kebanyakan. Selang beberapa menit
setelah memulai diagnostik, Minuchin membuat satu campur tangan pertamanya, ia meminta
sang Ibu dan Ayah untuk berganti kursi. Terapi struktural dimulai: ketika sang Ayah mulai
digambarkan, flekbilitas keluarga kemudian diuji ; dengan implikasi pada patologi hubungan
ibu-anak, alasan keluarga menjalani terapi untuk anaknya kemudian diatur ulang atau
dikelompokkan ulang sebagai sebuah masalah dengan fokus yang luas (Minuchin, 1974b).
TEKNIK INTERVENSI STRUKTURAL
Minuchin, adalah seorang dokter, ia membuat teori struklur keluarga sebagai sebuah hasil dari
terapi kerjanya dengau keluarga yang mengabaikan anak mudanya di Wiltwyek sebagaimana
pada keluarga yang tidak memperhatikan keadaan psikologi anak-anaknya, terutama anoreksi di
Pusat Pendampingan Anak Philadelphia (untuk pembahasan kedua penelitian ini, lihat bab 3). la
cenderung melakukan praklek terapi keluarga di rumah, namun diri pengalaman klinisnya ia
membuat strategi intervensi tertentu yang membentuk dasar pendekatan struklural. Strategi ini
secara sederhana dan praktis, Diperhitungkan memiliki efek-efek tertentu strategi-strategi
tersebut telah membuat terapi structural keluarga yang populer dan berpengaruh. Kami telah
menyinggung, beberapa taktik ini dalam bagian sebelumnya: ikut masuk dan bergabung dengan
aturan-aturan hubuugan keluarga, berhadapan, Dengan aturan-aturan hubungan keluarga
mencoba untuk menyusun ulang dan mengalur ulang aturan-aturan perilaku para anggotanya.
Beberapa taktik klinis lainnya mengandung beberapa catatan. Mimesis menyamakan proses
penggabungan keluarga dengan mengimitasi aturan, gaya. lingkup afektif atau isi dari

komunikasi. Melalui proses tracking, ahli terapis struktural mengadopsi simbol-simbol


kehidupan keluarga yang diperoleh dari komunikasi para anggotanya (seperti tema-tema
kehidupan, nilai, kejadian-kejadian historis klinis) dan secara sengaja menggunakannya dalam
percakapan keluarga. Usaha untuk mcmperkuat usaha-usaha trapis yang diberikan pada keluarga
juga merupakan satu cara mempengaruhi aturan transisional terbaru mereka; Minuchin (1974)
menyebutnya mengatur lewat mengikuti.
Pengundangan adalah usaha-usaha yang dibuat oleh terapis untuk mengatasi konflik keluarga
sehingga para anggota keluarga dapat mengkaji bagaimana mereka menghadapinya dan para
terapis dapat mulai merencanakan cara untuk memodifikasi interaksi mereka dan membuat
perubahan struktural. Untuk menggunakan sebuah contoh yang ditawarkan oleh Rosenberg
(1983), seorang lbu mengajukan komplain kalau putrinya yang berusia 2.5 taliun marai; dan
mempermalukan ibunya di depan kakek dan neneknya, di dalam bus, dan dalam situasi yang
lain,. Si putri masih berperilaku dan bersikap baik selama sesi-sesi awal terlepas (atau mungkin
karena) akan desakan ibunya sehingga ini berperilaku seperti itu. Saat sesi ketiga atau keempat,
saat si anak meminta permen karet, Rosenberg tahu ada kesempatan baginya: ia meminta sang
ibu untuk tidak memberinya permen karet karena waktu makan siang sudah dekat. Ketika si anak
inercngek dan meuaugis, ia akhirnya menyungkur kaji dirinya ke lantai dan melopas bajunya dan
ibunya ingin menurutnya sementara Rosenberg mendorong sang ibu untuk tetap bersikeras, dan
jangan peduli dengan suara bising/tangis itu. Lepas sekitar setengah jam berikutnya, si anak
berhenti menangis; ia terlihat baik kendati sang ibu dan terapist terlihat kelelahan! Dalam hal
struktural, batasan generasional di siniterbentuk kembali, saiig ibu kembali memikul
tanggungjawabnya, dan sang putri, akhirnya merasa nyaman setelah tahu bahwa ibunya dapat
menanganinya.
Enactment (pemeriksaan) seringkali bermanfaat untuk menegaskan tujuan
atau maksud. Dalam hal ini, terapist keluarga struktural mendefinisikan ulang
masalah yang ada (sebagai contoh, penderitaan diri seorang putri dewasa) sebagai
fungsi dari struktur keluarga itu sendiri. Gadis yang anorexic (anorexia) dikatakan bandel dan
bukannya sakit, memaksa anggota keluarga untuk melihat pandangannya tcntang apa yang
terjadi dan akhimya meiigubah pola transaksional mereka. Kenyataan halnya si anak (puteri)
tidak makan tidak mengubah arti yang dikaitkan dengan perilaku tersebut. Refraining
digunakan oleh banyak terapist keluarga (terutama para advokat komunikasi) untuk mengubah
perspektif keluarga, dan akhirnya untuk mengubah pola perilaku keluarga berdasarkan pilihan
dan alternatif baru.
lntervensi Minuchin sangat mungkin meningkatkan stresi/tekanan pada sistem keluarga bahkan
mungkin menciptakan; krisis keluarga yang menjadikan homeostatis kekeluargaan tidak
seimbang tapi sekaligus membuka peralihan struktur keluarga. Minuchin menemukan: bahwa
dalam sistem keluarga yang lingkungan berbagai contoli. anggota keluarga kerab kali percaya
bahwa semua keluarga tidak dapat beradaptasi dengannya; sebagai akibatnya, sistem melebihi
menemukan adanya perubahan anggota tertentu untuk mempertahankan homecslatis
disfungsional. Ketika mungkin bahaya dari keluarga tadi semakin meningkat maka penilaian
gejala akan dialihkan sebagai bagian dari menurut penalaran konflik; sistem keluarga
memperkuat konstitutional (berkelanjutan) gejala yang membantu mempertahankan
keseimbangan sistem dan status quo. Dan tugas sang terapist lah untuk menjadikan semua orang
sadar, yang senang dicapai melalui refraining, karena masalah itu milik dan dialami oleh
keluarga. dan bukan individu; sehingga implementasi rangkaian fungsicnal baru harus mampu
menggantikan kebiasaan/liabitual dari yang disfungsional.

Taktik terapeutik yang digunakan oleh Minuchin seringkali dramatik dan sekaligus terikat.
Laiknya seorang pengarah panggung, ia menikmati penciptaan situasi, menciptakau skenario,
memberikan tugas kepada keluarga dan menuntut anggota keluarga tadi untuk berfungsi atau
berjalan sesuai dengan seting yang diberikan/ditunjukan. Sebagai contoh dalam menangani anak
anorexia, menyiksa diri sendiri dan menolak makan, Mintichin menuliskan untuk menemui
keluarga saat makan siang selama sesi pertama. la. menciptakan pcmcrilakuun sepcni itu sccara
ssugaja, untuk mencari orang adanya krisis seputar makan dan nicngalami apa yang dialami olcli
anggota keluarga. la mengamati baliwa orang tua berdalih, menuntut, membujuk, akhirnya
menyerah dan merasa kalah. la mcngamati si anak (puteri yang sudah dewasa) menunjukan
ketidakberdayaan, menolak makan. Minuchin melakukan refraining, membantu keluarga itu
untuk melihat bahwa anorexia nervosa adalah diagnosis dan suatu sistem keluarga, tidak sematamata perilaku simptomatik orang dewasa. Semua anggota keluarga terjebak dalam pola interaksi
yang sia-sia yang telah menjadi pusat kehidupan mereka; setiap anggota memiliki taruhan/saham
dalam mempertahankan penyakit tersebut. Minuchin menemukan tipe khusus dan organisasi
keluarga terkungkung dimana si puteri mencoba menurunkan pemahaman terhadap dirinya
sendiri. Dan menurutnya itu berkaitan dengan perkembangan dan perawatan sindrom
psikosonatik pada perempuan dewasa. Sebaliknya, sindrom tersebut memainkan peran penting di
dalam mempertahankan homeostatis keluarga. Tetapi keluarga struktural membantu setiap orang
dalam keluarga tersebut untuk mengenali sindrom tadi dan mcngambil tanggung jawab untuk
memberikan kontribusi tcrhadapnya.. Dengan menciptakan suatu krisis keluarga, Minuchin
mendesak keluarga uutuk mengubah sistem mereka, menggantikannya dengan interaksi yang
lebih fungsional.
Berikut ini merupakan pendekatan pemicuan-krisis Minuchin yang manipulatif. Dengan
menunjukkan tekniknys terhadap keluarga yang memiliki puteri dewasa penderita anorexia,
Minuchin menurut orang tua untuk memberikan makna , atau dia akan mati. Mereka
membujuknya, desakan, ancaman, teriakan. dan akhirnya menjejalkan makanan ke
tenggorokannya hingga si anak menangis dan pingsan. Minuchin yakin bahwa ia sekarang akan
mau makan.
Anoretic terobsesi dengan ketidakberdayaan, ketidakmampuan, kelemahan, dan keburukannya.
Saya mendorong suatu konflik interpersoncil yang menjadikannya berhenti berpikir lantang
seberapa burukkah dia dan-akan berpikir tentang seberapa. (maaf) brengseknya orang tuanya.
Pada demonstrasi tersebut, saya mengatakan kepada orangtua si anak, Buat ia mau makan, dan
ketika mereka melakukannya, dia harus menghadapinya sebagai manusia/orang. Sebelumnya,
sang orangtua mengatakan Kami mengendalikanmu karena kami menyayangimu.Salam posisi
itu hanya memasukkan mereka ke dalamnya, mereka akhirnya berkala (maaf) brengsek. Ini
makan! Entah setelah itu si anak mau makan atau tidak, ia dapat saja memarahi si orang tua itu
Dengan pendekatannya ini, Minuchin (oleh dapat menunjukan bahwa gejala anorexic ternyata
tetapi melekat pada organisasi keluarga yang selalu karenanya mengubah organisasi tersebut
akan menghilangkan gejala yang fatal.
Penyakif psikosomatik menunjukkan suatu tipe penyakit dimana penawar atau obatnya dapat
diukur secara ilmiah, tidak semata-mata diasunisi atau disiratkan. Data Minuchin
mengindikasikan tingkat keberhasilan sebcsar 86% dalam perawatan anorexic dengan terapi
struktural ini. keberhasilan Minuchin dalam hal ini menunjukan kebermanfaatan penelitian lebih
jauh untuk menilai apakah bentuk intervensi yang sangat diperhitungkan dapat juga efektif untuk
masalah keluarga yang lain.

BAB IX
PERSPEKTIF TEORITIS : MODEL KOMUNIKASI
Komunikasi, atau interaksi diyakini merupakan bentuk hubungan yang bersifat sirkular
(berputar), dan merupakan repetisi (pengulangan) yang kompleks, karena itu tidak dapat dipilahpilah dalam logika sederhana, dan juga tidak selalu berupa hubungan sebab-akibat. Setiap orang
cenderung menempatkan dirinya dalam pihak yang bereaksi, bukan yang memulai aksi,
sekaligus juga menafsirkan posisi dan reaksi yang benar menurut subyektivitas mereka sendiri.
Dengan demikian, komunikasi dalam keluarga uinumnya juga inengalami situasi yang sama. dan
hal tersebut rentan menimbulkan konflik dalam keluarga. Pendapat ini telah bertahan dalam
jangka waktu lama, dan telah memunculkan pengembangan dan revisi baru. Untuk itu, perspektif
model komunikasi dan terapi masalah komunikasi dalam keluarga akan dibahas dalam 3 bagian.
A. THE MENTAL RESEARCH INSTITUTE (MRI)
INTERACTIONAL VIEW
Tinjauan Interaksional MRI dikembangkan oleh Don Jackson, Jay Haley, dan Virginia Satir,
beserta tokoh-tokoh terapi keluarga yang terkemuka seperti Gregory Bateson, John Weakland,
Jules Riskin, Paul Watzlawick dan Richard Fisch. Mereka mengembangkan teori model
komunikasi berdasarkan pada teori system umum, sibernetika, dan teori informasi. Konsep
mereka berisi teori aturan dalam keluarga, homeostasis (kemampuan mempertahankan keluarga
dalam keseimbangan), marital quid pro quo, prinsip redundancy) (interaksi terbatas dan
berkurang), punctuation (penekanan tanda baca sesuai persepsi sendiri). hubungan simetris dan
komplementer, dan kausalitas sirkular.
Sesuai dengan konsep dasar komunikasi semua pelaku adalah bentuk komunikasi, baik verbal
maupun nonverbal. Dengan demikian, komunikasi dapat direpresentasikan dalam gestur, bahasa
tubuh, nada suara, postur tubuh dan intensitas perilaku. Namun demikian, komunikasi dapat
bermakna ganda, dimana makna tersebut kontradikiif dan tidak dapat dihindari kedua-duanya.
Seringkali komunikasi bermakna lerbeda pada level pertama (permukaan/isi) dan pada level
kedua (metakomunikasi). Apabila hal tersebut terjadi pada anak, dapat membutuhkan penyakit
sistem. Konsep MRI sangat menekankan pengendalian keseimbangan keluarga terjaga.
Setiap komunikasi memiliki 2 aspek, yaitu aspek isi (laporan) dan aspek hubungan
(perintah). Hal ini berarti komunikasi tidak hanya memuat informasi. Namun juga menjelaskan
hubungan antara pihak yang berkomunikasi. Menurut Jackson, hubungan dalam keluarga dapat
dijelaskan dengan aspek perintah tersebut, sekaligus menegaskan aturan dan usaha
mempertahankaii homeostasis dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan Haley, komunikasi
dalam keluarga dapat berfungsi pada banyak hal, diantaranya untuk mengendalikan anggota
keluarga, menegaskan kekuatpn hubungan dan perintah, serta memfungsikan organisasi keluarga
yang lebih baik (melalui pengenalan perilaku dan komunikasi lewat perilaku). Satir, sebagai
pelengkapnya, menambahkan adanya komunikasi yang jujur dan efcktif antar anggota keluarga,
seperti mcnjadikan aturan tak tertulis menjadi lebih eksplisit.
Bentuk terapi yang dikembanjkan dari konsep MRI, terutama oleh Jackson dan Watzlawick,
berupa therapeutic double-bind, yaitu terapi dengan feknik paradoks. Terapi ini berguna untuk
mendorong komunikasi yang lebih eksplis.l dalarn keluarga agar tidak terjadi penyampaian
pesan inkongruen, asimetris. dan terlebih menimbulkan gejala skizofrenik. Terapi ini
memberikan subyck permasalanan yang bersifal saling bcricnlangan, dimana hal tersebut tidak
bisa dihindari tidak ada solusi yang mungkin, dan tidak ada bantuan ekstervial. Dengan

demikian, orang yang mengikuti terapi harus memaksa dirinya berubah atau membuat pilihan
sendiri, yang akhirnya dapat terkontrol melalui perilaku. Inti terapi ini adalah prescribing the
symptoms (menentukan gejalanya). Dengan meminta peserta terapi untuk tidak merubah
perilaku dasamya, diharapkan mereka dapat mengenali sendiri gejala dan penyebab konflik yang
disebabkan kegagalan komunikasi, dan akhirnya mendapat feedback positif untuk mengatasinya
secara alamiah.
Bentuk lain terapi mereka adalah dengan relabeling, yaitu tanpa mengubah perilaku maupun
bentuk komunikasinya, namun dengan memberikan penjelasan atas perilaku yang tidak
terkomunikasikan dengan baik, sehingga dapat diterima sebagai suatu persepsi positif dan
simpatik.
B. STRATEGIC FAMILY THERAPY
Dikembangkan oleh Jay Haley dan Cloe Madanes. model terapi ini berlaku pada perancangan
strategi yang akan disarankan pada klien yang.mengalami perrnasalahan dalam interaksi. Terapi
strategis yang ditawarkari ini berfungsi untuk mengatasi masalah di masa sekarang, tanpa
melihat bagaimana di masa lalu, dan berusaha mencegahnya menimbulkan repetisi atau perilaku
destruktif. Secara garis besar, terapi ini berusaha mengubah aspek sistem dalam keluarga yavg
menimbulkan masalah
Dalam prosesnya, terapis berperan iangsung dan tegas dalam memberikan arahan dan petunjuk.
Hal ini cenderung manipulatif dan dapai bersifa: memaksa, namun disini Haley menunjukkan
bahwa instruksi yang tegas dan skenario yang taktis dapat membantu menyelesaikan masalah.
Arahan-arahan yang diberikan terapis dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain untuk
memberikan pengalaman subyektif yang berbeda pada klien, memperkuat hubungan antara
terapis dan anggota keluarga, serta untuk mendapatkan informasi yang penting dari reaksi klien.
Selain memberikan petunjuk Iangsung, cara lain yang biasa digunakan adalah merubah konteks
dan interpretasi komunikasi/interaksi, yaitu dengan relabeling atau refroming.
Bentuk terapi lain dari Haley adalah paradoxical intervention, kurang lebih mirip dengan terapi
yang dikembangkan Jackson dan Watzlawick. Inten.ensi paradoks ini lebih luas, dimana terapi
disusun dengan 3 tahap: redefining (inenjelaskan dengan cara lain, mirip dengan relabeling),
prescribing (menenlukan gejala). dan restraining (membatasi perilaku bermasalah). Disini terapis
akan membeVikan rencana, termasuk juga arahan dan petunjuk untuk mengatasi masalah, sesuai
urulan diatas. Dengan demikian, perubahan perilakuHidak akan terjadi secara drastis, dan klien
mungkin tidak sadar telah berusaha diubah perilakunya. Hal ini berguna untuk mengatasi
penolakan yang mungkin muncul dari klien atau keluarganya, akibat persepsi awal rnengenai
upaya terapis mengubah sistem nilai dan keseimbangan keluarga.
Konsep dan metode Haley dinilai oleh banyak pihak terlalu otoriter dan manipulatif, sekaligus
sangat bergantung pada kemampuan dan pengaruh terapis Untuk membalikkan titik berat terapi
pada klien, maka Madanes mengembangkan teknik pretending (berpura-pura). Teknik ini
memberikan penjelasan dan arahan badi semua pihak yang terlibat untuk berpura-pura, seakanakan apa yang mereka alami dan perilaku bermasalah mereka tidak nyata. Teknik ini berfungsi
untuk membalikkan fakta, sehingga masalah tidak dianggap sesuatu yang nyata dan akhirnya
harus ditekan, karena tidak sesuai dengan kenyataan.
C. SYSTEMIC THERAPY AND THE MILAN ASSOCIATES
Pendekatan terapi keluarga ini dikembangkan oleh Mara Selvini-Palazzoli dan groupnya, The
Milan Associates. Fokus konsep mereka, sejalan dengan konsep sirkular Bateson, yaitu berfokus

pada informasi serta pendekatan sistematik pada perbedaan perilaku dan hubungan dalam
keluarga. Terapi ini dikenal dengan .systemic family therapy (terapi sistemik untuk keluarga).
Terapi ini Tidak seluruhnya direncanakan, naniun terkoordinir dengan baik. Umumnya terapi ini
memakan waktu yang cukup lama, dari sebulan hingga setahun, karena dasar metode terapi
sistemik sangat terstruktur dan sangat memperhatikan proses perkembangan.
Grup terapis ini menyusun serangkaian skenario dan jadwal yang melibatkan anggota keluarga,
terdiri dari sejumlah sesi wawancara, diskusi, dan permainan yang umumnya bersifat paradoks.
Mereka berusaha mengumpulkan seluruh informasi hingga sedetil mungkin. Apabila terjadi halhal yang diluar perkiraan, mereka akan menyusun rencana lain untuk mengakomodasinya. Terapi
ini juga melibatkan sejumlah :..ahan, petunjuk, dan tugas untuk dilakukan. Dengan demikian,
selamu masa terapi tersebut grup terapi Milan ini terns memonitor dan mengontrol situasi dan
pola perilaku keluarga.
Proses tetapi ini tidak terlalu memperhatikan faktor struktur nilai keluarga, sehingga mereka
dapat merubah maupun mengendalikan nilai atau struktur yang dianggap bermasalah, tidak
sesuai, atau dianggap kaku. Metode ini Sangat rawan dalam mengharuskan perlawanan, karena
itu harus dilakukan secara tersistem. Salah satu metode yang mereka gunakan adalah melawan
komunikasi yang bermakna ganda dan kontradiktif dengan paradoks lain, yang disebut
coimicrpuruilox.
Terapi sistematik dari grup Milan ini memiliki beberapa teknik dan prinsip khusus, antara lain:
positive conotulion, yaitu membcrikan tc.ni yang positif dan iebih baik pada perilaku yang
memicu masalati (seperti relabeling atau refraining), sehingga seluruh anggota keluarga dapat
menilai paradoks tersebut dan sudut yang berbeda dan akhirnya secara bertahap dapat merubah
sistem nilai mereka sendm; hypothesizing, yaitu menyusun seluruh informasi awal yang mereka
dapatkan sehingga mereka dapat ikut bertanggungjawab dalam setiap pembahasan masalah serta
dapat merumuskan langkah awal; neutrality, yaitu tetap bersikap netral dan melihat masalah
keluarga klien sebagai sesuatu yang komprehensif; dan circular questioning, yaitu diagnosa
sirkular dengan merancang pertanyaan yang melibatkan seluruh anggota keluarga untuk suatu
konflik. dan kemudian menanyakannya pada setiap anggola keluarga, sehingga informasi tenta.ig
masalah yang sama dapat ditinjav dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dengan melihat
perbedaan yang terjadi dalam proses terapi ini, mereka dapat merumuskan perubahan sistem
yang dipenukan dan metode komunikasi yang ideal untuk setiap anggota keluarga.
BAB X
THEORETICAL PERSPECTIVE: BEHAVIORAL MODELS
Terapi keluarga model behavioral mulai berkembang tahun 60-an. Model ini merupakan bentuk
reaksi atas konsep psikodinamika yang menganggap ketidaksadaran sebagai dasar perilaku
patologis. Model terapi behavioral mendasarkan pada prinsip here and now sehingga lebih
menekankan pada pengamatan oerilaku, penggunaan tes hipotesis, dan koreksi diri atas periiaku
klien, dengan prosedur metodologi yang ketat dan terkontrol secara ilmiah. Ini merupakan
kontribusi terpenting bagi psikologi.
BEBERAPA KONSEP YANG MENDASARI TERAPI BEHAVIORAL
Prinsip yang mendasari model ini adalah social learning (pembelajaran sosial) yang diperoleh
melalui modifikasi perilaku maladaptive hasil uji laboratonum. Tokoh-tokoh yang berjasa
merintis model ini antara lain Ivan Pavlov (Classical conditioning), Skinner (operant

conditioning), Watson (S R Bond theory), Albert Bandura (Social Learning), Clark Hull, rill.
Asumsi yang mendasari konsep terapi behavioral, yakni:
1. Setiap bentuk perilaku diperoleh dan dipelihara dengan pola yang sama.
2. Gangguan perilaku menandakan adanya pembelajaran yang salah suai, dan
tidak perlu dicari motif yang tak tampak yang mendasarinya.
3. Perilaku maladaptive hanyalah gejala, bukan bentuk manifestasi dari gangguan.
4. Tidak periu menemukan lingkungan yang menjadi penyebab, tetapi lebih fokus
memperkirakan faktor utama penentu penyokong timbulnya perilaku itu.
5. Perilaku maladaptive merupakan perilaku yang dipelajari, dapat diubah dan diganti dengan
perilaku yang baru.
6. Treatment merupakan bagian dari aplikasi temuan eksperimen psikologi, dengan
metodologi yang dipilih secara tepat, dinilai secara objektif dan mudah dilakukan.
7. Assesmen merupakan bagian dari treatment dilakukan secara kontinyu, dievaluasi dan
diinlervensi dengan teknik disesuaikan karaktcristik masalah dan individu.
8. Terapi behavioral memandang masalah dengan prinsip here and now. Terapis lebih tertarik
pada modifikasi perilaku mendasarkan pada situasi sekarang.
9. Hasil treatment dinilai menurut purubahan perilaku yang terukur.
10. Validitas keilmiahan dan penelitian pada penggunaan teknik terapi khusus telah disediakan
atau difsilitasi oleh ahli terapi behavioral.
BENTUK-BENTUK TERAPI KELUARGA MODEL BEHAVIORAL
The Association for the Advancement of Behavior Therapy mengemukakan bahwa behavioral
therapy terutama mencakup aplikasi prinsip-prinsip yang diperoleh dari hasil riset
ekserimentaldan psikologi sosial untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan fungsi hidup
manusia. Ada tiga bentuk terapi behavioral sbb.:
1. Behavioral Marital Therapy (Terapi Perkawinan)
Jenis terapi ini mula-mula dikembangkan oleh Robert Liberman. Terapist mencoba mengubah
perilaku pasangan suami-isteri dengan merekonstruksi lingkungan yang diperkirakan
berpangaruh pada hubungan interpersonal. Langkah-langkahnya sbb.: Pertama, memperkirakan
perilaku apa yang menjadi akar masalah bagi suami-isteri. Kedua, perubahan spesifik apa yang
diinginkan oieh masing-masing pasangan. Ketiga, dengan kedua pertanyaan itu terapist berusaha
menemukan kemungkinan -kemungkinan perilaku tidak menyenangkan (undesirable behavior)
yang menjadi pemicu timbulnya permasalahan dan akibatnya.
Keempat, Selanjutnya terapis melakukan pembelajaran dengan menggunakan penguatan positif
untuk membentuk pola perilaku yang diinginkan (desirable behavior).
Stuart (1969) dengan. teori operant conditioning, memberi nama Operant interpersonal therapy,
beranggapan bahwa pada mulanya pola interaksi bermasalah itu tejjadikarena perbedaan
pandangan antara suami atau isteri terhadap suatu hal. Dan perilaku merupakan bentuk pilihan
yang dianggap lebih memberikan keuntungan (the most rewarding) sehingga mengapa ia
melakukannya. Contoh : Mengapa suami memilih menghadiri undangan teman karibnya
daripada mengantar isteri berbelanja karena menghadiri undangan dipandang lebih memberi arti
(menguntungkan). Hal ini berbeda dengan pandangan isteri yang berangpapan bahwa kebutuhan
isteri lebih penting daripada teman karib. Ada sembilan langkah dalam terapi perkawinan model
ini, yakni:

Langkah 1, pengisian data pra konseling


Langkah 2, perjanjian kontrak treatment
Langkah 3, mendiskusikan tentang; jenis intervensi
Langkah 4, memulai dengan hari-hari yang mesra
Langkah 5, meningkatkan fungsi komunikasi
Langkah 6, kesepakatan tentang perubahan perilaku
Langkah 7. membuat keputusan untuk menghormati peran dan tanggung jawab.
Langkah 8, memelihara perubahan perilaku.
Langkah 9, menyepakati perubahan untuk masa selanjutnya.
2. Behavioral Parent Training / BPT (Pelatihan bagi Orangtua)
Pelatihan ini diperuntukan bagi orang tua dalam memperlakukan anak. Pendekatan yang
digunakan pada umumnya dengan pembelajaran sosial (social learning model). Umumnya
pelatihan diarahkan pada perubahan perlaku anak yang tak disukai, menerima pandanganpandangan orangtua pada problem anak. Pada sasaran akhirnya adalah mengubah system
interaksi dalam keluarga. Untuk pengungkapan problem anak dengan menggunakan daftar
prilaku bemnasalah (behavioral problem).
3. Conjoint Sex Therapy (Terapi seks bersama-sama)
Gangguan fungsi seks banyak menimbulka.n berbagai akibat dalam kehidupan keluarga, maka
sex therapy merupakan hal penting dalam problem rumah tangga. Terapi seksual ini dirintis oleh
William Masters dan Virginia Johnson pada Masters and Johnson Institut di St.Louis, Amerika
Serikat. Asurnsi yang mendasari terapi ini adalah bahwa salah satu pasangan suami-isteri tidak
cukup memaharni berbagai bentuk kehidupan seksual. Akibatnya adalah suami dan isteri saling
melakukan penekanan, dan akibatnya penyelewengan merupakan problem perkawinan yang
lazim terjadi.
Prosedur yang dilakukan yaitu masing-masing pasangan suami-isteri dilayani oleh tim terapis
pria dan wanita. Secara ideal, satu pasangan dilatih dengan pemahaman ilmiah tentang anatomi
tubuh, dan pasangan yang lain dengan pelajaran perilaku seks. Pelatihan dilakukan selama dua
minggu dengan dimulai dari penilaian secara menyeluruh pengalaman-pengalaman seksual dari
masing-masitig pasangan, bukan hanya menilai pengalaman seksual dalam arti kronologis
hubungan seksual, tetapi yang lebih penting justeru bagaimana orientasi atau pemahaman
terhadap nilai seksual, sikap, perasaan, dan harapan tentang hubungan seksual itu dilakukan.
Selanjutnya terapis bersama pasangan suami-isteri mereviu beberapa masalah yang
menimbulkan kesulitan seksual.
Selama bebarapa hari berikutnya, terapis menginstruksikan kepada pasangan suami isteri untuk
fokus pada daerah yang sensitive, tetapi tanpa adanya penekanan pada perilaku seksual. Selama
periode ini diadakan pertemuan bersama-sama (roundtabie) antara terapis dan pasangan suamiisteri untuk membicarakan ketidak-serasiannya, perasaan bersalah, atau kekuatirannya selama
ini. Sisa waktu yang ada tersebut digunakan oleh terapis untuk memberi pelajaran keduanya
(suami dan isteri) untuk bisa bekerja bersama-sama mengatasi kesulitan dalam melakukan
hubungan seksual mereka.
BAB XI
PROSES TERAPl KELUARGA

KARAKTERISTIK DASAR TERAPl KELUARGA


Terapi Keluarga vs Terapi Individual
Terapi Keluarga adalah suatu teknik psikoterapi untuk menggali dan mencoba untuk
mengurangi masalah-masalah emosional yang berpautan satu sama lain di dalam suatu sistem
keluarga dengan cara menolong perubahan disfungsi pola transaksional keluarga pada anggotaanggota keluarga secara bersama-sama. Minat terapi keluarga adalah keluarga dari pasien
psikiatrik dan keluarga sebagai pasien psikiatrik (Bloch, 1974).
Psikoterapi Individual terfokus pada kesulitan intrapsikis seseorang mengetahui bahwa
gangguan relasi interpersonal pasien mungkin berkontribusi pada kesulitan-kesulitan individu
tersebut.
Tiga dimensi perbedaan Terapi Keluarga dan Terapi Individual:
1. Sifat dan lokasi sumber yang mengakitfkan gangguan dalam perkembangan kepribadian.
Terapi Keluarga : sumber eksternal mendominasi pembentukan kepribadian dimana
karakteristik pengaturan tingkah laku dalam keluarga mengatur dan meregulasi kehidupan
interpersonal anggota keluarganya.
Terapi Individual: sumber internal lebih dominan (pikiran, ketakutan,
konflik).
2. Formasi simptom.
Terapi Keluarga : konflik di dalam transaksional antara individu dan sistem keluarga yang
disfungsional.
Terapi Individual : formasi simptom sebagai hasil dari konflik antara bagian dari self (misal,
id/ego/superego dal?m psikoanalisis).
3 Pendekatan perubahan terapetis.
Terapi Keluarga : keluarga sebagai suatu komitmen bertingkah laku sesuai tata krama,
melindungi diri sendiri dar. mempertahankan keseimbangan pada perubahan yang terjadi dalam
keluarga.
Terapi Individual : pasien mencapai insight atau mendapatkan pengalaman baru untuk
mengerti atau mengatasi kegagalan dan melepaskan simptom yang mengganggu.
Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Keluarga
Terapis yang berorientasi pada keluarga dapat rnemilih untuk bekerja dengan seluruh keluarga,
subsistem di dalam keluarga, atau individu sebagai anggota keluarga dengan maksud untuk
menolong perubahan sistem sosial keluarga. Pada prakteknya, saat ini kasus Terapi Keluarga
sering kali menjadi suatu kasus untuk Terapi Marital (Framo, 1975). Secara umum, indikasi
Terapi Keluarga adalah ketika kemampuan keluarga untuk melakukan fungsi dasar menjadi
inadekuat, dan lebih ;elasnya ketika masalah muncul di dalam suatu konteks hubungan keluarga.
Indikasi Terapi Keluarga terutama untuk kasus konflik marital, persaingan saudara yang parah,
atau konflik intergenerasi, atau untuk mengklarifikasi dan menyelesaikan kesulitan hubungan di
dalam suatu keluarga. Kontraindikasi:
Kemampuan terapis yang terbatas untuk bekerja dengan seluruh keluarga atau keengganan
sistem keluarga untuk mengatasi masalah dengan perubahan yang diperiukan pada seluruh
anggota keiuarganya. Terapi Keluarga tidak selalu bermanfaat untuk semua gangguan.keluarga.
Terapi Keluarga tidak dapai bekerja ketika secara jelas satu atau lebih anggota keluarga menjadi
lebih dominan dalam keluarga dengan dorongan dan tingkah laku yang membahayakan dan
destruktif ataupun rapuh secara psikologis.

PENGUKURAN KELUARGA
Akankah Diagnosis Diperlukan ?
Terapis keluarga memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang diagnosis keluarga.
Terapis yang tidak mendukung diagnosis menemukan bahwa proses diagnostik tidak iuktif dan
mengganggu, sedangkan terapis yang mendukung setuju bahwa diagnosis iriukan dan berguna
sebagai petunjuk untuk perencanaan tritrnen.
METODE PENILAIAN KELUARGA
Terapis keluarga percaya bahwa suatu proses evaluasi formal membantu untuk terlibat seluruh
keluarga secara langsung pada kelanjutan tritmen lima prosedur evaluasi yang digunakan antara
lain :
Keluarga Terstruktur
Perkembangkan oleh Paul Watzlawick (1 Jf 6), merupakan suatu teknik evaluasi terstandar yang
ncang untuk mengungkap pola interaksi keluarga. Instrumen dimaksudkan untuk
NILAI DAN TUJUAN TERAPF KELUARGA
Nilai-nilai terapis seperti kepercayaan di dalam kehidupan perkawinan dan keluarga. cenderung
pada keluarga asal kelas menengah dan berpengaruh pada proses terapi dan pilihan tujuan terapi.
Meskipun terjadi perbedaan dalam orientasi nilai, tujuan utama terapis adalah untuk
mengembangkan kemampuan anggota keluaga untuk berfungsi sebagai kelompok interdependen
(saling tergantung).
ISUE ETIK DALAM TERAPI KELUARGA
Isue etik meliputi loyalitas dan tanggung jawab terapis, menjaga kerahasiaan keluarga,
melakukan diagnostik, dan menyadari kekuatan untuk meningkatkan atau menurunkan konflik
sebagai suatu pertimbangan dalam Terapi Keluarga.
TAHAP-TAHAP TERAPI KELUARGA
The Initial Interview
Tahap proses Terapi Keluarga dimulai dengan koritak pertama dengan keluarga, biasanya
dilakukan per telepon. Kebanyakan terapis akan berusaha sebisa mungkin bertemu dengan
seluruh keluarga sebanyak yang mereka bisa. Banyak cara untuk memulai interview; mulai dan
suatu strategi yang terencana dengan hati-hati (Haley), pertemuan spontanitas antara terapis
dengan keluarga (Whitaker), sampai usaha bergabung dengan keluarga, berakomodasi dengan
gaya keluarga tersebut, dan berusaha untuk merubahnya dari dalam (Minuchin).
The Middle Phase
Selama fase pertengahan dalam Terapi Keluarga, keluarga dianjurkan untuk melihat hubungan
mereka, bekerja pada masalah-masalah spesifik yang membawa mereka pada tritmen, dan
berusaha mereorganisasi struktur keluarga.
Termination
Jika keluarga telah berhasil dalam daya tahan dan keteriibata n mereka sendiri di dalam tritmen,
sering kali keluarga telah siap untuk mengakhiri tritmen, sekarang keluarga telah memiliki

kemampuan lebih baik dalam bekerja sabagi suatu kelompok untuk menyelesaikan masalah dan
mengubah pola tingkah laku yang merusak.
REFERENSI :
Goldenberg, Irene & Goldenberg, Herbert. 1985. Family Thetapy : An Overview. Second
Edition. California : Brooks/Cole Publishing Company.
BAB XII
INNOVATIVE TECHNIQUES IN FAMILY THERAPY
Dibawah ini akan membahas sejumlah format terapi keluarga yang penting dalam suatu
pengertian, variasi atas tema yaitu sebagian two-will. Beherapa format, dari berbagai terapi
keluarga berdampak pada proses terapi. Adapun beberapa taknik berdasar pada terobosan
teknologi ( sebagai contoh, videoplayback teknik). Sebelum orang menghadirkan aplikasi
pengembangan teknik intervensi, orang mengubah kebutuhan keluarga dengan prosedur klinis (
sebagai contoh, famili krisis intervensi). Terapi keluarga didalam rumah adalah juga diwakili
intervensi jaringan sosial. Dibawah ini kita akan meringkas format dan inovasi yang khusus
dalam kaitannya dengai aplikasi klinis dari prosedural, ke situasi krisis, ke perawatan batas
waktu dan ke siluasi di mana large-group perawatan ditandai.
1. PROSEDUR PERAWATAN NONVERBAL
A. Family Sclupture and Choreography (seni perencana tari balet)
Keluarga sclupture adalah kiasan untuk pemahaman artara hubungan keluarga dengan para
anggota keluarga tersebut. Keluarga sclupture adalah suatu pengaturan yang menyangkut
anggota dalam suatu keluarga, dari tiap figur yanq ditentukan oleh perorangan anggota keluarga
yang bertindak sebagai direktur {kepala rumah tangga}.
B. Videoplayback (Memainkan Video Kembali)
Penggunaan memainkan video kembali selama suatu sesi keluarga memiliki peluang unik untuk
menangkap sasaran data tingkah laku dan untuk menguji (memeriksa kembali) tingkah lakutingkah laku keluarga tersebut dengan segera ( Alger, 1976a). Memainkan video kembali, siaran
ulang TV dari video merekam dan memainkan lagi suatu terapi keluarga untuk mengobati atau
tujuan-tujuan latihan.
C. Other Projective and Expressive (Teknik Ekspresi dan Proyeksi lain)
Proyeksi adalah suatu test psikologis yang dengan bebas menghadiahi stimuli rancu dan tidak
tersusun untuk menemukan yang tak sadar axaminees prosses dan aspek yang jumlah prosedur
pemeriksaan ancillary ke terapi keluarga sudah nampak di tahun terakhir, disarankan membantu
anggota keluarga mengungkapkan hubungan antar pribadi sekarang, yang ditekankan untuk
menimbulkan memori, dan menekankan orang lain untuk meningkatkan ketrampilan
memecahkar; masalah yang tersembunyi dari kepribadiannya.
Adapun teknik-tekniknya adalah; pekerjaan menggambar keluarga denah keluarga, wawancara
boneka keluarga, pengintaian keluarga dan keluarga mengontrak game.
2. CRISIS ORIENTED TREATMENT PROCEDURES (Perawatan
Berorientasi Krisis Prosedures)

A. Berbagai dampak terapi


Berbagai terapi keluarga suatu format psikoterapi di mana anggota beberapa keluarga-keluarga
dilihat bersama-sama sebagai kelompok. Berbagai dampak terapi suatu format psikoterapi
dimana anggota suatu Glossory. B. terapi krisis keluarga. Terapi krisis keluarga adalah suatu
crisis-intervention orientasi terapi keluarga di mana keluarga sebaqai sistem dibantu untuk
memugar kembali tingkatan yang sebelumnya dari berfungsi; dalam beberapa hal berkenaan
dengan penyakit skisofrenia, opnam dapat dihindari.
TIME LIMITED TREATMENT PROCEDURES
Brief Family Therapy
Brief Family Therapy adalah suatu prosedur terapi yang memiliki batasan waktu (tidak lebih dari
sepuluh sesi), prakmatis, nonhistoris, dimana setiap langkah strategis yang dibuat dalam
pendekatan ini didasari pada pemahaman bahwa kebanyakan permasalahan yang dihadapi
manusia berkembang karena penanganan yang tidak tepat teihadap kesulHan-kesulitan hidup.
Oleh sebab itu, terapis akan berusaha untuk memperoleh gambaran yang jelas dari persoalan
yang spesifik, gambaran perilaku tertentu yang membentuknya, kemudian memikirkan rencana
untuk mengubah aspek dari sistem interaksi yang membuat persoalan tersebut tetap bertahan.
Klinisi melaporkan tiga langkah penanganan masalah yang justru membuat sebuah keluarga
menghadapi masalah yang lebih besar lagi yaitu : (1) beberapa tindakan dibutuhkan, tetapi tidak
dilakukan; (2) suatu tindakan ditampilkan pada waktu yang tidak tepat; (3) suatu tindakan
dilakukan pada tingkatan yang salah. Kegagalan yang berulang hanya membuat kebingungan dan
respon yang kurang lebih sama.
Versi MRI dari brief therapy berfokus pada penyelesaian kembali berbagai persoalan yang
dihasilkan dari usaha awal dalam mengatasi kesulitan. Keluarga belajar penyelesaian masalah
yang baru dan bersifat sistematis, daripada melanjutkan penerapan solusi yang justru merusak
diri mereka dan orang lain.
Divorce Therapy
Perceraian pada kehidupan modern sekarang semakin meningkat dan telah menjadi suatu
kenyataan yang dapat diterima. Banyak pasangan yang mencari terapi perkawinan dengan fokus
utama adalah kemungkinan untul: bercerai. Alasan yang biasa dikemukakan adalah karena
pemikahan mereka tidak lagi memuaskan, meski sebagian lagi merasa takut dengan istilah
cerai karena berpendapat bahwa hal itu adalah kegagalan pribadi. Ada juga pasangan yang
beranggapan bahwa dengan mendatangj terapi perkawinan, mereka berharap hubungan dengan
pasangan dapat meningkat. Dalam semua hal ini, perceraian tampaknya alternatff yang lebih
mungicin untuk dilakukan dalam mengatasi persoalan hubungan dengan pasangan.
Divorce therapy sebenarnya tidak melibatkan teknik yang baru, tetapi menghendaki berbagai
macam prosedur yang disarankan untuk berbagai tingkatan perceraian (pra-perceraian,
perceraian, pasca perceraian). Divorce mediation dilemparkan sebagai suatu strategi alternatif
dimana pasangan dibantu untuk sampai pada penyelesaian perceraian yang dapat diterima dan
bermanfaat bagi kedua belah pihak, dengan berfokus pada saat ini dan masa depan, dan bukan
pada masa lalu.
LARGE-GROUP TREATMENT PROCEDURES
Multiple Family Therapy
Multiple Family Therapy (MFT) pada awalnya diberikan pada keluarga dimana salah satu

anggota keluarganya adalah pasien shizoprenia, namun kini telah diterapkan pada berbagai
keadaan disfungsi keluarga dan juga setting kli.iik. Terapi model ini membantu pembentukan
desired behavior lebih cepat. Hal ini terjadi karena interaksi antar keiuarga menjadi dukungan
bagi terbentuknya perilaku baru yang diharapkan. Satu keluarga akan memperhatikan bagaimana
pola penyelesaian masalah di keluarga yang lain pada situasi konflik, dan dilakukan analogi
dalam keluaiganya sehingga dapat membentuk pola yang baru yang akan diterapkan di
kelurrganya. Cara ini ternyata lebih efektif daripada memberikan terapi hanya pada pasien seca/a
individual ataupun pada satu keluarga secara terpisah. Social Network Intervention
Pendekatan lain yang memanfaatkan kekuatan suatu kelompok adalah Social Networ
Intervention atau disebut network therapy. Metode yang diterapkan adalah dengar
mengumpulkan bersama-sama keluarga, teman-teman, tetangga, dan orang-orang ang terlibat
dalam kehidupan seorang pasien untuk menolong pasien dalarn proses ierapi dan rehabilitasi.
Tujuannya adalah memanfaatkan kekuatan jaringan sosial yang terbentuk atau terpasang untuk
mengguncangkan dan mengubah siVem keluarga yang kaku. Tujuan lain adalah untuk mengubah
persepsi anggota keluarga terhadap satu sama lain, membuka jaringan komunikasi yang lebih
luas dan mtmunculkan kekuatan positif keluarga dan jaringan sosial yang lebih besar.
Sejumlah bentuk terapi keluarga yang bemilai. yaitu berbagai variasi tema-lema yang disajikan
pada bagian Dua, akan dibahaa disini. Beberapa- bentuk seperti terapi keluarga muliipel atau
terapi dampak multifel, merepresentasikan pendekatan yang baik pada periakuan keluarga
sementara yang lain seperti patung keluarga atau koreografi keluarga. adalah teknik pelengkap
yang berguna bukannya pendekatan terapetik yang telah berkembeng penuh. Beberapa
didasarkan pada terobosan teknologi (misalnya teknik video playback). Bentuk yang lain yaitu
merepresentasikan aplikasi teknik intervensi yang sebelumnya dikembangkan lerhadap
kebutuhan keluarga yang berkembang (terapi perceraian), atau ekstraoolasi pada keluarga dari
prosedur klinis individu (misalnya, intervensi krisis keluarga). Terapi keluarga di rumah juga
dibahas di sini dalam bentuk interver.si jaringan sosial.
Dalam Pematungan keluarga, berbagai anggota diminta untuk menggambarkan. bagaimsna
mereka melihat hubungan di dalam keluarga dengan mengatur orang-orang dalam berbagai
posisi fisik dalam ruang dan waktu. Koreografi keluarga, suatu teknik non verbal terkait,
menciptakan pola interaksi di dalam keluarga dan membukanya pada pemeriksaan dan
perubahan yang mungkin. Pemutaran video adalah teknif, terapi tambahan untuk memungkinkan
sebuah keluarga untuk memandang pola peri.akunya sendiri dengan memfilmkan sesi terapi
keluarga dan segera menunjukkan pada partisipan, sinyal apa, pesan dan tranksasi yang
berlanysung. Umpan balik negatif ini dan konfrontasi din mendorong perubahan. Teknik non
verbal lain meliputi menggambar keluarga, menggunakan boneka, foto keluarga, dan permainan
menggunakan papah.
Pada terapi dampak multipel, sebuah keluarga dalam krisis (sering dibangkitkan dengan perilaku
nakal dari anggota remaja) dilihat selama periode dua hari untuk interaksi intensif dengan tim
profesional kesehatan mental. Meskipun pada intinya prosedur diagnostik, sejumlah pedoman
terapetik diperkenalkan oleh tim, yang menjalankan studi lanjutan dengan keluarga untuk
mengevaluasi luasnya keuntungan terapetik yang dibuat. Pendekatan berorientasi krisis lain,
terapi krisis keluarga, adalah teknik yang sangat terfokus untuk memobilisasi kemampuan
koping keluarga untuk menghadapi situasi emerjensi keluarga, yang menghindari rawat inap
psikiatris dari anggota keluarga.
Dua prosedur periakuan terbatas waklu yang bernilai adalah tempi keluarga dan terapi
perceraian. Seperti dipraklekan pada MRI, ferapi keluarga singkat adalah teknik pragmatis,.

stralegis dan kadang paradoks untuk pemecahan masalah dimana keluarga mempelajari solusi
masalah sistemik yang baru tertiadap masalah bukannya melanjutkan solusi mengalahkan diri
yang menjadi masalah dalam dan dari diri mereka sendiri. Terapi perceraian tidak melibatkan
teknik baru tetapi mensyaratkan berbagai prosedur yang direkomendasikan untuk fase perceraian
yang berbeda (pra perceraian, perceraian, pasca perceraian). Mediasi perceraian adalah intervensi
jangka pendek non adversarial dengan sebuah tin. yang teriatih uiituk menghadapi kekhawatiran
emosional dan legal dari partner yang menginginkan perceraian. Intuk memungkinkan pasangan
bemegosiasi dalam sebuah ccra yang terbuka, adil, langsung dan setara.
Prosedur penanganan kelompok bes3r, terapi kefuarga multipel awalnya dikembangkan untuk
\bekeria dengan penderita sizoprenia yang diopname dan keluarga mereka tetapi dalam tahuntahun terakhir telah juga digunakan dengan populasi rawat jalan. Ini adalah suatu bentuk teori
kelompok dimana beberapa keluarga bertemu secara teratur untuk saling membagikan masalah
dan saling membantu dalam proses pemecahan masalah suatu variasi adalah kelompok pasangan
menikah, yang bertemu untuk membahas masalah perkawinan umum dan menemukan solusi
bersama. Bentuk lain dari pendekatan kdompok besar, intervensi jaringan sosial (terapi jaringan).
mengumpulkan keluarga, teman, tetagga, dan orang lain yang signrfikan untuk membantu dalam;
penanganan pasien dan rehabilitasi. Tujuannya adalah mengkapitalsasi kekuatan dari kelonpok
yang dirangkai untuk menimbulkan perubahan drlam sistem keluarga yang disfungsional.
BAB XIII
BELAJAR, PRAKTEK DAN EVALUASI
TERHADAP TERAPI KELUARGA
A. Menjadi Terapis Keluarga
Pada psikoterapi individual yang konvensional, terapis hams memberikan sikap mental yang
netral, pasif, tidak menilai, tidak melibatkan diri dengan perhatian yang lebih.
Terapis keluarga harus teriibat dalam proses interpersonal keluarga, membantu dan menolong
pada beberapa hal, menegur dan menuntut pada hal lain, menyelesaikan anggota dari usia yang
berbeda, bergerak masuk/keluar seccra bergantiandalam keteriibatan emosi tanpa kehilangan
jejak interaksi dan pola transaksi keluarga.
1. Program pendidikan
Pendidikan dalam terapi keluarga sebagai sebuah profesi terdiri dari dua jenis : pendidikan
tingkat sarjana dan instansi independen setingkat pasca .sarjana. Tidak seperti trainee yang lulus
dari pendidikan akademik yang lebih formal dan mempeYoleh sertifikat atas profesi mereka,
Musan dari program yang independen ini biasanya mencari standar profesi yang diatur oleh
American Associatbn for Marriage and Family Therapy (AAMFT), meskipun pada beberapa
kasus .seseorang mungkin telah mendapat gelar sarjana di tempat lain dan masuk institusi ini
untuk pendidikan khusus lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan
a. Tujuan dasar Pendidikan Terapis Keluarga
Menguasai ketrampilan perseptual : mengenali interaksi dan artinya, efeknya terhadap anggota
keluarga dan sistem keluarga.
Menguasai ketrampilan konseptual : me mformulasikan masalah-masalah keluarga secara
sistematis.

Menguasai Ketrampilan terapeutik : mengenali mengubah urutan transaksi keluarga.


b. Tujuan lanjut Pendidikan Terapis Keluarga
Belajar mengkatalisasi interaksi, memahami dan mengenali pesan-pesan dari suatu hubungan.
konfrontasi. anggota keluarga dengan apa yang mereka lakukan satu sama lain, untuk
menemukan solusi ban, up.tul: menggunakan kekuatannya sebagai sebuah keluarga agar
oertanggungjawab atas perubahan anggota keluarganya sendiri.
Mampu menilai keefektifan intervensinya dan merubah pendekatan apabila periu untuk
membantu keluarga berjalan dengan lebih efisien dan sedikit distress.
B. Alat Bantu Pendidikan
Ada tiga metode primer untuk pendidikan yang digunakan dalam program terapi keluarga:
didaktis (pendidikan), supervisi (pengawasan) dan praktek.
1. Kursus didaktis
Komponen didaktis dari pendidikan terapi keluarga meliputi kuliah/ceramah, diskusi kelompok,
demonstrasi, tugas membaca, dan role play.
2. Film dan videotape
Film-film yang berisi teknik-teknik terapi, dinamika situasi kaluarga dengan terapis, berbagai
bentuk terapi dalam berbagai jenis Ueluarga (remaja yang minggat, ibu yang bekerja, dan Iainlain).
Videotape yang rnerupakan rekaman dari terapis ahli yang
mendemonstrasikan teknik mereka dalam sesi sesungguhnya dengan
keluarga.

3. Maraton
Merupakan suatu pengalaman terapi keluarga yano intensif dan tanpa henti, kadang diperpanjang
beberapa hari, yang berpusat pada proses pertemuan anggota keluarga secara terus menerus.
4. Pengawasan langsung
Pengamat mengawasi sesi terapi keluarga yang sedang berlangsung melalui one way mirror atau
melihat melalui monitor video, sehingga ia bisa memberi feedback pada apa yang dilakukan
terapis.
C. Co-terapi: Penggunaan Kerjaoama Tim Terapeutik
Co-terapi merupakan keterlibatan secara simultan dari 2 terapis dalam seting periakuan. Hal ini
pada mulanya merupakan suatu cara untuk mengikutsertakan seorang trainee dalam sesi
terapeutik untuk tujuan pengajaran, dan sudah dikembangkan dengan sukses dalam menangani
individu, kelompok dan keluarga.
D. Pengaturan Praktek Profesional dalsm Terapi Pernikahan/Keluarga
Seseorang yang mencari pendidikan dalam terapi pernikahan/keluarga bisa mendapat gelar
sarjana dan atau profesional dari universitas atau mendapatkan persiapan profesional pada pusat
yang menawarkan pendidikan khusus dalam terapi pemikahan/keluarga.
Seseorang yang mengikuti jalur akademik dan telah mendapat pengawasan
pendidikan yang disyaratkan di suatu program terakreditasi oleh asosiasi

profesional yang layak (misalnya APA) bisa mendapatkan surat ijin atau
sertifikat berdasarkan hukum pemerintah yang berlaku di negara bagian
tertentu.
E. Efektivitas Terapi Keluarga
1. Pertanyaan penelitian psikoterapi
Apakah psikoterapi bisa membantu?
Apakah pendidikan tinggi membantu?
Periakuan apa, oleh siapa, yang paling efektif untuk individu dengan masalah tertentu, dengan
keadaan yang bagaimana dari bagaimana itu terjadi?
2. Hasil penelitian terapi keluarga
Terapi keluarga lebih efektrf daripada terapi individual uniuk menangani remaja nakal dalam
membentuk penyesuaian din yang baru.
Produktivitas penelitian di area ini meningkat sejalan dengan kualitas rancangan peneiitian
secara umum.
3. Revisi hasil penelitian
Terapi keluarga sama atau lebih tinggi daripada jenis periakuan lain.
Terapi keluarga lebih efektif daripada terapi individu.
Pasangan yang mengalami distress akan lebii mengalami kemajuan apabila mereka berdua
teriibat dalam terapi secara bersama daripada terpisah.
Ahli klinis harus waspada dengan efek kemunduian yang mungkin terjadi
dalam terapi pernikahan/keluarga, terutama saat mereka dirawat oleh
terapis dengan ketrampilan interpersonal yang rendah.
F. Terapi Keluarga di Masa Depan
Dekade selanjutnya menjanjikan perubahan dalam bentuk dan organisasi dan sistem keluarga.
Program terapeutik yang berani dan banyak ide harus dikembangkan untuk menjawab tantangan
di masa depan. Metode pendidikan yang baru, masyarakat baru untuk dilayani, seting baru untuk
kegiatan klinis, teknik terapi keluarga yang baru dan maju.
Profesi ahli terapi keluarga (family therapist) telah menambah pengalaman belajar yang baru
bagi para dokter yang mendapat pelatihan agar dapat lebih memahami fungsi individu dan
memberikan psikoterapi bagi para individu. Pemahaman teori hubungan keluarga pengalaman
klinis pertama kali berhadapan dengan keluarga dan memberikan bimbingan yang teliti menjadi
unsur penting dalam pendidikan terapi keluarga. Pelatihan menjadi ahli terapi keluarga dapat
diperoleh dengan mengikuti program paska sarjana (postgraduate) yang telah mapan atau dapat
diperoleh dari lembaga pelatihan terapi keluarga indeperiden. Bantuar, pelatihan meliputi
didactic course work (perkuliahan, demonstrssi, tugas wacana); pemakaian film master therapist
dan trainee videotape untuk postsession viewing yang dilakukan oleh trainee (peserta latihan)
bersama supervisomya dan/atau rekan-rekan sekeias; multiple-family marathon session yang
melibatkan trainee, keluarga klien, dan supervisor; serta live supervision yang dilakukan lewat
bimbingan aktor oleh seorang supervisor yang berada di balik kaca (one-way mirror) dan
mengawasi sesi yang berlangsung, serta menawarkan umpan balik korektif lewat telepon,
earphone, atau dengan memanggil trainee keluar dari ruang terapi.

Co-therapy, yang melibatkan dua ahli terapi (terapis) dengan sebuah keluarga, dapat
diselenggarakan untuk pelatihan pada saat supervisor dan supervisee (pihak yang mendapat
supervisi) bekerja bersama. Pmkteknya, teknik ini sering digunakan oleh ahli terapi keluarga,
seperti Whitaker, yang menekankan upaya saling dukung (mutual support), kerja tim
(teamwork), dan kesempatan agar secara bebas mengikuti bidang-bidang yang sensitif (peka)
dengan keluarga sementara dengan tetap tahu bahwa -erapi lain dalam posisi mendukung, yang
terikat dengan kenyataan. Haley mewakili ahli terapi keluarga yang menyatakan bahwa cotherapy lebih bcrmanfaat bagi sense of security (kepekaan terhadap keamanan) di kalangan para
ahli terapi
dibandingkan terapi keluarga {family therapy). Maski demikian, Haley menganggap bahwa
terapi ini tidak murah dan kurang efisien bagi seorang profesional.
Kepercayaan untuk menjalankan praktek didapat oleh para ahli terapi keluarga salah satu dari
dua cara berikut ini, sesuai latihan yang diperoleh, yaitu lewat: (1) state licensing (izin resmi
pemerintah) stau sertifikasi di bidang profesi kesehatan mental yang bersangkutan; atas (2)
sertifikasi yang dikeluarkan oleh AAMFT yang menyatakan bahwa oara ahli terapi tersebut telah
berhasil lulus program tingkat sarjana yang terakreditasi dan berpengalaman melaksanakan terapi
perkawinan/keluarga (marital/family therapy) pada pusat pelatihan pasca sarjana (post-degree)
yang terakreditasi Sekarang ini, di Amerika Serikat, para lulusan program terapi
perkawinan/terapi keluaiga. mendapat izin atau sertifikat untuk menyelenggarakan praktek
profesional tersebut di sebelas negara bagian yang adri di Amerika Serikat
Sebelumnya, hanya ada sedikit hasil penelitian vang kurang memadai di bidang terapi keluarga
akibat buruknya metodologi penelitian. Sebelumnya, memang diutamakan untuk lebih menggali
sejumlah eknik baru, ketimbang melakukan evaluasi ilmiah. Belakangan ini, telah mulai muncul
sejumlah penelitian yang lebih terancang dengan baik. Penelitian kelompok tunggal (singlegroup studies), yaitu penelitian yang membandingkan perawatan keluarga /tanpa perawatan pada
sebuah populasi klien tertentu dan penelitian yang membandingkan dua bentnk perawatan pada
sebuah populasi tertentu merupakan jenis hasil penelitian dalam terapi keluarga. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi keluarga membandingkan dengan jenis
penelitian perawatan lain tlan menjadi telah menjadi perawatan piiihan (treatment of choice)
untuk masalah perkawinan/keluarga tertentu.
Masa depan terapi keluarga nampaknya menunjukkan titik cerah dan memiliki teknik yang
sesuai untuk masa sekarang. Beberapa keuntungan terapi keluarga meliputi dasar teori yang lebih
luas, lebih banyaknya perhatian terhadap beberapa faktor budaya, dapat diterapkan pada
sejumlah keadaan
baru, dan dilaksanakannya evaluasi yaiig berbasis pada peneiitian yang iebih sistemaVis
terhadap asumsi, prosedur, dan hasil yang ada. Ke depan, profesi ini menjanjikan sejumlah.teknik intervensi baru, melayani populasi baru, menawarkan prosedur observasi dan pelatihan
baru, mengembangkan metodologi peneiitian yang Iebih bagus, dsn menjelaskan kualifikasi yang
periu dalam menghadapi sejumlah masalah klinis yang spesifik.
KOMENTAR DAN PEMBAHASAN
KOMENTAR DAN PEMBAHASAN 1
Untuk membentuk kerangka berpikir yang akan mengkritisi pokok-pokok pikiran yang
dituangkan dalam buku ini, perlu dibicarakan secara teoritik dan terpisah hal-hal yang berkaitan
dengan sifat manusia sebagai mahkluk individu dan sebagai mahkluk sosial. Manusia sadar

bahwa ia memiliki, menguasai dan memastikan diri sendiri. Kesadaran manusia merupakan titik
tolak pengertian manusia tentang wujudnya. Ia sadar bahwa segala peristiwa hidup bertalian
dengan dirinya sebagai pusat; ia mengerti, mengalami dan merasa bahwa akulah yang berbuat
demikian (Mariani Ga, 1999). Sebagai mahkluk individu, segala sesuatu terfokus pada dirinya
sendiri. Dengan kesadaran dan akal budinya, manusia merasakan bahwa ia ada karena ia ada.
Keberadaannya bukan ditentukan oleh pihak luar, tetapi oleh dirinya sendiri. Kesadaran akan
dirinya sendirilah yang menjadi bukti bahwa ia ada. Ia tahu bahwa semua yang terjadi, baik
dalam dirinya maupun di luar dirinya, ada hubungannya dengan dirinya. Manusia mengalami
Aku ini Ada dan Aku ini Aku.
Di lain sisi, manusia juga adalah mahkluk sosial. Keberadaannya dicirikan dengan sikap terbuka
kepada manusia luar. Keterbukaannya tidak hanya berarti keterarahan pada dunia, tetapi juga
keterbukaan pada orang lain. Kecenderungan ini diungkapkan dengan kata eksistensi yang
berarti keterbukaan (ex = keluar; sistere = berdiri). Hal ini berarti hidup mengandung
keterbukaan kepada orang lain, sehingga eksistensi juga berarti koeksistensi (hidup bersama
orang lain). Bahkan hubungannya dengan ora ng lain begitu meresapi manusia, sehingga rasa
sunyi atau sendiri, yaitu k eadaan yang mengembalikan manusia pada diri sendiri hanya dapat
dimengerti jika diandaikan, bahwa orang lain semestinya hadir, yang hidup berbagi dengannya.
Pemahaman di atas akan membantu dalam analisa terapi keluarga yang memiliki eksistensi
kesadaran diri pada satu pihak dan interaksi social inter dan atau antar keluarga dengan
masyarakat di pihak lain, sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dimana anak
mengalami dirinya baik secara pribadi dan dalam hubungannya dengan orang lain..
KOMENTAR DAN PEMBAHASAN 2
Sebagai lingkungan yang pertama dan utama, keluarga memiliki beberapa dimensi, yang
sebenarnya perlu dibahas dan dijelaskan dalam buku ini. Dimensi-dimensi tersebut sebagai
berikut:
Emosi. Nathan W. Ackerman (1961) mengatakan keluarga adalah pusat strategis untuk mengerti
gangguan emosional. Keluarga juga adalah pusat untuk memahami campur tangan atas kekuatan
jiwa yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, dalam hubungan manusiawi. Dengan
perkataan lain, keluarga dapat membuat atau menghancurkan kesehatan mental. Keluarga
merupakan sistem sosial yang dihubungkan dengan ikatan emosional yang begitu erat. Sebagai
sistem, individu dilihat dan dipahami dalam kerangka totalitasnya. Gangguan terhadap satu
bagian merupakan gangguan terhadap bagian yang lain. Dengan kata lain, gangguan yang
dialami oleh seorang individu merupakan indikasi gangguan yang diderita oleh seluruh anggota
keluarga. Dalam beberapa kasus gangguan jiwa misalnya, pasien yang telah dinyatakan sembuh
dan diijinkan pulang, setelah beberapa bulan ternyata kembali dan hal ini terjadi beberapa kali.
Menurut Virginia Satir, rasa sakit yang dialami oleh pasien tertentu seperti neurosis dandelinkuen, adalah ungkapan yang jelas dan tersembunyi yang diderita oleh keseluruhan anggota
keluarga dalam hal relasib (Satir. 1964).
Sosial. Selaku miniatur masyarakat, keluarga merupakan alat kontrol masyarakat yang sangat
efektif. Faktor emosional yang mengikat hubungan keluarga memungkinkan anggota-anggotanya
saling mengenal, menjaga dan memperhatikan dengan baik, sehingga tenaga, pikiran dan
perhatian sepenuhnya dapat dipusatkan demi tujuan ini. Di sinilah proses sosialisasi (Nuhamara.
1994) pertama kali terjadi. Fungsinya adalah membentuk identitas diri (self-identity) melalui
interaksi dengan orang-orang dalam lingkungannya. Identitas diri adalah kesatuan dari tiga hal
pokok yang dimiliki seseorang yang saling berkaitan, yaitu sistem kepercayaan (belief system),

sistem nilai (value system) dan pola tingkah laku (pattern of behaviour), Sosialisasi berjalan
seumur hidup karena bagaimanapun manusia akan selalu berhadapan dengan realita sosial dalam
hubungannya dengan orang lain. Sosialisasi dibagi lagi dalam dua kategori, sosialisasi primer
dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer berpusat pada masa kanak-kanak, yang akan
membentuk konsep dirinya, sistem nilai, serta pandangan dunianya dengan mengadopsi harapanharapan, sistem nilai dan pandangan dunia orang-orang dewasa, terutama orang tua atau
gurunya. Sedangkan sosialisasi sekunder merupakan kelanjutan dari sosialisasi primer, yang
terjadi dengan mengadopsi nilai dan norma dalam masyarakat. Hasil sosialisasi dengan jelas
dapat ditemukan dengan meninjau istilah seks dan gender. Seks selalu bersifat alami dan tidak
dapat berubah sedangkan gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat, yang
diperkuat dan berakar secara turun-temurun melalui proses sosialisasi. Gender tidaklah mutlak,
dalam artian dapat diubah dan dipertukarkan. Sebagai hasil sosialisasi, kaum laki-laki harus
bersifat agresif, kuat, rasional, jantan dan perkasa, sedangkan perempuan adalah kaum yang
lemah, lembut, cantik, emosional, lemah-lembut dan keibuan. Pelabelan yang didasarkan pada
perbedaan seks melahirkan sturktur dan pola relasi masyarakat yang tidak adil juga, misalnya
istilah kanca wingkirg; swarga nunut, nanaka katut dalam masyarakat Jawa. Pemahaman ini
menempatkan laki-laki sebagai penguasa yang harus lebih dominan dibandingkan perempuan
yang inferior.
Reproduksi. Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung jawab untuk
mengubah organisme biologis menjadi manusia, dengan mengajarkannya kemampuan berbicara
dan menjalankan banyak fungsi social (Goode, 1983). Dapat ditambahkan juga bahwa sturktur
tali kekeluargaan merupakan suatu jaringan peran sosial yang dipersatukan oleh hubungan
biologis yang benar atau diperkirakan tidak salah. Tanpa keluarga tampaknya ras manusia akan
segera punah. Secara sosial keluarga dibebankan sebuah tugas khusus yang berkaitan dengan
penerusan keturunan. Tentu saja hal ini berkaitan dengan masalah seks. Hubungan yang tercipta
antara dua jenis kelamin yang berbeda selalu dipantau oleh masyarakat. Hubungan seks hanya
dimungkin dalam sebuah lembaga yang disahkan, pernikahan, dan bertujuan untuk meneruskan
keturunan. Hubungan seks di luar pernikahan adalah pelanggaran terhadap norma-norma
masyarakat.Selain hubungan seks pra-nikah, incest merupakan masalah lain yang sangat
ditantang masyarakat. Yang disebut incest adalah hubungan seksual antara saudara laki-laki
dengan saudara perempuannya, anak laki-laki dengan ibunya, atau anak perempuan dengan ayah
kandungnya.
Edukasi. Long life education merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Meneruskan
keturunan tidak hanya dalam arti kuantitatif, tapi juga dalam arti kualitatif, dengan mendidiknya
secara bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang esensial yang hanya dapat dipelajari di rumah,
seperti belajar mencintai dan dicintai, keamanan dan penerimaan, hormat terhadap otoritas,
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, disiplin, tanggung jawab dan kontrol diri.
Dalam hal belajar, orang tua adalah model utama bagi mereka. Dengan melihat contoh, perilaku
dan sikap orang tuanya, anak-anak belajar membedakan mana yang benar dan yang salah. Anakanak belajar dari apa yang mereka jalani dalam hidupnya dan menyerap pengetahuan tentang
dunia melalui kejadian-kejadian yang dialami dan diamati. Mereka lebih banyak belajar dari
pengamatan terhadap perilaku orang-orang dewasa dari pada belajar dari perkataan atau nasihat
(learning by doing). Mereka lebih peka terhadap kurikulum tersembunyi di batik pengajaran,
yang disampaikan lewat metode dan struktur yang bisa memperkuat atau justru bertentangan
dengan isi pelajaran tersebut (Thompson, 2000). Karena itu, kata-kata yang diucapkan tidak bisa
menyampaikan kebenaran, sistem kepercayaan dan pandangan seseorang terhadap dunia, sebaik

kata-kata yang dilakukan melalui perbuatan ketika menjalani kehidupan sehari-hari dalam
keluarga (Mulholland, 1985). Anak pertama kali merasakan cinta di dalam rumah; menemukan
rasa aman dan penerimaan diri sebagai laki-laki atau perempuan, sehingga mulai belajar
mencintai dirinya sendiri, yang memberikan dasar untuk mencintai orang lainOrang tua adalah
otoritas pertama. Penghormatan terhadap orang tua juga merupakan basis untuk menghormati
otoritas-otoritas yang lain. Bagaimana anak-anak menghormati orang tua, menentukan
bagaimana mereka menghormati otoritas-otoritas yang lain di luar rumah.
Ekonomi. Tidak mungkin membentuk sebuah keluarga tanpa menyangkut pengembangan
ekonomi. Tanpa ekonomi, keberlangsungan hidup sebuah keluarga akan kolaps di tengah jalan.
Banyak keluarga di Indonesia, baik diperkotaan maupun di pedesaan, masih sulit memenuhi
kebutuhan ekonominya, baik berupa sandang, pangan maupun papan. Anehnya, walaupun belum
memiliki penghasilan (tetap), ada orang yang nekad berkeluarga juga. Keluarga yang terbentuk,
dengan tanggungan tiga atau empat orang anak merupakan masalah serius yang perlu
diperhatikan. Akibatnya, anak-anak yang dilahirkan tanpa kepastian ekonomis, harus turun
tangan. Sebagian masalah-masalah kemiskinan, anak jalanan, pekerja anak, pelacuran (anak),
dan tindak kriminal lainnya yang melanda kota-kota besar disebapkan karena kurangnya
kesadaran akan hal ini.
IMPLIKASI TERHADAP PRAKTEK
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
Melalui pendalaman dan pemahaman dalam buku Family Therapy karangan Irene Goldenberg
dan Herbert Goldenberg, implikasinya terhadap praktek bimbingan dan konseling disekolah
sebagai berikut:
Tujuan
1. Klien (para siswa) memperoleh pemahaman tentang definisi, fungsi dan peran keluarga.
Keluarga merupakan Sistem sosial yang alami dengan hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Hubungan interpersonal dengan melibatkan sejumlah aturan, peran, struktur kekuasaan, dan
bentuk komunikasi. Keluarga juga sebagai tempat bersosialisasi yang pertama bagi anak. Di
dalamnya bakat-bakat dan karakter diperkuat lewat interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
Hubungan dengan orang tua dan saudara-saudari kandungnya menjadi penting dan menentukan.
Tanpa disadari, anak merefleksikan perasaan-perasaan, nilai-nilai, kepercayaan dan pola-pola
kehidupan orang tua mereka, serta menyerapnya dengan amat cepat. Itulah sebabnya keluarga
juga disebut juga sebagai lingkungan utama. Pola didikan yang dialami selama masa anak-anak
akan menetap hingga masa dewasa nantinya.
(Beavers, 1982):
Fungsi keluarga yang baik adalah anggota keluarga bersedia untuk berhubungan dengan anggota
keluarga yang lain, ada saling kepedulian, keterbukaan, empati, dan kepercayaan. Keluarga yang
berfungsi tinggi, anggotanya lebih peduli pada kemandirian pribadi dan mengembangkan sikap
toleransi.
Keluarga disfungsional biasanya antar anggota keluarga bersifat menolak, menjaga jarak dan
bermusuhan. Keluarga disfungsional, anggota keluarga merespon yang lain dengan sikap pasif
dan lemah. Persaingan dan konflik yang tersembunyi antar anggota keluarga disfungsional akan
menyebabkan frustrasi

2. Klien (para siswa) memperoleh pemahaman tentang sistem keluarga dan siklus keluarga.
Secara struktural keluarga dibagi atas: 1.Dyadic: suami-istri; saudara kandung;
anak-orang tua 2. Tryadic: ibu-nenek-anak perempuan; ayah-kakek-anak laki-laki.
Sistem keluarga tediri dari satu set unit yang saling berinteraksi antar mereka yang ada di
dalamnya.Teori system yaitu: pendekatan yang menekankan keutuhan, interaksi bagian
komponen, dan organisasi sebagai pemersatu prinsip. Konsep keutuhan: terdiri dari 2 prinsip
pokok, yaitu: system terbuka dan tertutup. A. Sistem Terbuka: Menerima masukan perihal,
energi, dan informasi dari lingkungan dan mengeluarkannya ke lingkungan disebut negentropy,
yaitu dapat menyesuaikan diri dan terbuka bagi perubahan. B. Sistem Tertutup: Tidak
mempunyai pertukaran dengan lingkungan disebut entropy, yaitu tak terorganisir dan cenderung
kacau.
Siklus keluarga dapat digambarkan sebagai berikut
Tahap: Antara keluarga dan dewasa muda yang tak terikat
Proses emosi: Menerima perpisahan dengan keluarga asal
Perubahan yang dibutuhkan:
a. Pembedaan diri dalam hubungan dengan keluarga asal
b. Membangun hubungan intim dengan sebaya
c. Mapan dalam pekerjaan
Keluarga juga merupakan sistem social (Clinebell, 1984). Berbicara mengenai sistem, berarti
berbicara mengenai sebuah hubungan yang saling terkaitan antara individu-individu yang
bernaung di dalamnya. Bagian-bagian yang memainkan peranannya dan yang bergabung
menjadi keluarga tidak berdiri sendiri, otonom dari bagian lainnya, tetapi membentuk sebuah
pola relasi yang saling berkait-kaitan satu dengan yang lain. Saling terkaitan ini dapat
dibayangkan sebagai sebuah jaring yang saling terhubung dan terikat satu dengan yang lain.
Gangguan terhadap satu bagian merupakan gangguan terhadap seluruh bagian dari sistem
tersebut. Jika satu bagian merasa sakit, maka bagian yang lainnya juga akan merasa sakit (I Kor
12: 12- 31).
Oleh karena itu, keluarga tidak hanya sebuah kumpulan individu yang tinggal bersama, tetapi
merupakan sistem sosial yang alamiah dengan semua kepemilikan yang melibatkan sejumlah
aturan main, beberapa peran, struktur kekuasaan, bentuk-bentuk komunikasi dan cara negosiasi
serta pemecahan masalah. Dalam sistem keluarga, individu terikat satu dengan yang lain melalui
kekuatan dan kehadiran, kelekatan emosi, dan kesetiaan yang dapat berfluktuasi dalam
intensitasnya dari waktu ke waktu tetapi tidak akan pernah berakhir sepanjang rentang berakhir
kehidupan keluarga.
3. Klien (para siswa) memahami berbagai perseptif teoritis terapi keluarga.
Pendekatan sosialisasi sebagai salah satu terapi keluarga dapat dibagi lagi dalam dua kategori,
sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer berpusat pada masa kanak-kanak,
yang akan membentuk konsep dirinya, sistem nilai, serta pandangan dunianya dengan
mengadopsi harapan-harapan, sistem nilai dan pandangan dunia orang-orang dewasa, terutama
orang tua atau gurunya. Sedangkan sosialisasi sekunder merupakan kelanjutan dari sosialisasi
primer, yang terjadi dengan mengadopsi nilai dan norma dalam masyarakat. Hasil sosialisasi
dengan jelas dapat ditemukan dengan meninjau istilah seks dan gender. Seks selalu bersifat alami
dan tidak dapat berubah sedangkan gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat,
yang diperkuat dan berakar secara turun-temurun melalui proses sosialisasi. Gender tidaklah

mutlak, dalam artian dapat diubah dan dipertukarkan. Sebagai hasil sosialisasi, kaum laki-laki
harus bersifat agresif, kuat, rasional, jantan dan perkasa, sedangkan perempuan adalah kaum
yang lemah, lembut, cantik, emosional, lemah-lembut dan keibuan. Pelabelan yang didasarkan
pada perbedaan seks melahirkan sturktur dan pola relasi masyarakat yang tidak adil juga,
misalnya istilah kanca wingkirg; swarga nunut, nanaka katut dalam masyarakat Jawa.
Pemahaman ini menempatkan laki-laki sebagai penguasa yang harus lebih dominan
dibandingkan perempuan yang inferior.
Pendekatan sosialisasi berusaha untuk menyediakan pengajaran dan informasi yang perlu.
Seharusnya bahan-bahan seperti ini disediakan oleh sekolah, tetapi barangkali seolah-olah kita di
Indonesia tidak membicarakan hal itu. Terapis kadang kadang mencoba untuk menyampaikan
beberapa aspek pendidikan sosial dasar ini. Namun, berhubung dengan waktu yang terbatas,
sering hal itu tidak bisa terlaksana dengan mendalam. Barangkali yang kita sebut dengan
Bimbingan Pernikahan itu merupakan kegiatan sosialisasi yang dalam hal ini terapis memberikan
pendidikan tentang liku-liku pernikahan dan keluarga dengan tujuan agar anggota keluarga yang
akan menikah memiliki bekal pengetahuan yang memadai.
Kurangnya sosialisasi menyebabkan keluarga mengalami krisis dan perkembangan tertentu yang
kurang menguntungkan yang tentunya harus dicegah terjadinya, agar keluarga akan terhindar
dari keruntuhan. Dalam terapi keluarga ada pendekatan yang senada dengan pendekatan
sosialisasi, yaitu suatu usaha untuk menghindari masalah yang merugikan kehidupan perkawinan
atau yang biasa disebut Problem Avoidance. Melalui terapi pasangan itu akan mengerti masalahmasalah yang potensial dalam perkawinan yang tidak disetujui oleh masyarakat, dan kemudian
memacu keterampilan untuk menghindari itu semua dari terjadi. Misalnya, bahwa konflik fisik
dalam keluarga seharusnya dihindari, karena secara sosial tidak bisa diterima. Kalau pasangan itu
tahu bahwa baik hukum maupun secara sosial tidak membenarkan perceraian dalam perkawinan,
maka sebelum mereka menikah mereka sudah tahu cara-cara mempertahankan perkawinan untuk
seumur hidup. Dengan demikian mereka akan berusaha keras agar perkawinan mereka tidak
kandas atau pecah di tengah jalan.
Untuk menghindari krisis dalam keluarga, maka keluarga harus dilihat sebagai suatu kesempatan
untuk pemenuhan kebutuhan yang harus dimaximalkan (enrichment approach). Biasanya
pendekatan ini lebih ditandai dengan memberikan suatu proses perkembangan individual
maupun perkembangan bersama daripada seperangkat nasihat. Terapis memberikan fasilitas
kepada pasangan tersebut untuk mengevaluasi pengharapan dan ketakutan mereka, sehingga
sampai kepada sasaran yang paling memuaskan atau mungkin pasangan tersebut mendiskusikan
pengertian masing-masing tentang seks. Issu-issu tentang komunikasi, seks, dan spiritualitas bisa
diajukan sebagai topik untuk dibicarakan, sehingga mereka mendapat pengertian yang
memuaskan. Issu yang memperkaya wawasan pasangan (enrichment issues), bisa timbul dari
pasangan itu sendiri.
4. Klien (para siswa) mendapatkan pemahaman komprehensif tentang berbagai problematika
keluarga.
Gelombang globalisasi, arus komunikasi dan informasi yang makin cepat dan canggih tidak saja
menguntungkan, tetapi juga berdampak negatif yang mengancam kehidupan keluarga. Karena
itu, perhatian dan pengamatan yang semakin luas dan mendalam atas keluarga sangat dibutuhkan
dan disambut hangat. Keluarga adalah unit terkecil sekaligus unit dasar masyarakat, bangsa dan
negara. Demikian pula keluarga merupakan unit terkecil dan unit dasar persekutuan hidup
bermasyarakat, sehingga keluarga menjadi soko guru atau tiang penunjang utama masyarakat.

Makin disadari bahwa keluarga merupakan wadah yang paling ampuh dalam membangun watak,
membina karakter, membentuk pribadi, dan meletakan nilai-nilai moral. Keluarga adalah vital
bagi keberhasilan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan pemahaman ini,
kita perlu membahas betapa pentingnya merencanakan dan melaksanakan upaya sekolah
menunjang pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan bermasyarakat yang berdampak
terhadap proses belajar para siswa disekolah. Masalah tersebut adalah perjodohan, kegagalan
cinta, gagal dalam studi, frustrasi pekerjaan, pil, wil, gigolo, wanita penghibur, kenakalan
remaja, perkelahian anak sekolah, ayam kampus, abg, narkoba, ekstase, perselingkuhan,
perceraian dan kawin ulang, dan lain-lain, yang merupakan masalah-masalah yang lagi ngetren
saat ini
Mewujudkan kasih, perhatian dan kepedulian kepada para siswa yang berada dalam masalah,
terutama perasaan-perasaannya merupakan upaya konselor sekolah memberikan pertolongan,
meringankan beban dan tanggung jawabnya sebagai bentuk partisipasi aktif sekolah dalam
masalah-masalah masyarakat. Untuk mewujudkan tanggung jawab itu, konselor sekolah perlu
mengadakan pengkaderisasi melalui pelatihan bimbingan dan konseling bagi staf dewan guru
yang lain, yang bersedia diperlengkapi menjadi teman pembimbing para siswa yang bermasalah.
Bimbingan adalah suatu penemanan yang menumbuhkan dan mampu menghidupkan,
mengembangkan kepribadian diri sendiri dengan menyadari terus menerus sebagai pelayan yang
terluka, maksudnya tidak terlepas dari masalah tetapi mau menyembuhkan dan membalut luka
atau masalah orang lain. Bimbingan adalah pelayanan terhadap pribadi-pribadi dengan segala
keunikannya.
5. Konselor sekolah memahami tentang perkembangan anak dalam keluarga yang berdampak
pada siswa dan perkembangannya di sekolah.
Perkembangan Siswa dalam Perspektif Konselor Sekolah
Seorang konselor sekolah perlu memahami pola perkembangan anak dalam hal ini adalah para
siswanya. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak sebagai berikut:
Pertama, perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar saja, tetapi mencakup
rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, koheren dan berkesinambungan. Kata
progresif menandakan bahwa perubahan terjadi secara terarah, bergerak maju, bukannya
mundur; sedangkan kata koheren menunjukkan adanya hubungan antara perubahan yang terjadi
dan yang telah terjadi atau yang akan mengikutinya (Hurlock. 1991). Tujuannya adalah realisasi
diri atau apa yang dinamakan Abraham Maslow sebagai aktualisasi diri (self-actualization)
(Meadow. 2001). Kebutuhan-kebutuhan ini tersusun secara hierarkis, mulai dari yang rendah
sampai yang tertinggi. Jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi, maka ia akan bergerak
kearah pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi. Bila kebutuhan yang lebih tinggi tidak
terpenuhi, kesehatan mental siswa dapat terpengaruh. Untuk itu ia harus diberi kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu. Namun, tercapainya tujuannya itu tergantung dari
hambatan-hambatan yang dihadapi dan bagaimana ia menanggulanginya. Hambatan-hambatan
itu dapat berasal dari luar dirinya, seperti hilangnya kesempatan belajar atau lingkungan sosial
budaya yang tidak mendukung; atau hambatan-hambatan yang berasal dari dalam dirinya seperti
rasa takut, cemas, minder, dan sebagainya. Berikut ini adalah daftar susunan kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow disertai beberapa situasi yang menjadi pemicu timbulnya tiap
kebutuhan (Meadow, 2001).

TABEL : KEBUTUHAN DASAR MENURUT MASLOW


KEBUTUHAN DASAR SITUASI YANG MEMICU TIMBULNYA TIAP KEBUTUHAN
Fisiologis Rasa lapar, haus, dingin, panas, sakit, kantuk, dan lelah.
Rasa Aman Terancam bahaya yang nyata atau yang dibayangkan; berada di tempat yang belum
dikenal dan kurang memahami situasi.
Rasa Memiliki Merasa tersingkir atau diabaikan; merasa asing di suatu tempat dan tidak menyatu
dengan lingkungan.
Cinta Kasih Tidak memiliki teman atau hubungan-hubungan afeksi yang akrab dengan orang
lain; merasa tidak diperhatikan atau tidak dicintai; tidak dapat menunjukkan perhatian atau cinta
kasih kepada orang lain.
Kehormatan Diperlakukan dengan kurang hormat; gagasan atau perasaan ditertawakan orang
lain; dibentak, ditegur atau diperintah.
Harga Diri Mengetahui telah melanggar nilai-nilai yang dianutnya; merasa tidak mampu
menghadapi situasi; merasa kurang penting, kurang berharga, atau kurang baik dari pada orang
lain.
Aktualisasi Diri Terhambat dalam mengembangkan bakat atau kemampuan; tidak memiliki
pekerjaan yang sesuai dan memuaskan.
Transendensi Diri Tidak berhasil mengembangkan falsafah hidup yang seutuhnya; tidak berhasil
memilih dan hidup berdasarkan nilai-nilai yang luhur, hidup dengan sikap seakan-akan kita
adalah pusat segalanya (serba sempurna seperti Tuhan).
Kedua, perkembangan dimulai dari respons-respons yang bersifat umum ke yang khusus.
Sebagai contoh, seorang bayi akan menangis apabila mengalami semua perasaan yang tidak
mengenakkan seperti rasa lapar, marah atau takut. Dengan bertambahnya umurnya, ia akan
memperhatikan reaksi berbeda terhadap situasi yang berbeda juga.
Ketiga, perkembangan berlangsung secara kontinyu sehingga apa yang terjadi pada satu tahap,
mempengaruhi tahap berikutnya. Sebenarnya ciri-ciri yang ada pada masa-masa perkembangan
siswa sebelumnya dapat dilihat pada masa perkembangan selanjutnya, hanya saja terjadi
dominasi ciri baru atas ciri-ciri yang alam. Jika yang terjadi adalah yang sebaliknya, maka hal ini
memperlihatkan bahwa ada peralihan ke tahapan selanjutnya. Disamping itu, ada aspek-aspek
tertentu yang tidak berkembang dan meningkat lagi. Inilah yang dinamakan fiksasi.
Keempat, terdapat perbedaan antar individu dalam perkembangan. Perbedaan-perbedaan waktu
atau cepat lambanya suatu tahapan yang dilalui, memperlihatkan bahwa setiap orang memang
berbeda satu dengan yang lain secara biologis dan genetic. Tidak ada dua orang yang merasakan
pengaruh yang sama oleh lingkungan yang sama, demikian juga tidak ada kembar yang identik.
Dengan demikian, setiap anak memiliki pola perkembangan sendiri-sendiri, walaupun ia serupa
di berbagai aspek utama yang diikuti anak-anak lain.
Kelima, dalam tiap masa perkembangan terdapat apa yang dinamakan Havinghurst sebagai
tugas-tugas perkembangan (development task). Tugas perkembangan berfungsi sebagai panduan
bagi para guru dan orang tua untuk mengetahui apa sajakah yang harus dipelajari untuk usia
tertentu, menimbulkan motivasi bagi anak untuk belajar apa yang diharapkan masyarakat darinya
pada usia-usia tertentu dan menunjukan kepada para guru dan orang tua tentang apa yang
diharapkan dari mereka di masa mendatang. Dengan demikian mereka merasa perlu
mempersiapkan anak untuk menghadapi harapan baru tersebut. Tugas-tugas perkembangan
menurut Havinghurst antara lain :

Tabel Tugas Perkembangan Menurut Havinghurst


Masa Bayi dan Awal Kanak-kanak Masa Akhir Kanak-kanak Masa Remaja
Belajar berjalan Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak Mencapai
hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
Belajar makan makanan padat Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai
organisme yang bertumbuh Mencapai peran sosial laki-laki dan perempuan.
Belajar berbicara Belajar bergaul dengan teman sebaya. Menerima keadaan fisiknya dan
menggunakannya dengan efektif.
Belajar mengendalikan pembuangan sampah tubuh Belajar memainkan peran laki-laki dan
perempuan yang sesuai Mengharapkan dan mencapai
perilaku sosial yang bertanggung jawab.
Belajar membedakan seks dan kesopanan seksual Membangun kecakapan dasar dalam membaca,
menulis dan menghitung Mencapai kemandirian emosional dan orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya.
Mencapai stabilitas fisioliogis Membangun konsep yang diperlukan sehari-hari Mempersiapkan
karir ekonomi
Membentuk konsep sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik Mengembangkan nurani,
moralitas dan suatu skala nilai Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain
Mencapai kemandirian pribadi Merealisasikan satu identitas sendiri dan dapat mengadakan
partisipasi dalam lingkungan teman-teman sebayanya.
Belajar membedakan yang benar dan yang salah serta mengembangkan hati nurani Membentuk
sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial
Jika dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini terjadi penyimpangan dari norma yang ada,
maka akibatnya adalah timbulnya kesulitan dalam penyesuaian baik secara sosial, emosional dan
kepribadiannya terhadap lingkungan hidupnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alger, I. 1976. (a). IntegratingImmediate Video Playback in Family Therapy. In P. J. Geurin,
Jr., (Ed.)., Family Therapy: Theory and Practice. New York: Gardner Press.
Beavers, W. R. 1982. Healthy, Midrange, and Severely Dysfunctional Families. In F. Walsh
(Ed.). Normal Family Processes. New York: Guilford Press.
Bertalanffy, L. Von. 1968. General Systems Theory: Fondation, Development, Applications.
New York: Braziller.
Bloch, D. A. 1974. The Family of the Psychiatric Patient. In S. Arieti (Ed.), American
Handbook of Psychiatry I: The Foundations of Psychiatry. New York: Basic Books.
Bowen, M. 1966. The Use of Family Theory in Clinical Practice. Comprehensive Psychiatry.
Bowen, M. 1976. Theory in the Practice of Psychotherapy. In P. J. Guerin, Jr. (Ed.). Family
Therapy: Theory and Practice. New York: Gardner Press.
Bowen, M. 1978. Family Therapy in Clinical Practice. New York: Aronson.
Carter, E. A., & McGoldrick, M. 1980. The Family Life Cycle and Family Therapy: An
Overview. In E. A. Carter & M. McGoldrick (Eds). The Family Life Cycle:
A Framework for Family Therapy. New York: Gardner Press.
Clinebell Howard, Basic Types of Pastoral Care & Counseling: Resources For the Ministry of

Healing and Growth. Nashville; (Abingdon Press, 1984).


Duvall, E. M. 1977. Marriage and Family Development (5th ed.). New York: Lippincott.
Ester Mariani Ga. 1999. Cinta Dalam Kemitraan: Pendekatan Filsafat Terhadap Relasi
Perempuan dan Laki-Laki. Salatiga,
Goldenberg, I., Goldenberg, H. 1985. Family Therapy: An Overview. Brooks/Cole
Publishing Company. Pasific Grove. California.
Gray, W., Duhl, F. J., & Rizzo N. D. 1969. General Systems Theory and Psychiatry. Boston:
Little, Brown.
Hardiwiratno. 1994. Menuju Keluarga Bertanggung Jawab. Jakarta.
Hoffman, L. 1980. The Family Life Cycle and Discontinuous Chang. In E. A. Carter & M.
McGoldrick (Eds). The Family Life Cycle: A Framework for Family Therapy. New
York: Gardner Press.
Hurlock, Elisabeth B. 1972. Child Development: fifth edition, McGraw Hill Kogakuasha LTD.
Kantor, D., & Lehr, W. 1975. Inside the Family: Toward a Therapy of Family Process. San
Fransisco: Jossey-Bass.
Kaplan, M. L., & Kaplan, N. R. 1978. Individual and Family Growth: A Gestalt Approach.
Family Process.
Kempler, W. 1981. Experiential Psychotherap within Familes. New York: Brunner/Marzel.
Lewis, J. M., Beavers, W. R., Gossett, J. T., & Phillips, V. A. 1976. No Single Thread:
Psychological Health in Family Systems. New York: Brunner/Mazel.
Lidz, R., & Lidz, T. 1949. The Family Enviroment of Schizophrenic Patients. American
Journal of Psychiatry.
Marry Jo Meadow. 2001. Memahami Orang Lain: Meningkatkan Komunikasi dan Hubungan
Baik Dengan Orang Lain. Yogyakarta,
Marjorie L. Thompson. 2000. Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan: Sebuah Visi tentang
Peran Keluarga dalam Pembentukan Rohani. Jakarta.
Menninger, K. 1963. The Vital Balance. New York: Viking Press.
Miller, J. G. 1978. Living systems. New York: McGraw-Hill.
Nathan W. Ackermar., Emergence of Family Psychotherapys on the Present Scene, dalam
Contemporary Psychotherapies, Morris [. Stein, ed. (Glencoa, III: Free Press, 1961),
Reiss, D. 1981. The Familys Construction of Reality. Cambridge, Mass.: Harvard Uniersity
Press.
Robert Mulholland, Jr. 1985. Shaped by the Word, The Power of Scripture in Spiritual
Formation (Nashville, Tenn.: The Upper Room).
Satir, V. M. 1964. Conjoint Family Therapy. Palo Alto, Calif.: Science and Behavior Books.
Satir, V. M. 1982. The Therapist and Family Therapy: Process Model. In A. M. Horne & M. M.
Ohlsen (Eds.). Family Counseling and Therapy. Itasca. Ill,: F. E. Peacock.
Shapiro, R. L. 1967. The Origin of Adolescent disturbance in the Family: Some Considerations
in Theory and Implications for Therapy. In C. H. Zuk and I. Boszormenyi-Nagy (Eds.)
Family Therapy and disturbed Families. Palo Alto, Calif: Science and Behavior Books.
Steinglass, P. 1978. The Conceptualization of Marriage from a Systems Theory Perspective. In
T. J. Paolino, Jr. & B. S. McCrady (Eds.), Marriage and Marital Therapy:
Psychoanalytic, Behavioral and Systems Theory Perspective. New York:
Brunner/Mazel.
Stierlin, H. 1972. Separating Parents and Adolescents. New York: Quadrangle..
Stuart, R. B. An Operant-Interpersonal Treatment for Marital Discord. Journal of Consulting

and Clinical Psychology.


Watzlawick, P. 1966. A Structural Family Interview. Family Process.
Whitaker, C. A. 1976. (a). A Family is a Four Dimensional Relationship. In P. J. Guerin, Jr.
(Ed.). Family Therapy: Theory and Practice. New York: Gardner Press.
William J. Goode. 1983. Sosiologi Keluarga. BPK Gungng Mulia: Jakarta.
ARTIKEL, MAKALAH
Daniel Nuhamara. 1994. Diktat Pembimbing Pendidikan Agama Kristen: Jakarta.
Teori Struktural Salvador Minuchin

Terapi Keluarga Struktural pada awalnya


berasaskan pengalaman seorang doktor iaitu Salvador Minuchin dan rakan-rakannya di
Wiltwyck School. Menurut Minuchin dalam Gladding ST (1998), Sifat agresif yang ditunjukkan
oleh ahli keluarga di Wilwyck School dan kecenderungan mereka untuk menyalahkan orang lain
membuatkan terapis perlu lebih kuat dan cepat bertindak dalam membantu menangani
permasalahan mereka. Sejak terapi ini diperkenalkan ia menjadi begitu popular dan seterusnya ia
dimurnikan pada tahun 1960an dan 1970an ketika Minuchin menjadi Pengarah di Philadelphia
Child Guidance Clinic. Hingga kini terdapat ramai pengamal terapi ini dalam bidang kesihatan
mental dan Philadelphia menjadi pusat utama pendekatan terapi keluarga ini. Terdapat beberapa
tokoh terkenal dalam Terapi Keluarga Struktural ini termasuklah Braulio Montalvo, Bernice
Rosman, Harry Aponte dan Charles Fishman tetapi yang lebih dikenali adalah pengasasnya
sendiri iaitu Dr Salvador Minuchin. Latar Belakang Pengasas Salvador Minuchin dilahirkan pada
13 Oktober 1921 di Argentina dan dibesarkan dalam keluarga Yahudi. Beliau mendapat
kelulusan Ijazah Perubatan di Argentina. Pada tahun 1948 beliau menjadi doktor kepada tentera
Israel selama 18 bulan. Pada tahun 1950, beliau ke United State dengan harapan ingin
menyambung pelajaran bersama Bruno Bettelheim di Chicago. Walau bagaimanapun beliau
telah berjumpa Nathan Ackerman di New York dan memilih untuk tinggal di sana. Pada tahun
1954, beliau mula belajar Psikolanalisis dan beberapa tahun kemudiannya beliau menjadi
Pengarah Perubatan di Wiltwyck School. Sepanjang pengalaman beliau berada di Wiltwyck
menjadi terapis sistem bersama-sama dengan Dick Auerswald dan Charles King pada tahun 1959
mula mengembangkan pendekatan tiga tahap dalam membantu keluarga berkulit hitam yang

berada dalam kelas sosio-ekonomi yang rendah. Mereka mengembangkan suatu bahasa dalam
menerangkan struktur keluarga dan kaedah bagaimana untuk memperbaiki organisasi dalam
sesebuah keluarga. Intisari penggunaan kaedah ini telah diterbitkan melalui sebuah buku yang
bertajuk Families of the Slums pada tahun 1967. Pada tahun 1965, Minuchin menjadi Pengarah
Philadelphia Child Guidance Clinic. Beliau telah mengubah klinik tersebut kepada pusat terapi
keluarga. Selepas itu Institute for Family Counseling pula ditubuhkan untuk menyediakan
program latihan kepada pembantu perkhidmatan komuniti. Di Philadelphia, Minuchin bekerja
bersama-sama dengan Braulio Montalvo dan Jay Haley. Pada tahun 1974, beliau menerbitkan
buku Families and Family Therapy.
KONSEP TERAPI KELUARGA STRUKTURAL Terdapat tiga konsep utama dalam Terapi
Keluarga Struktural iaitu Struktur Keluarga (Family Structure), Subsistem Keluarga (Family
Subsystems) dan Sempadan / Batasan (Boundaries). Struktur Keluarga (Family Structure)
Menurut Gladding (1998, m.s 212) pendekatan struktural adalah sebagai suatu teori yang sangat
pragmatik. Teori ini dipengaruhi oleh falsafah dari Ortega y Gasset di mana ia menekankan
interaksi individu dengan persekitaran. Pendekatan terapi ini menekankan bahawa setiap
keluarga mempunyai struktur atau susunan yang tersendiri. Cuma struktur ini kelihatan
tersembunyi di mana fungsi-fungsinya diperlukan oleh mana-mana ahli keluarga yang terbabit.
Dalam sesebuah keluarga yang mempunyai struktur dapat mempengaruhi keluarga tersebut
menjadi lebih baik atau lebih buruk. Sesetengah keluarga dapat membina struktur yang baik
mengikut pola hireiki. Sesetengah keluarga pula mempunyai struktur kecil dan juga mewujudkan
beberapa ketetapan dalam keluarga lebih mudah dan membuatkan interaksi lebih bermakna.
Dalam pendekatan struktural, keluarga yang berfungsi dengan baik dilihat secara keseluruhan
sebaik-baiknya mempunyai interaksi di antara sub-unit dalam keluarga tersebut. Dalam
sesetengah keluarga yang disfungsi, muncul penyatuan (coalition) yang bermaksud penyatuan di
antara seseorang ahli keluarga dengan seorang atau lebih ahli keluarga yang untuk menentang
atau melawan dengan seorang ahli atau lebih ahli keluarga yang lain. Ini berlaku apabila wujud
ketidaksetujuan antara dua orang ahli keluarga dan ahli keluarga yang ketiga akan bergabung
dengan ahli keluarga yang dianggap lemah supaya perlawanan menjadi seimbang. Selain
daripada bersifat penentang atau musuh, coalitions biasanya merahsiakan kewujudan mereka.
Coalitions akan muncul jika sekumpulan ahli keluarga tidak dapat menyelesaikan sesuatu
masalah secara terbuka. Sesuatu masalah akan dapat diselesaikan dengan mudah jika coalitions
atau gabungan itu besar dan mempunyai kuasa autonomi. Subsistem Keluarga (Family
Subsystem) Aspek kedua penting dalam terapi keluarga ini adalah merupakan unit yang kecil
yang wujud dalam sistem keluarga secara keseluruhan. Terdapat 3 bahagian subsistem yang
penting dalam keluarga iaitu, Subsistem pasangan suami isteri, Subsistem keibubapaan dan
Subsistem antara adik beradik. Jika sebuah keluarga yang mempunyai keluarga luas, datuk,
nenek dan ipar duai juga mempunyai subsistem dalam keluarga tersebut. Setiap ahli keluarga
mempunyai peranan yang berbeza dalam setiap subsistem yang dipunyai oleh mereka. Struktur
keluarga akan menjadi bermasalah jika sesuatu subsistem tidak menjalankan peranannya dan

mengambil alih atau memainkan peranan subsistem yang lain. Subsistem pasangan Suami Isteri
Subsistem pasangan suami isteri merujuk kepada hubungan suami dan isteri. Suami mempunyai
tanggungjawab terhadap isteri dan begitu juga sebaliknya. Ia akan membentuk kumpulan
berpasangan yang saling menyokong dan memerlukan di antara satu sama lain. Subsistem
Keibubapaan Secara umumnya Ibu bapa mempunyai tanggungjawab mendidik dan mengasuh
anak, juga berfungsi menyediakan kemudahan dan keselesaan kepada anak-anak dalam banyak
hal seperti menyediakan kemudahan tempat tinggal, makanan, pelajaran dan persekitaran
keluarga yang baik dan selesa kepada anak-anak. Dalam subsistem ini akan wujud masalah jika
timbul gabungan merentas generasi (cross-generational alliance) iaitu gabungan dua generasi
yang berbeza seperti gabungan ibu atau bapa dengan anak secara rahsia untuk mendapatkan
sesuatu keperluan atau mencapai sesuatu objektif. Subsistem keibubapaan perlu berubah sejajar
dengan perkembangan tumbesaran anak-anak. Peraturan yang boleh diterima ketika anak berusia
8 tahun perlu diubah ketika anak tersebut berusia 18 tahun. Subsistem Antara Adik Beradik Bagi
menjamin kebahagiaan dan keseronokan hidup dalam keluarga hubungan adik beradik perlu
mempunyai kemesraan dan kasih sayang di antara satu sama lain. Mereka belajar cara saling
menolong dalam penyelesaian masalah serta bertanggungjawab di antara satu sama lain. Dalam
sesetengah keluarga, terdapat adik beradik yang sama seibu sebapa tetapi terdapat juga yang
mempunyai adik beradik tiri di mana ibu atau bapa yang berkahwin lain. Perbezaan umur juga
memberi kesan kepada kefungsian subsistem antara adik beradik. Sempadan (Boundaries)
Sempadan adalah kawasan fizikal dan psikologikal yang dimiliki oleh setiap individu atau
sesuatu subsistem dalam sistem keluarga. Menurut Lily Mastura Harun dan Ramlan Hamzah
(2007) sempadan dapat disamakan seperti maruah diri atau harga diri. Setiap individu akan
menjaga sempadan ini agar tidak dicerobohi oleh individu lain. Jika pencerobohan berlaku,
individu akan bertindak balas untuk menjaga sempadannya. Minuchin (1974) dalam Gladding
(1998) untuk mendapat kefungsian keluarga yang sempurna sempadan dalam subsistemsubsistem ini perlulah jelas.
Dalam sistem pemetaan struktural keluarga kekuatan sempadan ini dilukiskan seperti berikut :
- - - - - - - - - Jelas
__________________ Rigid
.. .. .. .. .. .. Kabur
Rajah 1 : Sempadan dalam keluarga
Sempadan yang jelas adalah terdiri daripada peraturan dan tabiat yang dibenarkan oleh ahli
keluarga untuk meningkatkan komunikasi dan perhubungan sesama mereka dengan
mengamalkan komunikasi dua hala. Dalam keluarga yang mengamalkan sempadan yang jelas,
ahli keluarga bebas bertukar-tukar maklumat dan saling memberi dan menerima maklumbalas
yang membina. Sempadan yang rigid adalah tidak fleksibel dan mengasingkan ahli-ahli keluarga
di antara satu sama lain.

Dalam keluarga yang mempunyai sempadan yang rigid, ahli keluarga tersebut menghadapi
kesukaran dalam perhubungan yang lebih rapat di antara satu sama lain. Oleh itu, ahli keluarga
akan menjadi lebih terpisah di antara satu sama lain secara emosional. Dalam situasi sempadan
kabur pula, tidak terdapat pengasingan yang cukup di antara ahli keluarga. Terdapat juga
beberapa orang ahli dalam keluarga yang dikatakan bersatu. Berbeza kewujudan kebergantungan
dan kebebasan di antara individu seperti dalam sempadan yang jelas, sempadan kabur lebih
menggalakkan ketidakbergantungan individu. Dalam pembangunan sesebuah keluarga,
sempadan-sempadan tersebut boleh bertukar mengikut jenis dan perkembangan keluarga
tersebut. Dalam perkembangan tersebut meluruskan semula (alignment) merupakan suatu cara
ahli-ahli keluarga tersebut berhubung kembali atau menentang mana-mana ahli bagi meneruskan
aktiviti keluarga tersebut. Sebagai tambahan kepada struktur, subsistem dan sempadan, Terapi
Keluarga Struktural berpandukan juga kepada peranan & peraturan (roles & rules) dan kuasa
(power). Peranan (roles) menjadi sukar jika dalam keluarga tersebut mempunyai ahli yang
berhubungan dengan ahli yang lain di mana ahli tersebut mempunyai suatu jangkaan terhadap
ahli yang lain. Sebagai contoh, ahli keluarga yang paling muda dalam keluarga akan dianggap
berperanan seperti bayi dan ahli keluarga tidak akan mengendahkan sesuatu yang diperkatakan.
Peraturan (rules) merupakan peraturan yang mula-mula dibentuk dalam keluarga dan akhirnya
tidak dapat dipisahkan lagi (melekat) dalam struktur dan sistem keluarga tersebut tanpa
menghiraukan perubahan yang berlaku dalam keluarga. Sebagai contoh, seorang bapa yang
berpendapatan tinggi tiba-tiba dibuang kerja tetapi ahli keluarga tersebut masih mengamalkan
cara berbelanja seperti sebelum bapa dibuang kerja. Peraturan yang melekat ini memburukkan
keluarga sebagai unit yang berfungsi.
Secara keseluruhan, peraturan dalam keluarga boleh jadi jelas atau tersirat. Secara umumnya
keluarga yang berfungsi dengan lebih baik mempunyai peraturan yang lebih jelas. Kuasa (power)
adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu. Dalam sebuah keluarga, kuasa adalah berkaitan
dengan autoriti dan tanggung jawab iaitu ahli yang membuat keputusan atau pemberi kata putus.
Terapi Struktural Keluarga mendapati dalam keluarga yang disfungsi, kuasa hanya diberikan
kepada beberapa ahli tertentu sahaja. Campur tangan dan kebolehan ahli keluarga yang lain
untuk memberi pendapat dalam proses membuat keputusan sangatlah terhad. Ahli keluarga yang
merasakan diri mereka tidak mempunyai hak bersuara ini kemungkinan akan menarik diri
daripada keluarga.
Teknik-teknik Terapi Keluarga Struktural Terapi Keluarga Struktural merujuk kepada cara
bagaimana melihat sesuatu keluarga itu berfungsi. Set disfungsi keluarga adalah merujuk kepada
reaksi keluarga, tindak balas kepada tekanan berulang-ulang tanpa berlaku modifikasi setiap kali
berlaku konflik keluarga. Terdapat beberapa teknik dalam Terapi Keluarga Struktural iaitu :
Joining Joining adalah proses yang berlaku antara terapis dan ahli keluarga. Joining
merupakan salah satu prasyarat penting dalam proses penstrukturan semula keluarga. Menurut

Lily Mastura Harun dan Ramlan Hamzah (2007) joining merupakan istilah yang digunakan
dalam Terapi Struktural Keluarga dalam membina hubungan (rapport). Pada waktu ini, kaunselor
mempamerkan kemahiran-kemahiran lisan dan tanpa lisan, kecekapan, tidak menyebelahi manamana ahli keluarga, empati dan memahami kehendak dan perasaan setiap individu dalam
keluarga terbabit. Prasyarat ini adalah perlu untuk mewujudkan keadaan yang selesa dan selamat
agar klien dapat merasakan suasana saling percayai mempercayai di antara satu sama lain.
Terdapat empat cara joining mengikut pendekatan Terapi Keluarga Struktural. Pertama,
tracking iaitu terapis menggunakan soalan terbuka untuk mendapatkan maklumat. Semasa
tracking penilaian tidak diperlukan. Contoh yang terbaik tracking adalah apabila terapis
memberi maklum balas. Sebagai contoh terapis memberi maklum balas dengan mengatakan
Jadi seperti mana yang saya faham situasi puan adalah puan dan suami menndirikkan rumah
tangga pada bulan Mei tahun lalu dan telah melahirkan anak pertama pada bulan Mac yang lepas.
Jadi, puan tidak terfikir yang puan mempunyai masa yang mencukupi untuk menyesuaikan diri
dalam hubungan puan dengan suami sebelum puan melahirkan anak. Cara yang kedua adalah
mimesis iaitu terapis menjadi seperti keluarga iaitu cuba menyesuaikan diri dalam keluarga
tersebut mengikut cara atau konteks keluarga tersebut berkomunikasi dan sebagainya. Cara yang
ketiga confirmation of a family member iaitu menggunakan perkataan-perkataan yang
menyentuh perasaan untuk merefleksikan ekspresi perasaan dan tingkah laku ahli keluarga.
Manakala cara yang terakhir adalah accomodation iaitu terapis membuat penyesuaian peribadi
untuk kesepaduan teraputik. Reframing Menurut Lily Mastura Harun dan Ramlan Hamzah
(2007) reframing bermaksud memberi makna yang baru dan berbeza dalam pengertian yang
lebih positif. Ia melibatkan pertukaran persepsi dengan menerangkan sesuatu situasi dalam
konteks yang berbeza. Dalam proses ini, situasi yang negatif kadang kala dapat dilihat dalam
sudut yang berbeza. Sebagai contoh, ahli keluarga mengatakan anak mereka teruk dan jahat
tetapi terapis membuat reframing sebagai nakal. Oleh itu, ahli keluarga dapat mencari jalan
untuk mengubah sikap mereka kepada persepsi baru iaitu anak nakal dan berfikir bagaimana
dapat membantu anak mereka untuk berubah. Unbalancing Unbalancing merupakan prosedur di
mana terapis menyokong mana-mana individu atau subsistem menentang ahli keluarga yang lain.
Dalam teknik ini, terapis boleh duduk di sebelah anak perempuan yang dituduh tidak mengikut
cara hidup keluarga tersebut. Terapis boleh memberi perhatian kepada anak perempuan tadi dan
menentang keluarga dengan memberi sebab-sebab kenapa anak perempuan itu bertingkah laku
seperti itu. Ahli keluarga secara individual dan kelompok seolah-olah dipaksa untuk memberi
reaksi secara berbeza terhadap anak perempuan tadi. Mereka akan memperkembangkan peranan
dan fungsi mereka dalam keluarga tersebut. Apabila teknik ini digunakan untuk menyokong
orang yang tertindas dalam sistem keluarga tersebut. Enactment Enactment adalah proses di
mana keluarga tersebut membawa tingkah laku bermasalah ke dalam sesi kaunseling dengan
menunjukkan demonstrasi kepada terapis. Sebagai contoh, ahli keluarga yang sering bertengkar
dalam isu meluangkan masa pada hari cuti hujung minggu. Teknik ini untuk melihat bagaimana
ahli keluarga berinteraksi. Working with Spontaneous Interaction Terapis memberi perhatian
terhadap sesuatu tingkah laku tertentu. Melalui teknik ini, ia dapat memperlihatkan tingkah laku

asal dan dinamika interaksi sesebuah keluarga itu. Oleh itu, terapis akan membantu ahli keluarga
untuk mengenal pasti pola interaksi dan apakah perubahan yang mereka perlu lakukan untuk
memperbaiki corak komunikasi dalam keluarga. Boundary Boundary adalah garisan yang tidak
kelihatan yang memisahkan individu atau subsistem dengan individu atau subsistem yang lain
secara psikologikal. Untuk memastikan keberkesanan fungsi keluarga, keluarga tersebut perlu
menggunakan boundary yang berbeza pada setiap ketika tahap perkembangan keluarga. Sebagai
contoh, pada masa krisis keluarga tersebut mungkin memerlukan rigid boundary untuk
memastikan semua ahli keluarga bekerjasama sebagai satu pasukan. Peranan terapis samada
menguatkan atau melonggarkan boundary bergantung kepada situasi keluarga tersebut. Intensity
Kaedah struktural untuk menukarkan tingkah laku yang tidak adaptif dengan menggunakan
perasaan yang kuat, intervensi yang berulang atau tekanan yang berpanjangan. Nada, volume dan
pemilihan perkataan digunakan untuk meningkatkan perasaan bersungguh-sungguh.
Restructuring Restructuring melibatkan pertukaran struktur keluarga. Rasional penggunaan
teknik ini adalah untuk membuatkan keluarga itu lebih berfungsi dengan mengubah suai hierarki
sedia ada dan pola interaksi agar masalah tidak dikekalkan. Shaping Competence Terapis
membantu keluarga menjadi lebih berfungsi dengan memberi fokus kepada tingkah laku yang
positif. Terapis boleh memberi pengukuhan kepada ibu bapa yang menunjukkan tingkah laku
yang baik kepada anak-anak. Diagnosing Salah satu tugas utama dalam Terapi Keluarga
Struktural adalah menjalankan diagnos untuk mengenal pasti sistem perhubungan antara ahli
keluarga. Dengan itu terapis dapat melihat apa yang diperbaiki atau ditukarkan untuk membantu
keluarga tersebut berfungsi dengan sebaiknya. Dianosing dilakukan pada awal proses teraputik.
Adding Cognitive Constructions Terdapat beberapa teknik dalam teknik ini termasuklah advice,
information, pragmatatic fictions dan paradox. Advice dan information adalah didapati daripada
pengalaman dan pengetahuan keluarga dalam proses terapi tersebut. Ia digunakan untuk
meredakan kemarahan beberapa ahli keluarga dan meyakinkan mereka beberapa tingkah laku.
Pragmatic fictions adalah pengumuman yang dibuat untuk membantu keluarga dan ahlinya untuk
berubah. Paradox adalah membantu keluarga mencari alternatif untuk menyelesaikan masalah
mereka

Anda mungkin juga menyukai