Anda di halaman 1dari 14

Laporan Case Study

POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA


(Pola Pengasuhan Keluarga)

Dosen Pengampu:

Cahaya Afrianti Napatitupulu,M.Psi.,Psikolog

Disusun Oleh :

Jumiarti Puspitasari 193020213025

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN DAN PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang telah memberikan
karunia dan lindungan-Nya, begitu besar rasa syukur yang dirasakan, karena berkat-Nyalah sehingga
akhirnya laporan studi kasus ini dapat diselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak dalam Keluarga.
Dalam penyusunan laporan ini tentu tak terlepas dari pengarahan dan bimbingan dari dosen pengampu.
Maka dari itu penulis ucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada ibu Cahaya Afriani
Napitupulu,M.Psi.,Psikolog selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendididkan Anak dalaam Keluarga.

Dengan rasa rendah hati, Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikkan dimasa yang akan datang. Walaupun
demikian penyusun mengharapkan laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya 05 April 2022

Jumiarti Puspitasari
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………..

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………......................................

A. Latar Belakang………………………………………………………………….......................................
B. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………….
C. Manfaat…………………………………………………………………................................................
D. Ruang Lingkup………………………………………………………………………………………………………..

BAB II. PELAKSANAAN..……………...………………………………………………………………………………

A. Kajian Pustaka …………………………………………….…………..............................................


1. Pola Asuh……………………………………………………………………………………………………………….
2. Keluarga………………………………………………………………………………………………………………….

B. Metode Penelitian…………………………………………………………………………………………………
1. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………………………………..

C. Identifikasi Masalah……………………………………………………………………………………………….
1. Studi kasus................................................................................................................
2. Analisis.....................................................................................................................
3. Sintesis.....................................................................................................................
4. Diagnosis..................................................................................................................
5. Prognosis.................................................................................................................
6. Treatment...............................................................................................................
7. Evaluasi/Follow up.................................................................................................

D. Kendala, Hambatan dan Solusi................................................................................

BAB III. PENUTUP…………………………………………….........................................................

A. Kesimpulan………………………………………………………………….........................................

B. Saran……….………………………………………………………………................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengertian psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dari masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam
pengertian pedagogis, keluarga adalah satu persatuan hidup dan dijalin oleh kasih sayang antara
pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dalam pernikahan, yang bermaksud untuk saling
menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri terkandung
peran dan fungsi sebagai orang tua.
Keluarga yang harmonis, rukun, dan damai akan memengaruhi kondisi psikologi dan karakter
seorang anak. Begitu pula sebaliknya, anak yang kurang berbakti bahkan melakukan tindakan moral
kemanusiaan, dibidani oleh ketidak harmonisan dalam lingkungan keluarga.
Orang tua yang bijaksana akan mendidik anak-anaknya dengan rasa cinta kasih dan sayang, agar
menghasilkan anak-anak yang berprestasi dan dapat diandalkan, dari pada dengan didikan yang
didasarkan pada kewajiban atau tugastugas saja. Anak adalah investasi yang tiada nilainya bagi orang
tua untuk kebahagiaan dunia akhirat. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat besar
pengaruhnya dalam proses perkembangan anak, meskipun perlu didukung oleh lembaga-lembaga
sosial seperti sekolah dan lingkungan. Begitu juga sikap suami terhadap istri dan sebaliknya, sangat
berpengaruh dalam pendidikan di keluarga, karena hal ini akan dapat mempengaruhi karakteristik
atau perilaku anak. Keberhasilan seorang anak, sangat ditentukan oleh keluarga, karena di situlah
anak pertama mendapatkan pendidikan.
Pembentukan karakter anak bangsa merupakan implementasi dari pendidikan moral yang
berbasis religius di lingkungan sekolah. Cara pandang religius inilah yang menjadi moral dasar
pembangunan termasuk ke dalam pengembangan pendidikan. Pembangunan manusia Indonesia
melalui pendidikan dengan demikian berbeda dengan karakter pembangunan manusia barat yang
sekuler. Pembangunan SDM kita menekankan pentingnya moral (budi pekerti) di semua kehidupan,
baik prifat maupun publik.
Keluarga harus ikut terlibat membangun karakter generasinya melalui kepedulian dan keteladanan
orang tua dengan cara memperkenalkannya sejak dini dan mendampingi anaknya. Struktur terkecil
masyarakat ini menjadi kunci awal dalam pembentukan nilai karakter bangsa. Keluarga adalah
pembentukan paling signifikan dalam diri seseorang. Kita mengenal arti baik dan buruk dari keluarga
melalui apa yang sering dilihat, didengar dalam keluarga, ucapan, tindakan yang yang ditampilkan
khususnya oleh orang tua. Sehingga kita mengenal sebuah ungkapan bahasa arab “al ummu
madrasatul ‘ula” ibu adalah tempat pendidikan pertama dalam kehidupan seorang manusia. Ibu
sebagai simbol keluarga dan “rumah” awal kehidupan merupakan sejarah pembangunan nilai dan
karakter.
Peranan utama pendidikan karakter terletak pada ayah dan ibu. Philips yang dikutip oleh Zubaedi
menyatakan bahwa keluarga hendaknya menjadi sekolah untuk kasih sayang (school of live), atau
tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang.7 Menurut Gunadi yang dikutip oleh
Zubaedi, ada tiga peran utama yang dapat dilakukan ayah dan ibu dalam mengembangkan karakter
anak. Pertama, berkewajiban menciptakan suasana yang hangat dan tenteram. Tanpa ketentraman,
akan sukar bagi anak untuk belajar apa pun dan anak akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan jiwanya. Ketegangan atau ketakutan adalah wadah yang buruk bagi perkembangan
karakter anak. Kedua, menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak belajar terbanyak dari apa
yang di lihatnya, bukan dari apa yang didengarnya. Karakter orang tua yang diperlihatkan melalui
perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak. Ketiga, mendidik anak, artinya
mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang
telah diajarkannya
Orang tua hendaknya menggunakan ilmu pendidikan, khususnya ilmu metode pendidikan. Apa
yang ingin disampaikan orangtua hendaknya disampaikan dengan metode yang tepat sehingga tujuan
dapat tercapai. Begitu juga dalam membentuk karakter anak diperlukan berbagai macam metode
karena ada banyak karakter yang perlu dimiliki oleh anak dalam mengarungi kehidupannya sehingga
akan selamat dunia akhirat. Metode yang umum dan yang telah teruji dapat membentuk anak
berkarakter di antaranya adalah metode peneladanan, percontohan, pembiasaan, pengulangan,
metode pelatihan, dan metode motivasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di SDN Segulung 05 yaitu Ibu Eka Latri
Dyahwari menyatakan bahwa perkembangan teknologi membawa dampak yang negatif terhadap
anak-anak, salah satunya teknologi televisi. Jika anak sudah melihat televisi mereka melalaikan waktu
belajar dan enggan mengerjakan PR. Gaya bahasanya pun sudah menirukan film yang ada di televisi
yang dilihatnya. Ketika pembelajaran di dalam kelas karakter dan sikap anak juga kurang baik, sering
ramai sendiri tidak menghargai atau menghormati guru yang sedang mengajar.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari studi kasus ini dilaksanakan adalah:
1. Sebagai dasar atau acuan dalam pemecahan masalah
2. Dapat memiliki data yang lebih untuk dilakukan pengelolaan tahap selanjutnya
3. Membantu orang tua dalam mencapai pola pengasuhan dalam keluarga
4. Menyelaraskan setiap elemen yang terkait

C. Manfaat
1. Untuk Penulis
 Dapat menambah wawasan serta pengalaman
 Lebih terorientasi dalam pengambilan kasus
 Melatih penulis dalam memahami, membantu hingga menyelesaikan berbagai macam
permasalahan yang terkait bidang pendidikan anak dalam keluarga
2. Untuk Pembaca
 Dapat dijadikan referensi dalam pengelolaan studi kasus
 Memberikan gambaran tentang permasalahan pendidkan anak dalam keluaga
 Dapat memiliki motivasi untuk ikut dalam perbaikan dan penyelesaian masalah dalam mendidik
anak di sebuah keluarga

D. Ruang Lingkup
Dalam pelaksanaan kegiatan studi kasus ini penulis berusaha dapat memaparkan data yang
berkaitan dengan pendidikan anak dalam sebuah keluarga yang akan di kaji. Untuk melaksanakan
suatu program penelitian sebuah keluarga dalam mengasuh anaknya, kode etik yang harus diketahui
dan berpegang teguh pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu asas kerahasiaan. Maka dari itu
dalam penyajian data dapat dilakukan penyamaran nama untuk menjamin kerahasiaan kelurga. Data
yang dapat di berikan terkait dengan latar belakang keluarga hingga aktivitas keluarga yang
menyebabkan adanya suatu permasalahan yang muncul dalam perkembangan anak hingga
memberikan dampak pada negatif pada anak tersebut. Oleh dari itu Semua data murni di ambil untuk
kepentingan kegiatan studi kasus guna membantu, mentreatmen hingga menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Informasi dan data-data mengenai keluarga ini dalam proses pemberian
bantuan juga dirahasiakan dan apabila dalam penyajiaan dari studi kasus ini terdapat kesamaan
dengan identitas atau masalah dengan orang lain hal itu hanya secara kebetulan saja.
BAB II
PELAKSANAAN

A. Kajian Pustaka
1.Pola Asuh
Pengertian pola asuh dalam keluarga bisa ditelusuri dari pedoman yang dikeluarkan oleh Tim
Penggerak PKK Pusat (1995), yakni : usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak
baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18 tahun). Secara garis besar pola asuh yang
diterapkan orang tua kepada anaknya dapat digolongkan menjadi :
a. Pola asuh otoriter Yang dimaksud adalah setiap orang tua dalam mendidik anak mengharuskan
setiap anak patuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua. Anak tidak diberi kesempatan
untuk menanyakan segala sesuatu yang menyangkut tentang tugas, kewajiban dan hak yang
diberikan kepada dirinya.
b. Pola asuh demokratis Yang dimaksud adalah sikap orang tua yang mau mendengarkan pendapat
anaknya, kemudian dilakukan musyawarah antara pendapat orang tua dan pendapat anak lalu
diambil suatu kesimpulan secara bersama, tanpa ada yang merasa terpaksa.
c. Pola asuh permisif Yang dimaksud dengan sikap orang tua dalam mendidik anak memberikan
kebebasan secara mutlak kepada anak dalam bertindak tanpa ada pengarahan sehingga bagi
anak yang perilakunya menyimpang akan menjadi anak yang tidak diterima di masyarakat
karena dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan ( Nuryoto,1998).
2. Keluarga
Setelah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-
masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut
fungsi. Fungsi keluarga merupakan suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau
di luar keluarga. Masalah krisis keluarga dapat diduga muncul sebagai tidak berfungsinya tugas
dan peranan keluarga. Secara sosiologis ( Melly dalam Busono, 2005 ), keluarga dituntut berperan
dan berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni oleh individu (anggota
keluarga) yang bahagia dan sejahtera.
Fungsi keluarga perlu diamati sebagai tugas yang harus diperankan oleh keluarga sebagai
lembaga sosial terkecil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, berdasarkan pendekatan budaya dan
sosiologis, fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual
dan mendapatkan keturunan. Fungsi ini memberi kesempatan hidup bagi setiap
anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu.
b. Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk
mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga terdapat proses
saling belajar di antara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang
peran utama dalam proses pembelajaran anakanaknya, terutama di kala mereka belum
dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan, dan teladan.
c. Fungsi Beragama Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk
mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota
keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Fungsi ini
mengharuskan orang tua, sebagai seorang tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk
menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.
d. Fungsi Perlindungan Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan
memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin
timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga.
e. Fungsi Sosialisasi Anak Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk
menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan
sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma
sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada
gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam keluarga dan terhadap
lingkungannya.
f. Fungsi Kasih Sayang Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga
interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan
peranan sosial masing masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan
kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai
masalah dan persoalan hidup.
g. Fungsi Ekonomis Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis.
Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha,
dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
h. Fungsi Rekreatif Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya
apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan
batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari.
i. Fungsi status keluarga Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah menjalankan
fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga
dibandingkan dengan keluarga lainnya.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai peneliti adalah metode Kuantitatif
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk memperoleh data yang lengkap, objektif
dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya serta sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut
Lofland and Lofland (1984 : 47) dalam Moleong (1989 : 112) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Sedangkan Hadawi Nawawi (1983) mengemukakan bahwa data penelitian dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Data Primer Yaitu data autentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang
diungkapkan. Data ini disebut juga dengan data asli.
b. Data Sekunder Yaitu data yang mengutip dari sumber lain sehingga bersifat tidak autentik
karena sudah diperoleh dari tangan kedua, dengan demikian data ini disebut juga data tidak
asli. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu :
a) Wawancara mendalam
Wawancara dilakukan dengan menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan. Namun
dalam prakteknya daftar pertanyaan ini tidak mengikat jalannya wawancara.
b) Observasi
Observasi dilakukan di desa kipan untuk mengetahui secara langsung bagaimana sebuah
keluarga/orang tua mengasuh anak anak mereka.
c) Dokumentasi
Data-data pendukung lain diperoleh melalui dokumendokumen penting seperti
dokumen lembaga yang diteliti termasuk di dalamnya data administrasi lembaga. Di
samping itu foto maupun sumber tertulis lain yang mendukung juga bisa digunakan dalam
proses dokumentasi.

C. Studi Kasus
1.Identifikasi Masalah :
Identitas Keluarga
 Nama Ayah : ES
TTL : Kinipan, 18 Agustus 1991
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Bukit Serayungan, RT IV No. 156, Desa Kinipan Kec. Batang Kawa Kab. Lamandau
 Nama Ibu : OY
TTL : Kinipan, 20 Oktober 1991
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Bukit Serayungan, RT IV No. 156, Desa Kinipan Kec. Batang Kawa Kab. Lamandau
 Nama Anak : FMI
TTL : Kinipan, 6 Maret 2011
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Anak ke- : 1
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jalan Bukit Serayungan, RT IV No. 156, Desa Kinipan Kec. Batang Kawa Kab. Lamandau
Hobi : Membaca
Kesehatan : Sehat
 Nama Anak : KA
TTL : Kinipan, 13 Agustus 2021
Umur : 7 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Anak ke- : 2
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jalan Bukit Serayungan, RT IV No. 156, Desa Kinipan Kec. Batang Kawa Kab. Lamandau

Gejala yang muncul FMI merupakan anak pertama dari keluarga yang sederhana, orang tuanya
menikah di umur 17 tahun mereka menikah di umur yang masih muda. FMI merupakan murid kelas
5 SD di Desa Kinipan Kec. Batang Kawa Kab. Lamandau. Dalam keluarganya FMI merupakan anak
yang cukup mandiri, anak ini mampu membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah seperti
menyapu, mengepel, cuci piring, mengangkat kain jemuran dan bahkan kadang anak ini mencuci
sepatu sekolah dan bajunya sediri. FMI sering bermain game di handphone ibunya ketika pulang
sekolah dan jika sudah bermain handphone FMI tidak mendengarkan perintah ibunya sehingga FMI
sering dimarahi dan di cubit ibunya. Di sekolah FMI merupakan anak yang cepat mengerti dalam
pembelajar, FMI tidak pelit ilmu ia sering mengajari temannya yang kurang paham mengenai
pembelajaran tersebut. FMI adalah anak yang kurang percaya diri, ini menyebabkan iya tidak mau
berpartisifasi dalam lomba lomba yang di adakan sekolah maupun gerejanya, hal ini terjadi karena
orang tuanya sering membulinya lemah karena kemampuan Motoriknya Kurang, tangan nya lemah
dan kurang bertenanga dalam melakukan kegiatan yang cukup berat. Nah itu adalah salah satu
penyebab FMI kehilangan kepercayaan dirinya.

2.Analisis
Berdasarkan informasi yang telah peneliti lihat, FMI sangat menyukai bermain game di Handphone.
FM adalah anak yang kurang percaya diri serta kurang motivasi dari orang tuanya. Dari cerita FMI
sendiri, ia tidak mau ikut berpartisipasi dalam karena cemas tidak mampu meyelesaikan
perlombaannya. FMI merupakan anak yang sangat menyukai membaca buku cerita/dongeng,
untuk mengisi waktu luangnya sebelum istirahat siang (tidur siang). FMI juga merupakan anak yang
mudah capek jadi Ia sering mengeluh.

3.Sintesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis, disini peneliti menemukan gambaran bahwa FMI
memiliki masalah dalam kepercayaan diri. Dari faktor dirinya sendiri, FMI sangat cemas padahal
sebenarnya ia bisa dalam bidang tersebut. Dari faktor orang tuanya juga kurang memperhatikan
masalah yang dihadapinya tidak pernah memotovasi anak. peneliti menyimpulkan bahwa FMI
termasuk anak yang tidak percaya diri, kurang motivasi dan kurang pelatihan kemampuan motorik.
4.Diagnosis
Faktor yang berasal dari dalam diri
o Tidak ada hal yang dapat memotivasi dia dalam hal kepercayaan diri
o Kurangnya kemampuan motorik
Faktor yang berasal dari luar diri
o Kurangnya perhatian terkait motoriknya
o Kurangnya motivasi orang tua

5.Prognosis
Masalah FMI jika tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah:
o Kemampuan meningkatnya motorik anak sangat sedikit
o Kemampuan sosial emosional dan bahasa pun kurang berkembang karena tidak ada
kepercayaan diri dalam berpendapat dan berpartisipasi hal ini juga anak berpengaruh pada
proses belajar dan prestasi anak
Apabila masalah yang dihadapi FMI dapat segera diatasi, maka kemungkinan yang akan terjadi
adalah:
o Adanya rasa semangat, dalam mengikuti setiap kegiatan
o Prestasi belajar akan meningkat
o Dapat membanggakan orangtuanya
o Kemampuan motorik, sosial emosional dan Bahasa anak dapat berkembang dengan maksimal

6.Treatment
Sebagai saudara dari ibu FMI peneliti mencoba memotivasi FMI untuk menumbuhkan
kepercayaan diri, peneliti juga membantu anak untuk meningkatkan kemampuan motorik, sosial
emosional dan bahasanya dengan perlahan. Peneliti juga membicarakan hal ini pada orang tua agar
tetap memperhatikan FMI

7.Evaluasi / Tindak Lanjut (Follow Up)


FMI dapat diikut sertakan dalam perlombaan contohnya dalam membaca cerita/puisi yang
mana itu kegiatan yang dia sukai. Orang tua FMI juga semestinya memberikan perhatian bukan
hanya memarahi anak akan tetapi perhatian dalam perkembangan dalam dirinya termasuk
kepercayaan dirinya. Nah dari situ dapat di pantau perkembangan FMI ketika dirumah lewat
orangtua maupun peneliti melihat sendiri.
Orang tua dapat diberi beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk meningkatkan
kepercayaan diri FMI yaitu dengan memotivasi anak agar mampu bersosialisali, dan jangan lagi
mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat, yaitu dengan orang tua itu sendiri yang mengajari
anak dengan pembawaan yang menyenangkan dan disesuaikan dengan kondisi FMI. Contoh FMI
suka membaca dan kita berikan materi lewat buku cerita yang menarik. Kemudian dapat juga
adanya pemberian tugas rumah yang melibatkan Fisik Motorik anak seperti menyapu, mengepel,
dan cuci piring nya sendiri setelah makan, hal tersebut akan menarik minat anak secara perlahan.
D. Kendala, Hambatan, dan Solusi
Selama melakukan studi kasus ini terdapat sedikit kendala dalam tahap analisis dan evaluasi.
Solusinya untuk kedepannya adalah bisa mempersiapkan data yang lebih lengkap lagi untuk
menunjang dalam pengelolaan data tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi kasus dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang terkait dengan
permasalahan yang ada serta sebab-sebab timbulnya masalah dan selanjutnya untuk dapat
menetapkan langkah-langkah penanganan masalah tersebut. Dalam laporan studi kasus di atas
dapat di simpulkan bahwa perhatin orang tua dapat dibutuhkan anak dalam perkembangannya.
Karena setiap anak akan memiliki masalah dengan karakteristiknya sendiri-sendiri. Dalam bidang
belajar sendiri suatu kasus memiliki beberapa penyebab latar belakang yang cukup kompleks
untuk di kaji. Dibutuhkan kemampuan analisis yang baik dalam pengelolaan data yang di dapat.

B. Saran
Untuk orang tua dapat memberikan bentuk kasih sayang dan perhatiannya dengan selalu
mengontrol dan selalu memberikan motivasi untuk masa depan anak
Daftar Pustaka
Nuryoto, Sartini. 24 Juli 1998. Pola Asuh Anak. (disampaikan dalam sarasehan “Pola Asuh
Anak yang Adil Gender ”. Benteng Vredeberg:Yogyakarta.

Tim Penggerak PKK Pusat. 1995. Pola Asuh Anak dalam Keluarga:Pedoman bagi Orang
Tua. Jakarta

Anwar, Muhammah Khoirul. Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak (Telaah Surat An-
Nahl Ayat 78), (Skripsi IAIN Salatiga, 2017).

Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak
Berkarakter, Yogyakarta: Tiara Wacana,

Hyoscyamina, Peran Keluarga dalam Membangun Karakter Anak, Jurnal Psikologi Undip,
(Online),Vol,10, No.2 Tahun 2011.(Http:/ejournal.undip.ac.id, Diakses 04 Januari 2018).

Anda mungkin juga menyukai