Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENGENALAN KONSEP MATEMATIKA ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu :
Dr. Kristiana Maryani, S.Pd.,M.Pd.

Laporan Ini Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Matematika Anak Usia Dini”

Disusun Oleh Kelompok 3 :


2228220019 Nurhana Aulia
2228220045 Elda Rosalina Elisa
2228220069 Asri Maulidia

Kelas 3B

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG - BANTEN
2023
LATAR BELAKANG
Konsep matematika adalah ide abstrak dalam menggolongkan matematika berdasarkan
karakteristik tertentu atau menggolongkan contoh dan bukan contoh dalam matematika.
Konsep dasar yang dapat dikenalkan pada siswa PAUD yaitu konsep berhitung dan
konsep geometri. Kedua konsep tersebut dalam pengajarannya, siswa PAUD dikenalkan
dengan beberapa benda yang berada dilungkungan sekitar mereka sehingga konsep
matematika tersebut dapat dipahami dan dimengerti lebih mendalam oleh para siswa.
Pentingnya memahami bagaimana mengenalkan matematika kepada anak usia dini
adalah karena matematika adalah bagian penting dalam pembentukan kemampuan
berpikir logis, kognitif, dan pemecahan masalah. Pengenalan matematika pada usia dini
membantu anak membangun fondasi yang kuat untuk pemahaman konsep matematika
di masa depan. Anak-anak pada usia ini memiliki cara belajar yang unik dan sensitif
terhadap pengalaman belajar yang menarik dan interaktif. Oleh karena itu, strategi dan
metode yang digunakan dalam mengenalkan matematika kepada mereka harus
mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak usia dini.
Pemahaman mendalam tentang pendekatan efektif dalam mengajar matematika pada
anak usia dini sangat penting untuk membimbing pendidik dan orang tua dalam
membantu anak memahami konsep-konsep matematika secara menyenangkan dan
bermanfaat. Dengan melakukan observasi, kita dapat mengidentifikasi metode
pengajaran yang efektif dan memahami bagaimana memaksimalkan potensi belajar
matematika pada tahap awal kehidupan anak.

METODE
Dalam penulisan laporan ini, sebelumnya kami melakukan penelitian dengan metode
observasi dan wawancara. Melakukan observasi partisipan dan mengamati proses
pembelajaran dari sudut pandang yang terlibat langsung dalam interaksi atau aktivitas
belajar yang sedang berlangsung dan melakukan wawacara dengan guru yang terlibat di
TK Kartika Siliwangi XIX-39 untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari anak.

TUJUAN
Laporan ini bertujuan untuk menganalisis cara mengenalkan matematika pertama kali
kepada anak usia dini dan mengetahui metode pembelajaran matematika yang guru
berikan kepada anak di TK Kartika Siliwangi XIX-39.
KAJIAN TEORI

A. Matematika Secara Umum


Matematika adalah pelajaran yang sangat penting diberikan kepada seluruh peserta
didik, mengingat perkembangan tekhnologi yang semakin modern yang sangat
membutuhkan manusia manusia untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, logis dan
sistematis.
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein
atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka
perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
(Russeffendi, 1988:148).
Menurut para ahli pendidikan matematika, matematika adalah ilmu yang membahas
pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan (order). Sekali lagi hal ini menunjukkan
bahwa guru matematika harus memfassilitasi siswanya untuk belajar berpikir melalui
keteraturan (pattern) yang ada (Shadiq, 2014:xii)

B. Konsep Matematika
Gagne mengemukakan bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang
meyakinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian
kedalam contoh atau bukan contoh dari suatu objek tertentu. Misalnya seorang siswa
telah memahami konsep luas segitiga, maka siswa tersebut akan dapat membedakan
rumus luas segitiga dan rumus luas bangun datar yang lain.
Menurut Soedjadji mengatakan bahwa konsep-konsep dalam matematika pada
umumnya disusun dari konsep-konsep sebelumnya. Misalnya konsep pangkat disusun
dari konsep perkalian, konsep luas segitiga disusun dari konsep luas persegi panjang,
konsep luas trapesium disusun dari konsep luas segitiga. Berarti konsep-konsep
sebelumnya yang dipahami siswa sangat dibutuhkan untuk mengkonstruksi suatu
konsep baru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka konsep matematika adalah ide abstrak
dalam menggolongkan matematika berdasarkan karakteristik tertentu atau
menggolongkan contoh dan bukan contoh dalam matematika.
Dienes mengemukakan agar pemahaman akan konsep-konsep matematika mampu
dipahami oleh siswa lebih mendasar harus maka perlu diadakan pendekatan belajar
dalam mengajarkan konsep antara lain (a) siswa yang belajar matematika harus
menggunakan benda-benda konkret dan membuat abstraksinya dari konsep- konsepnya;
(b) materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan yang
sudah dipelajari; (c) supaya siswa memperoleh sesuatu dari belajar matematika harus
mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol-simbol.

C. Matematika Anak Usia Dini


Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan manusia
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Bila kita berpikir tentang matematika
maka kita akan membicarakan tentang persamaan dan perbedaan, pengaturan
informasi/data, memahami tentang angka, jumlah, pola-pola, ruang, bentuk,
perkiraan dan perbandingan. Pengetahuan tentang matematika sebenarnya sudah
bisa di perkenalkan pada anak sejak usia dini (usia lahir-6 tahun). Pada anak-anak
usia di bawah tiga tahun, konsep matematika ditemukan setiap hari melalui pengalaman
bermainnya. Matematika pada anak usia dini adalah mengenalkan konsep- konsep
dasar matematika atau matematika permulaan.
Program kelas yang berpusat pada anak menjelaskan bahasa konsep
pembelajaran untuk anak usia dini atau konsep pembelajaran matematika anak usia
dini seperti korespondensi satu-satu, pengurutan, menghitung, kalkulasi,
klasifikasi, pengukuran, perbandingan, geometri, pola. Menurut National Council of
Teachers of Mathematich (NCTM) Curiculum Standard, lingkup mengenalkan
konsep matematika pada anak usia dini meliputi number and operations, pattern,
function, algebra, geometri and spatial sense, measurement, data analysis and
probability and problem solving. Berdasarkan uraian menurut NCTM ruang lingkup
mengenalkan konsep metematika pada anak terdiri dari,
1. Bilangan, Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah
pengembangan kepekaan bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar
menghitung. Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan
pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-
anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung.
Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.
2. Aljabar, Pengenalan aljabar dimulai dengan menyortir, menggolongkan,
membandingkan, dan menyusun benda- benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-
sifat lain, mengenal, menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi
sumbangan kepada pemahaman anak-anak tentang penggolongan.
3. Penggolongan, Penggolongan (klasifikasi) adalah salah satu proses yang penting
untuk mengembangakn konsep bilangan. Supaya anak mampu menggolongkan atau
menyortir benda-banda, mereka harus mengembangkan pengertian tentang “saling
memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”.
4. Pola-pola, Mengidentifikasi dan menciptakan pola dihubungkan dengan
penggolongan dan penyortiran. Anak mulai melihat atribut-atribut yag sama dan
berbeda pada gambar dan benda-benda. Anak-anak senang membuat pola di
lingkungan mereka.
5. Geometri, Membangun konsep geometri pada anak di mulai dengan
mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-
gambar biasa seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak seperti
dibawah, di atas, kiri, kanan meletakkan dasar awal memahami geometri.
6. Pengukuran, Ketika anak mempunyai kesempatan untuk pengalaman-pengalaman
langsung untuk mengukur, menimbang, dan membandingkan ukuran benda-benda,
mereka belajar konsep pengukuran. Melalui pengalaman ini anak mengembangkan
sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran.
7. Analisis data dan probabilitas, Percobaan dengan pengukuran, penggolongan, dan
penyortiran merupakan dasar untuk memahami probabilitas dan analisis data. Ini
berarti mengemukakan pertanyaan,mengumpulkan informasi tentang dirinya dan
lingkungan mereka, dan menyampaikan informasi ini secara hidup.

D. Tahap Berfikir Matematika


Dienes merumuskan 6 tahap berpikir matematika . (1) free play, anak diberi
kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kebebasan dalam arti, kegiatan
pembelajaran tahap awal dilakukan dengan memberi keleluasaan pada siswa mengenal,
memperhatikan, mengidentifikasi segala bentuk permainan atau benda-benda konkrit
yang disediakan dalam pembelajaran. (2) games, pada tahap ini diberikan aturan
sebelum dimulai dan beberapa kriteria yang harus dicapai sehingga dapat dikategorikan
tujuan permainan tersebut tercapai. (3) Generalisasi sebagai tahap ketiga anak mengenal
pola, kesamaan, dan sifat umum pada model yang berbeda .
(4) representasi, anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan suatu metode
atau cara untuk mewakili semua aktivitas games yang memiliki kesamaan struktur.
Kebebasan berekspresi siswa dapat diwujudkan dalam bentuk visual maupun audio.
Bentuk representasi visual misalkan adalah: gambar, bilangan atau angka, grafik. (5)
simbolisasi, terjadi ketika anak menggunakan formula dan kata-kata untuk
mendeskripsikan hubungan. Misalkan representasi simbol luas dan keliling. (6) tahap
formalisasi, hubungan dan sifat gambar yang dikelompokkan, diurutkan, dan dikenal
sebagai bagian dari struktur konsep matematika. Anak pada tahap awal belajar atau
prasekolah sampai pada tahap simbolisasi untuk memaknai dunia dengan matematika.

E. Tahapan Matematika Anak Usia Dini


1. Eksplorasi dan Penemuan (Usia 2-3 Tahun):
 Anak-anak pada usia ini belajar tentang angka, bentuk, dan ukuran melalui
pengalaman visual dan sensorik.
 Mereka mulai mengidentifikasi dan menyebutkan angka-angka dasar.
 Menggunakan mainan untuk memahami konsep dasar, seperti
mengelompokkan berdasarkan warna, ukuran, atau bentuk.
2. Pengenalan Angka dan Jumlah (Usia 3-4 Tahun):
 Anak-anak mulai mengenali dan mengucapkan angka-angka hingga 10,
bahkan mungkin lebih.
 Mereka belajar menghitung benda-benda sekitar, seperti buah, mainan, atau
jari-jari tangan.
 Memahami konsep jumlah lebih dan kurang dengan bantuan objek konkret.
3. Pengenalan Bentuk dan Pola (Usia 4-5 Tahun):
 Anak-anak belajar mengenali dan menyebutkan bentuk dasar, seperti
lingkaran, persegi, segitiga, dan persegi panjang.
 Mereka mulai memahami konsep pola sederhana, seperti pola warna atau
bentuk.
 Menggunakan mainan atau blok bangunan untuk membangun dan
mengidentifikasi pola sederhana.
4. Konsep Jumlah yang Lebih Kompleks (Usia 5-6 Tahun):
 Anak-anak memperdalam pemahaman tentang jumlah dan mengenal angka
hingga 20 atau lebih.
 Mereka belajar konsep lebih besar, lebih kecil, sama besar, lebih tinggi, dan
lebih rendah.
 Memahami konsep pengelompokan dan mengklasifikasikan berdasarkan
beberapa atribut seperti warna, ukuran, dan bentuk.
5. Pengenalan Operasi Matematika Sederhana (Usia 6 Tahun ke Atas):
 Anak-anak mulai memahami konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian
(secara konseptual), dan pembagian.
 Mereka belajar menggunakan manipulatif atau gambar untuk membantu
memahami operasi matematika sederhana.
 Memahami konsep kesetaraan dan tidak seimbang melalui aktivitas
bermain.

HASIL OBSERVASI
Berdasarkan hasil observasi di TK Kartika Siliwangi XIX-39 dan wawancara
dengan Ibu Vita selaku guru di tk tersebut, tentang pengenalan konsep matematika anak
usia dini, memuat hasil sebagai berikut. Anak dikenalkan matematika pertama kali
dengan matematika dasar mulai dari pengenalan angka/bilangan 1-10, ibu vita
mengatakan bahwa ia mengenalkan matematika dengan cara bermain puzzle bilangan
teknis bermain puzzle ini adalah anak dituntun untuk menyusun angka sesuai yang ada
dalam gambar missal susun 1-5 lalu anak mengikuti menyusun puzel angka 1-5,
ataupun menuliskan angka 1-10 di papan tulis, lalu ia akan meminta anak untuk mencari
tahu angka apa yang tertulis didalam papan tulis tersebut, bu vita bilang bahwa anak
usia dini yang pertama kali baru belajar matematikan akan membutuhkan waktu untuk
bisa kenal dengan matematika dasar, anak usia dini seringkali menyebut angka 1,2,3,dst.
Namun mereka tidak tahu bagaimana symbol dari angka tersebut.
Adapun hasil dari pengamatan kami terhadap anak di TK Kartika kelas 0 Besar (B),
cara mereka berhitung dan mengerjakan soal matematika yaitu pertambahan angka,
anak berhitung menggunakan metode jari contohnya, soal 5+2 anak menghitung dengan
cara ia membentuk jari 5 (kanan) dan 2 (kiri), namun ada beberapa anak yang masih
kagok dalam berhitung seperti itu, ketika pertambahan angkanya lebih tinggi seperti
8+1 lalu jari anak membentuk 8 dan kami pinjamkan angka 1 di jari kami, anak tersebut
malah mengulang menghitung dari 1, bukan meneruskan sehabis angka 8 itu berapa.
Berdasarkan hasil analasis kami tentang matematika anak di TK kartika dengan
teori yang sudah kami pelajari/ kami baca, sebaiknya anak diajarkan berhitung
menggunakan benda/sesuatu yang bisa digunakan anak/membantu anak dalam
menghitung, agar anak tidak bingung untuk berhitung pertama kali, anak bisa diajarkan
menghitung hal sederhana seperti apel, buku, pensil, botol, atau media lainnya yang
disediakan oleh guru. Dengan begitu juga anak akan terlihat lebih tertarik dibandingkan
berhitung menggunakan tangan kosong.
Selain itu anak bisa diajarkan menghitung pada setiap keadaan tertentu, seperti (1)
menghitung makanan (2) menghitung lagu (3) menghitung saat memakai sepatu (4)
belajar berhitung melalui permainan (5) melalui aplikasi (6) melalui film. Dan adapun
metode belajar berhitung yang bisa guru lakukan untuk anak usia dini yaitu dengan,

1) Metode Bercerita adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita akan
memberikan penjelasan cerita kepada anak secara lisan bercerita dapat
menggunakan alat peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan lain-lain.
2) Metode Bercakap-cakap adalah salah satu penyampain bahan pengembangan yang
dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan
guru, atau anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas,
berdasarkan gambar seri, atau berdasarkan tema.
3) Metode Tanya Jawab Dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat memberikan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui
pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk memahaminya dan menemukan
jawabannya.
4) Metode Pemberian Tugas adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah
disiapkan oleh guru.
5) Metode Demonstrasi adalah suatu cara untuk mempertunjukan atau memperagakan
suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa.
6) Metode Eksperimen adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan
dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Berbagai metode
yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung kepada
kreativitas guru.

Dengan pengajaran berhitung matematika seperti cara diatas, menurut kami akan
lebih efektif apabila cara-cara tersebut dikenalkan kepada anak usia dini, anak pasti
akan lebih mudah untuk memahami dan anak akan lebih tertarik untuk belajar, karena
banyaknya metode dan banyaknya media yang bisa digunakan untuk pembelajaran
matematika ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan penulisan laporan hasil observasi diatas, kami sebagai penulis memuat
kesimpulan sebagai berikut ini,

1. Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).


Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan
tingkatan (order). Pada anak-anak usia di bawah tiga tahun, konsep matematika
ditemukan setiap hari melalui pengalaman bermainnya.
2. Matematika pada anak usia dini adalah mengenalkan konsep- konsep dasar
matematika atau matematika permulaan. Menurut National Council of Teachers
of Mathematich (NCTM) Curiculum Standard, lingkup mengenalkan konsep
matematika pada anak usia dini meliputi number and operations, pattern,
function, algebra, geometri and spatial sense, measurement, data analysis and
probability and problem solving.
3. Berdasarkan hasil observasi sebaiknya anak diajarkan berhitung menggunakan
benda/sesuatu yang bisa digunakan anak/membantu anak dalam menghitung, anak
bisa diajarkan menghitung pada setiap keadaan tertentu, seperti (1) menghitung
makanan (2) menghitung lagu (3) menghitung saat memakai sepatu (4) belajar
berhitung melalui permainan (5) melalui aplikasi (6) melalui film. Dan adapun
metode belajar berhitung yang bisa guru lakukan untuk anak usia dini yaitu dengan,
Metode Bercerita, Metode Bercakap-cakap, Metode Tanya Jawab, Metode
Pemberian Tugas, Metode Demonstrasi, Metode Eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, N., & Fitrianti, H. (2019). Mengenal Matematika Anak Usia Dini melalui
Kegiatan Mengurutkan Pola (Pattern). Early Childhood Education Journal of
Indonesia, 2(1), 31-37.

Komariyah, S., & Laili, A. F. N. (2018). Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap
hasil belajar matematika. JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Matematika), 4(2), 53-58.

Siagian, M. D. (2016). Kemampuan koneksi matematik dalam pembelajaran


matematika. MES: Journal of Mathematics Education and Science, 2(1).

Arsat. 2007. Meningkatkan Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar Melalui


Representasi Enaktif, Ikonik dan Simbolik pada Siswa kelas SDN 8 Baruga Kendari.
Skripsi. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo Kendari.

Brousseau, Theory of Didactical Situations in Mathematics, (Netherlands: Kluwer


Academic Publisher, 1997), h.139-142

Clements, D. 2001. Mathematics in the Preschool, (Teaching Children Mathematics:


NCTM)

Herman Hudojo. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.


Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai