Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH PENDIDIKAN DASAR MATEMATIKA

OLEH:
PUJI RAHAYU
IRMA YANTI HASIBUAN
FADHINA SYAFIRA
NUR AZIZAH AMINI RAY
NURKHOLILA RAMBE
SEMESTER : VI (ENAM)
PRODI : PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

DOSEN PENGAMPU : ADE RAHMAN MATONDANG, M.Pd

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AL WASHLIYAH (UNIVA)
MEDAN
2021
Permasalahan Dalam Penerapan Pembelajaran Matematika Di PIAUD

Matematika untuk anak usia dini sebenarnya simple namun menjadi sulit
penyampaiannya karena kebijakan pemerintah yang tidak memperbolehkan anak usia dini untuk
mengenal “calistung” baca, tulis dan hitung. Hal inilah yang sering membuat para pendidik
kesulitan untuk mengajar matematika untuk anak didiknya. Selain itu  anak juga masih sulit
menerima pembelajaran ini. Terlebih saat harus mengkelompokan benda kemudian mencocokan
ke dalam angka yang sudah di sediakan.

Namun hal ini bisa di atasi dengan prinsip dasar pendidikan anak usia dini, yaitu belajar
sambil bermain. Dengan metode tersebut kita dapat mengkombinasikan sebuah permainan yang
melibatkan hitung-menghitung maupun pengkelompokan warna. Maka dari itu, diperlukannya
alat permainan juga media yang dapat dilihat langsung oleh anak. Misalnya saja dengan
menggunakan 2 buah apel merah, 1 buah jeruk dan 2 buah jambu hijau. Dari sini kita dapat
membuat tugas bagi anak untuk menghitung buah juga menyebutkan warna dari buah tersebut.

Cara yang lain juga bisa di terapkan dan pendidik harus lebih kreatif membuat cara agar
anak tertarik dan tidak hanya menghitung gambar yang ada di papan maupun buku.

Anak tidak dapat langsung praktek dengan angka-angka seperti yang orang dewasa
lakukan. Karena pada dasarnya matematika permulaan hanya sebagai pengenalan untuk bekal
anak ketika di bangku sekolah dasar nantinya. Melalui pengenalan ini banyak hal yang akan
direkam si anak. Mulai dari warna, bentuk geometri sederhana, bilangan dan angka.

Permasalahan yang sering terjadi di suatu lembaga yaitu kesalahpahaman orang tua wali
dan pendidik. Ketika pendidik memberikan pembelajaran yang sesuai standar kompetensi dan
usia anak, orangtua selalu menuntut untuk mengajari lebih dari yang sudah di ajarkan. Para
orangtua mengetahui bahwa anak mereka sudah bisa berhitung dan sangat cerdas dalam
membedakan warna dan mereka dituntut untuk bisa lebih. Dari sinilah masalahnya timbul.
Orangtua tidak menyadari jika nanti anak akan bosan dengan pembelajaran tersebut karena
merasa sudah bisa dan anak akan menyimpang menjadi seoarang anak yang sulit menerima
pembelajaran.
Matematika untuk anak usia dini hanya berkisar tentang pengkelompokan warna,
berhitung minimal 1-10, mengenal bentuk geometri (persegi, persegi panjang, dan segitiga),
menghitung benda dan gambar.

Berikut kendala yang sering terjadi di sebuah lembaga:

a. Perasaan takut para pendidik karena aturan yang berlaku tidak memperbolehkan anak
usia dini di ajarkan calistung.
b. Masih banyak pendidik yang hanya menerapkan pelajaran yang ada di buku.
c. Kurang kreatifitasnya pendidik dalam menciptakan APE.
d. Sulitnya menerapkan logika matematika pada anak usia dini.
e. Tidak semua anak mau mengikiti pelajaran yang di berikan.
f. Tuntutan orangtua wali dapat membumbungkan optimisme guru untuk mengajar
calistung pada anak usia dini.
g. Kognitif anak yang belum optimal dapat menghambat proses pembelajaran.
h. Lemahnya kerjasama antar teman saat di adakan permainan kelompok.
Solusi untuk menerapkan pembelajaran matematika pada lembaga PAUD:
a. Pendidik harus menerapkan prinsip bermain seraya belajar, dan menyelipkan materi
matematika dalam permainan tersebut,
b. Pendidik harus lebih inovatif mencari sumber referensi pembelajaran yang lebih kreatif.
c. Memperbanyak referensi permaianan melalui media sosial dan bertukar pengetahuan
antar pendidik saat ada perkumpulan pendidik.
d. Menerapkan prinsip matematika saat hendak memberikan pembelajaran matematika
permulaan.
e. tentang apa yang di sukai anak-anak untuk menggunakan media beajar sesuai kesukaan
anak
f. Anak yang sulit menerima pembelajaran, harus lebih di perhatikan secara fokus.
g. pertemuan antara pendidik dan wali murid guna mendapat satu pemikiran yang seimbang
dan sejalan. Selain itu wali murid juga akan tau sejauh mana perkembangan anak dan
beberapa kebijakan pemerintah yang harus diterapkan.
h. Memperbanyak permainan pada anak yang melibatkan kognitif, sehingga anak lama-
kelamaan akan menjadi bisa.

Anda mungkin juga menyukai