Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

E V A L U A S I P R O G R A M P E M B E L A J A R A N DI P A U D I N K L U S I D E N G A N
MODEL CO N TEXT, IN PU T, PR OC E SS, AND PRODUCT ( CIPP)
Maria Magdalena Sola

Abstract
The Context, Input, Process, and Product (CIPP) evaluation model is commonly used to evaluate a
program, including a learning program. This study aimed at assessing the implementation of the
learning program in Inclusive Early Childhood Education (PAUD) using the CIPP model. This is a
qualitative study at the Lazuardi Kamila GIS Surakarta Pre-kindergarten and Kindergarten. Data
are collected through observation and interviews. The finding of the context evaluation showed that
in the planning, the therapist and the teacher coordinated to determine the material. The input
evaluation showed the availability of necessary facilities provided by the school. In the process
evaluation showed that children with disabilities were educated in the same class and curriculum
with other students and curriculum; only their assessment was made different as reflected in the IEP
(Individualized Education Program). Product evaluation showed that Pra TK-TK Lazuardi Kamila
GIS Surakarta has provided an inclusive education.
Keywords: Context, Input, Process, and Product (CIPP) evaluation; inclusive
education; Lazuardi Kamila GIS Surakarta.

Abstrak

Evaluasi dengan model Context, Input, Process, and Product (CIPP) digunakan untuk menilai sebuah
program, termasuk program pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
pembelajaran di sebuah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) inklusif dengan menggunakan model
evaluasi CIPP. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus di
Pra TK dan TK Lazuardi Kamila Global Islamic School Surakarta. Metode pengambilan data
meliputi observasi dan wawancara terhadap guru pendamping Khusus (GPK), guru kelas, dan
kepala sekolah. Hasil evaluasi context menunjukkan bahwa pada aspek perencanaan pembelajaran,
terapis dan guru berkoordinasi untuk menentukan materi yang akan diberikan ke siswa. Evaluasi
input menunjukkan ketersediaan sarana prasarana yang didukung oleh alat-alat dari Pelangi.
Evaluasi process menunjukkan pembelajaran antara peserta didik reguler dengan anak difabel
disamakan dan hanya ketika evaluasi untuk anak difabel sesuai dengan IEP (Individualized
Education Program) yang telah ditentukan terapis dan guru sentra. Evaluasi product menunjukkan
bahwa layanan inkusi telah dilakukan oleh lembaga ini.
Kata kunci: evaluasi pendidikan inklusif; Lazuardi Kamila GIS Surakarta;
evaluasi dengan CIPP
inklusif sebagai sistem layanan pendidikan khusus
A. Pendahuluan mensyaratkan agar semua anak difabel dilayani di
lnklusi merupakan model pendidikan yang sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
mulai memperoleh perhatian dari berbagai teman-teman seusianya. Dari definisi tersebut
negara dalam upaya pemenuhan kebutuhan dapat dijelaskan bahwa pendidikan inklusif adalah
pendidikan bagi anak-anak difabel. Pendidikan sistem layanan pendidikan untuk anak-anak
difabel di kelas biasa bersama- sama dengan teman melaksanakan evaluasi proses dan hasil
sebayanya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif pembelajaran merupakan bagian dari
menuntut pihak sekolah menyesuaikan sistem kompetensi pedagogik oleh sebab itu guru harus
ataupun program yang mencakup kurikulum, mampu melaksanakan evaluasi. Lingkup evaluasi
sistem pembelajaran dan evaluasi, tenaga dalam bidang pendidikan pada umumnya adalah
pendidik, dan sarana prasarana berdasarkan evaluasi mengenai program pembelajaran, proses
kebutuhan masing-masing peserta didik. Menurut pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Penelitian tentang proses belajar yang diikuti
Tahun 20013 tentang Sistem Pendidikan Nasional oleh peserta didik merupakan hal yang sangat
Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam penting. Guru akan mengetahui letak kesulitan
rangka pengendalian mutu pendidikan kepada peserta didik, kemudian mencari alternatif
pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.
terhadap peserta didik, lembaga, dan program Disamping itu, penelitian tentang proses belajar
pendidikan (Sukardi, 2012, h. 1). Evaluasi bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri. Peserta
merupakan bagian dari kurikulum pendidikan, didik akan dapat mempertinggi hasil belajarnya.
adanya evaluasi guna mengetahui tujuan dari Meneliti proses belajar peserta didik bukan
pendidikan yang sudah direncanakan apakah pekerjaan yang mudah. Hal ini memerlukan
kegiatan belajar mengajar sudah sesuai atau waktu, tenaga, pemikiran, dan pengalaman.
belum. Sedangkan dalam pelaksanaannya yang
Guru dapat menggunakan suatu metode
melakukan evaluasi adalah seorang pendidik.
untuk menilai proses belajar dengan
Dalam ilmu evaluasi, ada banyak model memperhatikan prinsip konteks, vokalisasi,
evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi sosialisasi, individualisasi, dan urutan. Ketika
suatu pembelajaran ataupun program. Model proses pembelajaran dipandang sebagai proses
evaluasi dikategorikan menurut objek dan tujuan perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi
evaluasinya. Salah satu model evaluasi yaitu CIPP dan penilaian dalam proses pembelajaran
Evaluation Model, model evaluasi ini merupakan menjadi sangat penting. Layanan pendidikan
model yang paling banyak dikenal dan inklusif pada saat ini memberikan tantangan
diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP tersendiri bagi para pendidik, agar dapat
dikembangkan oleh (Stufflebeam, 1974, h. 59) memberikan kegiatan belajar yang tidak hanya
model ini merupakan singkatan dari huruf awal untuk anak pada umumnya akan tetapi disini
empat buah kata, yaitu: Context evaluation (evaluasi pendidik memberikan pembelajaran secara
terhadap konteks); Input evaluation (evaluasi menyeluruh, dimaksud menyeluruh disini,
terhadap masukan; Process evaluation (evaluasi pembelajaran yang juga dapat diperuntukkan
terhadap proses); Product evaluation (evaluasi untuk anak difabel.
terhadap hasil) (Suharsimi Arikunto & Cepi
Pada tahun 2013 di kota Surakarta, menurut
Safrudin Abdul Jabar, 2009, h. 27)
Wakil Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan
Seorang guru dapat disebut sebagai guru Inklusif Dinas Pendidikan Pemuda dan
profesional apabila memiliki empat kompetensi Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, Hasto
guru yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi Daryanto, beberapa PAUD telah menjalankan
profesional, kompetensi kepribadian, dan sistem pendidikan inklusif. Di antaranya ada 4
kompetensi sosial. Kompetensi guru dalam
lembaga yaitu Pra TK-TK Lazuardi Kamila Global menciptakan keseimbangan dan kesetaraan dalam
Islamic School (GIS) Surakarta (selanjutnya berbagi aspek kehidupan sehingga mereka tidak
disingkat: Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS), merasa terpinggirkan.
Taman Pendidikan Prasekolah (TPP) Al Firdaus, Seperti yang telah dilaksanakan oleh Pra TK-
Kelompok Bermain (KB) Bina Bangsa, dan TK Lazuardi Kamila GIS berdasarkan observasi
Permata Hati. Salah satu dari lembaga tersebut awal di lembaga tersebut berkomitmen
telah ditetapkan secara langsung oleh pemerintah menerapkan sistem sekolah inklusi hingga sampai
pusat sebagai PAUD Inklusi (Hasto Daryanto, saat ini, dan memasukkannya dalam paradigma
2017). Lazuardi. TK Lazuardi Kamila mengadopsi sistem
Layanan pendidikan inklusif sangat kurikulum dari luar negeri yaitu University of
dibutuhkan guna membantu dan memberikan Cambridge yang mengembangkan kurikulum
kesempatan seluas-luasnya bagi orangtua, berbasis sentra yang disesuaikan dengan
khususnya bagi anak difabel untuk dapat kebutuhan tumbuh kembang anak didik dan
menempuh pendidikan yang setara. Layanan ini kegiatan belajar belajar yang diusulkan dan
membuat anak difabel dapat berinteraksi dan dirancang oleh anak didik berdasarkan
bersosialisasi dengan anak lainnya sehingga dapat permasalahan yang dialami oleh anak didik.
memacu perkembangannya, di satu pihak, dan Faktanya belum semua sekolah inklusi tetap
anak normal dapat belajar menghargai temannya konsisten menyelenggarakan program inklusi,
yang difabel. Guru kelas maupun guru berdasarkan observasi di TK Permata Hati,
pendamping dituntut untuk dapat mengenali Surakarta bahwa di tempat tersebut tidak bisa
peserta didiknya dan dapat memberi penanganan melanjutkan program sekolah inklusi dikarenakan
khusus secara tepat, maka dari itu Pendidikan perlunya pendidik khusus dan persiapan yang
inklusif harus dirancang sedemikian rupa. Terkait lebih matang (Kepala TK Permata Hati, 2017).
dengan pembelajaran yang menggunakan model- Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah
model tertentu agar dapat efektif bagi kemajuan yaitu bagaimana model evaluasi CIPP pada
dan perkembangan anak. Pendidikan inklusif pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
tidak boleh terfokus pada kekurangan dan (PAUD) Inklusi?
keterbatasan mereka, tetapi harus mengacu pada
Evaluasi merupakan suatu proses atau
kelebihan dan potensinya agar lebih
kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
berkembang. Pendidikan inklusif merupakan suatu
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai
pendekatan pendidikan yang inovatif dan
dasar pengambilan keputusan serta
strategis untuk memperluas aksen pendidikan
penyusunan program selanjutnya (Stark &
bagi semua anak difabel termasuk anak
Thomas, 1994, h. 12). Evaluasi merupakan
penyandang cacat. Jadi konsep pendidikan ini
suatu proses penentuan nilai dengan
adalah memberikan sistem layanan yang
mempertimbangkan hasil observasi atau koleksi
mensyaratkan agar anak difabel dilayani di
data yang diperoleh (Cizek, 2000, h. 16).
sekolah-sekolah terdekat maupun di sekolah
Evaluasi program suatu program guna membuat
reguler bersama teman-teman sebaya mereka.
keputusan penting tentang program tersebut
Oleh karena itu, dibutuhkan reskontruksi
(Carter McNamara, 2008, h. 3).
sekolah yang dapat mendukung pemenuhan
Evaluasi ini difokuskan pada pembelajaran
kebutuhan khusus anak sehingga dapat
yang menunjuk pada proses kegiatan belajar mengembangkan potensinya secara individual.
mengajar pada PAUD Inklusi. Pembelajaran Pendidikan inklusif merupakan suatu pendekatan
merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi pendidikan yang inovatif dan strategis untuk
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar memperluas aksen pendidikan bagi semua anak
pada suatu lingkungan belajar (Abdul Majid, 2006, difabel termasuk anak penyandang cacat. Dalam
h. 15). Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk konteks yang lebih luas, pendidikan inklusif juga
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem dapat dimaknai sebagai satu bentuk reformasi
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang pendidikan yang menekankan sikap
tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, antidiskriminasi, akses pendidikan bagi semua,
lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri peningkatan mutu pendidikan, upaya strategis
(Zainal Arifin, 2013, h. 16). dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta
Penelitian ini akan mengevaluasi pembelajaran di upaya mengubah sikap masyarakat terhadap
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Inklusi. anak difabel (Ilahi;, 2013, h. 25). PAUD inklusi
Secara institusional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah PAUD yang mengoordinasi dan
juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk mengintegrasikan anak PAUD dan anak
penyelenggaraan pendidikan yang penyandang cacat dalam program yang sama awal
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah dari mempersiapkan pendidikan bagi anak
pertumbuhan dan perkembangan, baik penyandang cacat yang mempunyai kemampuan di
koordinasi motorik (halus dan kasar), atas anak-anak difabel lainnya baik tingkah laku
kecerdasan emosi, kecerdasan jamak, maupun adalah pentingnya pendidikan inklusi, tidak hanya
kecerdasan spiritual. (Suyadi, 2014, h. 22) memenuhi target pendidikan untuk semua tetapi
lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena
Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk
Pendidikan inklusif mulai dengan merealisasikan
layanan pendidikan yang diberikan kepada anak
perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung
sejak lahir hingga usia enam tahun, dengan cara
akan menjadi bagian dari keseluruhan (Mukhtar
memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek
Latif, 2013, h. 22). Untuk itu diperlukan evaluasi
perkembangannya, yang meliputi aspek fisik dan
pembelajaran yang terstruktur sehingga bisa
non fisik. Pendapat diatas juga ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam
anak usia dini yang difabel. Akan tetapi hambatan
suatu program. Penelitian ini menggunakan model
utama anak berkelainan untuk maju termasuk
evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh
mengakses pendidikan setinggi mungkin bukan
Stufflebeam dan kawan-kawan untuk
pada kecacatannya, melainkan pada penerimaan
mengevaluasi pembelajaran Pendidikan Anak Usia
sosial masyarakat. Selama ada alat dan
Dini (PAUD) Inklusi (Suharsimi Arikunto & Cepi
penanganan khusus, maka mereka dapat
Safrudin Abdul Jabar, 2009, h. 27). CIPP adalah
mengatasi hambatan kelainan itu. Justru yang
model evaluasi yang mengevaluasi suatu program
sulit dihadapi adalah hambatan sosial. Bahkan
berdasarkan masing-masing komponennya, yaitu
hambatan dari dalam diri anak yang berkelainan
konteks, masukan, proses, dan hasilnya
itupun umumnya juga disebsiswa difabelan
(Stufflebeam, 1974, h. 59). Untuk context
pandangan sosial yang negatif terhadap dirinya.
penelitian ini berupa perencanaan
Untuk itulah, pendidikan yang terselenggara
diselenggarakannya pembelajaran Pendidikan
hendaknya memberikan jaminan bahwa setiap
Anak Usia Dini (PAUD) Inklusi, input yang
anak akan mendapatkan pelayanan untuk
berupa sarana prasarana yang mendukung dalam
program pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini B. Metode Penelitian
(PAUD) Inklusi, process yang berupa kegiatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) metode kualitatif deskriptif dengan model CIPP
Inklusi, dan product yang berupa hasil dengan pertimbangan bahwa model ini
pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini mengarahkan objek sasaran evaluasi pada proses
(PAUD) Inklusi. Penggunaan karena model dan masukan sampai pada hasil. Peneliti
CIPP dianggap lebih all out dalam mengungkapkan kegiatan pembelajaran PAUD
mengevaluasi suatu program dibandingkan model- Inklusi di Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS
model evaluasi yang lain. Pendapat Osokayo dkk Surakarta. Kemudian kegiatan pembelajaran
(Osokoya, Atinmo, Ajayi, & Sarumi, 2010, h. 2) digambarkan dan dijelaskan berdasarkan data
menyebutkan bahwa CIPP memiliki kemampuan pengamatan, data wawancara, dan data
untuk menyelidiki ke dalam empat aspek yang dokumentasi yang didapat peneliti disaat
berbeda tetapi saling terkait dari sebuah program. pelaksanaan pembelajaran PAUD Inklusi di Pra
Mekanisme feedback-nya memungkinkan TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta.
untuk fokus pada semua komponen program Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di
dan memungkinkan penempatan penekanan Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta yang
yang berbeda pada masing-masing komponen. beralamat di Jl. Monumen 45, No. 17 RT.03
Menurut (Ghazali Darussalam, 2010, h. 4) RW.02. Dengan pertimbangan bahwa lembaga
melalui teori model CIPP, evaluasi efektivitas satu tersebut merupakan salah satu penyelanggara
program dimulai dengan sebuah lembaga yang pendidikan inklusif di wilayah Surakarta.
mengoperasikan sistem kontrol (kursus atau Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan, dari
program) kemudian diikuti dengan evaluasi dalam bulan Mei sampai dengan Desember 2017. Secara
dimensi pertama yaitu evaluasi konteks dengan garis besar, periode tersebut dibagi menjadi tiga
menetapkan tujuan kurikulum. Berikutnya adalah tahapan yaitu:
dimensi kedua, evaluasi masukan memfokuskan 1. Tahap persiapan; tahap ini meliputi pra-
pada penggunaan berbagai strategi dan metode observasi dan permohonan observasi kepada
pengajaran dan pembelajaran sebagai isi dari kepala sekolah Pra TK-TK Lazuardi Kamila
kursus. Dimensi ketiga adalah evaluasi dari proses GIS Surakarta.
yang difokuskan pada penilaian dari implementasi 2. Tahap pengambilan data; tahap ini meliputi
proses dan permasalahan yang ada yang dapat semua kegiatan yang berlangsung
menghindari komponen program dalam bentuk dilapangan yaitu observasi lapangan serta
konteks dan masukan. Akhirnya dimensi keempat pengumpulan data-data.
adalah evaluasi produk yang berfokus pada 3. Tahap penyelesaian; tahap ini meliputi
pencapaian hasil tentu seseorang atau program. analisis data dari data data yang sudah
Sehingga, proses evaluasi diharapkan secara dikumpulkan kemudian melakukan
keseluruhan mulai dari keadaan penyusunan hasil observasi yang sesuai
awal/pemenuhan tujuan program di PAUD dengan tujuan.
Inklusi dapat dilaksanakan sampai dengan Subjek penelitian ini adalah guru
produk/lulusan yang dihasilkannya. pendamping Khusus (GPK) di Pra TK-TK
Lazuardi Kamila GIS Surakarta. Adapun Kamila GIS Surakarta.
informannya adalah guru kelas dan kepala sekolah
Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta. C. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Penelitian yang dilakukan dibatasi hanya pada
teknik observasi partisipatif yang merupakan evaluasi pembelajaran PAUD inklusi. Adapun
teknik berpartisipasi yang sifatnya interaktif dalam hasil yang diperoleh dari proses analisis data lewat
situasi alamiah dan melalui penggunaan waktu model evaluasi CIPP meliputi empat tahapan yaitu
serta catatan observasi untuk menjelaskan apa context, input, process, product pada pembelajaran
yang terjadi. (Djam’an Satori & Aan Komariah, PAUD inklusi di kelas B (Jawa) di Pra TK-TK
2014, h. 117) .Observasi ini digunakan untuk Lazuardi Kamila GIS Surakarta adalah sebagai
mendapatkan data yang erat kaitannya dengan berikut:
evaluasi pembelajaran di PRA TK-TK Lazuardi 1. Evaluasi Konteks
Kamila Global Islamic School (GIS) Surakarta.
Evaluasi konteks membantu merencanakan
Selain itu dengan observasi dapat diperoleh
keputusan, merumuskan tujuan program dan
gambaran yang terkait tentang kondisi lainnya
menentukan atau mengidentifikasi kebutuhan
yang ada di PRA TK-TK Lazuardi Kamila Global
yang akan dicapai oleh suatu program.
Islamic School (GIS) Surakarta yang meliputi sarana
Berdasarkan data diatas, yang termasuk evaluasi
prasarana, fasilitas, dan kondisi pembelajaran pada
konteks merupakan perencanaan kurikulum
kelas inklusi.
pembelajaran dari PAUD inklusi di Pra TK-TK
Data lainnya diperoleh dari wawancara
terstruktur yang dilakukan terhadap kepala Lazuardi Kamila GIS Surakarta yang memakai
sekolah, GPK guru pendamping Khusus) serta sistem kurikulum University of Cambridge,
guru kelas TK. Metode ini digunakan untuk Lazuardi, dan dinas. Dalam penyusunan
memperoleh gambaran umum sekolah dan kurikulum, silabus disusun oleh Waka Kurikulum
pembelajaran PAUD Inklusi di PRA TK-TK yang diadakannya raker setiap 1 tahun sekali.
Lazuardi Kamila Global Islamic School (GIS) Sedangkan, kurikulum untuk siswa difabel
Surakarta. Menurut Prastowo, (Andi Prastowo & dengan anak reguler disamakan akan tetapi
Meita Sandra, 2012, h. 26), dokumentasi sebagai aplikasinya berbeda. Jika untuk anak reguler
setiap catatan tertulis yang berhubungan dengan cukup sampai sentra, kalau special need ada
suatu peristiwa masa lalu, baik yang modifikasi dari terapisnya. Ada beberapa
dipersiapkan maupun tidak dipersiapkan untuk tahapan sebelum terapis menentukan kurikulum
suatu penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk siswa difabel, yaitu dengan melakukan
untuk mendapatkan dokumentatif, seperti: latar observasi, kemudian melihat silabus kurikulum
belakang berdiri dan perkembangan, struktur anak reguler, lalu terapis menyesuaikan dengan
organisasi, keadaan guru, siswa, dan karyawan, kebutuhan dan kemampuan anak dengan
keadaan sarana/prasarana, brosur/profil sekolah, ketentuan jika siswa difabel dapat mengikuti
foto-foto kegiatan/pembelajaran, laporan hasil kemampuan anak reguler terapis hanya membantu
terapi, lembar penilaian anak, jenis program yang konsepnya saja akan tetapi jika siswa difabel
dilaksanakan, jadwal rutinitas kegiatan dalam satu belum dapat mengikuti, level daripada kemampuan
minggu, dan hal-hal yang terkait dengan anak reguler diturunkan agar sesuai dengan
pembelajaran Paud Inklusi Pra TK-TK Lazuardi siswa difabel.
Pada awal masuk sekolah, dilakukannya Dalam satu kelas terdiri atas 18 peserta
identifikasi gangguan pada anak, jika anak sudah didik, termasuk satu peserta didik difabel dengan
terdiagnosis siswa difabel membawa rekam medik 3 orang guru yakni wali kelas, guru pendamping
dari dokter anak, terapi, atau psikolog. Pada tahap dan terapis. Sedangkan kualifikasi pendidikan
ini ada beberapa yang perlu di observasi yaitu untuk menjadi terapis berasal dari poltekes,
tentang diri sendiri dan keluarga, sensori, psikolog atau PLB. Adapun sarana dan prasarana
perilaku memori, motorik halus dan motorik yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar
kasar, verbal, problem solving yang dilakukan yang digunakan oleh guru ketika di kelas ataupun
oleh 2 guru dan 1 terapis. Setelah itu, sebelum outdoor dapat menggunakan media dari kelas
pada masuk kelas siswa difabel melalui tahap Pelangi dan alat lain yang dapat menjadi media.
trial class dan observasi langsung yang Pelangi adalah kelas khusus bagi ABK (Anak
dilakukan oleh terapis. Apabila kondisi siswa Berkebutuhan Khusus) yang ada di Pra TK-TK
difabel belum dapat bersosialisasi dengan anak Lazuardi Kamila GIS Surakarta. Kelas Pelangi
reguler, terapis membawa siswa difabel pull out ke digunakan sebagai terapi dengan jadwal yang
Pelangi (kelas khusus bagi Anak Berkebutuhan telah ditentukan dan ditangani langsung oleh
Khusus yang ada di Pra TK-TK Lazuardi Kamila terapis dengan alat-alat yang mendukung bagi
GIS Surakarta). perkembangan ABK (Anak Berkebutuhan
Pada intinya Kegiatan perencanaan Khusus).
membantu administrasi untuk melakukan Penyusunan kurikulum untuk siswa reguler
perencanaan keputusan, menentukan kebutuhan dilakukan seperti biasa. Adapun untuk siswa
program, dan merumuskan tujuan porgram di difabel menggunakan kurikulum modifikasi
Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta. total dengan mengacu pada kurikulum TK Luar
Untuk menentukan kegiatan belajar mengajar Biasa (TKLB) dan kurikulum reguler (sekolah
diperlukan observasi terlebih dahulu khususnya biasa). Hal ini sudah sesuai dengan apa yang
pada siswa difabel yang dilakukan oleh terapis. dilaksanakan oleh Pra TK-TK Lazuardi Kamila
Dengan tahapan identifikasi awal masuk sekolah, GIS Surakarta. Adapun pengembangan yang
observasi langsung, wawancara dengan dilakukan adalah pada penyusunan kurikulum
orangtua, tahap trial class, terapis berkoordinasi di Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta
dengan wali kelas dan guru pendamping. Hal ini yang memakai sistem kurikulum University of
sesuai dengan prosedur yang dilakukan dan sangat Cambridge, Lazuardi, dan dinas serta untuk
membantu untuk menentukan tujuan dari kurikulum siswa difabel dimodifikasi oleh
pembelajaran. terapis dalam bentuk IEP (Individualized
Education Program).
2. Evaluasi Input
Berdasarkan penelitian ketersediaan sarana
Evaluasi input membantu mengatur
prasarana belajar di Pra TK- TK Lazuardi Kamila
keputusan dalam memberikan informasi untuk
GIS Surakarta dapat dikatakan bahwa sarana
menentukan bagaimana memanfaatkan sumber
belajar outdoor didukung oleh peralatan yang
daya guna mencapai tujuan program dengan
tersedia di Pelangi sedangkan sarana belajar
baik. Di Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS
indoor dapat memanfaatkan barang di sekitar
Surakarta evaluasi masukan meliputi
anak-anak.
pengelolaan kelas.
3. Evaluasi Proses
Evaluasi proses meliputi koleksi data pelibatan siswa difabel dalam pembelajaran, dan
penelitian yang telah ditentukan dan diterapkan saling memberi support kepada anak. Dalam satu
dalam praktik pelaksanaan program. Evaluasi kelas dengan jumah peserta didik 16 anak terdapat
proses di Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS 3 orang guru yang terdiri dari wali kelas, guru
Surakarta meliputi kegiatan belajar mengajar. pendamping dan terapis, begitu pula sarana dan
Pada proses pembelajaran, guru sentra tetap prasarana belajar yang dapat mendukung
melibatkan siswa difabel dalam kegiatan BCC kelancaran proses pembelajaran. Pada kelas
(bercakap-cakap). Sedangkan guru inklusi, siswa difabel belajar bersama anak lain
pendamping khusus (GPK) mendampingi dan (normal) di kelas reguler sepanjang hari. Mereka
membantu konsep dalam kegiatan inti. Tugas dibimbing oleh guru utama sebagai penyaji
GPK adalah mendampingi siswa difabel materi, namun dalam kelompok siswa difabel
dalam segi program, kemandirian, dan membuat didampingi oleh GPK sebagai shadow. Hal ini
lingkungan di sekitar siswa difabel yang dapat telah dilaksanakan oleh Pra TK-TK Lazuardi
membantu perkembangannya. Hal ini dibuktikan Kamila GIS Surakarta. Tugas dan peranan wali
dengan observasi, peran terapis yang kelas, guru pendamping dan Terapis masing-
mendampingi ketika kegiatan penjajagan dan masing terstruktur. Dibuktikan pada proses
kegiatan sentra. Kemudian ketika bermain siswa pembelajaran, guru sentra sama-sama melibatkan
difabel bermain bersama dengan anak reguler siswa difabel ketika kegiatan BCC (bercakap-
masih dalam pengawasan terapis, dan pada saat cakap), sedangkan GPK mendampingi dan
makan bersama. Di Pra TK-TK Lazuardi membantu konsep dalam kegiatan inti. tugas dan
Kamila GIS Surakarta terdapat enam sentra peran GPK yaitu; mendampingi siswa difabel.
pembelajaran meliputi: sentra Block, Bahasa, Art and 4. Evaluasi Produk
Craft, Computer, Science, Make Believe, Evaluasi produk merupakan penilaian yang
Islamic Character Building, dan Outside (Dokumen). dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam
Dalam satu hari dalam satu kelas terdapat 2 pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
sentra. Sedangkan untuk metode guru lebih Evaluasi produk pada proses pembelajaran di
sering menggunakan metode cerita dan ceramah Pra TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta
(wawancara dengan Fitri Ariani, 25 Oktober dilakukan untuk mengetahui evaluasi perencanaan
2017). pembelajaran yang telah dibuat apakah
Pola hubungan antara wali kelas, guru terlaksana dengan baik atau masih perlu
pendamping dan GPK (guru pendamping perbaikan. Setiap hari selasa diadakan evaluasi
Khusus) dalam pembelajaran yaitu terapis pembelajaran dari semua guru termasuk wali
membuat IEP untuk siswa difabel kemudian kelas, guru pendamping dan terapis. Dari
dikoordinasikan oleh wali kelas dengan tujuan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru,
agar wali kelas siswa difabel tersebut mengetahui maka akan disusun laporan perkembangan anak
jadwal terapi dan perlunya pendampingan atau raport. Penerimaan raport diadakan 3 bulan
akademik untuk siswa difabel. Diperkuat dengan 1x dan isinya adalah narasi dari kelebihan setiap
wali kelas bahwa guru sama-sama mengetahui anak dan lebih disampaikan langsung by
kondisi kelas, saat pergantian sentra maupun conselling ke orangtua agar mendapat feedback.
pada saat guru ijin. Tidak hanya dalam Untuk siswa difabel mendapatkan rapor 2 yaitu
pengalihan pengawasan tetapi juga dalam dari wali kelas dan dari terapisnya sedangkan
untuk anak reguler hanya mendapatkan dari wali inklusi di TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta
kelas saja. Pendidikan inklusif memang sangat diperlukan
Evaluasi ini bertujuan untuk membantu dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
keputusan selanjutnya dan membahas hasil apa masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan
yang telah dicapai dan apa yang dilakukan perhatian khusus dalam hal pembelajaran
setelah program berjalan. Pada pembelajaran PAUD inklusif agar dapat mengakomodasi
PAUD inklusif di TK-TK Lazuardi Kamila GIS kebutuhan dan kemampuan peserta didik
Surakarta. Dari sumber wawancara pada setiap dengan cara melakukan observasi kepada
akhir pembelajaran antara guru sentra dan peserta didik guna mengetahui ataupun
terapis selalu berkoordinasi dalam pemberian mengidentifikasi kebutuhan dan perkembangan
nilai, kemudian terapis melakukan review peserta didik.
mengenai perkembangan dan apa saja Pendidikan inklusif merupakan suatu
pengaruhnya. Jika siswa difabel belum bisa pendekatan pendidikan yang inovatif dan
mengikuti kurikulum anak reguler maka akan strategis untuk memperluas aksen pendidikan
diturunkan levelnya oleh terapis. bagi semua anak difabel termasuk anak
Kegiatan proses belajar mengajar banyak penyandang cacat. Dalam konteks yang lebih luas,
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang dapat pendidikan inklusif juga dapat dimaknai sebagai
menjadikan pembelajaran berjalan dengan satu bentuk reformasi pendidikan yang
berhasil atau tidak. Kendala yang dihadapi di menekankan sikap anti diskriminasi, akses
TK-TK Lazuardi Kamila GIS Surakarta secara pendidikan bagi semua, peningkatan mutu
umum saat mendapati siswa difabel yang tantrum pendidikan, upaya strategis dalam menuntaskan
dengan solusi pull out oleh terapis di ruang wajib belajar 9 tahun, serta upaya mengubah
Pelangi. Layanan pembelajaran inklusi yang telah sikap masyarakat terhadap anak difabel.
dilakukakan TK-TK Lazuardi Kamila GIS Secara keseluruhan layanan pendidikan inklusif
Surakarta, secara umum siswa difabel perlu dipertahankan dan terus diperbaiki dalam hal
mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai kualitas penyelenggaraannya. Pada saat ini
dengan apa yang dibutuhkan. Hal ini lembaga layanan Pendidikan inklusif adalah salah satu
tersebut layak menjadi sekolah ramah anak. solusi orangtua untuk mendapatkan pendidikan
yang setara bagi siswa difabel. Perhatian dan
D. Kesimpulan dukungan pemerintah mengenai Pendidikan
Berdasarkan pemaparan data di atas dapat inklusif sangat diperlukan dalam
disimpulkan bahwa proses pembelajaran PAUD keberlangsungan program.
REFERENSI

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cizek, B. (2000). Pockets of Resistance in the Assessment Revolution.
Educational Measurement Issues And Practice Journal. - : Summer 2000.
Vol. 19. number 2.
Darussalam, G. (2010). Program Evaluation in Higher Education. The
International Journal of Research and Review. Volume 5 Issue 2. , 56- 65.
Denzin, N. K. (2000). Handbook of Qualitative Research, 2nd edition. London:
Sage Publication, Inc, International Educational and Professional
Publisher.
Illahi, M. T. (2013). Pendidikan Inklusi: Konsep & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Israel Osokoya, M. A. (2010). An Evaluation of Nomadic Education
Programme in Nigeria. Education and Psychological Assesment. Volume
8 Issue 4., 1-6.
Komariah, D. S. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabeta.
Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mc Namara, C. (1997). Basic Guide to Program Evaluation. London:
SAGE. Mukhtar, d. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta:
Prenada Media Group.
Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Stark, J. S. (1994). Assessment and Program Evaluation. - : Simon & Schuster
Custom Publishing.
Stufflebeam, D. (1972). Educational Evaluation and Decising Making. - :
Pecocok Publicers Inc.
Sukardi. (2012). Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suyadi. (2014). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai