Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PLP I

OLEH :

CHRISTOFORUS KAPU
NIM: 201804009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
CITRA BAKTI NGADA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Masalah


Anak merupakan asset bangsa, asset masyarakat, dan asset keluarga. Adanya istilah anak
bangsa, anak negeri, tunas bangsa, menunjukkan betapa pentingnya anak bagi suatu negara dan
suatu bangsa. Tanpa adanya anak bangsa, maka suatu negeri/bangsa akan mengalami kepunahan,
karena tidak akan ada generasi penerus. Demikian juga di masyarakat, anak juga mempunyai
peranan yang amat penting sebagai penerus generasi yang akan melanjutkan hak dan kewajiban
yang diperlukan untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat. Sama halnya di dalam keluarga,
peranan anak justru paling penting, karena di dalam keluargalah anak-anak dilahirkan dan
dipelihara, serta tumbuh berkembang. Anak diperlukan untuk penerus keturunan, sebab tanpa
keturunan keluarga akan punah/camput Di dalam keluarga, anak mempunyai beberapaperanan
penting, antara lain, anak sebagai pengikat keutuhan keluarga, karena tanpa adanya anak
seringkali pasangan suami istri bercerai. Selain itu, anak juga berperan sebagai ahli waris yang
akan mewarisi hak dan kewajiban orang tua., baik di dalam keluarga maupun hak dan kewajiban
di masyarakat dan, anak juga mempunyai peranan penting menjadi penjamin di hari tua.
Berkaitan dengan masalah nilai anak, kerangka kerja Hoffman mengkatagorikan nilai anak
atas atas 4 katagori, yaitu: 1) nilai positip umum atau manfaat, meliputi: manfaat emosional,
manfaat ekonomi dan ketenangan, memperkaya dan mengembangkan diri sendiri, dan kerukunan
keluarga, 2) nilai negatip umum atau biaya yang meliputi: biaya emosional, biaya ekonomi, dan
biaya alternatif, kebutuhan pisik, dan pengorbanan kehidupan pribadi sehari-har, 3) nilai
keluarga besar (alasan mempunyai keluarga besar) antara lain: memperluas hubungan sanak
saudara, pilihan kelamin anak, kelangsungan hidup anak, 4) nilai keluarga kecil (alasan
mempunyai keluarga kecil) meliputi: alasan untuk kesehatan ibu, dan beban masyarakat.
(Sumber:Baca Thomas J. Espenshade 1977, Population Bulletin vol 32No. 1 Population
Reference Bureau, Washington DC.)
Dalam kenyataannya, sesuai dengan observasi yang di lakukan dari kajian-kajian pustaka serta
media sosial yang ada masih banyak perlakuan kekerasan terhadap anak kandung ataupun anak
tiri dan anak asuh dalam sebuah keluarga. Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah
masalah kekerasan anak.
Masalah kekerasan terhadap anak sering diperbincangkan adalah Kekerasan Fisik yang
menimpa anak-anak terjadi dalam berbagai bentuk seperti pembunuhan, penganiayaan,
perengutan kemerdekaan, pembuangan bayi, maupun pengguran kandungan. Dari apa yang
sering diberitakan di media massa ada kalanya anak dibunuh oleh orang tuanya sendiri karena
beberapa alasan antara lain karena orangtua tidak sanggup menanggung beban hidup, bayi
dibuang karena kelahirannya tidak diharapkan. Bayi dalam kandungan digugurkan dengan alasan
yang sama, bahkan di beberapa negara yang penhargaannya amat tinggi terhadap anak laki-laki,
bayi dalam kandungan digugurkan kalau ketahuan bayi tersebut bayi perempuan, atau kalau lahir
bayi perempuan. Kasus penganiayaan terhadap anak-anak juga tak pernah sepi dari pemberitaan
media massa, seperti ayah/ibu memukul anaknya, guru memukul muridnya, dan penganiayaan
oleh siswa/mahasiswa senior terhadap mahasiswa yunior (baru) ketika dalam proses
perpeloncoan. Demikian juga tidak sedikit kasus penganiayaan yang dilakukan majikan terhadap
asisten rumahtangganya yang mungkin melakukan sedikit kesalahan. Perengutan kemerdekaan
anak terjadi ketika anak dikurung/disekapdalam kamar oleh majikan ataupun oleh orang tua,
karena anak melakukan sedikit kesalahan.
Kekerasan fisik yang dialami anak dalam kehidupan rumahtangga, terutama yang dilakukan
oleh orang tua, menurut hemat saya secara teoritis dapat dikaitkan dengan adanya nilai negatip
anak bagi orang tua. Sebagaimana dikatakan Paul Meyer dan juga Masri Singarimbun bahwa
anak mempunyai nilai positip dan nilai negatip bagi kehidupan orang tua. Nilai positip anak bagi
orang tua adalah berupa fungsi, nilai, kepuasan, kebaikan, dan keuntungan, sedangkan nilai
negatip anak bagi orang tua berupa gangguan, disvalues, ongkos, beban, kesulitan, kerugian.
Dalam beberapa kasus yang pernah diberitakan media massa, baik cetak maupun elektronik,
kekerasan pisik yang terjadi di dalam rumahtangga seperti pembunuhanataupun penganiayaan
terhadp anak yang dilakukan oleh orang tua (ayah), pembuangan bayi oleh seorang ibu memang
seringkali dilatar belakangai oleh adanya anggapan bahwa anaknya merupakan beban terutama
beban ekonomi karena harus banyak keluar ongkos ataupun beban mental karena anak-anaknya
nakal, merupakan gangguan karena mengurangi kebebasan dalam menjalani hidup. Dalam hal-
hal seperti itu, orang tua mengambil jalan pintas dengan melenyapkan si anak dengan cara
membunuh ataupun membuangnya ketika masih bayi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diteliti adalah:
1.Apa hubungan atau bagaimana perilaku orang tua terhadap karakter anak?
2.Karakter apa yang timbul akibat hubungan perilaku dan kekerasan anak?

3. Tujuan Penelitian
Untuk memecahkan persoalan tentang Kekerasan yang menimpa anak-anak.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia keilmuwan hukum maupun
sosial, dapat digunakan sebagai referensi bagi para penulis dan peneliti khususnya yang
mempunyai ketertarikan dan kepedulian hadap persolanan anak.
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori


1.Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini dikatakan sebagai usia masa emas.Pada masa ini anak sedang berkembang
dengan pesat dan luar biasa. Sejak dilahirkan, sel-sel otaknya berkembang secara luar biasa
dengan membuat sambungan antarsel. Proses inilah yang akan membentuk pengalaman yang
akan dibawa anak seumur hidup.
Menurut Undang-undang tentang Perlindungan terhadap Anak (UU RI Nomor 32 Tahun
2002) Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 Pasal 28 ayat 1, rentangan anak usia dini adalah 0-6 tahun yang tergambar dalam
pernyataan yang berbunyi: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Sisdiknas,
2003). Sementara itu menurut direktorat pendidikan anak usia dini (PAUD), pengertian anak usia
dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang
tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.
Yuliani Sujiono (2014) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan
hingga usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan bagi pembentukan
karakter dan kepribadian anak serta kemampuan intelektualnya. Sementara itu menurut The
National Association for The Education of Young Children (NAEYC), anak usia dini adalah
anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Menurut definisi ini anak usia dini adalah
kelompok yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Wijana D
Widarmi, 2013: 1.13).
Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah
mereka yang berusia di bawah 6 tahun termasuk mereka yang masih berada dalam kandungan
yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, kepribadian,
dan intelektualnya baik yang terlayani maupun tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia
dini.

2. Karakterisik Anak Usia Dini


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa setiap individu memiliki keunikannya
masing-masing dan bahwa setiap individu berbeda antara satu dengan lainnya. Namun
demikian secara umum anak usia dini memiliki karakteristik yang relatif serupa antara satu
dengan lainnya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Anak Usia Dini Bersifat Unik
Setiap anak berbeda antara satu dengan lainnya dan tidak ada dua anak yang sama persis
meskipun mereka kembar identik. Mereka memiliki bawaan, ciri, minat, kesukaan dan latar
belakang yang berbeda.Menurut Bredekamp (1987) anak memiliki keunikan tersendiri
seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan dimiliki oleh
masing-masing anak sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang budaya
kehidupan yang berbeda satu sama lain. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam
perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap
memiliki perbedaan satu sama lain.
2. Anak Usia Dini Berada Dalam Masa Potensial
Anak usia dini sering dikatakan berada dalam masa “golden age” atau masa yang paling
potensial atau paling baik untuk belajar dan berkembang. Jika masa ini terlewati dengan
tidak baik maka dapat berpengaruh pada perkembangan tahap selanjutnya.
3. Anak Usia Dini Bersifat Relatif Spontan
Pada masa ini anak akan bersikap apa adanya dan tidak pandai berpura-pura. Mereka akan
dengan leluasa menyatakan pikiran dan perasaannya tanpa memedulikan tanggapan orang-
orang di sekitarnya.
4. Anak Usia Dini Cenderung Ceroboh dan Kurang Perhitungan
Anak usia dini tidak mempertimbangkan bahaya atau tidaknya suatu tindakan. Jika mereka
ingin melakukan maka akan dilakukannya meskipun hal tersebut dapat membuatnya cedera
atau celaka.
5. Anak Usia Dini Bersifat Aktif dan Energik
Anak usia dini selalu bergerak dan tidak pernah bisa diam kecuali sedang tertidur. Maka
sering kali dikatakan bahwa anak usia dini “tidak ada matinya".
6. Anak Usia Dini Bersifat Egosentris
Mereka cenderung memandang segala sesuatu dari sudut pandanganya sendiri dan berdasar
pada pamahamannya sendiri saja. Mereka juga menganggap semua benda yang
diinginkannya adalah miliknya. Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, ia melihat
dunia dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal itu bisa diamati ketika anak
saling berebut main, atau menangis ketika menginginkan sesuatu namun tidak dipenuhi
oleh orang tuanya. karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitif anak. Menurut
Piaget, anak usia dini berada pada tahapan: 1) tahap sensori motorik, 2) tahap
praoperasional, 3) tahap operasional konkret.
7. Anak Usia Dini Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Kuat
Rasa ingin tahu yang dimilikinya sangat tinggi sehingga mereka tak bosan bertanya “apa
ini dan apa itu” serta “mengapa begini dan mengapa begitu”. Anak berpandangan bahwa
dunia ini dipenuhi hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini mendorong rasa ingin
tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu anak bervariasi, tergantung apa yang menarik
perhatiannya. Rasa ingin tahu ini sangat baik dikembangkan untuk memberikan
pengetahuan yang baru bagi anak dalam rangka mengembangkan kognitifnya. Semakin
banyak pengetahuan yang didapat berdasar kepada rasa ingin tahu anak yang tinggi,
semakin kaya daya pikir anak.
8. Anak Usia Dini Berjiwa Petualang
Karena rasa ingin tahunya yang besar dan kuat membuat anak usia dini ingin menjelajah
berbagai tempat untuk memuaskan rasa ingin tahu tersebut dengan cara mengeksplor benda
dan lingkungan di sekitarnya. Sumber: Dok Pribadi
9. Anak Usia Dini Memiliki Imajinasi dan Fantasi yang Tinggi
Daya imajinasi dan fantasi anak sangat tinggi hingga terkadang banyak orang dewasa atau
orang yang lebih tua menganggapnya sebagai pembohong dan suka membual. Namun
sesungguhnya hal ini karena mereka suka sekali membayangkan hal-hal di luar logika.
Anak memiliki dunianya sendiri, berbeda dengan orang dewasa. Mereka tertarik dengan
hal-hal yang bersifat imajinatif sehingga mereka kaya dengan fantasi.
10. Anak Usia Dini Cenderung Mudah Frustrasi
Anak usia dini cenderung mudah putus asa dan bosan dengan segala hal yang dirasa sulit
baginya. Mereka akan segera meninggalkan kegiatan atau permainan yang bahkan belum
diselesaikannya.

2.2 Perilaku dan kekerasan orang tua


Secara luas, kekerasan pada anak usia dini dalam fisik dapat didefinisikan sebagai
tindakan fisik disengaja yang melukai atau mencederai anak.Memalsukan kondisi sakit atau
membuat anak menjadi sakit juga termasuk ke dalam bentuk kekerasan fisik.Kekerasan fisik
pada anak ditandai dengan cedera, seperti memar, lesi, dan patah tulang yang diakibatkan oleh
pemukulan (tangan, tongkat, tali pengikat, atau benda lain).Serta guncangan, tendangan,
pemukulan, tersedak, pembakaran (dengan api terbuka atau benda panas, air mendidih, rokok),
melempar, menikam, atau melukai anak.Kekerasan fisik ini bisa terjadi dengan atau tanpa
disengaja, baik oleh orang tua maupun pengasuh.
Jenis spesifik pelecehan fisik anak lainnya termasuk:
1). Sindrom bayi terguncang (SBS) adalah kumpulan tanda-tanda dan gejala akibat gemetar
bayi yang hebat yang dapat menyebabkan robeknya lapisan otak (dura), perdarahan,
cedera otak permanen, atau kematian.
2). Munchausen oleh sindrom Proxy Mendorong penyakit medis pada anak atau salah
meyakinkan orang lain bahwa seorang anak sakit. Ini mencerminkan hubungan yang
sangat disfungsional antara orang tua dan anak.
3). Alkohol, rokok atau penggunaan narkoba selama kehamilan. Penggunaan alkohol dapat
menyebabkan Sindrom Alkohol Janin. Penggunaan rokok selama hamil dapat
menyebabkan anak terkena kanker. Selain itu juga dapat menyebabkan bayi mengalami
keterbelakangan dan cedera seumur hidup.

1. Kerangka Konseptual
Untuk memudahkan proses analisis, maka perlu diberi penjelasan terhadap beberapa konsep
penting sesuai dengan permasalahan yang yang akan dicarikan jawabannya. Adapun
beberapa konsep penting terkait dengan permasalahan yang diangkat, adalah konsep anak,
konsep kekerasan, dan konsep kekerasan terhadap anak.
2. KonsepAnak
Tidak ada batasan yang seragam tentang berapa usia seorang jndividu disebut sebagai
anak. Batasan anak menurut kacamata psikologi, usia anak berkisar antara 2 tahun hingga 12
tahun. Dari usia 12 tahun sampai 18 tahun, disebut remaja. Secara psikologi, usia anak dapat
didentifikasi sebagai berikut:
a. Usia kelompok, dimana anak mulai mempelajari dasar perilaku social
b. Usia menjelajah/bertanya, anak mulai ingin tahu tentang keadaan di lingkungan
sekitarnya
c. Usia meniru/kreatif, anak menirukan perilaku orang lainb dan memasukkannya
dalampermainannya.7
Menurut kaca mata hukum, antara lain Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-
Undang No 23 /2002), batasan usia anak adalah maksimum 18 tahun atau belum pernah kawin.
Artinya, seseorang yang berusia di bawah/sama dengan 18 tahun akan tetapi sudah kawin/sudah
pernah kawin tidak lagi digolongkan sebagai anak. Hukum tidak mengenal katagori usia remaja.
Hukum hanya mengenal katagori anak dan dewasa. Jadi, pengertian remaja dalam psikologi
termasuk katagori anak dalam kacamata hukum. Undang-Undang No.1 tahun 1974 (Undang-
Undang Perkawinan) juga tidak memberikan pembatasan yang jelas tentang usia anak.
3. Konsep Kekerasan
Ada perbedaan ruang lingkup kekerasan yang diatur dalam KUHP dan r Undang-Undang
No.23 tahun 2004 (Undang_Undang tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumahtangga).
Dalam KUHP, pengertian kekerasan itu lingkupnya sempit, yaitu hanya menyangkut
kekerasan pisik, sedangkan pengertian kekerasan dalam Undang-Undang No.23 tahun 2004
cakupannya jauh lebih luas, mencakup kekerasan pisik, kekerasan seksual, kekerasan
ekonomi, dan kekerasan psikologis
4. Konsep Kekerasan terhadap Anak
Dengan menggunakan konsep anak adalah seseorang yang telah berusia maksimal 18
tahun dan belum pernah kawin (sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak), dan konsep
kekerasan yang mencakup kekerasan pisik, seksual, ekonomi dan psikologis (sesuai Undang-
Undang No 23/2004), maka kekerasan terhadap anak dapat diartikan sebagai kekerasan
(pisik, seksual, ekonomi, psikologi) terhadap seseorang yang berusia maksimal 18 tahun dan
belum pernah kawin.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan konseptualisasi tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diteliti didefinisikan sebagai masalah yang penting.Senada dengan
pendapat tersebut, Winarno Surachmad menyatakan bahwa kerangka berfikir adalah “Sesuatu
konsep yang berisikan hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dan variabel tak bebas
dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti”.
Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:”Apabila pengaruh child Abuse
(kekerasan anak) dalam keluarga dilakukan untuk mendidik anak dalam perkembangan
kecerdasan intelektual dengan baik.
Pertautan antar variabel dalam kerangka berfikir, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigma penelitian yang dapat digambarkan dalam bentuk pola atau model. Dengan kata lain,
“Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut Paradigma”.
Berdasarkan teori di atas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah jika kekerasan anak
dilakukan karena untuk mendidik maka kecerdasan intelektual anak akan baik. Pendidikan
keluarga mempunyai peran yang sangat penting terhadap perkembangan kecerdasan pada anak,
karena dasar pendidikan pertama diperoleh anak dari dalam rumah yaitu dari orangtuanya.

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata
“hypo” yang berarti di bawah dan “thesa”yang berarti kebenaran).
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Pengaruh Child Abuse (Kekerasan
Pada Anak) Dalam Keluarga Terhadap Kecerdasan Intelektual Anak Di Tiwurana Kecamatan
InerieKabupaten Ngada. Penelitian ini mengambil hipotesisnya yaitu: “Ada Pengaruh Child
Abuse (Kekerasan pada Anak) Dalam Keluarga Terhadap Kecerdasan Intelektual Anak Di Desa
Tiwurana Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan judul yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini yakni pengaruh child
abuse (kekerasan pada anak) dalam keluarga terhadap kecerdasan intelektual anak di Desa
Tiwurana Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah:
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif verifikatif.
Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori gagasan para ahli, maupun pemahaman
penelitian berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi
permasalahanpermasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dukungan empiris di lapangan.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang berangkat dari suatu kerangka teori gagasan para ahli maupun pemahaman dari penulis
sendiri yang diperoleh dari pengalaman yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-
permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh kebenaran.Penelitian ini
bersifat korelatif, karena penelitian ini membahas ada tidaknya pengaruh antara dua variabel
bebas dan variabel terikat. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian korelatif itu sendiri, yaitu
“sebuah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada
seberapa erat serta berarti tidaknya hubungan tersebut.”Adapun tempat penelitian ini adalah di
Desa Tiwurana Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada.

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.Definisi operasional variabel adalah “pernyataan yang sangat jelas
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman penafsiran karena dapat diobservasi dan dapat
dibuktikan prilakunya”. Sedangkan dalam sumber lain “Definisi Operasional variabel adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”
Berdasarkan pengertian definisi operasional variabel yang telah diungkapkan, dapat
dipahami bahwa definisi operasional variabel merupakan suatu rumusan yang dapat diamati atau
diobservasi dan dapat diukur yang memberikan petunjuk dalam proses pengukuran data, melalui
indikatorindikator yang telah dirumuskan pada teori yang digunakan.
Adapun definisi operasional variabel dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Child Abuse (Kekerasan Pada Anak) (Variabel Bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).Yang menjadi variabel bebas
dalam penelitian ini adalah child abuse (kekerasan pada anak). Kekerasan terhadap anak
adalah segala tindakan baik yang disengaja maupun tidak disengaja yang dapat merusak
anak baik berupa serangan fisik, mental sosial, ekonomi maupun seksual yang melanggar
hak asasi manusia, bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Adapun indikator dari child abuse (kekerasan pada anak) adalah:
a. Diskriminatif
b. Kekejaman, kekerasan dan penganiyayaaan
c. Ketidakadilan dan penelantaran
d. Kekerasaan psikis
e. Kekerasan fisik
f. Kecerdasan Interpersonal
2. Kecerdasan Intelektual Anak (Variabel Terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecerdasan intelektual anak
di Desa Tiwurana Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada.Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan
yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi
secara fungsional dengan yang lain. Kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seseorang. Kemampuankemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya
(beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Adapun indikator kecerdasan intelektual anak dapat dilihat dari macam-macam kecerdasan
intelektual yaitu:
1) Mampu untuk mengamati maksud dan perasaan orang lain.
2) Mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain.
3) Suka bersosialisasi.
4) Mampu memecahkan masalah.
5) Memiliki keterampilan komunikasi

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.”Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam satu
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat Penulis pahami bahwa anggota populasi pada penelitian
ini sebanyak 208 anak. Penulis memilih salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan
Punggur. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh jumlah anak yang berumur 12-15
tahun Desa Tiwurana Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada.
2.Sampel
Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel juga berarti bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena ada keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat Penulis pahami bahwa sampel merupakan wakil yang
telah dipilih untuk mewakili populasi yang ada dan akan dijadikan responden penelitian agar
penelitian yang akan dilakukan lebih mudah dan sederhana. Cara pengambilan sampel
bahwasannya “untuk sekedar ancar-ancar, maka bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua. Sehingga Penelitian merupakan Penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya
lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam Penelitian, tedapat berbagai teknik sampling yang
digunakan.Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
(contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya.
Berdasarkan teori-teori di atas, teknik pengambilan sampel adalah suatu cara yang
digunakan untuk pengambilan sampel dari populasi yang akan diteliti supaya dapat mewakili
keseluruhan populasi. Teknik pengambilan sampel, pada Penelitian ini menggunakan teknik
random sampling atau dengan cara acak tanpa memilih untuk menjadi anggota sampel dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.Dengan demikian
maka Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan
(change) dipilih menjadi sampel. Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor
urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek”.
D. Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.
Dalam rangka untuk memperoleh data yang alami dan obyektif dilokasi penelitian,
mutlak kiranya seorang peneliti menggunakan bermacam-macam metode pengumpulan data
untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Agar data yang diperlukan dalam Penelitian dapat
terkumpul, maka diperlukan beberapa metode pengumpul data, yaitu:
1. Metode Angket
“Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”Pada penelitian
ini menggunakan kuesioner berstruktur, kuesioner ini disebut pula kuesioner/angket tertutup.
“Kuesioner tertutup berisi pertanyaan-pernyataan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang
disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang
sudah disediakan.”
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat dipahami bahwa angket tertutup yaitu
angket yang berisi pertanyaan atau pernyataan dimana responden hanya memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan oleh Peneliti. Angket tertutup ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh child abuse (kekerasan pada anak) dalam keluarga terhadap kecerdasan
intelektul anak. Angket penelitian ini ditunjukan kepada anak Tiwurana Kecamatan Inerie
Kabupaten Ngada untuk mendapatkan data tentang child abuse (kekerasan pada anak) dalam
keluarga terhadap kecerdasan intelektul anak.
2. Metode Dokumentasi
jMetode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber
tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian atau sebagainya.”

E. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah “proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan.” Penelitian ini menggunakan statistik inferensial untuk menganalisis datanya.
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi.
DAFTAR PUSTAKA

Huraerah, Abu. (2012). Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa


Cendekia
Abdul wahid, Drs., SH.,MA., dan Muhammad Irvan, Drs., SH., M.Pd., 2001, Perlindungan
terhadap Korban Kekerasan Seksual, Refika, Aditama, Bandung.
Abu Huraerah. Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta : Nuansa Cendikia, 2006
Edi Kusnadi. Metodologi Penelitian Praktis. Cet Pertama. Jakarta: Ramayana Pres, 2008.
Purwanto. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi Dan Pendidikan.
Cet 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Rahmad Rosyadi. Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia
Dini. Jakarta: Rajawali Pers: 2013.
Ratna Dewi Anggraini “Dampak Kekerasan Anak dalam Rumah Tangga”, Jurnal
Psikologi, Jurusan IKS (Ilmu Kesejahteraan Sosial) Universitas Jemberr
(UNEJ)., Vol 1., 2013
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&H. Bandung : Alfabeta,
2011.
-------, Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2014.
-------, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABETA. 2010
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Dalam penyusunan proposal ini,kami
menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan
pengetahuan penulis yang terbatas.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi tercapainya proposal yang lebih baik lagi untuk masa depan mendatang.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................
2.1 Kajian Teori...........................................................................................
1.Pengertian Anak Usia Dini.................................................................
2. Karakteristik Anak Usia Dini...........................................................
2.2 Perilaku dan kekerasan orang tua.....................................................
1.Kerangka Konseptual........................................................................
2.Konsep Kekerasan...........................................................................
3.Konsep Kekerasan terhadap Anak..............................................
2.3 Kerangka Berpikir...........................................................................
2.4 Hipotesis Penelitian...................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
A.Rancangan Penelitian.......................................................................
B.Variabel dan definisi operasional variabel......................................
C.Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.........................
D.Teknik Pengumpulan Data...................................................................
E.Teknik Analisis Data.............................................................................

Anda mungkin juga menyukai