Anda di halaman 1dari 12

MENCIPTAKAN LAYANAN PAUD YANG PRIMA

MELALUI PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING

Abstrak

Masalah keterbatasan anggaran dalam memenuhi kebutuhan konsumen di lembaga PAUD


dapat diatasi dengan menerapkan praktik Activity Based Costing (ABC). Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah penerapan
praktik ABC sebagai upaya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) di RA Masyithoh. RA Masyithoh dipilih dengan pertimbangan lembaga ini
telah menerapkan praktik ABC dalam menciptakan layanan PAUD yang prima. Data dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian
dianalisis menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Hasil penelitian
menunjukkan ada lima langkah yang dilakukan dalam menciptakan layanan PAUD yang
prima melalui praktik ABC. Pertama, mengidentifikasikan, mendefinisikan, serta
mengelompokkan aktivitas. Kedua, melakukan penelusuran secara langsung terhadap
aktivitas dan objek biaya. Ketiga, membebankan biaya ke kelompok biaya aktivitas. Keempat,
menghitung tarif aktivitas. Kelima, menyusunan laporan. Kelima langkah tersebut mampu
menciptakan layanan prima dan meningkatkan kepuasan konsumen dengan indikasi terjadi
peningkatan jumlah siswa di setiap tahunnya, anggaran yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan PAUD dapat terpenuhi, dan secara kelembagaan RA Masyithoh
mengalami perkembangan dengan didirikannya Taman Penitipan Anak dan Kelompok
Bermain.

Kata Kunci: kepuasan konsumen, kualitas layanan, PAUD, praktik ABC

Creating Excellent Services in Early Childhood Education


through the Implementation of Activity Based Costing

Abstract

The problem of budget limitations in meeting the needs of consumers in early childhood
education institutions can be overcome by applying the Activity Based Costing (ABC)
practice. This research is a qualitative research that has aimed to describe the steps of
applying ABC practices as an effort to optimize the implementation of Early Childhood
Education (ECE) in RA Masyithoh. RA Masyithoh was chosen with the consideration that this
institution has implemented ABC practices in creating excellent PAUD services. The data in
this study were collected by interview, observation, and documentation then analyzed using
the Miles and Huberman data analysis technique. The results showed there were five steps
taken in creating excellent PAUD services through the practice of Activity Based Costing
(ABC). First, identify, define, and classify activities. Second, do a direct search of activities
and cost objects. Third, it imposes costs to the activity cost group. Fourth, calculate activity
rates. Fifth, compile the report. The five steps are able to create excellent service and
increase customer satisfaction with an indication of an increase in the number of students
each year, the budget needed to carry out PAUD activities can be met, and institutionally RA
Masyithoh experiences growth with the establishment of a Day Care and Play Group.

Keyword: ABC practice, consumer satisfaction, ECE, quality of service


PENDAHULUAN tumbuh kembang anak usia dini di berbagai
aspek perkembangan. Melalui PAUD, anak
Perkembangan pendidikan di Indonesia diharapkan memiliki kesiapan untuk
akan sangat menentukan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
perkembangan pembangunan lebih tinggi (Pardede, Supena, & Fahrurozi.,
nasional. Hal ini disebabkan karena melalui 2018). Semua kemampuan yang dimiliki
pendidikan yang bermutu, akan tercipta oleh anak dicapai melalui kegiatan
sumber daya manusia (SDM) yang pembelajaran yang bermutu. RA pun
berkualitas serta memiliki daya saing tinggi dituntut untuk mampu menyelenggarakan
(Sukendar, Usman, & Jabar, 2019). Mutu layanan PAUD yang bermutu.
SDM suatu negara tercermin
dalam penyelenggaraan layanan Mutu merupakan segala sesuatu yang
pendidikan mulai dari jenjang Pendidikan mampu memenuhi keinginan atau
Anak Usia Dini (PAUD) hingga jenjang kebutuhan konsumen (meeting the needs of
perguruan tinggi. Berbagai upaya dilakukan customers) (Mulyasana, 2015). Bagi seorang
oleh pemerintah untuk menghasilkan pemimpin, mengelola lembaga pendidikan
penyelenggaraan layanan PAUD yang agar bermutu merupakan hal yang sulit.
bermutu. Satu upaya yang dilakukan adalah Mutu yang dihasilkan oleh suatu lembaga
dengan menetapkan standar PAUD secara pendidikan dapat memenuhi kebutuhan
nasional sebagaimana yang diatur dalam konsumen (Simangunsong, 2019).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Oleh karenanya, layanan pendidikan yang
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 137 diselenggarakan oleh lembaga PAUD
Tahun 2014 tentang Standar Nasional menjadikan keinginan dan kebutuhan
PAUD (Mulyasa, 2017). Apabila standar konsumen (wali murid) sebagai target
dalam Permendikbud tersebut mampu layanan. Ketercapaian keinginan dan
diterapkan maka akan menghasilkan kebutuhan akan mengantarkan pada
layanan PAUD yang bermutu. Lembaga kepuasan konsumen (Supriyanto, 2015).
PAUD yang bermutu memiliki peranan Ketidakpuasan konsumen biasanya
yang signifikan dalam pencapaian tumbuh- ditunjukkan dalam bentuk perilaku komplain
kembang anak yang optimal (Mukti & (Aisyiyah, Hartoyo, & Krisnatuti, 2019).
Hendrawan, 2018). Dengan demikian, pencapaian kepuasan
konsumen yang didapat oleh suatu lembaga
Layanan PAUD yang bermutu dapat akan dapat mengurangi komplain dari
direalisasikan melalui konsumen. Komplain tersebut tidak
pengelolaan dihilangkan tetapi dikurangi karena suatu
penyelenggaraan PAUD yang optimal. lembaga tetap membutuhkan komplain.
Namun, saat ini masih banyak ditemukan Melalui komplain, pelaku usaha dapat
lembaga PAUD yang mengalami kesulitan memperbaiki kekurangannya dan dapat
dalam menyelenggarakan PAUD yang meningkatkan kualitas dan memberikan
optimal. Penyebabnya adalah karena kepuasan bagi konsumen (Wandani &
keterbatasan kompetensi manajerial yang Simanjuntak, 2019).
dimiliki oleh pengelola PAUD. Apabila Seorang konsumen yang puas adalah
Layanan PAUD yang diberikan tidak konsumen yang dapat merasakan nilai dari
optimal maka aktivitas belajar dan bermain penyedia jasa. Nilai ini bisa berasal dari
di PAUD juga akan kurang maksimal. pelayanan atau sesuatu yang bersifat
Sistem pengajaran juga akan cenderung emosional. Jika konsumen mengatakan
mengabaikan aspek kreativitas dan inovasi bahwa nilai adalah layanan yang berkualitas,
(Risaldy, 2014). maka kepuasan terjadi jika konsumen
mendapatkan layanan yang prima. Penting
Salah satu Lembaga yang untuk dilakukan upaya perbaikan yang
menyelenggarakan PAUD adalah komprehensif dan berkelanjutan untuk
Raudhatul Athfal (RA). RA merupakan menghasilkan layanan yang prima oleh
lembaga PAUD formal di bawah naungan pihak penyedia jasa layanan (Miswanto &
Kementerian Agama Republik Indonesia. Angelia, 2017). RA merupakan lembaga
RA menjadi salah satu lembaga yang PAUD yang memberikan jasa kepada para
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan orang tua sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka. Pihak RA sebagai prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan,
penyedia jasa layanan PAUD diharapkan kesopanan, dan keramahan (Oji, 2015).
dapat menyelenggarakan layanan PAUD
yang bermutu, yaitu layanan PAUD yang Penerapan metode ABC pada suatu lembaga
mampu memenuhi keinginan dan dapat menghasilkan pendidikan yang
kebutuhan wali murid sebagai konsumen bermutu. Selain itu pengelolaan keuangan
eksternalnya (external customers). Layanan juga berlangsung efektif dan efisien karena
PAUD yang bermutu dapat dihasilkan memiliki relevansi dengan berbagai aktivitas
ketika pihak RA mampu menciptakan pendidikan yang telah ditentukan (Fattah,
layanan prima (service excellence) bagi 2017). Sementara itu, lembaga yang belum
para wali muridnya (Zulkarnain dan menerapkan metode ABC mendapatkan
Sumarsono, 2018). Layanan prima pada hambatan dalam menyelenggarakan layanan
dasarnya merupakan upaya memberikan pendidikannya sehingga belum mampu
program yang terbaik atas dasar kepedulian menghasilkan pendidikan yang bermutu.
kepada para konsumen oleh suatu Hambatan yang dihadapi tersebut antara lain
organisasi maupun bidang usaha. berupa ditemukannya ketidaksesuaian antara
Tujuan penciptaan layanan prima adalah ketersediaan anggaran dengan banyaknya
untuk memuaskan para konsumen kegiatan yang telah ditentukan, kegiatan-
sehingga kebutuhannya terpenuhi. Para kegiatan yang telah dirumuskan belum
peneliti menyakini bahwa organisasi yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan
mampu menyelenggarakan layanannya konsumen, serta penggunaan anggaran
yang berorientasi pada konsumen akan kegiatan menjadi kurang terkendali (Fattah
mendapatkan manfaat sosial dan dan Gautama, 2017). Hasil penelitian
psikologis yang baik dari para tersebut menunjukkan bahwa layanan PAUD
konsumennya (Yuniawan, 2011). yang prima dapat diberikan melalui
Sedangkan manfaat yang didapat dari penerapan praktik ABC.
terciptanya layanan yang prima oleh suatu
lembaga adalah para konsumen akan Dalam konteks penyelenggaraan layanan
senantiasa memilih untuk mendapatkan PAUD oleh RA, maka layanan prima bertitik
layanan. Konsumen juga akan memberikan tolak pada upaya kepala RA, guru, dan staf
rekomendasi kepada pihak lain untuk untuk memberikan layanan terbaiknya
sama- sama menggunakan layanan jasa sebagai wujud kepeduliannya terhadap wali
tersebut. (Sharma & Nandi, 2018). murid agar keinginan dan kebutuhan wali
Manfaat lainnya adalah layanan prima murid terpenuhi. Masyarakat pada masa
mampu memenuhi standar mutu yang telah sekarang ini masih memandang RA sebelah
ditentukan (Rangkuti, 2017). Jadi layanan mata dan lebih memilih TK sebagai
prima dalam penyelenggaraan PAUD lembaga PAUD tempat putra-putrinya
dihasilkan ketika dapat memenuhi standar belajar. Masyarakat berpendapat bahwa
nasional PAUD sebagaimana diatur dalam layanan yang diselenggarakan oleh TK lebih
Permendikbud Nomor 137 tahun 2014. baik daripada yang diselenggarakan oleh
Dalam perspektif pendidikan, lembaga RA, padahal pendapat tersebut tidaklah
pendidikan pada hakikatnya ada untuk benar (Adiyanto, 2019). RA juga mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat menyelenggarakan layanan PAUD yang
sebagai konsumen pendidikan. Ketika prima. Hal itu telah dilakukan oleh RA
menjalankan fungsinya, lembaga Masyithoh dengan menciptakan layanan
pendidikan memiliki karakteristik yang PAUD yang prima melalui penerapan
berbeda dengan organisasi bisnis, tetapi praktik Activity Based Costing (Maryani,
dalam melaksanakan misi, tujuan dan 2019).
programnya memiliki prinsip efisiensi,
efektivitas, dan memosisikan masyarakat Praktik ABC di RA merupakan suatu
sebagai pihak yang harus dilayani secara bentuk inovasi layanan di bidang PAUD
optimal. Layanan kepada konsumen karena lazimnya ABC dilaksanakan di
pendidikan pada dasarnya adalah hak perusahaan- perusahaan. Praktik ABC
konsumen yang memiliki prinsip dilakukan dengan enam tahapan. Pertama,
kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, mengidentifikasi, mendefinisikan, dan
akurasi, keamanan, kenyamanan, mengelompokkan aktivitas. Kedua,
tanggung- jawab, kelengkapan sarana serta penelusuran langsung ke aktivitas dan objek
biaya. Ketiga, membebankan biaya ke Kepuasan konsumen ini merupakan hal yang
kelompok biaya aktivitas. Keempat, penting bagi keberlanjutan usaha. Perilaku
menghitung tarif aktivitas. Kelima, konsumen, kepuasan konsumen, dan
membebankan biaya ke objek biaya loyalitas konsumen merupakan aspek
dengan menggunakan tarif aktivitas dan penting yang menentukan keberlanjutan
ukuran aktivitas. Keenam, menyusun sebuah usaha, khususnya pada sebuah usaha
laporan manajemen (Fattah, 2017). yang baru dan mempunyai jumlah pesaing
yang cukup banyak (Ramdhani, Daryanto, &
Praktik ABC di RA telah menjadi suatu Rifin, 2015). Oleh karenanya, untuk
bentuk inovasi layanan di bidang PAUD membuat konsumen memiliki kepuasan dan
mengingat sebagian besar lembaga PAUD juga loyalitan yang baik maka lembaga harus
masih menggunakan metode pembiayaan mampu memberikan pelayanan yang prima.
tradisional dalam praktik manajemen
pembiayaan PAUD. Inovasi layanan pada Berdasarkan pemaparan tersebut,
dasarnya merupakan suatu konsep layanan keberhasilan lembaga PAUD dalam
yang dipraktikkan untuk mendapatkan mencapai tujuan bergantung pada
apresiasi dari konsumen (Hariandja, kemampuan PAUD dalam memberikan
Simatupang, Nasution, & Larso, 2014). layanan. Layanan yang diberikan sebaiknya
Fokus utama praktik ABC adalah kegiatan merupakan layanan yang prima. Salah satu
atau aktivitas. Ada dua prinsip yang model yang dapat digunakan untuk
melandasi ABC yaitu biaya yang mengoptimalkan peneyelenggaraan PAUD
dibutuhkan untuk melaksanakan suatu adalah model Activity Based Costing (ABC).
aktivitas harus sesuai dengan kebutuhan Penelitian ini bertujuan untuk
pada aktivitas tersebut dan ketika mendeskripsikan langkah-langkah penerapan
kebutuhan pada suatu aktivitas dapat praktik ABC sebagai upaya untuk
terpenuhi maka aktivitas tersebut dapat mengoptimalkan penyelenggaraan PAUD.
dikelola dengan baik. Praktik ABC yang
fokus pada kegiatan atau aktivitas dapat METODE
mengarah pada penciptaan layanan prima Penelitian ini menggunakan pendekatan
pada suatu organisasi (Fattah, 2016). kualitatif dengan jenis penelitian
Model ABC disajikan pada Gambar 1. fenomenologi. Penelitian fenomenologi
Model ABC menunjukkan bahwa merupakan penelitian yang didasari oleh
mekanisme dalam praktik ABC diawali pandangan berpikir yang menekankan pada
oleh kerja sumber daya lembaga dalam pengalaman-pengalaman manusia sebagai
menentukan aktivitas. Setiap aktivitas subjek penelitian (Moleong, 2012).
memiliki besaran biaya dan ada penyebab Pendekatan dan jenis penelitian tersebut
mengapa biaya tersebut harus dipenuhi. dipilih karena dalam penelitian ini tidak ada
Untuk memenuhinya maka dilakukan rekayasa pada subjek dan objek kajian
pengelolaan (manajemen) biaya melalui penelitian. Penelitian ini dilakukan dari
enam tahapan dalam implementasi praktik bulan Januari hingga bulan Oktober tahun
ABC. 2019.

Gambar 1 Model Activity Based


Costing
(Fattah, 2017)

Setiap lembaga harus mampu memberikan


layanan yang prima. Alasannya, layanan
prima menentukan kepuasan konsumen.
Beberapa penelitian telah membuktikan hal
tersebut. Hasil penelitian Riyadi, Penelitian dilaksanakan di RA Masyithoh
Hermawan, dan Sumarwan (2015) Mertasinga Cilacap. Pemilihan sampel
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan penelitian dilakukan dengan teknik
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan purposive. Teknik purposive dapat
konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa digunakan pada penelitian dengan subjek
semakin baik kualitas pelayanan maka yang memiliki kekhasan yang tidak
semakin besar kepuasan konsumen. ditemukan pada subjek penelitian lainnya
(Sugiyono, 2010). RA Masyithoh PAUD diciptakan dengan kemampuan
Mertasinga Cilacap dipilih sebagai sampel pihak RA dalam menyelenggarakan
penelitian karena menjadi satu-satunya RA aktivitas-aktivitas PAUD yang sesuai
di Kabupaten Cilacap yang menggunakan dengan keinginan dan kebutuhan wali
metode Activity Based Costing (ABC) murid. Kedua, aktivitas-aktivitas tersebut
dalam pengelolaan pembiayaan PAUD. dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien ketika pihak RA memiliki anggaran
Data pada penelitian ini dikumpulkan atau pembiayaan pendidikan yang
dengan wawancara, observasi, dan mencukupi. Ketiga, adanya kesadaran
dokumentasi. Wawancara dilakukan bahwa layanan PAUD harus
dengan pengawas RA, kepala RA, guru diselenggarakan dengan prinsip
RA, bendahara, dan komite sekolah. akuntabilitas dan responsibilitas.
Observasi dilakukan untuk mengamati
jalannya layanan PAUD. Dokumen- Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
dokumen yang dikaji yaitu Rencana bahwa ada tiga tujuan menerapkan layanan
Anggaran Belanja (RAB), buku kas, buku PAUD yang prima dengan praktik ABC
administrasi keuangan bagi wali murid, (Maryani, 2019). Pertama, untuk menjamin
laporan keuangan bulanan, dan laporan ketersediaan anggaran dalam
keuangan tahunan. penyelenggaraan layanan PAUD. Kedua,
untuk meminimalisir keluhan dari wali
Uji validitas data dilakukan dengan murid terhadap penyelenggaraan layanan
menggunakan teknik triangulasi sumber PAUD. Ketiga, untuk mendapatkan
data, yaitu melalui crosh check terhadap kepercayaan dari wali murid yang dapat
data-data yang berasal dari tiga sumber, berimplikasi pada peningkatan jumlah
yaitu kepala RA, guru, dan bendahara peserta didik baru. Berdasarkan hasil
(Moleong, 2012). Data kemudian dokumentasi dapat diketahui bahwa sejak
dianalisis menggunakan teknik analisis diterapkannya praktik ABC oleh pihak RA
model Miles dan Huberman. Pada teknik Masyithoh Mertasinga Cilacap perolehan
ini, data dianalisis secara bertahap dimulai peserta didik baru semakin meningkat
dengan mereduksi data, menyajikan data, (Gambar 2). Gambar 2 memperlihatkan
dan memverifikasi data (Sugiyono, 2010). terjadi peningkatan jumlah peserta didik
Tahap reduksi data dilakukan dengan cara setelah RA Masyithoh Mertasinga Cilacap
memilah data dari sumber data yang menerapkan praktik ABC. Pada tahun
memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran 2016/2017 terdapat 103 peserta
penelitian. Tahap penyajian data dilakukan didik, jumlah ini mengalami penurunan
dengan cara menguraikan data teks yang menjadi 98 peserta didik pada tahun
bersifat naratif. Tahap verifikasi data pelajaran 2017/2018, kembali mengalami
dilakukan dengan cara menarik penambahan menjadi 108 peserta didik pada
kesimpulan dan membuat verifikasi untuk tahun 2018/2019 dan 135 peserta didik pada
menjawab rumusan masalah penelitian tahun pelajaran 2019/2020 (Maryani, 2019).
(Sugiyono, 2010).

Langkah Menciptakan Layanan Prima


HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Tujuan Menciptakan Layanan Prima lima langkah yang dilakukan dalam
menciptakan layanan prima dalam
RA Masyithoh Mertasinga Cilacap telah penyelenggaraan PAUD melalui praktik
menggunakan Activity Based Costing ABC di RA Masyithoh Mertasinga Cilacap
(ABC) sejak tahun 2005. Ada tiga hal (Maryani, 2019). Langkah tersebut adalah
yang melatarbelakangi Lembaga ini dalam mengidentifikasikan, mendefinisikan, serta
menggunakan ABC. Pertama, adanya mengelompokkan aktivitas; melakukan
kesadaran pada stakeholders PAUD di RA penelusuran secara langsung terhadap
Masyithoh Mertasinga Cilacap bahwa aktivitas dan objek biaya; membebankan
layanan prima dalam penyelenggaraan biaya ke kelompok biaya aktivitas;
menghitung tarif aktivitas; dan menyusunan adalah dengan melakukan kerjasama
laporan. dengan komite sekolah untuk menyusun
daftar keinginan wali murid. Hasil
Langkah pertama yang dilakukan adalah inventaris menunjukkan terdapat dua
mengidentifikasikan, mendefinisikan, serta keinginan dari wali murid, yaitu: (1) wali
mengelompokkan aktivitas. Ada tiga murid menginginkan agar anak-anak-
kegiatan yang dilakukan dalam langkah anaknya bisa mendapatkan layanan PAUD
pertama, yaitu secara maksimal agar tumbuh-kembang
(1) mengidentifikasi keinginan dan anak bisa berlangsung optimal; (2) wali
kebutuhan wali murid; (2) murid ingin agar anak merasa nyaman
mengidentifikasi keluhan- keluhan dalam dalam kegiatan belajar. Kenyamanan
penyelenggaraan layanan PAUD dari wali belajar tersebut menjadikan anak memiliki
murid; (3) mengidentifikasi kegiatan- motivasi belajar yang tinggi. Harapannya
kegiatan PAUD untuk memenuhi dengan motivasi belajar yang tinggi
keinginan dan kebutuhan serta keluhan kemudian anak bisa mencapai hasil belajar
dari wali murid (Maryani, 2019). yang maksimal. Pihak RA Masyithoh
Mertasinga Cilacap berusaha memenuhi
Identifikasi keinginan wali murid keinginan wali murid karena memang pihak
dilakukan dengan cara menampung usulan RA memiliki keyakinan bahwa eksistensi
dari wali murid baik secara formal dalam RA akan sangat dipengaruhi oleh
rapat-rapat, secara non formal ketika kemampuan pihak RA dalam memenuhi
berbincang di lingkungan RA, dan melalui keinginan wali murid. Dengan kata lain,
pemanfaatan grup WhatsApp wali murid. maju atau mundurnya RA akan sangat
Cara lain yang digunakan untuk dipengaruhi oleh kemampuan RA dalam
mengidentifikasi keinginan wali murid melayani wali murid sesuai dengan
keinginan (Maryani, 2019).

8073
70
62
59
60 50 53 51 51 Laki-laki
50
44
40
30
20
10
0

2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020

Gambar 2 Jumlah peserta didik pada empat tahun terakhir di RA Masyithoh Mertasinga
Cilacap (Maryani, 2019b)
Langkah kedua, melakukan penelusuran
Kemudian cara yang digunakan untuk secara langsung terhadap aktivitas dan objek
mengidentifikasi kebutuhan wali murid biaya (Maryani, 2019). Ada tiga kegiatan
adalah dengan menyediakan kotak saran, yang dilakukan dalam langkah kedua, yaitu:
memberi kebebasan mengutarakan apa yang (1) mengidentifikasi setiap kebutuhan yang
dibutuhkan saat pertemuan wali murid dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap
ataupun saat berkomunikasi secara kegiatan PAUD; (2) mengidentifikasi
nonformal baik di lingkungan RA maupun besaran biaya di setiap kegiatan PAUD; dan
di grup jejaring sosial. Pihak RA Masyithoh (3) menyusun draf Rencana Anggaran
Mertasinga Cilacap mengungkapkan bahwa Belanja (RAB) kegiatan PAUD (Maryani,
hal yang dibutuhkan oleh wali murid dari 2019). Kebutuhan-kebutuhan dalam
layanan PAUD yang diselenggarakan yaitu pelaksanaan kegiatan PAUD yang telah
informasi tentang kegiatan anak serta dirumuskan antara lain biaya atau anggaran,
informasi tentang hasil belajar anak dan kegiatan pelatihan untuk pengembangan
masalah-masalah yang dihadapi oleh anak kompetensi guru, serta sarana dan prasarana
ketika belajar. Wali murid membutuhkan pendidikan yang sesuai dengan standar dan
hal itu untuk mempersiapkan waktu dan keinginan wali murid. Perkiraan atau
biaya serta strategi dalam menyiapkan estimasi biaya untuk pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan fisik serta kebutuhan psikis anak. kebutuhan tersebut adalah Rp1.500.000,00
Pihak RA Masyithoh Mertasinga Cilacap per bulan. Sumber dana untuk
memenuhinya dengan memberi kalender melaksanakan kegiatan PAUD bersumber
pendidikan RA Masyithoh dan jadwal dari SPP anak.
kegiatan keseharian anak (Maryani, 2019).
Berdasarkan perkiraan biaya serta sumber
Sementara itu identifikasi keluhan pembiayaan kemudian disusunlah draf
dilakukan dengan menyediakan kotak saran RAB. Draf RAB disusun di awal tahun
dan memberi keluasan menceritakan pelajaran (Maryani, 2019a). Pada draf RAB
keluhan melalui WhatsApp. Hal-hal yang ditetapkan perkiraan anggaran yang
dikeluhkan oleh wali murid yaitu tentang dibutuhkan di setiap bulan karena pada
masalah administrasi yang terkadang setiap bulannya akan ada kegiatan-kegiatan
merepotkan, pelayanan guru yang kurang yang berbeda-beda. Pihak- pihak yang
sesuai dengan harapan, kenakalan anak, terlibat dalam penyusunan draf RAB antara
serta keterbatasan sarana dan prasarana. lain kepala RA, guru, pengurus, dan komite
Wali murid merasa kurang nyaman dengan sekolah. Stakeholders tersebut terlibat
masalah-masalah dan keadaan- keadaan dalam penyusunan draf RAB dan
tersebut. memastikan besaran anggaran yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap
Pihak RA Masyithoh Mertasinga Cilacap kegiatan.
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan PAUD
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan Lebih lanjut, kegiatan yang bersifat rutin
serta keluhan dari wali murid. Kegiatan- untuk dilaksanakan pada setiap tahun
kegiatan yang telah terindentifikasi yaitu: pelajaran memudahkan pihak RA dalam
kegiatan pertemuan wali murid, pengajian, menyusun draf RAB. Dari kegiatan-
parenting, serta kegiatan pembelajaran dan kegiatan rutin itu pihak RA dapat
pembiasaan sesuai dengan kurikulum 2013. memprediksi besaran anggaran setiap
Pihak RA yakin bahwa kegiatan-kegiatan kegiatan untuk tahun pelajaran sekarang
tersebut dapat menjawab keinginan, berdasarkan besaran anggaran di tahun
kebutuhan, dan keluhan- keluhan dari wali pelajaran sebelumnya. Sementara itu,
murid. Untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan- kegiatan insidental menjadi hal
kegiatan tersebut hal-hal yang dibutuhkan yang menyulitkan pihak RA dalam
yaitu tempat, narasumber, dan biaya menyusun draf RAB. Ini karena besaran
(Maryani, 2019). anggaran tersebut tidak bisa diprediksi.
Kegiatan-kegiatan insidental berupa
kegiatan-kegiatan sosial.
Para stakeholders turut mensukseskan, wali
murid pun berkomitmen untuk memenuhi
Langkah ketiga, membebankan biaya ke pembiayaan yang dianggarkan. Komitmen
kelompok biaya aktivitas. Berdasarkan tersebut muncul karena ada kesadaran pada
hasil penelitian dapat diketahui bahwa diri wali murid bahwa sukses atau tidaknya
kegiatan yang dilakukan pada langkah penyelenggaraan layanan PAUD sangat
ketiga antara lain: (1) mensosialisasikan dipengaruhi oleh faktor pembiayaan.
draf RAB kegiatan PAUD;
(2) membahas draf RAB kegiatan PAUD Langkah keempat, menghitung tarif
bersama dengan komite sekolah; dan (3) aktivitas. Kegiatan yang dilakukan pada
mensosialisasikan RAB kegiatan PAUD langkah keempat yaitu: (1) menggali sumber
(Maryani, 2019). pembiayaan PAUD untuk membiayai
kegiatan PAUD; (2) menerima sumber
Kegiatan sosialisasi draf RAB dilakukan pembiayaan PAUD untuk membiayai
dengan melampirkan draf RAB pada kegiatan PAUD; dan
formulir pendaftaran peserta didik baru. (3) menggunakan sumber pembiayaan
Draf RAB tersebut kemudian dijadikan PAUD untuk membiayai kegiatan PAUD.
pula sebagai pertimbangan oleh wali murid
untuk menyekolahkan anaknya di RA Setelah RAB kegiatan PAUD disahkan,
Masyithoh Mertasinga Cilacap. Kemudian kemudian kepala RA Masyithoh Mertasinga
secara keseluruhan draf RAB disampaikan Cilacap melakukan kegiatan penggalian
pada rapat perdana dengan wali murid dan sumber pembiayaan PAUD. Penggalian
komite sekolah. Pihak-pihak yang dilakukan dengan memberi buku
diundang dalam rapat tersebut antara lain administrasi ke semua wali murid.
wali murid, komite sekolah, serta Kemudian kepala RA mengarahkan kepada
pengurus. Semua stakeholders turut wali murid untuk memenuhi buku
mensukseskan sosialisasi dengan administrasi tersebut secara berkala.
memberikan masukan-masukan terhadap Stakeholders yang terlibat dalam proses
hal-hal yang dianggap lemah pada draf penggalian pembiayaan tersebut antara lain
RAB. kepala RA, pengurus, dan komite sekolah.
Proses pembiayaan dari berbagai sumber
Biasanya ada perubahan draf RAB setelah diterima oleh bagian administrasi sekolah
disosialisasikan melalui rapat. Perubahan atau bendahara kemudian dicatat dalam buku
tersebut biasanya berupa penambahan kas penerimaan. Faktor pendukung yang
kegiatan jika ada kegiatan yang tidak masuk memudahkan pihak RA Masyithoh
dalam anggaran awal yang telah Mertasinga Cilacap dalam melakukan
dirumuskan dalam draf RAB. Setelah draf penggalian pembiayaan kegiatan PAUD
RAB dirubah dan disepakati bersama yaitu pengurus RA juga komite sekolah ikut
kemudian draf RAB disahkan oleh kepala membantu pihak RA dalam penggalian dana
RA, komite sekolah, dan pengurus. RAB dengan memberikan himbauan-himbauan
yang telah disahkan kemudian kepada wali murid agar tertib administrasi.
disosialisasikan melalui rapat dengan wali Faktor penghambat yang menyulitkan kepala
murid. RAB yang telah disahkan RA dalam melakukan penggalian
ditampilkan menggunakan LCD proyektor pembiayaan kegiatan PAUD adalah ketika
dan pihak RA menjelaskan setiap detail waktu penggalian dana dilakukan secara
poin-poin pada RAB kepada wali murid bersamaan dengan kegiatan penggalian dana
agar wali murid paham betul mengenai dari lembaga lain.
pembiayaan yang dibutuhkan atau
dianggarkan dalam penyelenggaraan Langkah kelima, menyusun laporan.
layanan PAUD di RA Masyithoh Kegiatan yang dilakukan dalam langkah
Mertasinga Cilacap. kelima ini antara lain: (1) menyusun
laporan pembiayaan PAUD;
Stakeholders yang terlibat dalam sosialisasi (2) mengevaluasi laporan pembiayaan
RAB antara lain kepala RA, pengurus, PAUD; dan (3) memberikan feedback
komite sekolah, dan perwakilan wali murid terhadap hasil evaluasi pembiayaan PAUD.
yang tidak masuk dalam komite sekolah.
Anggaran dikeluarkan sesuai dengan administrasi RA. Kepala RA menjadi pihak
kebutuhan. Anggaran yang dikeluarkan yang menyampaikan laporan keuangannya.
kemudian dilaporkan penggunaannya
kepada bendahara. Bahan pelaporan Proses pelaporan berlangsung saat ada
tersebut digunakan sebagai bahan oleh pertemuan wali murid melalui rapat-rapat
bendahara untuk membuat laporan formal yang dihadiri oleh komite sekolah
keuangan bulanan. Proses pengeluaran dan pengurus (Sulastri, 2019). Laporan
biaya kegiatan PAUD dapat memenuhi disampaikan kepada pengurus, komite dan
semua kebutuhan pada setiap kegiatan wali murid. Pihak-pihak tersebut merespons
PAUD meski terkadang ada juga beberapa dengan baik laporan yang disampaikan. Para
kebutuhan pada suatu kegiatan yang belum stakeholders menerima dengan baik sambil
bisa terpenuhi semua kebutuhannya. meneliti arus pemasukan dan
Biasanya ini karena ada kenaikan harga pengeluarannya. Feedback yang diberikan
barang yang akan dibeli untuk memenuhi oleh para stakeholders kepada kepala RA
kebutuhan pada suatu kegiatan. adalah meminta kepada pihak RA agar
konsisten dalam menyelenggarakan layanan
Manfaat yang didapat dari proses PAUD yang sesuai dengan keinginan,
pengeluaran biaya kegiatan PAUD yang kebutuhan, dan harapan wali murid. Pihak
dapat memenuhi semua kebutuhan pada RA Masyithoh Mertasinga Cilacap
setiap kegiatan PAUD adalah kegiatan- menindaklanjuti feedback tersebut dengan
kegiatan untuk anak-anak bisa berjalan berusaha memaksimalkan sumber daya yang
dengan optimal sehingga target-target atau ada agar semua kegiatan dapat berjalan
tujuan-tujuan kegiatan juga dapat dicapai dengan baik.
secara optimal pula. Sementara itu, proses
pengeluaran sudah dapat mengakomodir Kemudian faktor yang memudahkan kepala
keinginan dan kebutuhan wali murid. Ini RA dalam melakukan pelaporan
karena semua program yang diinginkan pembiayaan PAUD adalah adanya partisipasi
dan dibutuhkan oleh wali murid dapat dari wali murid, komite dan pengurus
terealisasi. Proses pengeluaran biaya sebagai pendengar setia dan ikut mengoreksi
kegiatan PAUD juga sudah dapat laporan keuangan yang dibuat. Hal itu
meminimalisir keluhan-keluhan dari wali menjadikan laporan yang disusun benar-
murid. Indikasinya adalah minimnya benar disusun dengan mengakomodir semua
keluhan-keluhan yang ditemukan oleh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
guru di kotak saran, wali murid juga ikut layanan PAUD. Hal yang menyulitkan
mempromosikan RA Masyithoh dalam melakukan pelaporan pembiayaan
Mertasinga Cilacap kepada masyarakat PAUD adalah ketika terjadi kekurangan
sehingga RA di setiap tahunnya anggaran yang menyebabkan
mendapatkan perolehan peserta didik ketidaksesuaian antara rencana dengan
barunya semakin meningkat, citra RA di laporan dan tentu ini menjadi hal yang tidak
masyarakat pun semakin positif, ini diharapkan untuk terjadi.
membuktikan bahwa masyarakat menaruh
kepercayaan kepada pihak RA bahwa para PEMBAHASAN
guru bisa menyelenggarakan layanan
PAUD secara prima. Tujuan yang telah ditetapkan dalam
menciptakan layanan PAUD prima prima
Proses pengeluaran biaya kegiatan PAUD telah tercapai. Lembaga menerima banyak
di RA Masyithoh Mertasinga Cilacap sudah manfaat dari ketercapaian tersebut. Ada lima
berlangsung sesuai dengan mekanisme. manfaat yang didapat oleh RA Masyithoh
Faktor yang menjadikan proses pengeluaran Mertasinga Cilacap. Pertama, mendapatkan
berlangsung sesuai dengan mekanisme dukungan materi dari masyarakat dalam
adalah karena anggaran yang dikeluarkan penyelenggaraan layanan. Kedua,
sesuai dengan RAB yang telah disepakati penganggaran untuk penyelenggaraan
bersama. Kemudian laporan penggunaan layanan yang disusun oleh wali murid
anggaran disusun setelah kegiatan selesai menjadikannya memiliki komitmen bersama
dilaksanakan. Stakeholdes yang untuk memenuhi besaran anggaran yang
menyusunnya yaitu kepala RA dan bagian telah ditentukannya sendiri. Ketiga,
keterlibatan wali murid dalam penyusunan sekolah untuk merancang besaran biaya
maupun pemenuhan anggaran telah pada setiap kegiatan. Ini berarti selain wali
menjadikannya terlibat dalam murid memiliki kewenangan menyusun
penyelenggaraan layanan sesuai dengan anggaran, wali murid juga memiliki
posisi dan kapasitasnya. Keempat, kewenangan untuk mengajukan kegiatan-
keterlibatan wali murid dalam kegiatan PAUD. Pelibatan wali murid
menyelenggarakan layanan PAUD sebagai konsumen pendidikan dalam
memunculkan rasa saling memiliki terhadap penyusunan anggaran dapat mendorong
RA sehingga muncul loyalitas pada mereka. mereka untuk terlibat secara aktif pula
dalam pelaksanaan kegiatan yang telah
Loyalitas membuat wali murid menjadi diprogramkan oleh lembaga
“iklan berjalan”. Rasa saling memiliki (Manaroinsong, 2014).
muncul karena wali murid mendapatkan
kepuasan dari layanan PAUD. Kepuasan Fokus utama Activity Based Costing (ABC)
yang didapat menghasilkan citra yang adalah kegiatan. Identifikasi terhadap biaya
positif pada lembaga (Qomariah, 2012). pendidikan didasari oleh identifikasi
Kelima, layanan prima telah membuat RA terhadap kegiatan. Dalam praktiknya,
mengalami pengembangan kelembagaan. Activity Based Costing (ABC) merupakan
Eksistensi suatu lembaga akan salah satu metode manajemen pembiayaan
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam yang menerapkan konsep-konsep akuntansi
menyelenggarakan layanan pendidikan aktivitas untuk menghasilkan perhitungan
yang prima (Cheng, 2014). harga pokok dalam layanan PAUD secara
lebih akurat. Keakuratan berimplikasi pada
Penciptaan layanan prima dalam ketersediaan anggaran yang memadai untuk
penyelenggaraan PAUD dilakukan dengan melaksanakan kegiatan. Seluruh kegiatan
memenuhi keinginan dan kebutuhan serta pun dapat dilaksanakan secara efektif dan
merespons keluhan-keluhan dari wali efisien karena faktor ketersediaan anggaran
murid. Ketiganya merupakan bagian dari (Zainuddin & Isa, 2019). Efektivitas dan
orientasi pasar yang harus diperhatikan efisiensi kegiatan-kegiatan dapat mengarah
dan dipenuhi oleh organisasi (Murillo, pada pencapaian orientasi pasar pada wali
Pimenta, Hilletofth, & Reitsma, 2019). murid terkait dengan layanan PAUD yang
Pemenuhan dan respons tersebut diselenggarakan. Namun sayangnya di balik
ditunjukkan oleh pihak RA Masyithoh keberhasilan RA Masyithoh Mertasinga
Mertasinga Cilacap dengan Cilacap dalam menciptakan layanan prima
menyelenggarakan berbagai kegiatan. belum ada dukungan teknologi. Hasil
Pihak RA yakin ketika kegiatan-kegiatan penelitian menunjukkan layanan prima dapat
tersebut dilaksanakan secara optimal maka dicapai secara optimal ketika organisasi
keinginan, kebutuhan, dan keluhan dari mampu memanfaatkan teknologi
wali murid akan terpenuhi. Pemenuhan (Kulathunga & Perera, 2015).
tersebut dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan dan biaya yang digunakan Ada empat kunci keberhasilan dalam
dalam menyelenggarakan pelayanan (Adil, menciptakan layanan prima melalui praktik
2016). Activity Based Costing (ABC) di RA
Masyithoh Mertasinga Cilacap. Pertama,
Pihak RA pun menyadari bahwa untuk penerapan kepemimpinan demokratis oleh
melaksanakan layanan kegiatan tersebut kepala RA. Kepemimpinan menjadi faktor
dibutuhkan biaya. Berdasarkan hal itu yang dapat menentukan eksistensi dan masa
maka kegiatan penyusunan RAB depan suatu lembaga pendidikan. Lembaga
dilakukan berdasarkan perkiraan biaya pendidikan akan mampu menyelenggarakan
pada setiap kegiatan. Inilah yang disebut layanan yang baik dan terbaik ketika
dengan metode Activity Based Costing pemimpinnya memiliki karakter yang kuat,
(ABC) dalam praktek manajemen visioner, berani mengambil keputusan
pembiayaan PAUD. Hal menarik yang strategis serta memimpin dengan
didapat dari penelitian ini adalah bahwa kepemimpinan yang demokratis (Makruf,
pihak RA melibatkan wali murid yang 2017). Kuatnya kepemimpinan kepala RA
tergabung dalam kepengurusan komite akan berkontribusi terhadap peningkatan
kinerja guru. Kinerja guru yang meningkat Kegiatan pembiayaan PAUD dikatakan
akan menghasilkan penyelenggaraan bermutu jika pengelola lembaga PAUD
layanan PAUD yang prima (Aguswara & mengenal sumber-sumber pembiayaan
Rachmadtullah, 2017). dengan baik, melakukan pembukaan
keuangan secara tertib, memiliki
Kedua, penguatan kompetensi guru sebagai pengetahuan dan skill yang terkait dengan
SDM utama dalam menyelenggarakan manajemen pembiayaan yang transparan,
layanan prima. Kepala RA sebagai efisien, serta akuntabel (Soeharto, 2012).
pemimpin memberikan kesempatan kepada
guru untuk melanjutkan studi S2 serta SIMPULAN DAN SARAN
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan
secara eksternal. Sebagai seorang Ada lima langkah yang dilakukan untuk
supervisor, pimpinan di lembaga menciptakan layanan prima dalam
pendidikan harus mampu melayani guru penyelenggaraan PAUD melalui praktik
untuk mengembangkan kompetensinya ABC. Kelima langkah tersebut dilakukan
sehingga ia dapat menjadi guru yang secara sistematis. Secara garis besar
profesional dan mampu menyelenggarakan langkah yang dilakukan untuk
kegiatan pembelajaran yang kreatif. Selain, menghasilkan layanan PAUD yang prima
pimpinan di lembaga pendidikan juga harus melalui penerapan praktik ABC yaitu
mampu memotivasi para guru untuk bekerja menentukan kebutuhan konsumen,
secara produktif sehingga setiap target pada menentukan berbagai aktivitas untuk
setiap kegiatan dapat tercapai. Guru dapat memenuhi kebutuhan konsumen,
melakukannya manakala memiliki menetapkan anggaran, menggunakan
kompetensi pedagogi, profesional, sosial, anggaran sesuai dengan kebutuhan pada
dan kepribadian (Machali, 2019). setiap aktivitas, serta menyusun laporan.
Kompetensi yang dimiliki oleh para guru di Orang tua puas dengan adanya
suatu lembaga pendidikan akan menjadikan penyelenggaraan layanan PAUD yang
lembaga pendidikan memiliki kapasitas prima.
atau kemampuan yang jelas dalam upaya
perbaikan lembaga secara berkelanjutan Ada tiga yang direkomendasikan kepada
(Sukaningtyas, 2017). Untuk membentuk peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan di
seorang guru profesional dan bidang ilmu keluarga dan konsumen.
berkompetensi diperlukan pembinaan yang Pertama, penyusunan anggaran dalam
baik kepada guru yang dilakukan oleh penyelenggaraan layanan pendidikan bagi
kepala RA. masyarakat seyogyanya dilakukan secara
terbuka dengan memanfaatkan aplikasi e-
Ketiga, kebesaran hati kepala RA dan guru budgeting. Kedua, jenis kebutuhan pada
untuk memposisikan diri sebagai setiap aktivitas yang diidentifikasi dalam
“pelayan” bagi konsumen. Upaya yang Rencana Anggaran Belanja (RAB)
dilakukan adalah dengan mendengarkan seyogyanya ditentukan berdasarkan
apa yang diinginkan, apa yang dibutuhkan, kebutuhan dan harapan masyarakat. Ketiga,
dan apa yang dikeluhkan oleh konsumen. bagi peneliti berikutnya yang hendak
Kemudian memenuhinya dengan mengkaji tentang praktik Activity Based
melakukan upaya perbaikan berkelanjutan Costing (ABC) untuk menciptakan layanan
terhadap kegiatan-kegiatan pendidikan PAUD yang prima sebaiknya
yang telah dilaksanakan. Upaya perbaikan menghubungkan fokus kajiannya dengan
berkelanjutan pada dasarnya merupakan praktik kepemimpinan yang diterapkan oleh
upaya mendesain ulang kualitas layanan. pengelola lembaga PAUD.
dengan memperhatikan standar layanan
(Wilson, Keni, & Tan, 2019). Layanan DAFTAR PUSTAKA
yang berstandar itulah yang akan
menghasilkan proses serta hasil pendidikan Adil, A. (2016). Pengaruh kualitas pelayanan
yang bermutu (Muhtifah & Muskania, dan biaya terhadap kepuasan dan
2019). Keempat, adanya upaya dari pihak loyalitas pasien RSUD Kota Bogor.
RA untuk dapat menyelenggarakan proses Jurnal Aplikasi Manajemen, 14(3),
pembiayaan PAUD yang bermutu. 432–441. doi:https:
//doi.org/10.18202/ factors for learning toward quality
jam23026332.14.3.04 improvement in private islamic senior
high schools in Yogyakarta. Jurnal
Adiyanto. (2019, Juli 21). RA berdaya
Pendidikan Islam, 7(2), 317–
saing di Cilacap [Recorder].
335.
Aguswara, W. W., & Rachmadtullah, R. doi:https://doi.org/10.14421/jpi.2018.7
(2017). Pengaruh gaya kepemimpinan 2.31 7-335
kepala sekolah dan iklim organisasi
Makruf, I. (2017). Leadership model
dengan kinerja guru pendidikan anak
in integrated islamic educational
usia dini. JPUD - Jurnal Pendidikan
institutions. Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 11(2), 369–385.
Islam, 6(2), 331.
doi:https://doi.org/10.21009/
doi:https://doi.org/10.14421/jpi.2017.6
JPUD.112.14
2.33 1-348
Aisyiyah, N., Hartoyo, H., & Krisnatuti,
Maryani. (2019, Agustus). Masalah dan
D. (2019). Analisis perilaku
tantangan penyelenggaraan RA di
komplain konsumen online
Kabupaten Cilacap [Recorder].
shopping. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Konsumen, 12(3), 248–259. Maryani. (2019a). Rencana anggaran
doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2019. belanja RA Masyithoh Mertasinga
12.3. 248 Cilacap. RA Masyithoh Mertasinga
Cilacap.
Cheng, B. L. (2014). Service quality and
the mediating effect of corporate image Maryani. (2019b). Buku induk siswa. RA
on the relationship between customer Masyithoh Mertasinga Cilacap.
satisfaction and customer loyalty in the
Malaysian Hotel Industry. Gadjah
Mada International Journal of
Business, 15(2), 99.
doi:https://doi.org/10.22146/gamaijb.5
474
Hariandja, E. S., Simatupang, T. M.,
Nasution,
R. A., & Larso, D. (2014). Dynamic
marketing and service innovation for
service excellence. Gadjah Mada
International Journal of Business,
16(2),
143.
doi:https://doi.org/10.22146
/gamaijb.5461
Kulathunga, D., & Perera, W. L. M. V.
(2015). Impact of self service
technology quality on customer
satisfaction: A case of retail banks in
Western Province in Sri Lanka.
Gadjah Mada International Journal of
Business, 17(1), 1. doi:https://doi.org
/10.22146/gamaijb.6147
Moleong, L. J. (2012). Metodologi
penelitian kualitatif. Bandung, ID:
Rosda.
Machali, I. (2019). Managing quality of
learning in islamic schools:
An analysis of contributing

Anda mungkin juga menyukai