dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
peningkatan professional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan
peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran
Terdapat anggapan bahwa membicarakan pembiayaan pendidikan tidak terlepas dari persoalan
ekonomi pendidikan. Elchanan Cohn mengemukakan ekonomi pendidikan pada dasarnya berkenaan
dengan produktivitas pendidikan, distribusi pendidikan bagi kelompok dan individu, dan persoalan
berapa banyak biaya yang semestinya dikeluarkan untuk pendidikan dan jenis pendidikan apa yang
nantinya akan dipilih oleh masyarakat.15 Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisis
sumber-sumber saja, tetapi penggunaan data secara efisien. 14 Nanang Fattah, Ekonomi dan
Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2000), h. 112. 15 Mulyono, Op.Cit., h. 83. 16 Dengan
kata lain lebih banyak tujuan program yang dicapai dengan anggaran yang tersedia. Melihat bahwa
pendidikan melibatkan banyak orang dan uang, baik dalam jumlah siswa maupun tenaga kerja yang
terlibat, demikian juga dilihat dari jumlah anggarannya. Seperti halnya pembiayaan untuk
menyelenggarakan pendidikan di sekolah, proses penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
perlu didukung biaya yang memadai sehingga menjamin kelancaran berbagai kegiatan yang
diselenggarakan. Pembiayaan pendidikan pada dasarnya menitikberatkan pada upaya
pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus ditanggung oleh masyarakat. Maka dari
penjelasan di atas dapat disintesakan bahwa pembiayaan pendidikan adalah sebuah analisis dari
sumbersumber pendapatan (revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang diperuntukan
sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan.
prinsip-prinsip yang terdapat dalam mengelola pembiayaan dan keuangan di sekolah adalah sebagai
berikut: a. Transparasi Di lembaga pendidikan transparasi berarti adanya keterbukaan dalam
manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,
rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Contohnya yang bebas diketahui oleh semua
warga sekolah dan orang tua yaitu Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). b.
Akuntabilitas Yaitu kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya
dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam
manajemen keuangan, akuntabilitas berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai perencanaan yang telah ditetapkan. Terdapat 3 syarat penting agar
tebangunnya akuntabilitas, antara lain: 1) Adanya transparasi para penyelenggara sekolah 2) Adanya
standar kerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas 18 3) Adanya
partisipasi dalam pelayanan masyarakat c. Efektifitas Menurut Garner dalam mendefinisikan
efektifitas lebih dalam lagi karena tidak terhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif
hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Manajemen keuangan dikatakan efektif kalau
kegiatan yang dilakukan dengan mengatur keuangan untuk membiayai aktifitas dalamr angka
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana
yang telah di tetapkan. d. Efisiensi Masih menurut Garner, bahwa efisiensi berkaitan dengan
kuantitas hasil suatu tujuan. Atau perbandingan daya dan hasil. Daya yang dimaksud adalah meliputi
tenaga, pikiran, waktu, dan biaya.
https://repository.uin-suska.ac.id/13156/7/7.BAB%20II_2018384ADN.pdf
Pengefektifan Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Pengefektifan Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Pengelolaan pendidikan semakin berkembang dalam banyak hal, termasuk strategi pembiayaan yang
semakin ketat karena harus mencapai derajat mutu pendidikan yang terbaik. Salah satu faktor yang
cukup memberikan pengaruh terhadap mutu dan kesesuaian pendidikan adalah anggaran pendidikan
yang memadai. Persoalan anggaran pendidikan ini akan menyangkut besarnya anggaran dan alokasi
anggaran (Hasbullah 2010:45). Dengan adanya anggaran pendidikan sebuah lembaga pendidikan
dapat menyusun alokasi dana yang dibutuhkan untuk menopang seluruh kegiatan sehingga sesuai
dengan target yang diharapkan.
Pembiayaan pendidikan memang sangat mahal dengan asumsi jika kita menginginkan sebuah
lembaga yang berkualitas maka harus didukung dengan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan, peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, dana operasioanl yang
cukup, kenyamanan bagi kegiatan pembelajaran peserta didik dan fasilitas yang lengkap. Hal ini akan
dapat terwujud apabila ditunjang dengan anggaran yang memadai. Kenyataan tersebut telah
dibuktikan oleh lembaga pendidikan yang ada disekitar kita dengan adanya kemapanan biaya sebuah
lembaga pendidikan dapat memenuhi kebutuhan sesuai standar pengelolaan pendidikan. Sehingga
dapat menopang proses pembelajaran yang maksimal dengan harapan dapat menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Namun sebuah pembiayaan yang tepat tidak mungkin terjadi apabila kita tidak
memiliki dasar atau pengetahuan tentang itu.
Pembiayaan pendidikan sangat penting untuk perencana pendidikan dan para pembuat kebijakan
pendidikan (Kisbiyanto 2008:102). Untuk dapat menentukan rencana pembiayaan yang tepat maka
kita harus memiliki ilmu dan mau mempelajari tentang dasar pembiayaan pendidikan, ruang lingkup
pembiayaan pendidikan dan karakteristik biaya pendidikan. Apabila kita memiliki ilmu tentang dasar
pembiayaaan pendidikan, ruang lingkup pembiayaan pendidikan dan karakteristik pembiayaan
pendidikan dapat membuat estimasi yang tepat dan mampu memilah kebutuhan yang harus
diutamakan. Studi tentang pendidikan semakin difokuskan pada aspek-aspek yang sangat detail
seiring dengan semakin komplek dan detailnya permasalahan dalam pendidikan yang membutuhkan
solusi dan alternatif inovasinya. Di dalam kajian manajemen pendidikan juga demikian halnya. Aspek
perencanaan pendidikan, efisiensi, efektifitas, produktifitas baik yang menyangkut man, money,
material maupun method perlu mendapat kajian terfokus dan mendalam.
Isu-isu tentang ekonomi pendidikan atau pembiayaan pendidikan semakin tajam bergulir dan
mendapatkan banyak perhatian dari berbagai kalangan. Lebih-lebih tentang anggaran 20% dalam
APBN dan APBD yang telah diundangkan dan terus diperjuangkan, peningkatan kesejahteraan guru
dan subsidi pendidikan dalam bentuk BOS, BOMM atau bantuan lainnya. Tentu saja, praktik-praktik
kebijakan anggaran itu selalu saja belum sesuai ideal dengan konsep dan teori pembiayaan
pendidikan. Dalam perspektif makro, pembiayaan pendidikan memang tidak habis dikaji dan belum
ideal dalam kenyataan. Namun dalam banyak kesempatan, para ahli manajemen selalu berusaha
memberikan pendapat sesuai keahliannya dalam mengatasi kesenjangan tersebut.
Dalam kajian manajemen pendidikan, tuntutan peningkatan anggaran pendidikan bisa dilihat dari
sudut yang bermacam-macam sesuai dengan metode atau teknik analisis. Buku Economics of
Education Research and Studies (1987) oleh George Psacharopoulos (editor) memuat antara lain tema
tentang Cost Analysis in Education yang ditulis oleh M. Woodhall (hal 393-399). Beberapa catatan
penting yang ditekankan dalam pembahasan buku tersebut sangat baik untuk dikaji terutama tentang
cost analysis dalam pendidikan, sebagai berikut :
b. Definisi Pendidikan
Teori pendidikan merupakan pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan
dilaksanakan. Sedangkan pendidikan praktis merupakan pelaksanaan pendidikan secara kongkrit.
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Teori pendidikan memiliki syarat-syarat agar berpikir lurus dan
benar, diskriptif dan menjelaskan (Kisbiyanto 2010:20).
Dilihat dari sumber-sumbernya, biaya pendidikan pada tingkat makro (nasional) berasal dari
(Supriyadi 2003:5) :
1. Pendapatan negara dari sektor pajak
2. Pendapatan negara dari sektor non pajak
3. Keuntungan dari ekspor barang dan jasa
4. Usaha-usaha negara lainnya termasuk dari investasi saham pada perusahan negara (BUMN)
5. Bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman dari luar negeri
3. Karakteristik Biaya Pendidikan
Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan pendidikan adalah (Suharsimi
2008:320-321) :
Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan pendidikan dinyatakan dalam satuan
unit cost, yang meliputi:
1. Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas yang dikeluarkan
untuk peyelenggaraan pendidikan termasuk gedung, halaman sekolah, lapangan, gaji guru, gaji
personil, pembiayaan bahan dan alat dihitung keseluruhan program baik yang tergolong dalam
kurikulum maupun ekstrakurikuler.
2. Unit cost setengah lengkap, yaitu hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang berkenaan
dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka waktunya berbeda.
3. Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan melakukan memperhitungkan
biaya yang langsung berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar menyangkut buku, alat pelajaran
dan alat peraga. Dengan memperhitungkan unit cost ini maka diketahui manakah diantara bidang-
bidang pelajaran yang diberikan di suatu sekolah yang paling mahal unit cost-nya.
Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia. Pendidikan
dapat dikatakan sebagai human investment, yang artinya biaya terbesar diserap oleh tenaga manusia.
Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah.
Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya sekolah kejuruan
lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum.
Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun.
4. Implementasi Biaya Pendidikan dalam Lembaga Pendidikan
Pemahaman terhadap penentuan biaya pendidikan sangatlah penting untuk menentukan besarnya
biaya pendidikan yang dikeluarkan. Standar pembiayaan sekolah/madrasah digunakan untuk
membiayai kegiatan yang sesuai dengan standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan
standar penilaian.
Jadi biaya adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian semua sumber-sumber daya yang
diperlukan dalam pembuatan produk dan biaya yang dikeluarkan untuk penghasilan barang dan jasa
hingga produk atau barang dan jasa tersebut siap untuk dijual dan memperoleh pendapatan. Karena
kita ada di dalam dunia pendidikan maka biaya yang dikeluarkan adalah untuk kegiatan peserta didik
agar nantinya sebagai sebuah out put atau produk benar-benar berkualitas dan diminati oleh
masyarakat.
Pendidikan adalah sebagai suatu proses yang dapat menumbuhkan pengetahuan baru bagi manusia ,
peningkatan keahlian dan perilaku yang positif melalui pengalaman, pembelajaran dan pelatihan.
Pembiayaan pendidikan adalah sebagai sebuah proses untuk membiayai segala hal yang dibutuhkan
untuk memenuhi seluruh kegiatan dalam pendidikan baik yang bersifat langsung ataupun tidak
langsung. Klasifikasi biaya pendidikan dapat digolongkan menjadi biaya langsung dan tidak
langsung , biaya pribadi dan biaya sosial, biaya monenter dan moneter serta biaya rutin dan biaya
investasi, karakteristik biaya pendidikan :
Biaya pendidikan selalu naik
Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia
Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah
Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan
Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun.
Analisis Harga dalam Pendidikan
Pembiayaan pendidikan sangat penting bagi para perencana pendidikan dan para pembuat kebijakan
pendidikan. Namun ada beberapa perbedaan pemahaman dan pemaknaan tentang definisi dan batasan
tentang pembiayaan pendidikan. Berikut ini ada beberapa hal yang menjadi konsep dalam analisis
pembiayaan pendidikan, antara lain :
1. Harga Uang dan Harga Kesempatan (Money Cost and Opportunity Cost)
Banyak in put dalam pendidikan dapat dihitung atau diukur dalam bentuk uang atau berbagai bentuk
sumber daya, antara lain waktu atau kesempatan guru, siswa, staf administrasi, buku-buku, kurikulum,
peralatan dan gedung serta sarana lainnya. Dalam keseharian, istilah cost memang sangat cenderung
menunjuk pada uang atau pembiayaan dalam bentuk satuan keuangan. Namun dalam hal ini,
meminjam ilmu ekonomi juga menyebut istilah opportunity cost. Sebagai contoh, mestinya
pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan bidang kesehatan atau pembangunan
bidang pertanian. Namun, pemerintah lebih mengutamakan proyek pembangunan perguruan tinggi
atau sekolah yang merupakan kesempatan bagi penyiapan tenaga terampil dalam kesehatan dan
pertanian. Jadi ada nilai kesempatan (opportunity) dengan pembangunan sarana pendidikan tersebut.
Money cost menunjuk pada harga dalam nilai uang seperti pada umumnya sedangkan opprtunity cost
menunjuk pada harga suatu sumber daya tertentu yang pada akhirnya merepresentasikan harga uang
dalam pengadaannya. Tentu saja, konsep tentang opportunity cost lebih luas dari pada konsep money
cost. Sebagai misal, waktu seorang guru mengajar pada hakekatnya merupakan suatu kesempatan
yang mempunyai nilai tertentu. Seandainya waktu tersebut digunakan untuk mengerjakan pekerjaan
berdagang atau lainnya, mungkin akan menghasilkan uang yang banyak. Dengan demikian, waktu
untuk mengajar itu mempunyai nilai yang besar.
Karena itu, guru digaji dengan pantas, karena bisa jadi kesempatan itu bisa digunakan untuk pekerjaan
lain di luar kegiatan mengajar jika ia menghendakinya.
Yang kedua, jika harga dihitung per lulusan, maka akan nampak rata-rata satuan harga per lulusan.
Pertimbangan lain dalam menghitung average cost misalnya dengan banyaknya jam atau waktu setiap
siswa dalam mengikuti pendidikan.
Marginal cost merupakan additional cost yang dimungkinkan untuk satu peserta didik tambahan atau
jika suatu saat ada siswa tambahan yang mendaftarkan diri masuk mengikuti program pendidikan.
Sehingga marginal cost merupakan batas harga maksimal yang dimungkinkan dalam suatu
pendidikan.
Salah satu faktor terpenting dalam pembiayaan pendidikan adalah tingkat penggajian guru (the level
of teacher salary). Lebih-lebih di negara berkembang, faktor penting dalam pembiayaan pendidikan
adalah angka pertumbuhan populasi penduduk (the rate of population growth). Bahkan faktor ini
diangap sangat krusial bagi negara berkembang yang pada umumnya mempunyai penduduk yang
banyak dan kurangnya kesempatan kerja. Studi Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) menunjukkan bahwa salah satu faktor penting pembiayaan pendidikan adalah
kecenderungan penduduk atau faktor demografi dan kecenderungan perubahan masyarakat
memasukkan anak sebagai siswa di suatu sekolah. Selain itu, perubahan dalam kebijakan sistem
pendidikan juga menjadi faktor dalam pembiayaan pendidikan.
5. Hubungan In put dan Out Put dalam Pendidikan (In put-Out put Relationships in
Education)
Perbandingan antara in put dan out put dalam pendidikan mempunyai berbagai macam dan bentuk.
Hubungan antara in put dan out put bisa dianalisis dengan arti fungsi produktifitas pendidikan (mean
of a production function). Namun kesulitan dalam menilai produktifitas pendidikan terletak pada
penilaian fisik dari produk, karena pendidikan berbeda dengan produksi barang yang mudah diukur
secara fisik kebendaan. Selain ukuran produktifitas (productivity measurement), hubungan in put dan
out put juga bisa dianalisis dengan analisis efektifitas biaya (cost-effectiveness analysis).
9. Kegunaan Analisis Harga dalam Perencanaan Pendidikan (The Use of Cost Analysis in
Educational Planning)
Tidak ada satu saja tipe cost analysis yang paling bagus, melainkan adabanyak cost analysis yang
relevan dan aplikabel dalam pendidikan.
Apalagi dewasa ini lembaga pendidikan dituntut untuk lebih maju dalam berbagai aspek, khususnya
masalah mutu. Salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah sumber
dana yang mencukupi. Dengan dana yang sesuai, maka dimungkinkan sekolah akan dapat
meningkatkan kualitasnya. Sebaliknya, dana yang kurang, cenderung membawa kendala-kendala bagi
sekolah untuk lebih maju dan lebih berkualitas.
Sejak digulirkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku 1 Januari 2001,
wacana desentralisasi pemerintahan banyak mendapat kajian. Pendidikan termasuk bidang yang
didesentralisasikan ke pemerintah kota/kabupaten. Melalui desentralisasi pendidikan diharapkan
permasalahan pokok pendidikan yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan manajemen,
dapat terpecahkan. Cukupkah desentralisasi pendidikan pada tingkat pemerintah kota/kabupaten?
Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan tidak cukup hanya pada
tingkat kota/kabupaten. Desentralisasi pendidikan untuk mencapai otonomi pendidikan yang
sesungguhnya harus sampai pada tingkat sekolah secara individual. Ujung-ujung dari desentralisasi
pendidikan adalah kebijakan, khususnya tentang pembiayaan pendidikan (Bray 1996).
Pembiayaan sebagai salah satu komponen sistem pendidikan memerlukan kajian pemikiran yang lebih
mendalam dan penelitian yang lebih cermat, upaya menggunakan dana secara tepat untuk suatu
pengeluaran pendidikan yang tidak dapat dihindarkan, inheren pada hasil dan dapat diduga
sebelumnya adalah salah satu usaha untuk menempatkan biaya pendidikan yang tepat dan sebenar-
benarnya. Sehingga akan terlihat secara langsung pengaruhnya terhadap kuantitas maupun kualitas
hasil pendidikan (Idochi 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch Idochi. 2003. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.
Bandung:CV. Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:Aditya
Media.
Bray, Mark. 1996. Decentralization of Education: Community Financing. Washington, DC:
The Worl Bank.
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung:Rosda Karya.
Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/public-speaking/2061447-defenisi-biaya-
menurut-para-ahli/#ixzz3CQ2HsWH6, dikutip 25 Pebruari 2014.
Idochi A, Moch. 2003. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Kisbiyanto, 2008. Analisis Pembiayaan dalam Pendidikan, Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam, Edukasia , Kudus, Juli – Desember 2008.
Kisbiyanto. 2010. Ilmu Pendidikan. Kudus:Penerbit Nora Media Enterprise.
Mulyono. 2010. Konsep Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta:Ar Ruzz Media.
Supriyadi, Dedi. 2003. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:Rosda
Karya.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/03/pengefektifan-manajemen-pembiayaan.html
-Abdulrachman (1973), Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang
mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.
-Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang daripada hal-hal
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.
-Terry (1975), Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan
asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan
tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
-Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan-tujuan dan
menguraikan bagaimana cara pencapainnya.
-Soekartawi (2000), Perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumber daya yang
tersedia.
Tahap 2 : Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari tujuan yang hendak
di capai atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena
tujuan dan rencana menyangkutwaktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa,
rencanadapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua inimemerlukan
informasi-terutama keuangan dan data statistik yang didapat melaluikomunikasi dalam organisasi
Tahap 3 :Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dankelemahan serta kemudahan
dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan ekstern yang dapat membantu organisasi
mencapai tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi
keadaan,masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalahbagian esensi
dari proses perencanaan
Tahap 4 : Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuanTahap terakhir dalam
proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagaialternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian
alternatif-alternatif tersebut danpemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif
yang ada.
Perencanaan operasional
Perencanaan operasional umumnya merupakan turunan/terjemahan dari tujuan umum perusahaan dalam rentang
waktu tertentu (selama satu tahun umpamanya) berikut rencana stragtegis yang sudah ditetapkan oleh
manajemen. Walau demikian perencanaan operasional dapat juga digunakan oleh individu untuk keperluan
pribadinya, bahkan dianjurkan agar pekerjaannya terarah dan terorganisir dengan baik.
Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya pada operasi sekarang (jangka
pendek) dan terutama berkenaan dengan tujuan mencapai efisiensi.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan
perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit
dibandingkan dengan perencanaan strategi. Rencana operasional disusun oleh unit-unit atau individu staf yang
ada dalam struktur organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing. Contoh dari rencana operasional antara lain: pengembangan kegiatan kurikuler, pengembangan
kegiatan kesiswaan, peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan sebagainya. Rencana operasional berfungsi
sebagai alat yang digunakan oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin bahwa program
pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan
kegiatan semesteran, bulanan, mingguan, dan harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana Anggaran
dan Belanja tahunan.
Perencanaan operasional yang khas :
1. Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan metode dan teknologi
yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
2. Perencanaan keuangan (Financial Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan
untuk aktivitas operasional
3. Perencanaan Fasilitas (Facilites Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan fasilitas&layout pekerjaan
yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.
4. Perencanaan pemasaran (Marketing Plans): Berhubungan dengan keperluan penjualan dan distribusi
barang/jasa.
5. perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian
dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.
perencanaan strategi
Rencana Strategis (Renstra) adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin di capai dalam kurun
waktu 1 (Satu) tahun sampai dengan 5 (Lima) tahun dan disusun berdasarkan pemahaman terhadap lingkungan
strategik baik dalam skala nasional, regional maupun lokal dengan memperhitungkan potensi, peluang dan
kendala yang ada atau timbul serta memuat visi dan misi sebagai penjabaran dalam membina unit kerja serta
kebijaksanaan sasaran dan prioritas sasaran sampai dengan Tahun 2008.
Komponen Perencanaan Startegis yang tetap dipertahankan dan mengacu pada Pola dasar dan Program
Pembangunan Daerah adalah visi, misi dan strategi utama, serta yang menjadi perhatian kelembagaan Kantor
Pengolahan Data Elektronik Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah Pembangunan dan Pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Daerah dalam jangka waktu 5 (Lima) tahun mendatang.
Factor waktu dan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perencanaan dalam tiga hal, yaitu:
1. waktu sangat diperlukan untuk meaksanakan perencanaan efektif
2. waktu sering diperlukan untk melanjutkan setiap langkah perencanaan
tanpa informasi lengkap tentang variable-variabel dan alternatif-
alternatif, karena waktu diperlukan untuk mendapatkan data dan
memperhitungkan semua kemungkinan.
3. jumlah waktu yang akan dicakup dalam rencana harus dipertimbangkan
Tipe-tipe tujuan
1. Tujuan kemasyarakatan (societal goals). Masyarakat pada umumnya, contohnya memproduksi barang dan
jasa, mempertahankan pesanan, mengembangkan dan memelihara nilai-nilai budaya, dan sebagainya.
2. Tujuan keluaran (output goals). Publik dalam hubungannya dengan organisasi, contohnya barang-barang
konsumen, jasa-jasa bisnis, pemeliharaan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
3. Tujuan sistem (system goals). Pernyataan atau cara pelaksanaan fungsi organisasi, tidak tergantung pada
barang atau jasa yang diproduksi atau tujuan yang diambil, contohnya penekanan pada pertumbuhan, stabilitas,
laba atau cara-cara pelaksanaan fungsi, seperti menjadi ketat atau longgar dikendalikan dan disusun.
4. Tujuan produk atau tujuan karakteristik produk (products goal). Berbagai karakteristik barang- barang atau
jasa-jasa yang diproduksi, contohnya penekanan pada kualitas atau kuantitas, gaya, ketersediaan, keunikan,
keanekaragaman atau pembaharuan produk.
5. Tujuan turunan (derived goals). Tujuan digunakan organisasi untuk meletakkan kekuasaannya dalam
pencapaian tujuan-tujuan lain.
2.Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di
bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi
Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
3.Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita
menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4.Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengan munculnya
fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai
dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan
5. Melatih mental bicara di publik : mental berbicara didepan umum tidak setiap orang bisa peroleh dengan
mudah, harus dengan pelatihan lama dan berkala. Sebuah organisasi, kelompok belajar, atau kelompok studi
ilmiah bagi para mahasiswa adalah sebuah wadah yang tepat untuk pengembangan public speaking.
6. Mudah memecahkan masalah : karena dalam sebuah organisasi permasalahan adalah hal yang sangat sering
terjadi, entah karena perbedaan pendapat atau permasalahan dalam segi fiskal sebuah kelompok. Pemecahan
dari setiap permasalahan yang ada mengajarkan bagaimana harus bersikap dan menyikapi permasalahan yang
ada dalam kehidupan masyarakat yang lebih kompleks dan majemuk.
1. Patokan Bagi Kegiatan bagi kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi, melalui penggambaran hasil-hasil
di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa
yang harus dan tidak harus dilakukan
2. Sumber Legitimasi dengan meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, berguna untuk
meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkansumber daya dan dukungan dari lingkungan di
sekitarnya
4. Sumber Motivasi untuk mendorong anggota lainnya dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan
memberikan intensif bagi anggota yang melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di atas
standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat mendorong para anggota lainnya.
5. Dasar Rasional Pengorganisasian, tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi yang
saling berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
https://yuharariskiyah.wordpress.com/2013/11/28/definisi-perencanaan-menurut-para-ahli/