Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ADMINISTRASI KEUANGAN

Dosen Pengampu:Popy Rahman M.Pd

Disusun Oleh:

Novel Ramadhani (0411)

Siti Halimah (0424)

Sylfiya Annafisah (0436)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN-PROBOLINGGO

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana
berkat rahmat dan hidayat nya kita bisa di berikan kesehatan wal’afiat.

Sholawat serta salam tak upa kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW.Yang mana berkat beliau kita dapat membedakan mana yang Haq dan mana yang
batil. Dengan waktu yang singkat ini kami akan membahas tugas mata kuliah tentang
mata kuliah”ADMINISTRASI KEUANGAN”,yang berjudul “Teori Motivasi”.

Dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Namun terlepas
dari itu kami menyadari makalah ini tidak sempurna,sehingga kami mengharap saran dan
kritik agar supaya kami bisa membuat makalah ini dengan lebih baik lagi.

Kraksaan,25 April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG…………………………………………………..1
2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………..2
3. TUJUAN………………………………………………………………...3

BAB 11 PEMBAHASAN

1. Konsep Pembiayaan Pendidikan………………………………………...4


2. Jenis Biaya Pendidikan………………………………………………….5
3. Model-Model Pembiayaan Pendidikan………………………………….6
4. Biaya Dan Mutu Pendidikan…………………………………………….7

BAB 111

KESIMPULAN………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Administrasi keuangan adalah penentuan kebijakan dalam pengadaaan dan
penggunaan keuangan untuk mewujudkan organisasi kerja yang berupa
perencanaan,pengaturan,pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan.
Pelaksaan administrasi keuangan merupakan suatu proses yang membantu
kebujakan segala pencatatan keluar masuknya uang dalam rangka membiayai
kegiatan sekolah. Kegiatan administrasi keungan berupa penataan pembukaan
keungan,bukti pengeluaran yang sah dan di pertanggungjawabannya.
The Liang Gie,mengatakan administrasi keuangan adalah suatu proses
perencanaan dan penyediaan serta penggunaan uang dalam perusahaan atau
organisasi,administrasi keuangan merupakan kegiatan dalam bentuk penataan
keuangan,yang mencakup penyusunan subuah anggaran belanja dan penentuan
sumber dana serta cara pemakaian hingga pembukuan.
Pelaksaan administrasi keuangan yang baik dapat berdampak positif pada
prodiktivitas dan suasana kerja dalam sebuah perusahaan,maka pengelolaan
keuangan di suatu perusahaan akan tertata dengan baik dan dapat mengahasilkan
output yang lebih baik bagi setiap perusahaan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep pembiayaan pendidikan?
2. Apa saja jenis-jenis biaya pendidikan?
3. Apa saja model-model pembiayaan pendidikan?
4. Apa yang dimaksud dengan biaya dan mutu pendidikan?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui konsep pembiayaan pendidikan
2. Untuk mengetahui jenis biaya pendidikan
3. Untuk mengetahui model-model pembiayaan pendidikan
4. Untuk mengetahui biaya mutu pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembiayaan Pendidikan

Biaya merupakan suatu unsur yang menentukan dalam mekanisme penganggaran.


Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisensi dan efektivitas kegiatan dalam
suatu organisasi yang akan mencapai tujuan tertentu. Kegiatan yang dilaksanakan dengan
kegiatan yang rendah dan hasilnya mempunyai kualitas yang baik dapat dikatakan
kegiatan tersebut dilaksanakan secara efisien dan efektif. Pembiayaan pendidikan adalah
segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber,penggunaan,dan
pertanggungjawaban biaya di sekolah atau lembaga pendidikan. Menurut Tiaar,konsep
biaya adalah keseluruhan biaya dan upaya yang diserahkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan dan dalam kenyataan bahwa kegiatan pendidikan merupakan
bentuk pelayanan masyarakat. Dapat dikatakan behwa biaya pendidikan merupakan
tanggung jawab masyarakat dalam erluasan dan fungsi dari system pendidikan.1

Mulyono mengutip pernyataan Cohn, Jone, dan Thomas bahwa dalam arti luas biaya
pendidikan meliputi dua buah komponen, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa, yaitu berupa
pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri. Sementara biaya tidak
langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbangkan oleh siswa selama
belajar.2

Secara eksplisit kewenangan dan alokasi biaya pendidikan ini disebutkan dalam UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 29: “Biaya pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari

1
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, cetakan pertama, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal. 82
2
Ibid., hal. 24

2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).3

Mengenai penganggaran pendidikan juga tertuang dalam PP No 48 tahun 2008


tentang Penganggaran Pendidikan dinyatakan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Biaya pendidikan dibagi menjadi 3,
yaitu:

a. Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat


satuan pendidikan yang meliputi biaya investasi, biaya operasional, bantuan biaya
pendidikan dan beasiswa.
b. Biaya Penyelenggaraan dan/ atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya
penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemprov,
pemko/ pemkab, atau penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat/ Yayasan.
c. Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya operasional yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Dalam pembiayaan pendidikan ada dua factor yang sangat berpengaruh didalamnya,
yaitu factor eksternal dan factor internal. Factor eksternal terdiri dari berkembangnya
demokrasi pendidikan, kebijakan pemerintah, tuntutan akan pendidikan, dan adanya
inflasi. Sedangkan factor internalnya adalah tujuan pendidikan, pendekatan yang
digunakan, materi yang disajikan, dan tingkat dan jenis pendidikan.4

Dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik


sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran


b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.
c) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.

3
UU No. 23/2003 tentang SISDIKNAS
4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UNY, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2010), hal.
88

3
d) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
e) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang
f) Melakukan revisi usulan anggaran
g) Persetujuan revisi usulan anggaran
h) Pengesahan anggaran

Perlu diketahui bahwa dalam organisasi skala kecil, anggaran biasanya disusun oleh
staf pimpinan atau atasan dari suatu bagian. Sedangkan dalam organisasi skala besar,
penyusunan anggaran diserahkan kepada bagian, seksi atau komisi anggaran yang secara
khusus merancang anggaran.

B. Jenis Biaya Pendidikan


Konsep penting dalam pembiayaan pendidikan adalah masalah biaya,pendidikan yang
sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya pada lembaga pendidikan
meliputi: Pembiayaan pendidikan pada tataran makro (nasional) maupun mikro (sekolah),
dikenal beberapa jenis biaya pendidikan yakni biaya langsung (direct cost) dan tak
langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost) dan biaya sosial (social cost), biaya
dalam bentuk uang (monetary cost) dan biaya bukan dalam bentuk uang (non-monetary
cost). Pada dasarnya, pembiayaan pendidikan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
antara lain:5
a) Biaya Langsung

Biaya langsung merupakan pengeluaran uang secara langsung yang membiayai


jalannya proses penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat, termasuk biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan proses
pendidikan. Biaya pendidikan juga dapat dikatakan sebagai biaya yang secara langsung
menyentuh aspek dan proes pendidikan Biaya rutin (recurrent cost). Biaya rutin
merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pendidikan
selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang pelaksanan program
pengajaran, pembayaran gaji guru, personil sekolah, administrasi kantor, pembelian alat-

5
Syahputra,M.R.,& Daryanto,E. pembiayaan pendidikan (Mts Islamiyah Ypi Batangkuis Kab. Deli
Serdang).Educandum,2018,hlm.11(2)

4
alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, pemeliharaan dan perawatan
sarana dan prasarana sekolah, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun
siswa sendiri.6

b) Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung merupakan biaya yang pada umumnya, biaya pengeluaran yang
tidak secara langsung menunjang proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Biaya tidak
langsung memiliki beberapa jenis antara lain:

1) Biaya Pribadi (private cost), adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk
membiayai sekolah anaknya.
2) Biaya masyarakat (social cost), adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk membiayai sekolah (di dalamnya termasuk biaya pribadi).
3) Semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak
langsung yang dikeluarkan untuk biaya pendidikan
4) Semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam bentuk uang, meskipun didalamnya
terdapat nilai dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung yang
dikeluarkan unutk kegiatan Jurnal Intelegensia pendidikan.
C. Model-Model Pembiayaan Pendidikan

Sumber pembiayaan pendidikan yang melimpah tidak menjadi jaminan bagi


peningkatan mutu, jika tidak direncanakan, salah sasaran, salah pengelolaan, tidak ada
pengawasan, akuntabilitas rendah, sanksi yang tidak tegas yang diberikan bagi
penyeleweng, sehingga tidak ada efek jera dan moral yang rendah, dan alasan lainnya
dalam pengelolaan biaya pendidikan.7 Model manajemen pembiayaan pendidikan di
Indonesia sebenarnya merupakan modifikasi dan gabungan dari berbagai model
pembiayaan pendidikan di Negara lain di dunia. Model -model pembiayaan pendidikan
itu pada prinsipnya memiliki dua sisi yaitu sisi pengalokasian dan sisi penghasilan. 8
Terkait dengan model pembiayaan pendidikan, bahwa terdapat 4 (empat) model
pembiayaan pendidikan, yaitu:
6
Aulia,D.,Ayu,S.F.,& Nefonafratilova,N. Analisis Perbandingan Biaya Langsung (Direct Cost).dan Biaya
Tidak Langsung(Indirect Cost)Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia,(2017),hlm.2(2)
7
Ferdi,W.P. Pembiayaan Pendidikan:Suatu kajian teoritis,Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
(2013),19(4),hlm.565-578.
8
Rida Fironika,K. Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidkan Dasar UNISSULA,
(2015),2(1),hlm,44.

5
1) Subsidi penuh dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
2) Pendidikan gratis pendidikan tinggi diberikan kepada peserta didik sampai usia
tertentu.
3) Pendidikan gratis diberikan sampai SMA, dan pendidikan tinggi tetap membayar
SPP sekalipun masih menerima subsidi.
4) Semua jenjang pendidikan wajib membiayai diri sendiri.

D. Biaya Mutu Dan Pendidikan

Sumbangan pendidikan terhadap bangsa bukan hanya sekedar penyelenggaran


pendidikan, tapi pendidikan yang bermutu dari sisi input, proses, output, dan outcome.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat
lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Oleh karena
itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi
tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Beberapa faktor yang
berkenaan dengan input pendidikan dapat dikelompokkan kedalam faktor rumah atau
keluarga, faktor sekolah, dan faktor siswa. Diantara ketiganya, sekolah merupakan
komponen input yang paling erat hubungannya dengan kebijakan pendidikan. Proses
dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
input institusi pendidikan (guru,siswa,kurikulum,uang,peralatan,dan lain
sebagainya),dilakukan secara harmonis,sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi
dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.


Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang
sesuatu dari hasil proses disebut output. Dampak dari tidak memadainya anggaran yang
dialokasikan untuk lembaga pendidikan juga berimbas pada proses dan output
pendidikan. Proses pendidikan yang seharusnya bisa menghasilkan output yang bermutu
kandas oleh factor sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai akibat dana
yang tersendat.

6
Fakta mengatakan bahwa sejak dilaksanakan desentralisasi tahun 2001, yaitu
penyerahan pengalokasian biaya operasional sekolah dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah belum terlaksana dengan baik. Hingga tahun ajaran 2004/2005 masih
terdapat sebagian kabupaten atau kota yang tidak mengalokasikan anggaran untuk biaya
operasional sekolah dan sebagian besar lainnya mengalokasikan dalam jumlah yang
belum memadai. Akibatnya banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi
informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak
memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.

Output pendidikan adalah merupakan kinerja institusi pendidikan. Kinerja institusi


pendidikan adalah prestasi institusi pendidikan yang dihasilkan dari proses atau prilaku
institusi pendidikan. Kinerja institusi pendidikan dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,
dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output institusi pendidikan.

Dan outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia
industri. Adapun gambaran mengenai pencapaian mutu dalam lembaga pendidikan
adalah sebagai.9

Iutput Proses Output

Perencanaan dan evaluasi Proses Belajar Mengajar Prestasi Peserta Didik

Kurikulum

Ketenagaan

Fasilitas

Keuangan

Kesiswaan

9
Nur Zazin,Gerakan…,hlm. 106

7
Hubungan Sekolah

Hubungan Masyarakat

Iklim Sekolah

Karena begitu kompleksnya lembaga pendidikan, dalam mencapai mutu lembaga


pendidikan antara lain ditandai oleh prestasi siswa di lembaga pendidikan dan diperlukan
pengelolaan input secara maksimal. Oleh karenanya, diperlukan pengetahuan pemimpin
atau manajer untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan dan manajer agar
pencapaian tersebut dapat dilaksanakan secara total sehingga pencapaian tujuan lembaga
dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Suatu system dikatakan efisien apabila menghasilkan keluaran yang lebih untuk
sumber masukan (resources input). Efisiensi pendidikan artinya memiliki kaitan antara
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi
yang tinggi. Dalam biaya pendidikan, hanya akan ditemukan oleh ketepatan dalam
mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor
input pendidikan untuk memacu pencapaian prestasi peserta didik. Dengan demikian,
efisiensi pembiayaan pendidikan adalah penggunaan biaya pendidikan secara tepat sesuai
dengan tingkat prioritas kebutuhan guna mewujudkan proses pembelajaran yang bermutu
sehingga menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan competensi yang
ditetapkan pada masing-masing jenjang dan jenis pendidikan.

Mengapa pendidikan harus bermutu? Menurut Deni Koswara dan Cepi Triatna
pendidikan saat ini dihadapkan berbagai tantangan baik nasional maupun internasional.
Tantangan nasional muncul dari dunia ekonomi, politik, social, budaya, dan kemanan.
Sedangkan tantangan internasional menunjukkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi
persaingan global seiring dengan berlangsungnya globalisasi.10 Namun, “pendidikan
bermutu itu mahal”, itulah asumsi masyarakat kita sekarang ini ketika ingin memasukkan
anaknya untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dapat

10
Deni Koswara dan Cepi Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam buku Manajemen
Pendidikan karya Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, cetakan ke-4 (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
288-289.

8
dirasakan dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi membuat masyarakat
miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.

Pemikiran diatas akan selalu dikaitkan dengan aspek biaya, sebab kuatnya keadaan
ekonomi suatu negara akan berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap
pengalokasian sumber biaya pendidikan atau terhadap kebijakan yang akan diambil dan
dilaksanakan oleh suatu negara dalam bidang pendidikannya. Maka biaya pendidikan
adalah faktor urgen dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, dan menjalankan
fungsi pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Tingkat pengeluaran biaya pendidikan adalah indicator upaya keuangan Negara untuk
investasi sumber daya manusia dan menunjukkan skala prioritas di antara sector-sektor
dalam pengalokasian keuangan Negara. Kebijakan pemerintah dalam pengeluaran
anggaran 20% untuk pendidikan dari APBN/APBD adalah bukti keseriusan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui wilayah pendidikan.
Meskipun anggaran biaya pendidikan bukan satu-satunya penentu agar pendidikan lebih
bermutu, tanpa biaya yang memadai maka akan sulit menciptakan pendidikan bermutu
dan dapat dirasakan oleh semua kalangan.

Sebagai bentuk perbandingan mengenai bagaimana kualitas pendidikan nasional, kita


bisa berkaca pada Negara Malaysia. Ketika Indonesia masih berkutat pada upaya
pemerataan pendidikan lewat SD-SD Inpres, Malaysia sudah berbicara pada tataran
peningkatan kualitas pendidikan. Ketika Indonesia masih disibukkan perdebatan “ganti
menteri ganti kurikulum”, Malaysia sudah menggagas apa yang mereka sebut
“pendemokrasian pendidikan”. Ketika tokoh dan birokrat pendidikan di Indonesia sibuk
berdebat tentang apa dan bagaimana sesungguhnya system pendidikan nasional,
kemudian dilanjutkan tentang wacana seputar penbiayaan pendidikan minimal 20 persen
dari APBN/APBD, Malaysia sudah berbicara tentang bagaimana strategi mewujudkan
suatu system pendidikan bertaraf internasional.11

Menurut laporan United Nation Development Program (UNDP) tahun 2005


mengungapkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-110 dari
117 negara. Kemudian hasil survey Political and Economic Risk Consultant (PERC),

11
M. Rifai, Politik Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 158

9
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada dibawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum
Swedia (2000) Indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan
ke 37 dari 57 negara yang disurvey di dunia.

Pada tahun 2004 sekitar 57,2 persen gedung SD/MI dan sekitar 27,3 persen gedung
SMP atau MTs mengalami rusak ringan dan rusak berat. Hal tersebut selain berpengaruh
pada ketidaklayakan dan ketidaknyamanan proses belajar mengajar juga berdampak pada
keengganan orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah tersebut. Pada
saat yang sama masih banyak pula peserta didik yang tidak memiliki buku pelajaran.
Kecenderungan sekolah untuk mengganti buku setiap tahun ajaran baru selain semakin
memberatkan orangtua juga menyebabkan inefisiensi karena buku-buku yang dimiliki
sekolah tidak dapat lagi dimanfaatkan oleh siswa.

Konsep Total Quality Management menegaskan bahwa institusi dapat disebut bermutu
apabila memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Secara operasional, mutu ditentukan
oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa.
Mutu yang pertama disebut quality in fact (mutu sesungguhnya) dan yang kedua disebut
quality in perception (mutu persepsi).

Dalam penyelenggaraannya, quality in fact merupakan profil lulusan institusi


pendidikan yang sesuai dengan kualiflkasi tujuan pendidikan, yang berbentuk standar
kemampuan dasar berupa kualiflkasi akademik minimal yang dikuasai oleh peserta didik.
Sedangkan pada quality in perception pendidikan adalah kepuasan dan bertambahnya
minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan.

Dalam konteks aplikasi manajemen mutu dalam dunia pendidikan, Sallis mengaskan
“Total Quality Management is a philosophy improvement, wich can provide any
educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present and
future customers need, wants, and expectations.” Manajemen mutu dalam pendidikan
dapat disebut “mengutamakan pelajar” atau “program perbaikan sekolah” yang mungkin
dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif.12 Semua lembaga atau institusi termasuk
lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu seharusnya menentukan system mutunya

12
Nur Zazin, Gerakan…, hal. 57

10
sendiri. Dengan demikian, ia dapat mengawasi system dan prosedur standar sendiri,
dengan cara menentukan standar mutu sendiri dan cara mencapainya, tidak perlu
birokratis yang rumit.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manfaat dari anggaran tersebut sebenarnya untuk memudahkan peserta didik


mendapatkan pendidikan sesuai dengan amanat undang-undang, yaitu wajib belajar 9
tahun dari umur tujuh tahun hingga lima belas tahun. Selain wajib belajar, pemerataan
pendidikan yang bermutu bisa terpenuhi. Sarana-prasarana yang menunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional tercukupi. Akan tetapi, itu semua hanya harapan hampa yang
dirasakan oleh masyarakat. Terbukti masih banyak kita mendengar di media masa, koran,
berita di tv dan lain sebagainya mengenai sekolah yang ambruk, kekurangan ruang
belajar, tidak ada lapangan untuk olah raga, kekurangan buku-buku perpustakaan, dan
lain sebagainya sebagai akibat tidak terpenuhi anggaran yang seharusnya 20% untuk
pendidikan dari APBN dan APBD.

Kemampuan dan kesungguhan pemerintah untuk membiayai pendidikan sesuai


amanat UUD 1945 dan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mengikat secara
legalitas formal, oleh karena dengan menyediakan anggaran yang sesuai dengan amanat
merupakan suatu keniscayaan. Biaya yang disediakan pemerintah untuk pendidikan harus
dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan baik di pusat maupun daerah.

Sumbangan pendidikan terhadap bangsa bukan hanya sekedar penyelenggaran


pendidikan, tapi pendidikan yang bermutu dari sisi input, proses, output, dan outcome.
Mengapa pendidikan harus bermutu? Karena pendidikan saat ini dihadapkan berbagai
tantangan baik nasional maupun internasional. Namun, “pendidikan bermutu itu mahal”,
itulah asumsi masyarakat kita sekarang ini ketika ingin memasukkan anaknya untuk
mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dapat dirasakan dari Taman
Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi membuat masyarakat miskin tidak memiliki
pilihan lain kecuali tidak bersekolah.

11
Biaya pendidikan adalah faktor urgen dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,
dan menjalankan fungsi pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Tingkat pengeluaran biaya pendidikan adalah indicator upaya keuangan Negara untuk
investasi sumber daya manusia dan menunjukkan skala prioritas di antara sector-sektor
dalam pengalokasian keuangan Negara.

Efisiensi pendidikan artinya memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber


pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Dalam biaya
pendidikan, hanya akan ditemukan oleh ketepatan dalam mendayagunakan anggaran
pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan untuk
memacu pencapaian prestasi peserta didik. Dengan demikian, efisiensi pembiayaan
pendidikan adalah penggunaan biaya pendidikan secara tepat sesuai dengan tingkat
prioritas kebutuhan guna mewujudkan proses pembelajaran yang bermutu sehingga
menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan competensi yang ditetapkan pada
masing-masing jenjang dan jenis pendidikan.

B. Saran
Alhamdulillah pada akhirnya makalah ini dapat terselaikan dengan lancar dan tepat
waktu. Harapan kami sebagai penulis semoga dengan terselesaikannya,makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kita penulis dan umumnya bagi para
pembaca. Namun makalah ini tidak lepas dari segala kesalahan karena keterbatasan yang
selalu ada pada diri manusia. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan,guna tercapainya kemaslahatan bersama. Terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aulia,D.,Ayu,S.F.,& Nefonafratilova,N. Analisis Perbandingan Biaya Langsung (Direct


Cost).dan Biaya Tidak Langsung(Indirect Cost)Jurnal Ekonomi Kesehatan
Indonesia,(2017)

Deni Koswara dan Cepi Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam buku
Manajemen Pendidikan karya Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, cetakan
ke-4 (Bandung: Alfabeta, 2011)

Ferdi,W.P. Pembiayaan Pendidikan:Suatu kajian teoritis,Jurnal Pendidikan Dan


Kebudayaan,(2013)

M. Rifai. Politik Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)

Mulyono. Konsep Pembiayaan Pendidikan. cetakan pertama. (Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2010)

Rida Fironika,K. Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidkan Dasar


UNISSULA,(2015)

Syahputra,M.R.,& Daryanto,E. pembiayaan pendidikan (Mts Islamiyah Ypi Batangkuis


Kab. Deli Serdang).Educandum,(2018)

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UNY. Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: UNY


Press, 2010)

Zazin, Nur. Gerakan Menata Mutu Pendidikan; Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011)

13

Anda mungkin juga menyukai