Anda di halaman 1dari 17

BAB VIII

ADMINISTRASI KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN SEKOLAH

A. Pengertian Pembiayaan Sekolah

Keuangan sekolah merupakan bagian yang amat penting karena setiap kegiatan di

sekolah memerlukan biaya. Dharmasraya (2009: 1) memberikan pengertian sebagai berikut:

“Keuangan perlu diatasi sebaik-baiknya. Untuk itu perlu manajemen keuangan yang baik.

Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan

manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan

yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan,

pemeriksaan dan pertanggungjawaban”.

Selanjutnya Harsono (2008: 9) biaya pendidikan adalah semua pengeluaran yang

memiliki kaitan langsung dengan penyelenggaraan dengan penyelenggaraan pendidikan. Setiap

pengeluaran yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan dapat

disebut dengan pemborosan atau pengeluaran yang seharusnya dapat dihindari atau dicegah.

Lembaga pendidikan dikatakan boros jika dana operasional, dana pengembangan dan dana yang

dikeluarkan oleh lembaga itu melebihi dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan

peda unit kerjanya. Pengeluaran dana sekolah yang melebihi dana yang tersedia untuk

menyelenggarakan pendidikan berarti lembaga pendidikan itu bersifat boros.

Senada dengan Harsono, Supriadi (2006: 3) biaya pendidikan merupakan salah satu

komponen masukan instrumental (instrument input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan (di sekolah). Setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan-tujuan yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat

menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya,

sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan.

Kemudian menurut Danumihardja (2004: 24) untuk memahami lebih jauh tentang konsep

keuangan yang diimplementasikan dalam dunia pendidikan akan dijelaskan istilah:

1. Keuangan (finance)

Dalam arti luas bagian dari urusan praktis yang berhubungan dengan uang. Hal ini tidak

saja mencakup uang pembayaran yang sah, tetapi juga kredit.

2. Anggaran (Budget) Merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif

dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Anggaran meliputi tujuan

rasional yang secara teknis dinyatakan dalam standar. Oleh karena itu anggaran

merupakan alat perencanaan juga sebagai alat pengendalian. Anggaran sekolah

merupakan instrument perencanaan pendidikan dan instrumen pengendalian. Anggaran

sekolah mencerminkan pola organisasi komponen bagian atau departemen yang

memudahkan biaya di estimasi.

3. Biaya (cost) Adalah seluruh dana baik langsung maupun tidak langsung yang diperoleh

dari sumber (pemerintah, masyarakat, orang tua) yang diperuntukkan bagi

penyelenggaraan pendidikan. Perhitungan biaya pendidikan akan ditentukan oleh

komponen kegiatan pendidikan dan biaya satuan, meliputi pengadaan sarana dan

prasarana pendidikan seperti ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, alat peraga dan

lain sebagainya.
4. Pembiayaan (financing) Pembiayaan merupakan fungsi penyediaan dana yang diperlukan

untuk melaksanakan usaha. Pengelolaan pendidikan khusus pada satuan pendidikan dana

merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung terlaksananya proses pendidikan.

5. Pemicu biaya (cost priven) Merupakan faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan

level biaya total untuk suatu objek biaya. Pemicu biaya bersifat strategik 13 karena

melibatkan perencanaan dan keputusan-keputusan yang berpengaruh dalam jangka

panjang. Pemicu biaya struktural eksekusional merupakan faktor yang mempengaruhi

kemampuan lembaga untuk mengelola uang dalam jangka pendek, melakukan

pengembalian keputusan untuk menurunkan biaya.

Menurut Suharsaputra (2013:288) Pembiayaan pendidikan dapat diartikan sebagai kajian

tentang bagaimana pendidikan dibiayai, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu dibiayai

dalam suatu proses pendidikan. Pengertian ini mengandung dua hal yaitu berkaitan dengan

sumber pembiayaan pendidikan dan alokasi pembiayaan pendidikan. Sedangkan

menurut Thomas John (Fatah, 2012:2) mengungkapkan dalam konsep pendidikan sedikitnya ada

tiga pertanyaan yang terkait didalamnya yaitu bagaimana uang diperoleh untuk membiayai

lembaga pendidikan, darimana sumbernya, dan untuk apa/siapa dibelanjakan.

Dalam “George Psacharopoulus” C. Benson mengungkapkan bahwa pembiayaan

pendidikan menekankan pada distribusi sumber-sumber agar pendidikan mencapai hasil yang

telah ditetapkan. Ada tiga kriteria yang digunakan untuk menilai sistem pembiayaan pendidikan

yaitu (1) adekuasi (kecukupan) ketersediaan sumber daya untuk layanan pendidikan, (2) efisiensi

dalam distribusi sumber pendidikan, dan (3) pemerataan dalam distribusi sumber-sumber

pendidikan.
Dalam beberapa literatur ekonomi pendidikan pembahasan mengenai pembiayaan

pendidikan lebih mengacu kepada pada pembiayaan formal yaitu sekolah, hal ini tentu

memerlukan pembatasan mengenai pendidikan, sebab kalau tidak maka pembiayaan pendidikan

mesti juga mencakup pendidikan nonformal, padahal jalur pendidikan ini sulit ditata dengan

prinsip manajemen modern. Untuk ini pada makalah ini pembiayaan pendidikan dipandang

sebagai pembiayaan pendidikan formal.

Menurut levin (1987), pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan sumber

daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah diberbagai

wilayah geografis dan tingkat pendidikan  yang berbeda-beda. Pembiayaan sekola ini berkaitan

dengan bidang politik pendidikan dan program pemerintah, serta administrasi sekolah. Dalam

pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal dan yang paling baik untuk pembiayaan

semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda.

Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber

daya diperoleh dan dialokasikan. Dengan mengkaji berbagai peraturan dan kebijakan yang

berbeda-beda di sektor pendidikan, kita bisa melihat konsekusensinya terhadap pembiayaan

pendidikan yakni:

Keputusan tentang siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidik dapat

disediakan.

a. Keputusan tentang bagaimana mereka akan dididik.

b. Keputusan tentang siapa yang akan membayar baiaya pendidikan.

c. Keputusan tentang sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk mendukung

pembiayaan sekolah.
Dalam kajian ini hal yang perlu diperhatikan adalah adanya keterlibatan uang dalam

pendidikan, dimana hal ini jelas tidak bisa dihindari mengingat pendidikan merupakan benda

ekonomi yang langka, dan uang merupakan salah satu yang perlu dikorbankan untuk

mendapatkanya. Oleh karena itu, masalah pembiayaan pendidikanpun tidak terlepas dari kajian

tentang uang/ dana berkaitan dengan perolehanya serta pengunaanya dalam suatu proses

pendidikan (sekolah). 

Menurut Fattah (2006: 23) biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost)

dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara

langsung menunjang pelenggaraan pendidikan. Biaya tidak langsung adalah segala pengeluaran

yang secara langsung menunjang menyelenggaraan pendidikan tetapi memungkinkan proses

pendidikan tersebut terjadi di sekolah.

B. Biaya dan Pembiayaan Pendidikan di Indonesia

Menurut Suharsaputra (2013:286) biaya pendidikan adalah total biaya yang dikeluarkan

baik oleh individu peserta didik, keluarga yang menyekolahkan anak, warga masyarakat

perorangan, kelompok masyarakat, maupun yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk kelancaran

pendidikan. Biaya pendidikan tidak sama dengan pengeluaran pendidikan, karena pertama

belanja pendidikan mencakup tidak hanya pengeluaran untuk kegiatan rutin (seperti pembayaran

untuk layanan guru yang diberikan selama waktu tertentu) namun juga pengeluaran

pembangunan dengan istilah “kapital/ modal” seperti: pengeluaran untuk bangunan dan

perlengkapan, perbaikan dan renovasi bangunan tua dan lain-lain. Jenis biaya pendidikan dapat

dikategorikan kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Biaya langsung (direct cost)


Biaya pendidikan langsung (direct cost) merupakan biaya penyelenggaraan pendidikan

yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa dan atau keluarga sekolah. Biaya langsung, berwujud

dalam bentuk pengeluaran uang yang secara langsung digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan PBM, Penelitian dan pengabdian masyarakat, gaji guru dan pegawai lainya,

buku, bahan perlengkapan, dan biaya perawatan. 

Kebanyakan biaya langsung yang dikeluarkan berasal dari sistem sekolah sendiri,

dikeluarkan selain untuk menjaga kelancaran dan kualitas belajar juga untuk keperluan

administrasi sekolah atau alat tulis kantor. Keperluan lain yang dikeluarkan seperti untuk

keperluan antara lain:

a. Biaya tambahan untuk ruangan, perlengkapan,belajar, alat peraga, bahan laboratorium,

pakaian praktik.

b. Biaya transportasi/angkutan sekolah.

c. Biaya buku pegangan guru dan buku di perpustakaan.

d. Biaya UKS dan biaya penyelenggaraan counseling.

e. Biaya mendatangkan guru tembahan/ narasumber.

2. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung (indirect cost), berbentuk biaya hidup yang dikeluarkan oleh

keluarga atau anak yang belajar untuk keperluan sekolah, biaya ini dikeluarkan tidak langsung

digunakan oleh lembaga pendidikan, melainkan dikeluarkan oleh keluarga anak atau yang

menanggung biaya peserta didik yang mengikuti pendidikan. Biaya tidak langsung merupakan

biaya hidup yang menunjang kelancaran pendidikanya. Misalnya ongkos angutan, pondokan,

biaya makan sehari-hari, biaya kesehatan, biaya belajar tambahan.


3. Private cost

Private cost merupakan keluruhan biaya yang dikeluarkan keluarga, atau segala biaya

yang harus ditanggung dan dikeluarkan oleh keluarga anak untuk keberhasilan belajar anaknya.

Mislanya keluarga membayar guru les private supaya anaknya pandai bahasa inggris dan

matematika, keluarga juga mengeluarkan uang tambahan supaya anak pandai menggunkan

komputer.

4. Social cost

Social cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat, baik perorangan maupun

terorganisasi untuk membiayai segala keperluan belajar. Biaya ini yang dikeluarkan masyarakat

sebagai wujud partisipasinya dalam pemyelenggaraan pendidikan, karena pendidikan bukan

hanya menjadi tanggungan pemerintah dan orang tua saja tetapi juga menjadi tanggung jawab

bersama, pemerintah, orang tua dan masyarakat.

Biaya dari masyarakat indonesia di indonesia sebelum anggaran pendidikan sebesar 20

%, biasanya/ pernah dikeluarkan melalui BP3/ SPP dan melalui komite sekolah. Namun sekarang

untuk pendidikan dasar ( SD dan SMP ) pemerintah melarang ada biaya tembahan selain yang

dikeluarkan pemerintah, mengingat besarnya anggaran pendidikan 20% dianggap telah

mencukupi kebutuhan penyelenggaraan sekolah. Anggaran biaya pendidikan yang 20% sudah

termasuk partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan karena biaya ini berasal
dari pajak yang dipungut pemerintah untuk pembangunan disegala bidang, termasuk

pembangunan pendidikan (school tax).

5. Monetary cost

Monetary cost. Selain pengeluaran dalam bentuk uang atau materi, ada juga biaya yang

harus dikeluarkan tidak dalam bentuk seperti itu, melainkan berbentuk jasa, tenaga dan waktu,

biaya semacam ini dapat diuangkan atau dinilai dan disetarakan kepada/ dengan nilai uang.

Biaya yang dikeluarkan untuk keprluan semacam ini disebut biaya moneter.

6. Biaya Pendidikan

Biaya belajar yang dikeluarkan oleh siswa diberbagai tingkat pendidikan tidak selalu

seragam tergantung pada jenis pendidikan seperti PAUD/TK, SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA/SMK, apabila dihitung biasanya meliputi.

a. Iuran siswa.

b. Biaya satuan kredit semester (SKS) persemester intra dan ekstra.

c. Biaya perlatan, Seperti buku paket dan lain-lain.

d. Pengeluaran pribadi.

e. Biaya yang hilang atau pendapatan yang semestinya diperoleh bila tidak sekolah.

f. Bunga kumulatif  tahunan (deflasi) biasanya sebesar 4% terhadap jumlah semua angka

pengeluaran tersebut.

g. Biaya mutu sekolah khusus sekola dasar, secara keseluruhan dapat tergambarkan oleh

hasil penelitian untuk peningkatan mutu SD. Artinya secara sungguh-sungguh sekolah
dikelola supaya pelaksanaan pendidikan bukan hanya berjalan apa adanya tetapi setiap

uang yang dikeluarkan dikaitkan kepada perbaikan pembelajaran. Sambil belanja rutin

untuk pembelajaran dikeluarkan, pengeluaran juga terkait pada usaha perbaikan layanan

mutu mengajar.

Menurut Suhardan (2012:23) berdasrkan hasil studi terhadap SD dikota Bandung yang

dilakukan oleh Nanang Fatah (1999:4), biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kuwalitas

pendidikan terdiri dari biaya untuk:

a. Gaji/ Kesejateraan pegawai

b. Pembinaan Profesi Guru

c. Pengadaan Alat Pelajaran

d. Pengadaan bahan

e. Perawatan

f. Pengadaan sarana kelas

g. Pengadaan sarana sekolah 

h. Pembinaan siswa

i. Pengelolaan sekolah.

Supriadi (2006: 5) berpendapat bahwa dalam sistem anggaran di Indonesia, alokasi biaya

rutin kepada lembaga untuk satuan pendidikan dituangkan dalam DIK (Daftar Isian Kegiatan)

sedangkan biaya pembangunan dialokasikan dalam DIP (Daftar isian Proyek), selain itu DIKS

(Daftar isian Kegiatan Suplemen) yaitu alokasi anggaran yang sumber dananya berasal dari

masyarakat. Penyaluran subsidi pemerintah ke satuan pendidikan (sekolah) dapat berupa uang

yang telah jelas peruntukannya (earmarrked allocation), dana tambahan berbentuk hibah
(blockgrant) 14 atau berupa tenaga dan barang (inkind allocation) seperti guru/ tenaga, buku-

buku, perlengkapan sekolah dan lainnya.

Pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota anggaran untuk sector pendidikan sebagian

besar berasal dari dana yang diturunkan dari pemerintah pusat ditambah dengan PAD yang

dituangkan dalam RAPBD. Pada tingkat sekolah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi

pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa dan sumbngan masyarakat. Sejauh tercatat

dalam RAPBS, sebagian besar biaya pendidikan di tingkat satuan pendidikan sekolah berasal

dari pemerintah pusat.

Selanjutnya Mulyasa (2003: 47) mengemukakan bahwa keuangan dan pembiayaan

merupakan salah satu sumber dana yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi

pengelolaan pendidikan. Hal ini terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut

kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta

mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan

pemerintah.

Senada dengan Mulyasa, menurut Suyanto (2009: 9) sebagaimana dalam PP nomor 48

tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab

bersama antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. Biaya Pendidikan dibagi menjadi 3

jenis biaya yaitu biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan/pengelolaan pendidikan dan

biaya pribadi peserta didik.

C. Tugas dan Komponen Manajemen Keuangan Sekolah

Tugas dan Komponen Manajemen Keuangan Sekolah menurut Rohiat (2008: 27) bahwa

manajemen keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data, pelaporan


dan pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai yang direncanakan. Tujuan manajemen

keuangan adalah untuk mewujudkan tertibnya admunistrasi keuangan sehingga penggunaan

keuangan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Manajemen

keuangan memiliki aturan tersendiri yaitu terdapat pemisahan tugas dan fungsi antara otorisator,

ordorator dan bendaharawan.

Selanjutnya Harsono (2008: 89) berpendapat bahwa pengelolaan keuangan sekolah

haruslah memenuhi persyaratan responsibel, akuntabel dan transparan. Pengelolaan keuangan

sekolah harus bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan penerimaan dana dan pemanfaatan

dana serta dapat dipertanggungjawabkan di depan hukum. Transparan dalam pengelolaan dana

berarti dapat diketahui oleh pihak-pihak yang terkait. Lembaga memiliki aturan di mana hanya

pihak tertentu saja yang dapat dilibatkan dalam pencatatan administrasi keuangan, mengetahui,

memahami dan mendalami administrasi keuangan.

Berdasarkan uraian singkat di atas bahwa manajemen keuangan adalah meningkatkan

efektivitas dan efisiensi penggunaan sekolah, meningkatkan akuntabilitas dan 16 transparansi

keuangan sekolah. Untuk mencapai tujuan itu maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam

menggali dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai pembukuan dan pertanggung

jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar dan sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

D. Sumber-Sumber Pendapatan Sekolah

Harsono (2008: 9) mengemukakan, menurut sumbernya, biaya pendidikan dapat

digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang

tua/wali siswa, masyarakat bukan orang tua/wali siswa dan lembaga pendidikan itu sendiri.

Pendapatan Sekolah yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan
kabupaten) diperoleh dengan cara sekolah mengajukan proposal ke pemerintah baik pusat

maupun daerah. Pendapatan sekolah yang berasal dari orang tua/wali siswa diperoleh dari SPP

dan Insidental, yang berasal dari masyarakat bukan orang tua/wali siswa berupa sumbangan

sukarela dari masyarakat yang peduli dengan perkembangan sekolah, sedangkan yang bersumber

dari lembaga pendidikan itu sendiri berupa Unit Produksi sekolah itu sendiri.

Sumber keuangan dan pendapatan pada suatu sekolah secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi tiga sumber, yaitu:

1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah atau keduanya, yang bersifat

umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.

2. Orang tua atau peserta didik.

3. Masyarakat, baik mengikat atau tidak mengikat.

Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam

Undang-Undang Sisdiknas tahun 1989 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah

dalam pemenuhan dana pendidikan, maka pemenuhan dana pendidikan merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua.

Selanjutnya Mulyono (2010: 24) mengemukakan biaya sekolah meliputi biaya rutin,

biaya operasional dan biaya pembangunan atau insvestasi. Biaya rutin adalah biaya yang harus

dikeluarkan dari tahun ke tahun seperti gaji pegawai (guru dan non guru), biaya opersional yaitu

biaya untuk pemeliharaan gedung, fasilitas, dan alat-alat pelajaran (bahan habis pakai) serta

biaya pembangunan atau investasi yang meliputi biaya pembelian dan pengembangan tanah,

pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur dan barang yang tidak

habis pakai.
Senada dengan Mulyasa menurut Umiarso dan Ghozali (2010: 102) berpendapat bahwa

kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengoordinasian, dan pengawasan atau pengendalian. 18 Dalam implementasi

Manajemen Berbasis Sekolah, manajeman komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik

dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan sampai pengawasan dan

pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar

dimanfaatkan secara efektif dan efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran serta bebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme.

Dharma (2007:22) mengemukakan bahwa kebutuhan dana untuk kegiatan operasional

secara rutin dan pengembangan program sekolah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap

pengelola lembaga pendidikan tersebut. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan di sekolah

semakin banyak pula dana yang dibutuhkan. Untuk itu, kreativitas setiap pengelola sekolah

dalam menggali dana dari berbagai sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan

program sekolah baik rutin maupun pengembangan di lembaga yang bersangkutan. Pasal 46 UU

No 20 tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antar

pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.

Sumber pembiayaan untuk sekolah terutama sekolah negeri berasal dari pemerintah yang

umumnya terdiri terdiri dari dana rutin, yaitu gaji serta biaya ooperasional sekolah dan perawatan

fasilitas (OPF), serta dana yang berasal dari masyarakat, naik yang berasal dari orang tua siswa,

dan sumbangan dari masyarkat luas atau dunia usaha.

Depdiknas (2000:95) perlu diingat bahwa dana sangat terkait dengan kepercayaan. Oleh

karena itu, jika sekolah ingin mendpatkan dukungan dana dari masyarakat, program yang dibuat

oleh sekolah harus menarik, bagus dan berjalan dengan baik serta bermanfaat luas. Dengan kata
lain, sekolah harus mampu mengemas program dan meyakinkan pemilik dana. Sedangkan

menurut Fatah (2012:41) Sumber-sumber biaya pendidikan antara lain dari (1) APBN dan

APBD, (2) sekolah (iuran siswa), (3) Masyarakat (sumbangan), (4) dunia bisnis (perusahaan),

dan (5) hibah. Nanang Fatah (2004: 143) juga menambahkan beliau mengatakan sumber-sumber

keuangan sekolah dapat bersumber dari: orang tua, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta,

dunia usaha dan alumni.

E. Prinsip Pengelolaan Keuangan di Sekolah

Anonim (2007:6) mengemukakan bahwa dalam arti sempit, pengelolaan keuangan

diartikan sebagai tata pembukuan. Dalam arti luas diartikan sebagai pengurusan dan 19

pertanggungjawaban, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dari penyandang dana,

baik individu maupun lembaga. Penggunaan anggaran dan keuangan sekolah, dari sumber

manapun didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut:

1. Hemat, tidak mewah, efisien dan efektif dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.

2. Terarah dan terkendali sesuai rencana , program dan kegiatan.

3. Terbuka dan trasparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut

perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai bukti penggunaannya.

4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan atau hasil produksi dalam negeri sejauh hal

itu dimungkinkan.

F. Perencanaan Keuangan Sekolah

Danumihardja (2004: 36) mengatakan bahwa peran anggaran dalam pengelolaan

pembelajaran yang berkaitan dengan layanan belajar dan manajemen sekolah secara keseluruhan

tentu sangatlah penting untuk mencapai tujuan. Anggaran merupakan rencana kuantitatif
terhadap operasi organisasi sekolah, dalam perencanaan anggaran mengidentifikasi kan sumber

dana dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode

anggaran. Anggaran meliputi aspek keuangan maupun aspek non keuangan dari operasi yang

direncanakan.

Anggaran dalam satu periode merupakan pedoman untuk melakukan operasi selama

periode anggaran dan merupakan proyeksi dari hasil operasi yang dicapai. Proses penyiapan

anggaran disebut dengan penganggaran yaitu menyediakan anggaran untuk melaksanakan

program yang telah direncanakan. Anggaran dan proses penganggaran merupakan dua hal yang

saling berkaitan dengan semua aspek manajemen. Karena anggaran merupakan suatu instrument

yang dirancang untuk memfasilitasi perencanaan, anggaran juga memberikan sebuah konteks

proses perencanaan dalam memilih langkah-langkah untuk mencapai tujuan ang ditetapkan.

Selanjutnya menurut Harsono (2008: 58) budget sekolah adalah serangkaian rencana

kegiatan sekolah yang meliputi aspek-aspek perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan

pengendalian kegiatan belajar dan mengajar pada waktu tertentu pada waktu yang akan datang

yang biasa tertuang dalam RAPBS. Perencanaan finansial disebut juga budgeting merupakan

kegiatan mengkoordinasi semua sumber dana yang tersedia untuk mencapai sasaran yang

diinginkan secara sistematika tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.

Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana

yang telah dibuat dan kemungkinn terjadi penyesuaian jika diperlukan evaluation involves

merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran.

G. Penyusunan Keuangan Sekolah

Mulyono (2010: 163) mengemukakan bahwa proses penyusunan anggaran di sekolah,

sangat sederhana dan kepala sekolah melaporkan secara sederhana pula. Penyusunan anggaran
sekolah dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) yang

meliputu sumber pendapatan dan pengeluaran sekolah. Proses penyusunan anggaran sekolah

memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa

yang akan datang dapat diantisipasi dalam rencana anggaran. Banyak faktor yang mempengaruhi

proses penyusunan anggaran, antara lain perkembangan peserta didik, inflasi, pengembangan

program, dan perbaikan serta peningkatan pendekatan belajar mengajar. Yang perlu diperhatikan

dalam perencanaan keuangan sekolah adalah mengganti prosedur yang tidak efektif sesuai

dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, melakukan perbaikan terhadap peraturan yang

relevan dengan merancang pengembangan system yang efektif dan melakukan pengawasan dan

evaluasi.

H. Pelaksanaan Keuangan Sekolah

Pelaksanaan (actuating) keuangan sekolah merupakan upaya untuk menjadikan

perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan motivasi dari kepala

sekolah. Hal ini agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan

peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Tanggungjawab pelaksanaan RAPBS adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus

mampu mengembangkan sejumlah dimensi perbuatan administrasi. Selanjutnya Mulyono (2010:

165) mengemukakan bahwa kegiatan membuat anggaran belanja bukan pekerjaan rutin atau

mekanis, melainkan melibatkan maksud dari pendidikan dan program.

I. Pengawasan dan Evaluasi Anggaran

Untuk mengetahui kelancaran kerja yang bekerja sama dalam melaksanakan tugas

mencapai tujuan diperlukan tujuan. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa disertai

fungsi pengawasan.

Selanjutnya Mocker sebagaimana disampaikan dalam Handoko (2005: 25)

mengemukakan definisi esensial proses pengawasan, bahwa: “Pengawasan manajemen adalah

suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,

merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standart yang

telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta

mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya

perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dengan pencapaian tujuan

perusahaan”.

J. Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah

Semua harus dipertanggungjawabkan. Bendaharawan harus memperhatikan:

1. Pada akhir tahun anggaran, bendaharawan harus membuat laporan keuangan kepada

komite.

2. Laporan keuangan harus dilampiri bukti pembayaran.

3. Kuitansi.

4. Neraca keuangan harus ditunjukkan.

Anda mungkin juga menyukai