Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Dosen pengampu : Tina Rahmawati, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 5

1. Fitria Bunga (15203244011)

2. Shafa Agvenda Wibowo (21203241001)

3. Catherine Stevina (21203241006)

4. Evita Aulia Nur Rohmah (21203241010)

5. Ronauli Butar Butar (21203241013)

6. Ummi Maziatul Milla F (21203241015)

7. Umi Awaliyah (21203241017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Pendidikan tentang Manajemen
Pembiayaan Pendidikan.

Makalah ini kami susun bersama dengan memperoleh referensi dari sumber
yang akurat dan terpercaya. Kami berterima kasih kepada Ibu Tina
Rahmawati, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen
Pendidikan yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

                                                                          Yogyakarta, 25 Oktober 2021


    
                                                                                              Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................2

Bab 2 Pembahasan...................................................................................................3

A. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan.........................................3

B. Azas dan Prinsip Pengelolaan Anggaran.......................................................3

C. Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Pembiayaan Pendidikan.....................4

D. Kebijakan Pemerintah dalam Pembiayaan Pendidikan................................4

E. Jenis Biaya dan Karakteristik Pembiayaan Pendidikan.................................5

F. Penganggaran Berbasis Sekolah...................................................................6

G. Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah (RAPBS)........................7

Bab 3 Penutup..........................................................................................................9

iii
Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya


yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Setiap sekolah di tuntut untuk mampu merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Sekolah mempunyai kewenangan untuk mencari dan memanfaatkan
berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah
karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada
keterbatasan dana (Mulyasa, 2005: 48).

Pembiayaan pendidikan dalam kerangka desentralisasi dan


otonomi pendidikan diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan mengelolanya secara efektif dan efisien melalui manajemen
pembiayaan pendidikan. Keuangan merupakan “sumber dana yang
sangat diperlukan sekolah sebagai alat untuk melengkapi berbagai
sarana dan prasarana pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru,
layanan dan pelaksanaan program supervisi” (Anwar, 2013: 133).

Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut manajemen


pendidikan yang lebih baik. Untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas, perlu adanya pengelolaan secara menyeluruh dan
professional terhadap sumber daya yang ada dalam lembaga pendidikan.
Salah satu sumber daya yang perlu di kelola dengan baik dalam lembaga
pendidikan adalah masalah keuangan. Dalam konteks ini, oleh karena
itu, kecermatan dan ketepatan dalam menghitung biaya diperlukan
dalam pengelolaan atau manajemen keuangan sekolah.

Manajemen pembiayaan pendidikan sendiri merupakan segenap


kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggung-jawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan meliputi
tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran (budgeting), pembukuan
(accounting), pemeriksaan (controlling).

B. Rumusan Masalah

Dalam dunia pendidikan, pembiayaan pendidikan merupakan


salah satu aspek yang juga penting peranan nya terhadap berjalan nya
operasional suatu lembaga pendidikan. Pembiayaan pendidikan

1
merupakan komponen yang esensial dan tidak dapat terpisahkan dalam
penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Dalam rangka pembentukan
potensi sumber daya manusia (SDM), penggunaan anggaran pendidikan
yang efektif dan efisien diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tepat
guna dan berhasil guna. Salah satu kunci keberhasilan dalam
pembangunan pendidikan, terletak pada kemampuan SDM dalam
mengelola dana yang tersedia dengan mengacu pada kebutuhan pokok
dan skala prioritas program pembangunan pendidikan dari tahun ke
tahun secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
perencanaan program.

Pemerintah untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang


optimal, salah satu hal paling penting, yaitu mengelola biaya dengan
baik sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan. Administrasi
pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan
integratif antara pemangku kepentingan (stakeholder) untuk
mewujudkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling percaya, baik
internal maupun eksternal. Antara Pemerintah dengan masyarakat dan
masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan.
Keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
menjadi katakata kunci untuk mewujudkan efektivitas pembiayaan
pendidikan.

C. Tujuan

Tujuan kajian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi:


1) Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pendidikan;
2) Jenis biaya pendidikan; dan
3) Model pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien.

2
Bab 2 Pembahasan

A. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen artinya


penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Sedangkan
pembiayaan dapat diartikan sebagai kemampuan interval untuk
mengelola dana-dana secara efisien. Manajemen pembiayaan pendidikan
adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber,
penggunaan, dan pertanggung-jawaban dana pendidikan di sekolah atau
lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan
meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran (budgeting), pembukuan
(accounting), pemeriksaan (controlling).

Menurut Jones (1985) manajemen pembiayaan meliputi : 1.


Perencanaan finansial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya
yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik
tanpa efek samping yang merugikan. 2. pelaksanaan (implenmentation
involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan rencana yang telah
dibuat. 3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.

B. Azas dan Prinsip Pengelolaan Anggaran

Azas penyusunan anggaran antara lain sebagai berikut:

1. Azas plafond, bahwa anggaran belanja yang boleh diminta tidak


melebihi jumlah tertinggi yang telah ditentukan.

2. Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, artinya bahwa


pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang
telah ditetapkan.

3. Azas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerima


uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu keperluan
pengeluaran.
Khususnya dalam pengelolaan anggaran pendidikan yang
bersumber dari negara, prinsip umum yang harus diterapkan sesuai
dengan aturan pemerintah adalah prinsip 1) keadilan, 2) efisiensi, 3)
transparansi dan 4) akuntabilitas publik. Keadilan yang dimaksud
diwujudkan dengan pemberian akses layanan pendidikan seluas-luasnya

3
dan merata kepada peserta didik/calon peserta didik tanpa membeda-
bedakan latar belakang. Adapun prinsip efisiensi dilakukan dengan
mengoptimalkan akses mutu, relevansi dan daya saing pelayanan
pendidikan. Untuk prinsip transparansi yang dimaksud adalah dengan
memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang baik sehingga dapat
diaudit dan menghasilkan opini audit wajar tanpa pengecualian dan
dipertanggungjawabkan secara transparan. Prinsip akuntabilitas publik
berarti mampu mempertanggungjawabkan atas kegiatan yang dijalankan
oleh penyelenggara atau satuan pendidikan kepada stakeholder sesuai
peraturan yang berlaku

C. Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai hal, baik


eksternal maupun internal. Berikut ini faktor-faktor yang
mempengaruhinya:

1. Faktor eksternal, terdiri dari:

a. Berkembangnya demokrasi pendidikan

b. Kebijakan pemerintah

c. Tuntutan akan pendidikan

d. Adanya inflasi.

2. Faktor internal, terdiri dari:

a. Tujuan pendidikan

b. Pendekatan yang digunakan

c. Materi yang disajikan

d. Tingkat dan jenis pendidikan

D. Kebijakan Pemerintah dalam Pembiayaan Pendidikan

Pendanaan pendidikan merupakan kegiatan penyediaan sumber


daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan. Pendanaan pendidikan dalam hal ini menjadi tanggungjawab
bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.
Sesuai dengan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP
no 48 tahun 2008 tentang Pendanaan pendidikan, anggaran belanja untuk

4
melaksanakan fungsi pendidikan pada Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) dan Rencana Anggaran dan Belanja
Daerah (RAPBD) harus sekurang-kurangnya 20% dari total belanja
negara atau daerah.Pengelolaan pembiayaan pendidikan yang
menggunakannkeuangan negara harus mematuhi regulasi yang telah
ditetapkan,dalam hal ini mengacu pada UU no 17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara itu sendiri harus
menerapkan kaidah-kaidah sebagai berikut:

1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil

2. Profesionalitas

3. Proporsionalitas

4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara

5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan


mandiri

Guna menjamin partisipasi masyarakat dalam pendidikan


pemerintah pusat dan daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan
biaya pendidikan atau beasiswa kepada siswa dengan latar belakang
ekonomi kurang mampu dan atau yang berprestasi.

E. Jenis Biaya dan Karakteristik Pembiayaan Pendidikan

Biaya pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Biaya satuan pendidikan yang meliputi :

a) Biaya investasi (investasi lahan dan non lahan),

b)Biaya operasi (personalia dan non personalia),

c) Bantuan biaya pendidikan dan

d)Beasiswa

2. Biaya penyelenggaraan/pengelolaan pendidikan yang terdiri atas


:

a) biaya investasi (lahan dan non lahan)

b)biaya operasi (personalia dan non personalia).

5
3. Biaya pribadi peserta didik
Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan
pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan pendidikan


dinyatakan dalam satuan unit cost, yang meliputi:
a. Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua
fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.

b. Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya


kebutuhan yang berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur
habis walaupun jangka waktunya berbeda.
c. Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan
memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan
memperhitungkan biaya yang lain yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar.

2. Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada


faktor manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai "human
investment", yang artinya biaya terbesar diserap oleh tenaga
manusia.

3. Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah.

4. Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan.


Biaya untuk sekolah kejuruan lebih besar daripada biaya untuk
sekolah umum.

5. Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari


tahun ke tahun.

F. Penganggaran Berbasis Sekolah

Dalam kerangka implementasi kebijakan pemerintah, yaitu


manajemen berbasis sekolah sebagaimana diamanatkan di dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, skema
penganggaran pendidikan akan mengalami pergeseran dengan sentral
pengelolaan dominan di sekolah. Berkenaan dengan hal tersebut,
Sudarwan Danim (2006: 142) mengingatkan bahwa hendaknya sekolah
dapat menghindari terjadinya otoritarianisme baru dalam pengelolaan

6
anggaran sekolah. Sebagai contoh, kepala sekolah tampil secara semena-
mena dalam menggali dan membelanjakan anggaran. Penganggaran
berbasis sekolah memungkinkan terbukanya peluang bagi sekolah untuk
mengkreasi anggaran, tidak hanya sebatas membelanjakan, tetapi juga
cara mendapatkannya. Lowry (dalam Sudarwan Danim, 2006: 142-143)
mengidentifikasi enam keuntungan teoritis penganggaran berbasis
sekolah dan kendala yang mungkin muncul dilihat dari fenomena riil
kekinian di sekolah.

Keuntungan-keuntungan teoritis tersebut, sebagai berikut.

1. Desentralisasi yang dilaksanakan secara radikal memungkinkan staf


sekolah terlibat secara penuh di dalam manajemen penganggaran
sekolah. Masalah yang timbul antara lain kurangnya partisipasi guru
atau komponen sekolah dalam penganggaran. Dalam kondisi guru
tidak punya waktu untuk berpartisipasi dalam penganggaran sekolah,
hal yang akan terjadi adalah penganggaran berbasis sekolah akan
berubah menjadi berbasis kepala sekolah.

2. Keterlibatan guru menumbuhkan komitmen dan motivasi bagi


mereka untuk bekerja lebih keras. Guru-guru siap dimotivasi untuk
bekerja lebih keras.

3. Jika masyarakat andil dalam pembuatan keputusan, akan muncul


keterlibatan masyarakat yang lebih luas di sekolah. Hal penting yang
harus diperhatikan adalah siapa yang akan menjadi penyambung
lidah anggota masyarakat atau orang tua siswa yang tidak mampu
atau tidak memiliki keterampilan untuk mengartikulasikan
kebutuhan mereka.

4. Keputusan berbasis sekolah akan menjadi lebih dapat


dipertanggungjawabkan. Untuk di Indonesia, mungkinkah
pelimpahan kewenangan pengelolaan dari Dinas Diknas
Kabupaten/Kota ke tingkat sekolah akan berjalan efisien?
Bagaimana kesiapan sekolah?

5. Anggaran yang ada akan lebih aman karena adanya efisiensi.


Beberapa penelitian membuktikan bahwa sistem pengelolaan
keuangan yang didesentralisasikan boleh jadi lebih efektif dilihat
dari pengalokasian biaya. Namun demikian, dengan desentralisasi
pengelolaan keuangan, bukan tidak mungkin skala ekonomi akan
lebih sulit dicapai.

7
6. Pembuatan keputusan di bidang keuangan dapat dengan cepat
dilakukan, termasuk ketika terjadi perubahan mata anggaran. Meski
demikian, jika terjadi kalangan sumber, bukan tidak mungkin
instansi yang membawahkan sekolah tidak mampu
menanggulanginya secara cepat.

Lebih lanjut, ditegaskan oleh Sudarwan Danim (2006: 144),


untuk memfasilitasi partisipasi staf atau komponen sekolah dalam
penganggaran berbasis sekolah (school based budgeting), kepada sekolah
diharapkan mampu mengembangkan proses manajemen partisipatif.
Penerapan konsep manajemen partisipatif akan melahirkan beberapa
keuntungan sebagai berikut.

1. Guru terdorong mencapai peluang untuk berpartisipasi di dalam


memantapkan tujuan dan sasaran sekolah.

2. Guru akan lebih siap mengakses informasi sekolah bagi proses


pembuatan keputusan.

3. Guru akan mempunyai peluang untuk berpartisipasi di bidang


proses perencanaan penganggaran.

4. Waktu dan dukungan dibuat sedemikian rupa sehingga


memungkinkan terlaksananya sebuah proses.

G. Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah (RAPBS)

Bagi semua jenis sekolah, setiap tahun harus membuat


perencanaan anggaran yang disebut Rencana Anggaran Pendapatan dan
Biaya Sekolah. Tujuan penyusunan anggaran ini di samping sebagai
pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga sebagai
pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang-uang yang
diterima. Dengan adanya RAPBS ini maka sekolah tidak dapat semaunya
memungut sumbangan dari orang tua siswa (Komite Sekolah) dan
sebaliknya Komite Sekolah menjadi puas mengetahui arah penggunaan
dana yang mereka berikan.

Sumber-sumber pembiayaan pendidikan yang penyelenggaraannya


adalah pemerintah meliputi:

1. Bantuan pemerintah

2. Bantuan pemerintah daerah

3. Bantuan masyarakat di luar peserta didik atau orangtua/wali

8
4. Dana peningkatan mutu pendidikan yang bersumber dari
pungutan

5. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat

6. Sumber lain yang sah

Sumber dana tersebut berlaku juga bagi satuan pendidikan yang


diselenggarakan masyarakat (swasta), bedanya pada lembaga berbasis
masyarakat ada sumber lainnya yaitu penyelenggara atau satuan
pendidikan itu sendiri (dapat berbentuk yayasan atau badan hukum
lainnya). Untuk satuan pendidikan swasta peran pemerintah lebih
sedikit dibanding pada lembaga pendidikan negeri. Oleh karenanya,
mereka lebih leluasa menyusun RAPBS-nya. RAPBS disusun dengan
melalui proses tertentu, yang besar kecilnya didasarkan atas kebutuhan
minimum setiap tahun, dan perkiraan pendapatannya berpedoman pada
penerimaan tahun yang lalu.Salah satu sumbe dana pendidikan
sebagaimana disebutkan di atas adalah pungutan. Pungutan
diperuntukkan bagi sekolah yang tidak menerima bantuan operasional,
namun demikian ada keadaan tertentu yang membolehkan sekolah
menerapkan pungutan biaya operasional. Sesuai dengan Permendikbud
No 60 tahun 2011 tentang larangan pungutan biaya pendidikan di SD
dan SMP, pengecualian ini berlaku jika:

1. Disetujui secara tertulis oleh orangtua/wali murid

2. Adanya persetujuan tertulis dari Komite Sekolah

3. Adanya persetujuan tertulis dari Kepala Dinas Pendidikan


Provinsi dan Kabupaten/Kota

4. Memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a) Adanya rencana investasi atau operasi yang jelas pada
dokumen rencana sekolah seperti renstra, rencana kerja tahunan
dan lain sebagainya
b) Rencana investasi/operasi diumumkan secara transparan
kepada stakeholder
c) Dana disimpan dalam rekening atas nama sekolah
d) Dana dibukukan secara khusus oleh sekolah, jadi terpisah dari
dana yang diterima dari penyelenggara sekolah
e) Digunakan sesuai rencana.

9
Bab 3 Penutup

Kesimpulan

Pembiayaan pendidikan dalam kerangka desentralisasi dan otonomi


pendidikan diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan
mengelolanya secara efektif dan efisien melalui manajemen pembiayaan
pendidikan. Sesuai dengan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
dan PP no 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, anggaran belanja
untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) dan Rencana Anggaran dan Belanja Daerah
(RAPBD) harus sekurang-kurangnya 20% dari total belanja negara atau
daerah.Pengelolaan pembiayaan pendidikan yang menggunakann keuangan
negara harus mematuhi regulasi yang telah ditetapkan, dalam hal ini
mengacu pada UU no 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri guna
menjamin partisipasi masyarakat dalam pendidikan pemerintah pusat dan
daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau
beasiswa kepada siswa dengan latar belakang ekonomi kurang mampu dan
atau yang berprestasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

W.P. Ferdy. (2013). Pembiayaan Pendidikan : Suatu Kajian Teoritis. Jurnal


Pendidikan dan Kebudayaan, 19 (4), 567-568.

Safruddin, Cepi. (2016). Manajemen Pendidikan : Yogyakarta. UNY Press.

11

Anda mungkin juga menyukai