Oleh : KELOMPOK 3
JANURI : 06032682327022
CATUR PUJI HASTUTI : 06032682327011
LIDYARTIKAH
SRI PUJI ASTUTI
SRI EMILIA PURNAMA-SARI
ANDERIANI
A. LATAR BELAKANG
Keuangan dan pembiayaan memainkan peran penting dalam pendidikan.
Keuangan sekolah digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Dalam
kegiatan sekolah, kebutuhan biaya diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar yang
baik. Hal ini meliputi disiplin sekolah, kinerja kepala sekolah dan guru, sarana
prasarana, fasilitas belajar, kondisi peserta didik, dan partisipasi orang tua.
Dalam pengelolaan keuangan sekolah, perlu dibentuk struktur organisasi yang
bertanggungjawab sesuai kemampuan masing-masing personal. Penyusunan program
kerja, pelaksanaan, dan pengawasan juga perlu dilakukan untuk perbaikan sistem dan
manajemen sekolah secara kontinyu. Komponen keuangan harus dikelola dengan baik
agar dana optimal digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah perlu
transparan dalam pengambilan keputusan penganggaran untuk manajemen yang
berkualitas. Diperlukan evaluasi perbaikan berkelanjutan untuk penyempurnaan
struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya. 1
Tujuannya adalah untuk membuat sekolah bertanggung jawab atas keberhasilan
program dan meningkatkan kinerja melalui penghargaan, sanksi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, verifikasi sumber dana, pemilikan aset, dan pembangunan.
Pendanaan pendidikan diatur oleh UU No 20 Tahun 2003. Tanggung jawab pendanaan
pendidikan dilakukan bersama oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Penerimaan dana sekolah dapat berasal dari pemerintah (pusat, provinsi, dan daerah).
Dana seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional (BOP) yang
dikumpulkan dari masyarakat, orangtua/wali siswa melalui komite sekolah.2
Sekolah harus menyusun perencanaan anggaran pendapatan dan belanja dengan
memanfaatkan sumber lain seperti hibah, sponsor, dana donatur, tokoh masyarakat,
pinjaman, dan lainnya. Perencanaan ini merupakan pilar manajemen sekolah. Tujuan
kegiatan agar teratur dan tertata. Syaiful (2006: 213) menyebutkan permasalahan
keuangan di dunia pendidikan yang masih menjadi fokus utama, seperti pentingnya
pemasukan keuangan untuk produksi pendidikan, membangun potensi peserta didik,
1
Zuraida and , Dr. Wafrotur Rohmah, M.M, (2017) Manajemen Keuangan Sekolah di SMP Negeri 11
Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2
RI. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: CV. Eka Jaya
dampaknya terhadap GNP dalam pembiayaan pendidikan, perbedaan dana sekolah
dari pemerintah pusat, dan peran keuangan sekolah dalam sistem sosial.3 Pendidikan
sebagai sumber pembangunan ekonomi berbagai aspeknya harus dikelola dengan baik,
termasuk keuangan. Peneliti ingin mengetahui Aspek Perencanaan dan Pendidikan
dalam suatu lembaga Pendidikan, serta bagaimana keduanya dapat berjalan beriringan
dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan. Dari beberapa identifikasi masalah,
peneliti sadar akan keterbatasan waktu dan kemampuan dalam penulisan Makalah ini.
Perlu adanya pembatasan masalah untuk fokus. Yang akan kita bahas dalam Rumusan
Masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
D. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan desain penelitian studi
Pustaka. Objek penelitian Berfokus pada Aspek perencanaan Dan Pembiayaan. Sumber
data atau Informasi diperoleh melalui studi literatur melalui karya ilmia, jurnal
maupun Tesis. Teknik pengumpulan data menggunakan metode Studi Pustaka.
3
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.hal. 213 Bandung:
Alfabeta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORITIS
1. TEORI EKONOMI PENDIDIKAN
Mengkaji biaya pendidikan, kaitannya dengan teori ekonomi pendidikan.
Ekonomi pendidikan adalah kegiatan memilih sumber daya langka untuk menciptakan
berbagai jenis pelatihan, pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, dan
lain-lain melalui sekolah formal dan mendistribusikannya dalam masyarakat.
(Samuelson, 1961).4 Pendidikan mencakup proses pelaksanaan, distribusi kepada
individu dan kelompok yang memerlukannya, serta biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat atau individu. Dalam ekonomi pendidikan, model human capital
dikembangkan oleh Cohn (1979).5
Pendekatan human capital dalam model ini memandang aspek biaya sebagai
bagian dari investasi pendidikan yang menentukan produktivitas individu dan
kelompok. Produktivitas ini mempengaruhi taraf Peroleh (earning) seseorang atau
kelompok, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
2. PERENCANAAN PENDIDIKAN
Beberapa pendapat terkait perencanaan pendidikan adalah:
a. - Coombs (1982) menyatakan bahwa perencanaan pendidikan adalah penerapan
yang rasional dan dianalisis secara sistematis proses perkembangan pendidikan
dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif, efisien, dan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat.
4
5
Cohn, Elchanan. 1979. The Economic of Education Revised Edition. Cambridge: Ballinger
Publishing Company.
b. - Enoch (1992) menyatakan bahwa perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan di masa depan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk
pembangunan ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu Negara.
Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya dilaksanakan pada
negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan, dengan kondisi
masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikannya dan kondisi sosial ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam merancang
perencanaan pendidikan, antara lain:
a. melakukan analisis tentang pertumbuhan penduduknya;
b. melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam
pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk
yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat memberikan
kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan;
c. melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari
sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas,
kelulusan, dan dropout ;
d. melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang
jenis layanan pendidikan di sekolah;
e. melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang
dibutuhkan, dan dapat difungsikan secara maksimal dalam proses layanan
pendidikan; dan
f. melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan
tuntutan masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat
Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain: (1) pendekatan ini lebih cocok
untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan kondisi
kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih
banyak yang buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan
pemerataan pelayanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat,
karena keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan,sehingga layanan
pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang
mendasar yang dirasakan oleh masyarakat.
Sedangkan Sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1)
pendekatan inicederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan
masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan
pendidikan dasar sebesar-besarnya, sehingga mengabaikan pertimbangan efisiensi
pembiayaan pendidikan; (2) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek
kuantitas(jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya), sehingga kurang
memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini
terkesan lebih boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man
power yang diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau
output pendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi terkini; dan (4) pendekatan ini lebih menekankan pada
aspek pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek
kualitatif.
Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan jawaban yang komprehensif
dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih menekankan pada aspek
pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan yang lain
kurang diperhatikan.
2) Pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach)
Jadi menurut Guruge pendekatan ini bertujuan mengarahkan kegiatan
pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (
man power atau person power ).
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ini lebih
mengutamakan keterkaitan antara output (lulusan) layanan pendidikan setiap satuan
pendidikan dengan tuntutan atau keterserapan akan kebutuhan tenaga kerja di
masyarakat.
Apabila pendekatan ini dipakai oleh para penyusun perencanaan pendidikan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,antara lain: (1) melakukan kajian atau
analisis tentang beragam kebutuhanyang diperlukan oleh dunia kerja yang ada di
masyarakat secermat mungkin;(2) melakukan kajian atau analisis tentang beragam
bekal pengetahuan danketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar
mereka mampumenyesuaikan diri secara cepat ( adaptif ) terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia kerja; dan (3) mengkaji
ataumenganalisis tentang sistem layanan pendidikan yang terbaik dan
mampumemberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk terjun di dunia kerja,
olehkarena itu perlu dilakukan analisis peluang kerja dan menjalin kerjasamaantara
lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri ( link and match ).
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan yang
menggunakan pendekatan ketenagakerjaan, yaitu: Pertama , beberapa kebaikan dari
pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antaralain: (1) proses
pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan pendidikan mempunyai aspek
korelasional yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja yang dibutuhkan masyarakat;
dan (2) pendekatan ini mengharuskan adanya keterjalinan yang erat antara lembaga
pendidikan dengan dunia usaha dan industri, hal ini tentu sangat positif untuk
meminimalisir terjadinya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia
industri-usaha.
Kedua , beberapa kelemahan dari pendekatan perencanaan pendidikan
ketenagakerjaan, antara lain: (1) mempunyai peranan yang terbatas terhadap
perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini telah mengabaikan peran sekolah
menengah umum, dan lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk
memenuhi kebutuhan dunia kerja.
3) Pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach)
Diantara ciri-ciri pendekatan ini antara lain: (1) pendidikan memerlukan biaya
investasi yang besar, oleh karena itu perencanaan pendidikan yang disusun harus
mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomis; (2) pendekatan ini didasarkan pada
asumsi, bahwa: (a)kualitas layanan pendidikan akan menghasilkan output yang baik
dan secara langsung akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi
masyarakat;(b) sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding
dengan tingkat pendidikannya; (c) perbedaan pendapatan seseorang di masyarakat,
ditentukan oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang sosialnya; (3)
perencanaan pendidikan harus betul-betul diorientasikan pada upaya meningkatkan
kualitas SDM (penguasaan Iptek),dan dengan tersedianya kualitas SDM, maka
diharapkan income masyarakat akan meningkat; dan (4) program pendidikan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan dengan
pendekatan keefektifan biaya, yaitu.
● Pertama , kelebihan pendekatan keefektifan biaya, antara lain: (a) perencanaan
pendidikan yang disusun akan mempunyai aspek fungsional dan keuntungan
ekonomis, sehingga bentuk- bentuk layanan pendidikan yang dianggap kurang
produktif bisa ditiadakan melalui pendekatan efisiensi investasi; dan (b)
pendekatan ini selalu memilih alternatif yang menghasilkan keuntungan lebih
banyak daripada biaya yang dikeluarkan.
● Kedua , kelemahan pendekatan keefektifan biaya, antara lain:
1. akan mengalami kesulitan dalam menentukan secara pasti biaya dan
keuntungan ( cost and benefit ) dari layanan pendidikan, terlebih apabila
digunakan mengukur keuntungan untuk periode atau masa yang akan
datang;
2. sangat sulit untuk mengukur secara pasti atau menghitung keuntungan (
benefit ) yang dihasilkan oleh seseorang dalam lapangan pekerjaan yang
dikaitkan dengan layanan pendidikan sebelumnya;
3. pendekatan ini mengabaikan hubungan antara penghasilan seseorang
dengan faktor internal individu (misalnya, motivasi, disiplin nurani, kelas
sosial, orientasi hidup individu, dan sejenisnya), dan hanya melihat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan penghasilan;
4. perbedaan pendapatan seseorang sebenarnya tidak semata-mata
menunjukkan kemampuan produktivitas individual, tetapi ada faktor lain
yang ikut menentukan yaitu faktor konvensi sosial atau banyak
dipengaruhi dari kerja kelompok; dan
5. keuntungan dari pendidikan pada dasarnya tidak hanya diukur berupa
keuntungan finansial (material), tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan
sosial- budaya.
Pemerintah mendanai sekitar 70% dari total biaya pendidikan. Orangtua murid
memberikan sekitar 10-24% dan masyarakat memberikan sekitar 5% sisanya. Pihak lain
juga memberikan dana dalam bentuk hibah atau pinjaman.
Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut dengan
rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan
Atas dasar hasil kajian secara teori dapat disimpulan sebagai berikut. Pertama,
faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pendidikan sekolah dipengaruhi oleh:
1. kenaikan harga (rising prices);
2. perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s salaries);
3. perubahan dalam populasi dan kenaikannya persentase anak sekolah (negeri);
4. meningkatnya standar pendidikan (educational standards);
5. meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah; dan
6. meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education).
Faktor-faktor peningkatan tersebut dapat mempengaruhi kebijakan Pemerintah sesuai
dengan situasi dan kondisi dalam kurun waktu tertentu.
Kedua, beberapa jenis biaya pendidikan meliputi:
1. biaya langsung (direct cost);
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya langsung (direct
cost); c) biaya pribadi (private cost) ; d) biaya masyarakat (social cost) ; e) monetary cost
; dan f) non monetary cost. Jenis biaya yang masih sering dikeluhkan oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang
tua peserta didik (biaya pribadi).
Dalam dunia pendidikan, efisien dan efektif cenderung ditandai dengan pola
penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara
efisien dengan pengelolaan yang efektif. Program pendidikan yang efektif dan efisien
seharusnya mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
akan sumber-sumber pendidikan dan dapat mencapai tujuan tanpa mengalami
hambatan yang berarti.