Anda di halaman 1dari 25

ASPEK PERENCANAAN DAN PEMBIAYAAN

Tugas Mata Kuliah Orientasi Baru perencanaan Pendidikan


Dosen Pengampu :
Prof . Dr. Sri Sumarni. M.Pd
Dr. Ridwan Zainuddin, M.Pd
Dr. Erna Retna Safitri, M.Pd
Dr. Santi Oktarina, M.Si

Oleh : KELOMPOK 3
JANURI : 06032682327022
CATUR PUJI HASTUTI : 06032682327011
LIDYARTIKAH
SRI PUJI ASTUTI
SRI EMILIA PURNAMA-SARI
ANDERIANI

MAHASISWI FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN


PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keuangan dan pembiayaan memainkan peran penting dalam pendidikan.
Keuangan sekolah digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Dalam
kegiatan sekolah, kebutuhan biaya diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar yang
baik. Hal ini meliputi disiplin sekolah, kinerja kepala sekolah dan guru, sarana
prasarana, fasilitas belajar, kondisi peserta didik, dan partisipasi orang tua.
Dalam pengelolaan keuangan sekolah, perlu dibentuk struktur organisasi yang
bertanggungjawab sesuai kemampuan masing-masing personal. Penyusunan program
kerja, pelaksanaan, dan pengawasan juga perlu dilakukan untuk perbaikan sistem dan
manajemen sekolah secara kontinyu. Komponen keuangan harus dikelola dengan baik
agar dana optimal digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah perlu
transparan dalam pengambilan keputusan penganggaran untuk manajemen yang
berkualitas. Diperlukan evaluasi perbaikan berkelanjutan untuk penyempurnaan
struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya. 1
Tujuannya adalah untuk membuat sekolah bertanggung jawab atas keberhasilan
program dan meningkatkan kinerja melalui penghargaan, sanksi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, verifikasi sumber dana, pemilikan aset, dan pembangunan.
Pendanaan pendidikan diatur oleh UU No 20 Tahun 2003. Tanggung jawab pendanaan
pendidikan dilakukan bersama oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Penerimaan dana sekolah dapat berasal dari pemerintah (pusat, provinsi, dan daerah).
Dana seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional (BOP) yang
dikumpulkan dari masyarakat, orangtua/wali siswa melalui komite sekolah.2
Sekolah harus menyusun perencanaan anggaran pendapatan dan belanja dengan
memanfaatkan sumber lain seperti hibah, sponsor, dana donatur, tokoh masyarakat,
pinjaman, dan lainnya. Perencanaan ini merupakan pilar manajemen sekolah. Tujuan
kegiatan agar teratur dan tertata. Syaiful (2006: 213) menyebutkan permasalahan
keuangan di dunia pendidikan yang masih menjadi fokus utama, seperti pentingnya
pemasukan keuangan untuk produksi pendidikan, membangun potensi peserta didik,

1
Zuraida and , Dr. Wafrotur Rohmah, M.M, (2017) Manajemen Keuangan Sekolah di SMP Negeri 11
Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2
RI. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: CV. Eka Jaya
dampaknya terhadap GNP dalam pembiayaan pendidikan, perbedaan dana sekolah
dari pemerintah pusat, dan peran keuangan sekolah dalam sistem sosial.3 Pendidikan
sebagai sumber pembangunan ekonomi berbagai aspeknya harus dikelola dengan baik,
termasuk keuangan. Peneliti ingin mengetahui Aspek Perencanaan dan Pendidikan
dalam suatu lembaga Pendidikan, serta bagaimana keduanya dapat berjalan beriringan
dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan. Dari beberapa identifikasi masalah,
peneliti sadar akan keterbatasan waktu dan kemampuan dalam penulisan Makalah ini.
Perlu adanya pembatasan masalah untuk fokus. Yang akan kita bahas dalam Rumusan
Masalah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja komponen biaya pendidikan yang perlu dipertimbangkan dalam


perencanaan pendidikan?
2. Bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan Melalui Perencanaan
Pembiayaan pendidikan?
3. Prinsip efektivitas dan efisiensi dalam perencanaan pembiayaan
pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui, Memahami dan menganalisis Apa saja komponen biaya


pendidikan yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pendidikan.
2. Mengetahui, Memahami dan menganalisis Bagaimana cara meningkatkan
mutu pendidikan Melalui Perencanaan Pembiayaan pendidikan.
3. Mengetahui, Memahami dan menganalisis Prinsip efektivitas dan efisiensi
dalam perencanaan pembiayaan pendidikan?

D. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan desain penelitian studi
Pustaka. Objek penelitian Berfokus pada Aspek perencanaan Dan Pembiayaan. Sumber
data atau Informasi diperoleh melalui studi literatur melalui karya ilmia, jurnal
maupun Tesis. Teknik pengumpulan data menggunakan metode Studi Pustaka.

3
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.hal. 213 Bandung:
Alfabeta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORITIS
1. TEORI EKONOMI PENDIDIKAN
Mengkaji biaya pendidikan, kaitannya dengan teori ekonomi pendidikan.
Ekonomi pendidikan adalah kegiatan memilih sumber daya langka untuk menciptakan
berbagai jenis pelatihan, pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, dan
lain-lain melalui sekolah formal dan mendistribusikannya dalam masyarakat.
(Samuelson, 1961).4 Pendidikan mencakup proses pelaksanaan, distribusi kepada
individu dan kelompok yang memerlukannya, serta biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat atau individu. Dalam ekonomi pendidikan, model human capital
dikembangkan oleh Cohn (1979).5

Pendekatan human capital dalam model ini memandang aspek biaya sebagai
bagian dari investasi pendidikan yang menentukan produktivitas individu dan
kelompok. Produktivitas ini mempengaruhi taraf Peroleh (earning) seseorang atau
kelompok, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

2. PERENCANAAN PENDIDIKAN
Beberapa pendapat terkait perencanaan pendidikan adalah:
a. - Coombs (1982) menyatakan bahwa perencanaan pendidikan adalah penerapan
yang rasional dan dianalisis secara sistematis proses perkembangan pendidikan
dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif, efisien, dan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat.

4
5
Cohn, Elchanan. 1979. The Economic of Education Revised Edition. Cambridge: Ballinger
Publishing Company.
b. - Enoch (1992) menyatakan bahwa perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan di masa depan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk
pembangunan ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu Negara.

Perencanaan pendidikan adalah proses intelektual yang berkesinambungan


dalam menganalisis, merumuskan, menimbang, dan memutuskan dengan keputusan.
Proses ini harus konsisten dan terhubung secara sistematis dengan
keputusan-keputusan lain di bidang tersebut. Perencanaan pendidikan juga tidak
memiliki batas waktu. Komponen-komponen dalam proses tersebut adalah tujuan
pembangunan nasional bangsa dan masalah strategi serta penanganan kebijakan
operasional.
Mulyadi (2005) mengemukakan bahwa dalam arti luas, biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sementara itu, Mulyadi (2002),
berpendapat bahwa biaya merupakan kas atau setara kas yang dikorbankan untuk
memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat, baik sekarang
maupun masa yang akan datang.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang (kas atau setara kas), untuk
memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat,baik yang terjadi sekarang maupun
yang akan datang.
Pendapat lainnya,Simamora (2002)bahwa biaya adalah kas atau nilai setara kas
yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat
ini atau di masa mendatang bagi organisasi,dalam hal ini perusahaan.
Adapun Prathama & Manurung (2002) memberi definisi khusus bagi akuntan
bahwa biaya merupakan total uang yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
menghasilkan sesuatu.
Atas dasar beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya dapat
dimaknai sebagai suatu bentuk pengeluaran dalam satuan mata uang yang
dikorbankan untuk memperoleh atau menghasilkan sesuatu. Dengan kata lain,terdapat
4 (empat) unsur pokok dalam biaya,yaitu: 1) merupakan pengorbanan sum
berekonomi; 2) diukur dalam satuan uang; 3) telah terjadi atau yang secara potensial
akan terjadi;dan 4) pengorbanan untuk tujuan tertentu.
3. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Konstitusi (UUSPN Nomor 20/2003) mengamanatkan kewajiban Pemerintah


untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar
masyarakat dapat memperoleh pelayanan pendidikan sesuai dengan misi Kemdiknas 5
(lima) K, yaitu: ketersediaan layanan pendidikan; keterjangkauan layanan
pendidikan;kualitas dan relevansi layanan pendidikan;kesetaraan layanan pendidikan;
dan kepastian memperoleh layanan pendidikan. Namun,dalam pelaksanaannya
Pemerintah belum memiliki kapasitas finansial yang memadai, sehingga alokasi dana
tersebut dicicil/dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dengan komitmen
peningkatan alokasi setiap tahunnya. Di sisi lain, prioritas alokasi pembiayaan
pendidikan seyogyanya diorientasikan untuk mengatasi permasalahan dalam hal
aksesibilitas dan daya tampung. Oleh karena itu,dalam mengukur efektivitas
pembiayaan pendidikan terdapat sejumlah prasyarat yang perlu dipenuhi agar alokasi
anggaran yang tersedia dapat terarah penggunaannya.
Menurut Smith (1776), Human Capital yang berupa kemampuan dan kecakapan
yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri,belajar sambil bekerja memerlukan
biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Berdasarkan pendekatan Human
Capital terdapat hubungan linier antara investasi pendidikan dengan Higher
Productivity and Higher Earning. Dengan demikian, manusia yang memperoleh
penghasilan lebih besar ak anmem bayar pajak dalam jumlah yang besar,sehingga
dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan negara. Peningkatan keterampilan
yang dapat menghasilkan tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi dapat dilakukan
melalui pendidikan yang dalam pembiayaannya menggunakan efisiensi internal dan
eksternal.
Dalam upaya mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos
pada pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan
dan cita-cita pendidikan, namun dalam kenyataannya perlu direnungkan, dikaji, dan
dibahas, baik dari segi pemikiran teoritis maupun pengamatan empirik. Untuk dapat
tercapai tujuan pendidikan yang optimal, salah satu hal paling penting, yaitu mengelola
biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan. Penyalur anggaran
perlu dilakukan secara strategis dan integratif antara pemangku kepentingan
(stakeholder) untuk mewujudkan kondisi ini, perludibangun rasa saling percaya, baik
internal Pemerintah maupun antara Pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat
dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan.
Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana,pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap. Lebih lanjut, biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan.

4. PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN


1) Pendekatan Kebutuhan Sosial (social demand approach)
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh
para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang
hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada:
(1) tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap
layanan pendidikan dasar;
(2) pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah
dari tuna aksara(buta huruf); dan
(3) pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa
ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan.

Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya dilaksanakan pada
negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan, dengan kondisi
masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikannya dan kondisi sosial ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam merancang
perencanaan pendidikan, antara lain:
a. melakukan analisis tentang pertumbuhan penduduknya;
b. melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam
pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk
yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat memberikan
kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan;
c. melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari
sekolah tingkat dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas,
kelulusan, dan dropout ;
d. melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang
jenis layanan pendidikan di sekolah;
e. melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang
dibutuhkan, dan dapat difungsikan secara maksimal dalam proses layanan
pendidikan; dan
f. melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan
tuntutan masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat

Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain: (1) pendekatan ini lebih cocok
untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan kondisi
kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih
banyak yang buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan
pemerataan pelayanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat,
karena keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan,sehingga layanan
pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang
mendasar yang dirasakan oleh masyarakat.
Sedangkan Sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1)
pendekatan inicederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan
masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan
pendidikan dasar sebesar-besarnya, sehingga mengabaikan pertimbangan efisiensi
pembiayaan pendidikan; (2) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek
kuantitas(jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya), sehingga kurang
memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini
terkesan lebih boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man
power yang diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau
output pendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi terkini; dan (4) pendekatan ini lebih menekankan pada
aspek pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek
kualitatif.
Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan jawaban yang komprehensif
dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih menekankan pada aspek
pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan yang lain
kurang diperhatikan.
2) Pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach)
Jadi menurut Guruge pendekatan ini bertujuan mengarahkan kegiatan
pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja (
man power atau person power ).
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ini lebih
mengutamakan keterkaitan antara output (lulusan) layanan pendidikan setiap satuan
pendidikan dengan tuntutan atau keterserapan akan kebutuhan tenaga kerja di
masyarakat.
Apabila pendekatan ini dipakai oleh para penyusun perencanaan pendidikan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,antara lain: (1) melakukan kajian atau
analisis tentang beragam kebutuhanyang diperlukan oleh dunia kerja yang ada di
masyarakat secermat mungkin;(2) melakukan kajian atau analisis tentang beragam
bekal pengetahuan danketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar
mereka mampumenyesuaikan diri secara cepat ( adaptif ) terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia kerja; dan (3) mengkaji
ataumenganalisis tentang sistem layanan pendidikan yang terbaik dan
mampumemberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk terjun di dunia kerja,
olehkarena itu perlu dilakukan analisis peluang kerja dan menjalin kerjasamaantara
lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri ( link and match ).
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan yang
menggunakan pendekatan ketenagakerjaan, yaitu: Pertama , beberapa kebaikan dari
pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antaralain: (1) proses
pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan pendidikan mempunyai aspek
korelasional yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja yang dibutuhkan masyarakat;
dan (2) pendekatan ini mengharuskan adanya keterjalinan yang erat antara lembaga
pendidikan dengan dunia usaha dan industri, hal ini tentu sangat positif untuk
meminimalisir terjadinya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia
industri-usaha.
Kedua , beberapa kelemahan dari pendekatan perencanaan pendidikan
ketenagakerjaan, antara lain: (1) mempunyai peranan yang terbatas terhadap
perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini telah mengabaikan peran sekolah
menengah umum, dan lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk
memenuhi kebutuhan dunia kerja.
3) Pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach)
Diantara ciri-ciri pendekatan ini antara lain: (1) pendidikan memerlukan biaya
investasi yang besar, oleh karena itu perencanaan pendidikan yang disusun harus
mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomis; (2) pendekatan ini didasarkan pada
asumsi, bahwa: (a)kualitas layanan pendidikan akan menghasilkan output yang baik
dan secara langsung akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi
masyarakat;(b) sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding
dengan tingkat pendidikannya; (c) perbedaan pendapatan seseorang di masyarakat,
ditentukan oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang sosialnya; (3)
perencanaan pendidikan harus betul-betul diorientasikan pada upaya meningkatkan
kualitas SDM (penguasaan Iptek),dan dengan tersedianya kualitas SDM, maka
diharapkan income masyarakat akan meningkat; dan (4) program pendidikan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan dengan
pendekatan keefektifan biaya, yaitu.
● Pertama , kelebihan pendekatan keefektifan biaya, antara lain: (a) perencanaan
pendidikan yang disusun akan mempunyai aspek fungsional dan keuntungan
ekonomis, sehingga bentuk- bentuk layanan pendidikan yang dianggap kurang
produktif bisa ditiadakan melalui pendekatan efisiensi investasi; dan (b)
pendekatan ini selalu memilih alternatif yang menghasilkan keuntungan lebih
banyak daripada biaya yang dikeluarkan.
● Kedua , kelemahan pendekatan keefektifan biaya, antara lain:
1. akan mengalami kesulitan dalam menentukan secara pasti biaya dan
keuntungan ( cost and benefit ) dari layanan pendidikan, terlebih apabila
digunakan mengukur keuntungan untuk periode atau masa yang akan
datang;
2. sangat sulit untuk mengukur secara pasti atau menghitung keuntungan (
benefit ) yang dihasilkan oleh seseorang dalam lapangan pekerjaan yang
dikaitkan dengan layanan pendidikan sebelumnya;
3. pendekatan ini mengabaikan hubungan antara penghasilan seseorang
dengan faktor internal individu (misalnya, motivasi, disiplin nurani, kelas
sosial, orientasi hidup individu, dan sejenisnya), dan hanya melihat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan penghasilan;
4. perbedaan pendapatan seseorang sebenarnya tidak semata-mata
menunjukkan kemampuan produktivitas individual, tetapi ada faktor lain
yang ikut menentukan yaitu faktor konvensi sosial atau banyak
dipengaruhi dari kerja kelompok; dan
5. keuntungan dari pendidikan pada dasarnya tidak hanya diukur berupa
keuntungan finansial (material), tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan
sosial- budaya.

4). Pendekatan Integratif


Diantara ciri atau karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa perencanaan
pendidikan yang disusun berdasarkan pada: (1) keterpaduan orientasi dan kepentingan
terhadap pengembangan individu dan pengembangan sosial (kelompok);
(2)keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan
juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik(bersifat idealis) untuk
mempersiapkan studi lanjut; (3) keterpaduan antara pertimbangan ekonomis (untung
rugi), dan pertimbangan layanan sosial- budaya dalam rangka memberikan kontribusi
terhadap terwujudnya integrasi sosial-budaya; (4) keterpaduan pemberdayaan
terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya internal maupun sumber daya
eksternal; (5)konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan
pendidikan (pelaksanaan program) di setiap satuan pendidikan merupakan „ suatu
sistem` ;dan (6) konsep bahwa kontrol dan evaluasi pelaksanaan program(perencanaan
pendidikan) melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses layanan kualitas
pendidikan, dengan tetap berada dalam komando pimpinan atau kepala satuan
pendidikan.
Sedangkan kelebihan dan kelemahan pendekatan perencanaan pendidikan
integrasi atau terpadu adalah: Pertama , kelebihan pendekatan terpadu antara lain: (1)
semua sumber daya (internal-eksternal) yang dimilikidalam proses pengembangan
pendidikan akan terberdayakan secara baik danseimbang; (2) dalam proses
pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan memberikan peluang secara
maksimal kepada setiap warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan
komite sekolah (tokoh dan orang tua wali siswa) untuk berkontribusi secara positif
sesuai dengan status dan peran masing-masing; (3) peluang untuk pencapaian tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan akan lebih efektif, karena dalam 9 perencanaan
terpadu memberikan porsi yang cukup besar bagi memberdayakan semua potensi yang
dimiliki secara kelembagaan, dan menuntut partisipasi aktif dari semua warga sekolah;
(4) perencanaan pendidikan yang terpadu akan mampu menghadapi perubahan atau
dinamika kehidupan sosial, ekonomi dan budaya atau tingkat kompetisi yang begitu
tinggi di semua bidang kehidupan di era globalisasi; (5) pelaksanaan pendekatan
perencanaan pendidikan terpadu secara baik akan mampu mensosialisasi dan
menginternalisasi setiap warga sekolah, untukmembangun sikap mental dan pola
perilaku yang integral atau multidimensional atau komprehensif dalam memahami dan
melaksanakan setiap agenda kehidupan di masyarakat; dan (6) output dari proses
layanan pendidikan pada peserta didik akan lebih menampilkan potret hasil
pendidikan yang lengkap, baik kualitas akademiknya, kualitas kepribadiannyadan
kualitas ketrampilannya.
Dalam realitasnya menurut data Depdiknas 2006-2007, khususnya tentang
kualitas tenaga pendidik (guru) secara makro(Nasional) dari jenjang pendidikan paling
dasar sampai menengah atas yang betul-betul telah memenuhi standar kualitas guru
yang profesional masih kurang dari 20 %, atau kurang lebih 80 % guru-guru di
Indonesia belum memiliki kualifikasi sebagai guru yang profesional (Arifin, 2007).

5. PENDEKATAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


1. Pendekatan Makro
Ada dua pendekatan dalam menentukan biaya satuan pendidikan, yaitu pendekatan
makro dan mikro. Pendekatan makro berdasarkan perhitungan pada keseluruhan
jumlah pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian
dibagi jumlah murid. Dilihat dari sumber-sumbernya, biaya pendidikan pada tingkat
makro (nasional) berasal dari : (1) pendapatan negara dari sektor pajak (yang beragam
jenisnya); (2) pendapatan dari sektor non-pajak, misalnya dari pemanfaatan sumber
daya alam dan produksi nasional lainnya yang lazim dikategorikan dalam “gas”
dan “non-migas”; (3) keuntungan dari ekspor barang dan jasa; (4) usaha-usaha
negara lainnya, termasuk dari divestasi saham pada perusahaan negara (BUMN),
serta (5) bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik dari
lembaga-lembaga keuangan internasional (seperti Bank Dunia, ADB, IMF, IDB, JICA)
maupun pemerintah melalui kerjasama multilateral maupun bilateral. Alokasi dana
untuk setiap sektor pembangunan, termasuk pendidikan dituangkan dalam Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) setiap tahun
2. Pendekatan mikro
Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi
pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan oleh murid.
Tujuan dari analisis biaya ini adalah untuk memberikan informasi dan memberikan
kemudahan kepada para pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan
sekolah lebih lanjut. Selain itu analisis juga digunakan untuk efektivitas maupun
efisiensi pengelolaan anggaran serta peningkatan mutu pendidikan

6. LANDASAN HUKUM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


a. UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV)
UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia. dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh
Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD. Partisipasi masyarakat dalam
pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan berperan serta dalam pengembangan,
pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya
sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan
berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai lima belas tahun.
Pasal 12, Ayat 1 Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang
orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Setiap peserta didik
berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 Setiap warga negara yang berusia 6 (enam)
tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat. dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN
dan APBD.
c. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pasal 13 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62 Ayat
(1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan Ketentuan Umum tentang
Standar Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar
pembiayaan pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur komponen satuan
pendidikan yang berlaku selama investasi, biaya operasi dan biaya.
Pada Bab IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa:
1. (1)Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
2. (2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap.
3. (3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. (4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi:

a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang


melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
5. (5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP
Sebelum PP tentang standar pembiayaan pendidikan ini dikeluarkan, telah ada
SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu
Kepmendiknas No. 053/U/2001 yang menyatakan bahwa SPM bidang pendidikan
adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan
pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom.
PP NO 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan adanya hak dan kewenangan
Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan
standarisasi nasional.
Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah
menerbitkan Keputusan No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang
diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan
dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai
di tingkat sekolah.
Pendidikan nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan
SD, SMP, SMA, pendidikan keterampilan dan bermata pencaharian, kelompok
bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara eksplisit telah ditentukan
standar pelayanan untuk masing-masing SPM.
Peraturan Mendiknas No. 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran yaitu Pasal
7: satuan pendidikan menetapkan masa pakai buku teks pelajaran paling sedikit 5
tahun dan buku teks pelajaran tidak dipakai lagi oleh satuan pendidikan apabila ada
perubahan standar nasional pendidikan dan buku teks pelajaran dinyatakan tidak layak
lagi oleh Menteri.

7. JENIS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Dalam artikel ini, jenis dan golongan biaya pendidikan yang dikaji meliputi
biaya langsung (direct cost) yang berarti pengeluaran uang untuk penyelenggaraan
pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian ke masyarakat. (Anwar dan Idochi,
1991).
Biaya langsung merujuk pada biaya yang terkait langsung dengan aspek dan
proses pendidikan. Contohnya adalah biaya gaji guru dan pengadaan fasilitas
belajar-mengajar (Gaffar, 1991). Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pengajaran dan kegiatan belajar peserta didik termasuk pembelian alat-alat pelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, dan gaji guru dapat dikelompokkan sebagai biaya
langsung.
Jenis biaya langsung yang pertama adalah biaya rutin, yaitu biaya yang
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pendidikan selama satu tahun
anggaran. (Fattah, 2000) Biaya ini digunakan untuk penunjang program pengajaran, gaji
guru, personil sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana
prasarana. Biaya rutin dihitung berdasarkan "per student enrolled" (Gaffar, 1987).
Menurutnya,
faktor utama yang mempengaruhi biaya rutin terdiri dari: 1) rata-rata gaji guru
per tahun; 2) rasio guru, murid, dan proporsi gaji guru terhadap biaya rutin; dan 3)
biaya pembangunan (capital cost) yang meliputi pembelian tanah, pembangunan ruang
kelas, perpustakaan, lapangan olahraga, konstruksi bangunan, pengadaan
perlengkapan mebelair, serta biaya penggantian dan perbaikan. Biaya pembangunan
dihitung berdasarkan "per student place" (tempat duduk per siswa).
Dalam menghitung biaya pembangunan, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Pertama, tempat yang menyenangkan untuk murid belajar, biaya
lokasi atau tapak, dan biaya perabot dan peralatan. Kedua, biaya tidak langsung dapat
dimaknai sebagai biaya yang umumnya meliputi hilangnya pendapatan peserta didik,
bebasnya beban pajak, bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak dipakai secara
langsung dalam proses pendidikan, serta penyusutan sebagai cermin pemakaian
perangkat sekolah yang sudah lama dipergunakan (Fattah, 2000).
Berikut ini jenis-jenis biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung (indirect
cost): 1) biaya pribadi (private cost), adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk
membiayai sekolah anaknya termasuk forgone opportunities. Dalam konteks
pendidikan, biaya ini mencakup uang sekolah, biaya lainnya, dan pengeluaran lain
yang dibayar oleh individu. (Jones, 1985) Dalam konteks ini, biaya pribadi adalah biaya
sekolah yang dibayar oleh keluarga atau individu, sedangkan biaya masyarakat adalah
biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sekolah. Menurut Jones
(1985), biaya pendidikan yang dibiayai melalui pajak sering disebut sebagai biaya
publik. Sebagian besar pengeluaran sekolah umum adalah contoh dari biaya sosial.
Biaya masyarakat adalah biaya sekolah yang dibayar oleh masyarakat.
Monetary cost adalah pengeluaran uang untuk kegiatan pendidikan.
Non-monetary cost adalah pengeluaran yang tidak dalam bentuk uang, tetapi dapat
dinilai dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan
untuk kegiatan pendidikan, seperti materi, waktu, tenaga, dan lain-lain. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang SNP, pembayaran pendidikan
terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi
pendanaan untuk sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan
modal kerja tetap. (Depdiknas, 2005). Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta Ferdi W. P, Pembiayaan Pendidikan: Suatu
Kajian Teoritis dan tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai;
dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Biaya personal
mencakup biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

8. KONSEP DASAR PEMBIAYAAN


Konsep dasar pembiayaan pendidikan meliputi tiga hal:
1. penyusunan anggaran,
2. pembukuan, dan
3. Pemeriksaan.
Budgeting adalah proses penyusunan anggaran. Budget adalah rencana
operasional dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam kurun
waktu tertentu. Dalam anggaran, terdapat kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu
lembaga. Penyusunan anggaran melibatkan pimpinan unit organisasi. Penyusunan
anggaran adalah negosiasi untuk menentukan alokasi biaya suatu penganggaran antara
pimpinan dan bawahan. Hasilnya adalah pernyataan tentang pengeluaran dan
pendapatan yang diharapkan
Accounting (Pembukuan) Pengurusan terdiri dari dua hal, yaitu menentukan
kebijakan keuangan dan tindak lanjut dalam pengeluaran dan penyimpanan uang.
Pengurusan ini melaksanakan dan dikenal sebagai pengurusan bendaharawan.
Bendaharawan bertugas menerima, menyimpan, membayar, dan menyerahkan uang,
surat-surat berharga, dan barang-barang termasuk dalam pasal 55 ICW. Mereka
memiliki kewajiban dan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
Auditing melibatkan pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan
pembayaran uang oleh bendaharawan kepada pihak yang berwenang. Bagi unit-unit
dalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini kepada BPK dalam
departemen masing-masing.
Auditing penting dan bermanfaat bagi bendaharawan yang terlibat karena:
a) Menetapkan arah pekerjaan,
b) Membatasi waktu kerja,
c) Mengukur dan menghargai tingkat keterampilan,
d) Mengetahui batas wewenang dan kewajiban, e) Memberikan kontrol terhadap
penyalahgunaan keuangan.
2) Bagi lembaga yang bersangkutan:
a) Sistem kepemimpinan terbuka
b) Klarifikasi batas wewenang dan tanggungjawab
c) Tidak timbul rasa saling curiga d) Arah yang jelas dalam penggunaan uang
3) Bagi atasan:
a) Mengetahui anggaran yang telah dilaksanakan
b) Mengetahui tingkat keterlaksanaan dan hambatannya
c) Mengetahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan, dan pengeluaran uang
d) Mengetahui tingkat kecermatan dalam pertanggungjawaban
e) Menghitung biaya kegiatan tahun lalu untuk perencanaan masa depan
f) Menyimpan arsip dari tahun ke tahun
4) Bagi badan pemeriksa keuangan:
a) Patokan pengawasan uang negara yang jelas
b) Dasar tegas untuk tindakan terhadap penyelewengan.
Azas-asas dalam anggaran adalah prinsip-prinsip yang digunakan untuk
mengatur penyusunan anggaran. Salah satu azas-asas dalam anggaran adalah sebagai
berikut:
1. Asas Keterkaitan atau Konsistensi: Anggaran harus konsisten dan terkait
antara bagian-bagian yang ada dalam anggaran tersebut. Setiap bagian anggaran
harus saling mendukung dan terintegrasi.

2. Asas Keberlanjutan atau Kontinuitas: Anggaran harus disusun secara


berkesinambungan dari tahun ke tahun. Artinya, anggaran harus
mempertimbangkan perencanaan jangka panjang dan tetap relevan seiring
berjalannya waktu.

3. Asas Kesinambungan atau Permanen: Anggaran harus mengikuti prinsip


kesinambungan atau permanen. Artinya, anggaran harus mencerminkan
kestabilan dan kontinuitas dalam alokasi dana, serta tidak terpengaruh oleh
perubahan situasi atau kondisi yang sifatnya sementara.

4. Azas Keakuratan atau Akuntabilitas: Anggaran harus akurat dan transparan.


Artinya, anggaran harus didasarkan pada data dan informasi yang valid, serta
dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan.

5. Azas Efisiensi atau Optimalisasi: Anggaran harus disusun dengan prinsip


efisiensi guna mencapai hasil yang optimal dari penggunaan sumber daya yang
ada. Artinya, anggaran harus menghindari pemborosan dan memprioritaskan
penggunaan dana yang paling efektif. Dalam menyusun anggaran,
prinsip-prinsip ini harus diperhatikan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi
pengelolaan keuangan.
9. KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN

Ciri-ciri pembiayaan pendidikan:


1. Biaya pendidikan selalu naik,
2. Perhitungan pembiayaan pendidikan menggunakan satuan unit cost,

a. Unit cost lengkap, yaitu perhitungan berdasarkan semua fasilitas yang


dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
b. Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya bahan dan
alat yang habis
c. Unit cost sempit, hanya memperhitungkan biaya langsung yang
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar

3. Biaya terbesar dalam pendidikan adalah biaya manusia. Pendidikan adalah


"human investment" dengan biaya terbesar diserap oleh tenaga manusia.
4. Biaya pendidikan akan naik sejalan dengan tingkat sekolah. Biaya pendidikan
bergantung pada jenis lembaga. Sekolah kejuruan lebih mahal daripada sekolah
umum.
5. Komponen pendidikan dibiayai sama tiap tahun.

10. MODEL PEMBIAYAAN

John S. P, Berpendapat pada dasarnya pembiayaan diklasifikasikan menjadi dua


model, yaitu:
a. Flat Grant Model Flat Grant Model menggunakan sistem distribusi dana,
semua distrik atau Kabupaten/kota menerima jumlah dana yang sama untuk setiap
muridnya tidak memperlihatkan perbedaan kemampuan daerah. Daerah yang sumber
dayanya kaya raya dan daerah yang sumber daya alamnya tidak mendukung (miskin),
untuk membiayai program pendidikan setiap menerima dana dengan jumlah yang
sama dan dihitung biaya per siswa dalam 1 (satu) tahun yang direfleksikan sebagai
kebutuhan yang bervariasi dalam unit biaya yang diberikan kepada sekolah.
b. Equalization Model Equalization Model ini bertitik tolak pada ability to pay
(kemampuan membayar) masyarakat. Masyarakat yang miskin tentu perlu menerima
bantuan dana lebih serius dibanding dengan masyarakat yang incomenya lebih tinggi.
Karena itu sekolah miskin akan memperoleh kesempatan sejajar dengan sekolah
lainnya, artinya setiap daerah akan menerima jumlah dana yang berbeda tiap tahun
tergantung bagaimana membagi sesuai kepada kemampuan daerah.

11. SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Pembiayaan pendidikan pada Satuan Pendidikan terdiri dari beberapa sumber.


Pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau
pemerintah, sumber biaya pendidikan meliputi anggaran pendapatan dan belanja
negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan dari peserta didik atau
orang tua, sumbangan dari pemangku kepentingan pendidikan, bantuan lembaga lain,
bantuan pihak asing, dan sumber lain yang sah.

Pemerintah mendanai sekitar 70% dari total biaya pendidikan. Orangtua murid
memberikan sekitar 10-24% dan masyarakat memberikan sekitar 5% sisanya. Pihak lain
juga memberikan dana dalam bentuk hibah atau pinjaman.

Upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dana pendidikan antara lain:

1. Pemerintah pusat dan daerah berupaya meningkatkan alokasi dana pendidikan


secara efektif dan efisien, termasuk melalui penggunaan dana pajak umum.
2. Orang tua peserta didik:
3. Masyarakat mengajak dunia usaha untuk menjadi fasilitator praktik peserta
didik dan menghimbau agar memberikan dana lebih besar untuk pendidikan.
4. Pihak lain mengusahakan bentuk kerja sama yang saling menguntungkan dan
tidak memberatkan di kemudian hari dengan mempertimbangkan bentuk
pinjaman.
5. Dana usaha sendiri yang halal: sewa alat, koperasi, kopma.

12. PERENCANAAN ANGGARAN DAN BELANJA PENDIDIKAN

Perencanaan pendidikan adalah usaha menentukan kebijakan, prioritas, dan


biaya pendidikan dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, dan politik untuk
mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional dan memenuhi kebutuhan bangsa
serta anak didik. (Sedarmayanti, 1995:49).Setiap tahun, semua sekolah harus membuat
perencanaan anggaran yang disebut Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah.
Tujuan penyusunan anggaran ini adalah sebagai pedoman dalam pengumpulan
dan pengeluaran dana serta untuk membatasi dan mempertanggung jawabkan uang
yang diterima oleh sekolah.
Dengan RAPBS, sekolah tidak bisa memungut semua sumbangan dari orang tua
siswa,BP3 puas mengetahui penggunaan dana mereka,Sekolah swasta tidak terlalu
terikat dana pemerintah,Mereka lebih leluasa menyusun RAPBS-nya dengan
mempertimbangkan kebutuhan minimum setiap tahun dan perkiraan pendapatannya
berdasarkan penerimaan tahun sebelumnya,Dalam perencanaan pembiayaan, penting
untuk memahami berbagai jenis biaya yang terkait dengan pembiayaan,Biaya langsung
merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah,Biaya ini
meliputi biaya belajar mengajar, sarana belajar, transportasi, gaji guru, dan dikeluarkan
oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa.
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah keuntungan yang hilang (earning
forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang dikorbankan oleh siswa saat
belajar,Istilah lain terkait dengan dua sisi anggaran yaitu penerimaan dan pengeluaran.
1. Anggaran penerimaan adalah pendapatan tahunan sekolah dari berbagai
sumber resmi.
2. Anggaran pengeluaran adalah uang yang dibelanjakan setiap akhir tahun untuk
kepentingan pendidikan.

Pengeluaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran


tidak rutin.
1. Pengeluaran rutin meliputi pelaksanaan pelajaran, tata usaha sekolah,
pemeliharaan sarana/prasarana sekolah, kesejahteraan pegawai, administrasi,
pembinaan teknis edukatif, dan pendataan.
2. Pengeluaran tidak rutin seperti pembangunan gedung, pengadaan kendaraan
dinas, dll.
Metode pengukuran biaya pendidikan adalah dengan total cost dan unit cost.
1. Total cost adalah biaya pendidikan secara keseluruhan.
2. Unit cost adalah biaya satuan per peserta didik.
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan biaya satuan, yaitu pendekatan makro
dan mikro.
1. pendekatan makro menghitung pengeluaran pendidikan total dan membaginya
dengan jumlah murid,
2. sedangkan pendekatan mikro mengalokasikan pengeluaran per komponen
pendidikan yang digunakan oleh peserta didik.

Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut dengan
rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan

a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun


anggaran
b. Menentukan sumber-sumber pendapatan yang akan digunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan tersebut Semua sumber dinyatakan dalam bentuk
uang karena uang adalah pernyataan finansial.
c. Menyusun anggaran pengeluaran untuk setiap kegiatan,
d. Memperhitungkan estimasi biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan.
e. Menyusun rencana pengeluaran dan pendapatan secara rinci berdasarkan
prioritas dan urgensi kegiatan.
f. Mengalokasikan dana sesuai dengan kebutuhan masing-masing kegiatan.
g. Melakukan pengecekan ulang dan revisi jika diperlukan guna memastikan
kesesuaian rencana anggaran dengan kegiatan yang akan dilakukan.
h. Mengkomunikasikan rencana anggaran kepada pihak-pihak terkait untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan.
i. Mengidentifikasikan sumber-sumber dalam uang, jasa, dan barang.
j. Memformulasikan anggaran dalam format yang telah disetujui oleh instansi
tertentu.
k. "Menyusun usulan anggaran untuk persetujuan pihak berwenang.
l. Melakukan revisi anggaran usulan.

Di sekolah, terdapat RAPBS yang merupakan persetujuan revisi anggaran dan


pengesahan anggaran. Penyusunan RAPBS sebaiknya mempertimbangkan analisis
SWOT dari hukum, tuntutan zaman, visi dan misi sekolah, stakeholder, dan output
yang diharapkan.
Tujuannya adalah sebagai pedoman dalam pengumpulan dan pengeluaran dana,
serta sebagai pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang yang
diterima. Dengan RAPBS, sekolah tidak bisa sembarangan meminta sumbangan dari
orangtua siswa (BP3) dan BP3 merasa puas mengetahui penggunaan dana yang mereka
berikan. Mereka lebih leluasa menyusun RAPBS karena RAPBS disusun berdasarkan
kebutuhan minimum setiap tahun dan perkiraan pendapatannya mengacu pada
penerimaan tahun sebelumnya.

13. PENGAWASAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Pengawasaan pembiayaan pendidikan terdiri dari kegiatan auditing yang


mencakup pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, pembayaran, dan
penyerahan uang oleh Bendaharawan kepada pihak berwenang. Pengawasan penting
dalam pelaksanaan rencana untuk menjaga kegiatan tetap sesuai dengan tujuan dan
target yang telah ditetapkan.
Pengawasan melibatkan pemantauan pembangunan agar sesuai rencana,
mencegah penyimpangan keuangan, dan memperbaiki kesalahan pencatatan.
Pengawasan terdiri dari pengawasan internal dan eksternal, serta pengawasan
struktural dan fungsional yang meliputi pemeriksaan, pembinaan, dan evaluasi.
Pengendalian adalah langkah yang diambil dalam perencanaan untuk
memastikan keberhasilan kegiatan program yang telah direncanakan. Pengendalian
bertujuan untuk mengidentifikasi kemajuan, perkembangan, hambatan, dan
penyimpangan agar dapat diminimalisir. Hal ini penting untuk memastikan
pengelolaan biaya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan..
Pemeriksaan pembayaran mengelola biaya mempertanggungjawabkan
penggunaan dana program dan kegiatan. Pengelolaan biaya harus cermat. Pengawasan
pembayaran pendidikan bertujuan mengukur dan menilai alokasi biaya serta
penggunaannya. Menguji (testing), Mengevaluasi (evaluating), Mengoreksi (correcting),
Menilai dan melaporkan hasil temuan kinerja aktual dan hasilnya. Langkah dalam
proses pengawasan:
1. Penetapan standar atau patokan.
2. Mengukur dan membandingkan kenyataan dengan standar yang ditetapkan.
3. Menentukan tindak perbaikan atau koreksi menjadi rekomendasi.
BAB III
KESIMPULAN

Atas dasar hasil kajian secara teori dapat disimpulan sebagai berikut. Pertama,
faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pendidikan sekolah dipengaruhi oleh:
1. kenaikan harga (rising prices);
2. perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s salaries);
3. perubahan dalam populasi dan kenaikannya persentase anak sekolah (negeri);
4. meningkatnya standar pendidikan (educational standards);
5. meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah; dan
6. meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education).
Faktor-faktor peningkatan tersebut dapat mempengaruhi kebijakan Pemerintah sesuai
dengan situasi dan kondisi dalam kurun waktu tertentu.
Kedua, beberapa jenis biaya pendidikan meliputi:
1. biaya langsung (direct cost);
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya langsung (direct
cost); c) biaya pribadi (private cost) ; d) biaya masyarakat (social cost) ; e) monetary cost
; dan f) non monetary cost. Jenis biaya yang masih sering dikeluhkan oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang
tua peserta didik (biaya pribadi).
Dalam dunia pendidikan, efisien dan efektif cenderung ditandai dengan pola
penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara
efisien dengan pengelolaan yang efektif. Program pendidikan yang efektif dan efisien
seharusnya mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
akan sumber-sumber pendidikan dan dapat mencapai tujuan tanpa mengalami
hambatan yang berarti.

Anda mungkin juga menyukai