Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Perencanaan

a. Wiiliam G. Cuninningham (1982) perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan,


fakta-fakta, imajinasi, asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk mencapai tujuan;

b. Richard L Daft (1986) perencanaan hubungan antara apa adanya sekarang (what is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program,
dan alokasi sumber-sumber;

c. Anthon Athoilah (2010) Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan
program yang didalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan,
kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur, metode yang akan diikuti dalam pencapaian tujuan.

d. Lembaga Admistrasi Negara (1995) Perencanaan merupakan tugas manajer untuk menentukan pilihan
dari berbagai alternatif, kebijaksanaan, prosedur, dan program.

e. Perencanaan mengandung tiga hal yang mendasar yaitu : tujuan, pertimbangan kebijakan, dan
pelaksanaan rencana.

2. Pengertian Perencanaan Pendidikan

1. Waterson (1974) perencanaan pendidikan sebagai bentuk investasi pendidikan yang dapat dijalankan
dan kegiatan-kegiatan didasarkan pada pertimbangan ekonomi dan keuntungan sosial;

2. UNESCO (2011) bahwa perencanaan pendidikan sebagai suatu intervensi otoritas pemerintah untuk
mengarahkan dan menyelaraskan pembangunan pendidikan dengan persyaratan sektor lain untuk
memastikan kemajuan ekonomi dan sosial.

3. Depdiknas (2006) perencanaan pendidikan sebagai proses penyusunan gambaran kegiatan pendidikan
dimasa depan dalam rangka mencapai perubahan, yaitu pendidikan yang berkualitas secara terstruktur
dan terprogram.

4. Perencanaan strategik pendidikan merupakan adopsi konsep perencanaan yang terdiri dari visi, misi,
dan tujuan; analisa pasar; analisa SWOT dan faktor paling penting; perencanaan operasi dan bisnis;
perencanaan mutu; biaya mutu; dan monitoring evaluasi.

3. Perencanaan SMART (George T. Doran, 1981)

 Perencanaan yang baik harus SMART yaitu specific (jelas dan fokus), measurable (terukur),
achievable (dapat dicapai), relevant, dan time-based (tenggat waktu), maka sesungguhnya sebagian
besar pekerjaan telah selesai.

 Perencanaan akan mencapai hasil yang baik jika benar dan tepat dalam penetapan tujuan, oleh sebab itu
penetapan tujuan yang baik paling tidak mempertimbangkan 5 W berikut: Who, Siapa yang terlibat ;
What, target apa yang akan capai ; Where, dimana target akan dicapai; When, kapan target ini akan
dicapai ; Why, mengapa ditetapkan target tersebut.

PERTEMUAN KE 3

FAKTUAL

Pengelola pendidikan yang baik adalah seorang idealis, pragmatis, dan ahli politik. la dapat menerima adanya
kebutuhan masyarakat yang penting lainnya, tetapi baginya jelas pendidikan adalah yang utama;

Kepada pendidikan seluruh perhatian dan loyalitasnya ditujukan. la benar-benar yakin bahwa setiap anak bangsa
harus memperoleh pendidikan yang nantinya dapat dipakai, tetapi ia pun tahu bahwa hai demikian tidak dapat
dengan segera dimungkinkan.

Dengan demikian pada masa pengajuan anggaran, ia mengajukan untuk semua hai yang ia pikirkan sehingga
dapat dipakai secara efektif ditambah dengan jumlah kelebihan tertentu karena ia tahu bahwa ia akan
memperoleh kurang dari apa yang dimintanya.
Kemudian berusaha keras untuk memperoleh apa yang diminta itu dan akhirnya diperoleh kesepakatan anggaran
yang harus dipakai seefektif mungkin.

PENDEKATAN "TUNTUTAN SOSIAL"

Pendekatan ini yang paling wajar bagi pendidik dan sesungguhnya lebih meruapakan suatu uraian yang
lazimnya ia kerjakan daripada rumusan teoretis tentang bagaimana seharusnya ia menghadapi perencanaan.

Ada tekanan dari masyarakat dalam hal tuntutan dan penyediaan, yakni apabila para pejabat, pendidik, dan
pemimpin politik menerima keluhan yang bertubi-tubi dari para masyarakat orang tua yang kecewa dan marah
karena anaknya tidak memperoleh sekolah;

Ada dua hal yang penting dalam perencanaan pendidikan yaitu : Pertama, yang menyangkut ketetapan
pemerintah tentang wajib belajar/sekolah. Bila ini terjadi, maka tuntutan secara tiba-tiba akan meningkat dan
dasarnya ditentukan oleh faktor kependudukan, bukan merupakan tuntutan sukarela lagi. Kedua adalah bahwa
tuntutan sukarela dapat dipengaruhi oleh bagaimana pandangan para pelajar dan orang tua terhadap biaya
pendidikan, tidak hanya biaya-biaya tunai (gaji, dan sebagainya), tetapi juga biaya-biaya yang timbul karena
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pekerjaan di ladang keluarga yang tidak dilakukan
selama pelajar pergi ke sekolah.

PENDEKATAN "TENAGA KERJA"

Para ahli ekonomi dalam perencanaan lebih menyukai pendekatan "tenaga kerja" untuk perencanaan pendidikan.
Alasannya bahwa perkembangan ekonomi adaiah batu loncatan ke arah perkembangan bangsa secara
keseluruhan sehingga harus merupakan suatu pertimbangan utama di dalam membuat alokasi sumber-sumber
nasional yang langka.

Perkembangan ekonomi tidak hanya mernerlukan sumber-sumber fisik dan fasilitas, tetapi juga sumber daya
manusia untuk mengatur dan memakai sumber-sumber tersebut. Dengan demikian pengembangan sumber daya
manusia melalui sistem pendidikan adaiah suatu syarat yang penting untuk perkembangan ekonomi dan
merupakan suatu penanaman sumber daya yang langka yang baik, hasil pola dan kualitas pendidikan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.

Tujuan, Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pendidikan;

1. Tujuan Perencanaan Pendidikan

Perencanaan jika dilihat dari pendapat para ahli maka menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai
pengarah kegiatan, target-target, dan hasil-hasilnya di masa depan sehingga apapun kegiatan yang dilakukan
diharapkan dapat berjalan dengan tertib. Yang kemudian akan tercapailah apa yang menjadi tujuan dari
organisasi atau lembaga.

Tujuan mengandung usaha untuk melakasanakan tindakan atau rumusan mengenai apa yang diinginkan pada
kurun waktu tertentu. Tujuan harus menegaskan mengenai sesuatu secara SMART (specipic, measurable,
attainable, realistic, and time bounding) atau (khusus, dapat diukur, dapat diwujudkan, realistis, dan berjangka
waktu tertentu).

Dengan demikian tujuan perencanaan pendidikan adalah usaha untuk melaksanakan tindakan atau rumusan
mengenai apa yang diinginkan dimasa depan dalam mencapai tujuan pendidikan;

Karena perencanaan berfungsi sebagai pengarah kegiatan, target-target, dan hasil-hasilnya di masa depan
sehingga apapun kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat berjalan dengan tertib, yang kemudian akan
tercapailah apa yang menjadi tujuan pendidikan tersebut.

Tujuan Perencanaan Pendidikan Supardi dan Darwan Syah menuliskan (2010: 11-12) sebagai berikut:

1. Menyajikan rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui pejabat tingkat nasional yang
berwenang.
2. Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi berbagai bidang/satuan kerja yang
bertanggung-jawab untuk melakukan kebijaksanaan.
3. Mencari kebenaran atas fakta-fakta yang diperoleh atau yang akan disajikan agar dapat diterima
oleh stakeholder
4. Menentukann tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan diorientasikan pada masa depan.
5. Meyakinkan secara logis dan rasional kepada stakeholderpendidikan terhadap pendidikan.

Tujuan Perencanaan Pendidikan oleh Sagala (2009) antara lain :

1. Untuk mengarahkan proses  pencapaikan tujuan pendidikan;


2. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan;
3. Untuk menyerasikan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem’;
4. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses
penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan;
5. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau
perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek
akademik-nonakademik;
6. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis
termasuk biaya dan kualitas pekerjaan;
7. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus (spefisik) tentang jenis kegiatan
atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus dilakukan;
8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi organisasi
pendidikan.

2. Fungsi Perencanaan Pendidikan

1. Sebagai arah kegiatan dan target-targetnya dimasa depan sehingga kegiatan-kegiatan yang telah telah
direncanakan tersebut berjalan dengan tertib dan tujuan dari organisasi atau lembaga dapat dicapai;

2. Sebagai dasar untuk mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat yang
akan diikutsertakan dalam pendidikan di samping hal-hal lain? Apa yang tampaknya menghambat ke-
mampuan ini, dalam artian tidak hanya sumber dana tetapi sumber daya yang nyata? Sumber daya
mana yang secara maksimal dan efektif dapat diserap oleh pendidikan dalam suatu période tertentu?

3. Manfaat Perencanaan Pendidikan

1. Dijadikan media pemilahan sebagai alternatif langkah pekerjaan atau strategi penyelesaian yang terbaik
dalam mencapai tujuan pendidikan;

2. Digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses kegiatan institusi pendidikan;

3. Digunakan dalam penyusunan skala prioritas kelembagaan baik yang berkaitan dengan sasaran yang
akan dicapai maupun proses layanan pendidikan;

4. Membentu pimpinan dan anggota dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial budaya;

5. Mengefisienkan dan mengefektifkan pemanfaatan sumber daya pendidikan dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan;

6. Dijadikan sebagai media dalam meminimalkan pekerjaan yang tidak efisien;

7. Dijadikan media untuk memudahkan dalam berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam
meningkatkan kualitas layanan pendidikan.

4. Prinsip Perencanaan Pendidikan

Menurut Arifin 2010, terdapat 7 (tujuh) prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan
pendidikan (Johar Permana, 2019) :

1. Prinsip Interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam kehidupan. Hal ini
penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik harus menyangkut berbagai jenis
pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.

2. Prinsip Fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap perkembangan atau perubahan
kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik
adalah menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) dan beragam tantangan kehidupan terkini.

3. Prinsip Efektifitas-Efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan didasarkan pada


perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang, sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’
dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan pendidikan.

4. Prinsip Progress of Change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada semua warga sekolah
untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam pembaharuan layanan pendidikan yang
lebih berkualitas, sesuai dengan peranan masing-masing.

5. Prinsip Objektif, Rasional dan Sistematis, artinya perencanaan pendidikan harus disusun berdasarkan
data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan kemanfaatan layanan pendidikan secara rasional
(memungkinkan untuk diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika dan tahapan pencapaian
program secara jelas dan berkesinambungan.

6. Prinsip Kooperatif–Komprehensif, artinya  perencanaan yang disusun mampu memotivasi dan


membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja sebagai suatu tim (team work) yang baik.
Disamping itu perencanaan yang disusun harus  mencakup seluruh aspek esensial (mendasar) tentang
layanan pendidikan akademik dan non akademik setiap peserta didik.

7. Prinsip Human Resources Development, artinya perencanaan pendidikan harus disusun sebaik


mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber daya manusia secara maksimal
dalam mensukseskan program pembangunan pendidikan. Layanan pendidikan pada peserta didik harus
betul-betul mampu membangun individu yang unggul baik dari aspek  intelektual (penguasaan science
and technology), aspek emosional (kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual(keimanan dan
ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul.

PERTEMUAN KE 5

 Menurut Frida Rahayu. (Blogspot,Com 2015/05)

1. Pra Perencanaan (tahapan menganalisis masalah-masalah biasa yang timbul dalam suatu lembaga
pendidikan dan akan mempengaruhi lembaga pendidikan tersebu, termasuk kajian terhadap beragam
kebutuhan)

2. Formulasi Program Rencana (menyiapkan seperangkat keputusan yang diambil oleh otoritas, dan
menyediakan pola dasar pelaksanaan)

3. Elaborasi Rencana (diperinci sedemikian rupa sehingga setiap tugas dari unit-unit dalam organisasi
pendidikan menjadi jelas)

4. Optimalisasi Rencana (memastikan setiap kegiatan dalam kelompok ini harus saling menunjang dan
menuju tujuan yang sama)

5. Implementasi Rencana (keterlaksanaan proses perencanaan dan proses manajemen berjalan bersama
dalam pelaksanaannya sehingga perlu harmoni)

6. Evaluasi Rencana (dilakukan sebagai kegiatan akhir dari proses perencanaan sebelum revisi dilakukan)

7. Revisi Rencana (Revisi rencana dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan untuk
memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana)

JENIS-JENIS PERENCANAAN

Menurut Johar Permana (somantri, 2014) dan (Hidayat dan Machali, 2012) Jenis Perencanaan terdiri atas :

1. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Dimensi Waktu

2. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Dimensi Spasial

3. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Sifat atau Karakteristik


4. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Tingkat Teknis Perencanaan

5. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Aspek Jenis Perencanaan

 1. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Dimensi Waktu

a. Perencanaan Pendidikan berdasarkan Dimensi Waktu dibagi atas 3 dimensi yaitu jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek.

b. Perencanaan Jangka Panjang (long term educational planning) perencanaan di atas 10 tahun hingga 20
tahun.

c. Perencanaan jangka panjang belum menjabarkan sasaran yang bersifat kuantitatif melainkan hanya
bentuk proyeksi atau perspektif keadaan idel;

d. Perencanaan Jangka Menengah (medium term educational planning) yaitu perencanaan empat atau
lima tahunan periode kepemimpinan

e. Perencanaan jangka menengah penjabarannya lebih konkret, sudah merumuskan tujuan dan sasaran
secara kuantitatif

f. Perencanaan jangka Pendek (short term educational planning) perencanaan yang dilaksanakan
maksimal 1 tahun, disebut perencanaan operasional tahunan yang memuat langkah2 strategis dan
operasional sehari hari dengan memuat sasaran, program dan kegiatan.

 2. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Dimensi Spasial

a. Perencanaan Spasial dibagi atas 3 perencanaan menurut lingkupnya yaitu Nasional, Regional,
Institusional;

b. Perencanaan Pendidikan Nasional yaitu seluruh proses usaha layanan pemerintah pusat pada semua
jenis dan jenjang pendidikan, terutama perencanaan standar dan perencanaan kurikulum nasional dalam
Perencanaan Pendidikan dan Kebudayaan (Rencana Strategis Pendidikan dan Kebudayaan).

c. Perencanaan Pendidikan Regional yaitu perencanaan diwilayah regional tertentu, sehingga disebut
perencanaan pendidikan daerah dan biasa dijumpai dalam Rentra Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota.

d. Perencanaan Pendidikan Institusional yaitu perencanaan yang mencakup satu institusi atau lembaga
pendidikan tertentu, contohnya Rencana Pengembangan Sekolah, Renstra/Renja Sekolah.

 3. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Sifat atau Karakteristik.

a. Perencanaan berdasarkan sifat atau karakteristik terdiri atas 3 sifat, yaitu terpadu, komprehensif,
strategis.

b. Perencanaan Pendidikan Terpadu (integrated educational planning) yaitu perencanaan pendidikan yang
memaduserasikan dengan perencanaan sektor lain yang mendukung pendidikan, seperti ekonomi,
infrastruktur, politik, hukum, sosial dll.

c. Perencanaan Pendidikan Komprehensif (comprehensif educational planning) perencanaan yang disusun


secara sistematik, rasional, obyektif yang menyangkut semua konsep yang lengkap tentang apa dan
bagaimana.

d. Perencanaan Pendidikan Strategis (stretegic educational planning) perencanaan pendidikan yang


mengandung pokok-pokok perencanaan untuk menjawab persoalan atau isue kontemporer pendidikan.

 4. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Tingkat Teknis Perencanaan

a. Perencanaan pendidikan berdasarkan tingkat teknis terdiri 5 hal yaitu perencanaan pendidikan makro,
mikro, sektoral, kawasan, proyek.
b. Perencanaan Pendidikan Makro prencanaan pendidikan bersifat nasional yang melibatkan faktor
politik, ekonomi, sosial, budaya dan berlaku secara nasional.

c. Perencanaan Pendidikan Mikro yaitu perencanaan sesuai kondisi daerah (desentralisasi pendidikan).
Namun demikian perencanaan mikro dalam hal teknis standar harus mengacu nasional, selebihnya
menggali potensi lokal sebagai keunggulan.

d. Perencanaan Pendidikan Sektoral yaitu perencanaan pendidikan yang fokus pada satu sektor tertentu,
misalnya sektor sarana pendidikan.

e. Perencanaan Pendidikan Kawasan yaitu perencanaan yang memperhatikan keunggulan kawasan lokal
sebagai keunggulan komparatif dan kompetitif.

f. Perencanaan Pendidikan Proyek yaitu perencanaan menyangkut implementasi kebijakan kegiatan untuk
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.

 5. Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Aspek Jenis Perencanaan

a. Perencanaan pendidikan berdasarkan aspek jenis perencanaan menurut (Oliver Paul, ed 1996; usman
2008) terdiri atas perencanaan atas bawah, perencanaan bawah atas, perencanaan menyerong dan
menyamping, perencanaan mendatar, perencanaan mengelinding, perencanaan gabungan atas bawah
dan bawah atas.

b. Perencanaan pendidikan atas bawah (top down) perencanaan pendidikan tingkat nasional dan harus
diimplemetasikan tingkat provinsi dan kab/kota;

c. Perencanaan pendidikan bawah atas (bottom up) usul perencanaan dari tingkat bawah kpd tingkat
atas/pimpinan.’

d. Perencanaan menyerong dan menyamping (diagonal educational planning) yaitu perencanaan sektoral
yang melibatkan lembaga khusus untuk hal khusus.

e. Perencanaan pendidikan mendatar (horizontal) perencanaan pendidikan yang menjalin kerjasama


antar lembaga sederajat.

f. Perencanan Pendidikan Gabungan atas bawah dan bawah atas perencanaan yang mensinergikan pusat
dan daerah.

PERTEMUAN KE 7

 5. Teori Incremental :

 Teori Incremental menekankan pada kemampuan lembaga dan performance personalia yang ada dalam
suatu lembaga pendidikan;

 Perencanaan pendidikan harus dilaksanakan dengan hati-hati, sehingga obyek yang ditangani untuk
dilaksanakan dalam pencapaian tujuan;

 Perencanaan pendidikan harus selalu diukur dan dibandingkan dengan kemampuan lembaga dan
performace personalia yang ada (jika perkiraan memadai dilaksankan, jika tidak memungkinkan maka
tidak direncanakan);

 Teori Incremental tidak digunakan untuk perencanaan jangka panjang, biasanya hanya digunakan
untuk perencanaan jangka pendek atau tahunan yang hasilnya atau indikatornya dapat diukur;

 Aspek-aspek yang dipakai hanya dibatasi pada tindakan-tindakan sekarang dg dasar informasi yg
tersedia dengan mendapat dukungan dari semua pihak

 Teori SITAR
 Teori SITAR (synoptic, incremental, transactive, advocacy , radical) merupakan pendapat “Tanner”
yang menggabungkan ke lima teori “Hudson” perencanaan tradisonal (radical, advocacy, transactive,
synoptic dan incremental);

 Teori SITAR mencoba mengurangi kelemahan masing-masing teori Hudson jika diterapkan terspisah;

 Mensinergikan teori di atas makan dalam perencanaan pendidikan akan meminimalisir kekurangan dan
kelemahan masing-masing teori.

 Penggabungan teori-teori perencanaan pendidikan akan dilakukan apabila pada situasi tertentu
memerlukannya sehingga hasilnya efektif, efisien dan produktif.

PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN

1. Pendekatan Kebutuhan Sosial,

2. Pendekatan Pengembangan Sumber Daya Manusia,

3. Pendekatan Kebutuhan Tenaga Kerja,

4. Pendekatan Efisiensi dan Keefektifan Biaya,

5. Pendekatan Integratif.

 1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (Social Deman Approach)

 Pendekatan Kebutuhan Sosial suatu perencanaan pendidikan disusun dan dirancang dengan
memperhatikan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan pendidikan;

 Pada dasarnya pendekatan kebutuan sosial ini memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat
agar dapat mengembangkan dan memberdayakan dirinya;

 Pertimbangan pendekatan kebutuhan sosial antara lain memperhatikan : melakukan analsisis


pertumbuhan penduduk; analisis partisipasi dalam pendidikan; analisis perkembangan peserta didik;
analisis mimat layanan pendidkan; analisis tenaga pendidik dan kependidikan, analisis output dengan
tuntutan masyarakat (outcome)

2. Pendekatan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Capital Inverstment Approach)

 Pendekatan Pengembangan Sumber Daya Manusia menekankan bahwa perencanaan pendidikan


diarahkan meningkatkan mutu sumber daya manusia.

 Sumber daya manusia merupakan investasi jangka panjang antara 12 s.d. 20 tahun baru bisa
dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan nasional dan masyarakat lokal;’

 Bagi individu akan terasa perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya untuk terjun kedunia
kerja jika telah memperoleh pendidikan pada jenis dan jenjang tertentu dg baik;

 Kemajuan suatu lembaga, masyarakat, hingga tingkat pemerintahan akan sangat ditentukan kualitas
sumber daya manusianya, dan investasi ini sangat mahal perlu komitmen.

 3. Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan (Manpower Planning Approach)

 Pendekatan Kebutuhan Ketenagakerjaan lebih mengutamakan keterkaitan ouput (lulusan) pendidikan


disetiap satuan pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, sehingga peserta didik sebagai obyek sekaligus
subyek memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;

 Penguatan Keterampilan kerja peserta didik pada keterampilan teknik, sosial, dan emosional menjadi
sangat penting dalam dunia kerja;

 Perencanaan pendidikan yang dibuat menjamin bahwa lulusan dari lembaga satuan pendidikan
memiliki kemampuan yang handal dan menjadi tenaga kerja yang produktif;
 Perencaaan kebutuhan ketenagakerjaan harus perhatikan antara lain : analisis kebutuhan dunia kerja;
analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, analisis layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan tenaga kerja (link and match).

 4. Pendekatan Efisensi dan Keefektifan Biaya (Cost Effectiveness and Benefits Approach)

 Pendekatan Efisiensi Biaya dimaksudkan bahwa dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan
aspek produktivitas pembiayaan dalam pelaksanannya;

 Pembiayaan pendidikan dalam penggunaan dana dan fasilitas harus secermat mungkin untuk mencapai
hasil yg optimal baik secara kuantitaif maupun kualitatif;

 Pembiayaan harus sebanding dengan keluaran, maka hindari pembiayaan yang tdk produktif;

 Ciri-ciri pendekatan efiiensi dan keefektifan biaya antara lain : mempertimbangkan keuntungan
ekonomi; output lulusan akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pendapatan
pribadi; income masyarakat meingkat; kegiatan yang memiliki nilai ekonomis tinggi menjadi prioritas.

 5. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)

 Pendekatan Integratif atau terpadu adalah bentuk pendekatan yang didalamnya memadukan keempat
pendekatan diatas (Pendekatan Kebutuhan Sosial, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kebutuhan
Tenaga Kerja, Pendekatan Efisiensi dan Keefektifan Biaya);

 Pendekatan Integratif juga biasa disebut Pendekatan Sistemik atau pendekatan sinergis;

 Ciri-ciri pendekatan Integratif ini antara lain : berorientasi pada keterpaduan dan kepentingan
pengembangan individu juga kelompok; berorientasi pada keterpaduan pemenuhan ketenagkerjaan
bersifat pragmatis (praktis dan berguna bagi umum), dan mempersiapkan kualitas akademik studi
lanjut; beroriantasi keseimbangan ekonomis dan layanan sosial; pemberdayaan sumberdaya internal
dan eksternal; semua sumberdaya pendidikan sangat penting; kontrol dan evaluasi melibatkan semua
pihak tetapi komando tetap pada pimpinan lembaga.

Anda mungkin juga menyukai