I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perencanaan kebijakan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian proses
kegiatan untuk menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi seperti
(peristiwa, keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah
memanipulasi, mengira-ngira atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan
persiapan perencanaan harus dinilai. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari
suatu program sehingga suatu bangsa akan berlama-lama dalam membahas
perencanaan daripada aplikasinya.
Perencanaan adalah suatu proses yang penting sebelum melakukan yang lain.
Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penenetu dan sekaligus memberi
arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dalam dunia pendidikan, perencanaan adalah
hal yang sangat penting untuk dilaksanakan. Dalam sejarah 2500 tahun yang lalu
perencanaan pendidikan sudah ada, dimana bangsa Sparta telah merencanakan
pendidikan untuk meraalisasikan tujuan militer, social dan ekonomi mereka. Plato
dalam bukunya “republic” menulis tentang : rencana pendidikan yang dapat menjamin
tersedianya tenaga pemerintah dinasti hand dan peru pada masa kejayaan, inca
merencanakan pendidikan mereka untuk menjamin kelangsungan hidup Negara
masing-masing.
Berbagai Negara telah mengalami kemajuan yang cukup pesat dengan adanya
perencanaan pendidikan yang baik. Di Indonesia, sejak zaman kemerdekaan sampai
saat ini sudah cukup banyak perkembangan yang telah dicapai terutama dalam dunia
pendidikan. Untuk memeperlancar jalannya sebuah lembaga pendidikan diperlukan
perencanaan yang akan mengarahkan lembaga pendidikan diperlukan perencanaan
Email : mpyenk@gmail.com
yang akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar. Artinya
perencanaan memberi arah bagi tercapainya tujuan sebuah sistem, karena pada
dasarnya sistem akan berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang.
Perencanaan dianggap matang jika dilakukan dengan langkah-langkah baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan perencanaan kebijakan?
2. Bagaimanakah tahapan kebijakan itu bisa dibuat?
3. Bagaimanakah Siklus Pemetaan kebijakan itu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari perencanaan kebijakan
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan kebijakan itu dibuat
3. Untuk mengetahui Siklus pemetaan kebijakan
Email : mpyenk@gmail.com
BAB II
PEMBAHASAN
Email : mpyenk@gmail.com
rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan pendidikan kepada peserta
didik; dan (5) menyangkut masa depan proses pengembangan dan pembangunan
pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas.
Email : mpyenk@gmail.com
antara lain: (1) dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses
aktivitas atau pekerjaan pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga pendidikan; (2)
dapat dijadikan sebagai media pemilihan berbagai alternatif langkah pekerjaan atau
strategi penyelesaian yang terbaik bagi upaya pencapaian tujuan pendidikan; (3) dapat
bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas kelembagaan baik yang menyangkut
sasaran yang akan dicapai maupun proses kegiatan layanan pendidikan; (4) dapat
mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber daya organisasi
atau lembaga pendidikan; (5) dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga
sekolah) dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika perubahan
sosial-budaya; (6) dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam
berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan; (7) dapat dijadikan sebagai media
untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak efisien atau tidak pasti; dan (8) dapat
dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaian tujuan proses layanan
pendidikan (Depdiknas. 1997; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001).
Email : mpyenk@gmail.com
sudah direncanakan oleh aktor aktor yang terlibat dalam sistem politik, (2) suatu
kebijakan tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan lainnya
dalam masyarakat, (3) kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pemerintah dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah, (4) kebijakan dapat
bersifat positif dan negative, dan (5) kebijakan harus berdasarkan hukum sehingga
memiliki kewenangan masyarakat untuk mematuhinya.
Kebijakan dapat dilihat sebagai konsep filosofis, sebagai suatu produk, sebagai
suatu proses, dan sebagai suatu kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis,
kebijakan merupakan serangkaian prinsip, atau kondisi yang diinginkan; sebagai suatu
produk, kebijakan dipandang sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi;
sebagai suatu proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara
dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan
darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya; dan sebagai suatu
kerangka kerja, kebijakan merupakan proses tawar menawar dan negosiasi untuk
merumuskan isu-isu dan metode implementasinya.
Berdasarkan berbagai definisi para ahli kebijakan publik, kebijakan publik adalah
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui
berbagai tahapan. Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut William Dunn
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn. adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai
apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah
publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik
yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy
Email : mpyenk@gmail.com
issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy
issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor
mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn
(1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik
tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah
tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,
1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:
1. telah mencapai titik kritis tertentu à jika diabaikan, akan menjadi ancaman
yang serius;
2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu
3. berdampak dramatis jika tidak dilakukan pemunculan kebijakan oleh pejabat
berwenang;
4. menjangkau dampak yang amat luas ;
5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya)
Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah
pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara
lainnya ditunda untuk waktu lama.
Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-
undang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari
dan disetujui. Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi
dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh
mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2. Formulasi kebijakan
Email : mpyenk@gmail.com
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun
warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung.
Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat
baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir
pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-
simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.
4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu
kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada
tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
William Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, 1998, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal: 24
Email : mpyenk@gmail.com
Proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan. Menurut Banghart and
Trull dalam Sa’ud (2007) ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam
penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan
atau taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan
pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena
fungsi kajian akan memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program
sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan
dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.
2. Tahap formulation of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran
perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan
harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam kebutuhan
atau taksiran (assessment) layanan pendidikan yang diperlukan.
3. Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas
kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan
prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan
yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian tujuan.
4. Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek
pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan
pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam
sumber daya (sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/
material). Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia
secara cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana
pendidikan yang baik.
6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan
oleh: (a) kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah,
karyawan, dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan
Email : mpyenk@gmail.com
pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau
pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau
implementasi program layanan pendidikan.
7. Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai
(mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan
pendidikan, sebagai feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan
revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Email : mpyenk@gmail.com
1. Tahap formulasi
Merupakan langkah awal dalam proses kebijakan secara keseluruhan. Jika proses
perumusan tidak dilakukan secara tepat dan komprehensif, hasil kebijakan yang
dirumuskan tidak akan mencapai tataran yang optimal. Pembuatan kebijakan pada
esensinya tidak pernah bebas nilai (value free) sehingga berbagai kepentingan akan
selalu mempengaruhi terhadap proses pembuatan kebijakan.
2. Tahap implementasi
Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-
keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-
perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya.
3. Tahap review
Policy review dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau
penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Review
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam
seluruh proses kebijakan. Review kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-
masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
4. Tahap Agenda Setting
Penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu
agenda pemerintah. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk
atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun
penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu
agenda kebijakan.
Email : mpyenk@gmail.com
Pemetaan adalah proses penetapan pencapaian Standar Nasional Pendidikan
melalui gap analisis antara kondisi satuan pendidikan terhadap Standar Nasional
Pendidikan. Hasil pemetaan akan terkumpul data capaian Standar Nasional Pendidikan
pada setiap satuan pendidikan yang akan diagregasi pada tingkat kabupaten/kota,
provinsi, dan nasional. PP 19 passal 66 (penjelasan) menyebutkan pemetaan diambil
dari data hasil ujian nasional sedang pasal 68 menyebutkan pemetaan mutu program
dan/atau satuan pendidikan diambil dari hasil ujian nasional. Teerkait penjaminan
mutu, PP 19 pasal 91 (penjelasan) menjelaskan bahwa satuan pendidikan melakukan
penjaminan mutu pendidikan agar memenuhi atau melampaui SNP.
Email : mpyenk@gmail.com
Integrasi proses perencanaan pemetaan dari berbagai unit di kementerian pendidikan
harus dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menetapkan jumlah sasaran satuan pendidikan secara nasional yang di breakdown
ke setiap provinsi dan kab/kota (sasaran pemetaan di IKK LPMP tahun 2012 adalah
35% atau 95.716 dari total satuan pendidikan 273.477. Sasaran supervisi dan fasilitasi
tahu 2012 adalah sebesar 15% atau 41.021 satuan pendidikan. Sasaran IKU penjaminan
mutu di Renstra Kementerian Pendidikan tahun 2012 adalah 60% satuan pendidikan
melakukan penjaminan mutu. Akumulasi angka penjaminan mutu berasal dari
pemetaan, supervise dan fasilitasi yang berjumlah 5 % satuan pendidikan. Kebijakan
Kepala Badan PSDMK dan PMP menyatakan bahwa pada tahun 2013 tidak ada satuan
pendidikan yang tidak difasilitasi oleh LPMP, dan tidak ada Pendidik yang tidak
difasiltasi oleh Badan PSDMK dan PMP. Oleh sebab itu pemetaan, supervise, dan
falisitasi harus menjangkau seluruh satuan pendidikan dan strategi golden triangle:
integrasi proses, bebrbagi sumber daya, dan dukungan TI
2. menetapkan sasaran setiap provinsi dan jumlah anggaran yang digunakan
3. Jumlah satuan pendidikan di tiap provinsi untuk disusun pentahapan pemetaan mutu
dengan periode waktu tertentu: selesai tahun 2014 (tahap pre kondisi).
4. Hasil peta mutu tahap prekondisi sebagai tolok ukur upaya supervise dan fasilitasi
satuan pendidikan untuk memenuhi/melampaui SNP
5. Kondisi satuan pendidikan setelah dipetakan, disupervisi, dan difasilitasi dilakukan
siklus yag sama tahun berikutnya untuk dilihat peningkatannya.
6. Instrumen Pemetaan yang telah diverifikasi dan validasi tim pengembang
B. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan pemetaan dilakukan oleh semua LPMP bekerja sama dengan dinas
kabupaten/kota dan satuan pendidikan untuk menyusun peta pencapaian SNP.
2. menentukan jadwal kegiatan, jumlah tingkat satuan pendidikan ataupun kabupaten
prioritas mana yang didahulukan untuk jadi sasaran
Email : mpyenk@gmail.com
3. Tahapan kegiatan dibuat secara hirarki dan kronologis serta harus ada deadline (time
limit)
4. Pelaksanaan kegiatan harus dikontrol dan dikendalikan sehingga jika ada masalah
dapat segera ditanggulangi
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada semua tahapan pemetaan dalam rangka menyusun tindakan
perbaikan
D. Perbaikan berkelanjutan
Perbaikan selalu dilakukan terhadap semua tahapan pemetaan mutu untuk
menghasilkan sesuatu karya yang lebih baik.
Email : mpyenk@gmail.com
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa
1. Perencanan pendidikan adalah penggunaan analisa yang bersifat rasional dan
sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk
menjadikan pendidikan lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan
tujuan murid serta masyarakat.
2. Langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pendidikan meliputi : 1)
Mengumpulkan informasi dan analisis data; 2) Mengidentifikasi kebutuhan; 3)
Mengidentifikasi tujuan dan prioritas; 4) Membentuk alternatif penyelesaian; 5)
Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi.
3. Pada setiap tahap siklus kebijakan perlu disertai dengan penerapan pendekatan
(approaches) yang sesuai, sehingga dapat menentukan tingkat efektifitas dan
keberhasilan suatu kebijakan.
4. Proses penetapan kebijakan adalah proses yang siklis dan kontinu yang terdiri dari
3 tahap utama yaitu : policy formulation (perumusan kebijakan), policy
implementation (penerapan kebijakan), dan policy review (evaluasi kebijakan).
5. Tahap-tahap tersebut dalam siklus kebijakan saling berhubungan, tergantung,
kompleks dan tidak linear yang disebut sebagai analisis kebijakan.
Email : mpyenk@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
William Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, 1998, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal: 24
Soenarya, E. 2000. Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Adicita. Yogyakarta.
Vebriarto. 1982. Pengantar Perencanaan Pendidikan. Penerbit Paramita. Yogyakarta.
Abin, S. Makmun, dkk. 2001. Perencanaan Pembangunan Pendidikan. Depdiknas.
Jakarta.
Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan
Komprehensif. Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Email : mpyenk@gmail.com