Anda di halaman 1dari 19

URGENSI PERENCANAAN STRATEGI DAN TAKTIS

DALAM PENDIDIKAN

Ahmad Muthohar AR


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Samarinda)
Email : thoharardha@gmail.com

Abstrak : The good management contributes to the success of an


educational institution is undisputable. All Important elements in
education, such us input, output and milieu, must be well managed so to
realize eduvational goal, I,e qualified human resources. As far as
management factor is a concern, planning is deemed to be the first as well
as the most important factor. Good Planning envisages clear target and
procedure of an organization. Planning also serves as a starting point for
other management factors to be implemented. Further, planning gives
alternative ways to achieve the goals as an organization. Given this, all
concered parties must seriously plan education. For the result being
optimal, types, functions, element, methods, principles, and executions
have to be considerations is doing planning.

Keyword: Planning, Strategic, Tactical, Education

Pendahuluan
Diskursus tentang urgensi perencanaan strategis dan taktis menjadi sangat
urgen dalam prespektif manajemen pendidikan. Sebab, selain pendidikan
bertujuan mencerdaskan bangsa dan meningkatkan sumber daya manusia (Human
Resources), di dalamnya memuat proses pengelolaan sumber daya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diidealkan. Hal ini sama persis dengan tiga
komponen utama manajemen, yakni proses pengelolaan, Sumber daya dan
tujuan.1 Sinergitas ketiganya menjadi syarat mutlak bagi ketercapaian kualitas
pendidikan yang berlangsung.
Pendidikan adalah sistem yang di dalamnya memuat berbagai unsur atau
sub sistem.2 Sehingga, di dalam pendidikan adalah harus ada totalitas interaksi


Dosen STAIN Samarinda. Kini sedang menyelesaikan Program Pascasarjana di IAIN
Walisongo Semarang
1 Lihat Sugiono, Bahan Kuliah Manajemen Pendidikan Islam, Program Magister Pascasarjana

IAIN Walisongo, 2006.


2 Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema”, yang berarti sehimpunan bagian atau

komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Baca: Fuad
Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, Halaman. 107

1
dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama secara terpadu dan
saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan yang
dicita-citakan. Dalam UU SPN No. 20 tahun 2003 dan beberapa ahli pendidikan
umumnya sepakat bahwa dalam pendidikan terkandung beberapa unsur, antara
lain : (1) Input yang meliputi siswa/mahasiswa, guru/dosen, administrator dan staf
pendukung; (2) Proses yang didalamnya memuat struktur, fungsi dan tujuan,
program dan proses dalam sistem itu sendiri; (3) Output yang meliputi lulusan,
kontribusi lulusan dll; (4) lingkungan, yang mencakup Dewan sekolah, persatuan
guru/dosen, teknologi, agama, budaya, ideologi, politik dan stakeholders lainnya
yang turut mempengaruhi pendidikan. Beberapa unsur diatas saling terkait dan
saling mempengaruhi sehingga membentuk sebuah sistem pendidikan.
Acap kali, kegagalan suatu penyelenggaraan pendidikan yang sedang
berlangsung disebabkan kegagalan dalam mengintegrasikan unsur-unsur diatas.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah pengelolaan yang baik dalam sebuah
sistem. Proses pengelolaan inilah yang dalam terminologi sekarang disebut
manajemen.
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kajian ilmu manajemen,
para tokoh mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan
manajemen. Namun umumnya mereka sepakat bahwa manajemen adalah proses
yang didalamnya memuat empat fungsi: 1) perencanaan; 2) Pengorganisasian; 3)
pengarahan atau kepemimpinan dan 4) pengawasan. Keempat fungsi tersebut
ditujukan untuk penggunaan sumber daya baik manusia maupun non manusia
untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas.
Hal ini sesuai dengan pendapat James A. Stoner dan R. Edward Preeman,
management is attainment of organizational goals in an effective and efficient
manner throught planning, organizing, leading, and controlling organizational
resources.3 Dari definisi diatas, terlihat bahwa perencanaan (Planning) menempati
fungsi pertama dan utama dalam aktivitas manajemen. Hal ini karena rencana
akan menggambarkan sasaran organisasi dan prosedur terbaik dalam mencapai
sasaran tersebut.

3 James A. Stonner dan R. Edwar Preeman, Management, New Jersey, Prenticehall

International, Inc, 1989, halaman 3.

2
Perencanaan juga menjadi dasar fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Bahkan, perencanaan memberikan gambaran menyeluruh tentang alternatif
tindakan yang akan diambil oleh sebuah organisasi. Atas dasar urgensi
perencanaan inilah, makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
terminologi, manfaat, jenis, unsur, prinsip, metode, langkah-langkah yang dapat
diambil dan hal-hal lain yang terkait dengan perencaan dan bagaimana
implementasinya dalam pendidikan.

Terminologi dan Manfaat Perencanaan


Terminologi Perencanaan sampai saat ini telah banyak didefinisikan oleh
para ahli. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman dalam buku Educational
Planning mendefinisikan bahwa Planning is the process of preparing a set of
decisions for action in the future.4 Parkinson dalam The Oxford Dictionary,
sebagaimana dikutip Soebijanto Wirojoedo menyatakan bahwa planning to device
or design; to arrange before hand.5 R. Wayne Monday, Arthur Sharplin, Edward
B., dan Flippo, mendefinisikan Perencanaan sebagai proses penetapan, penentuan
masa yang akan datang apa yang bisa kita capai dan bagaimana mencapainya. 6
Sedangkan menurut Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel, dalam Principles of
Management, An Analysis of Managerial Function, yang dikutip Soebagio
Admodiwirio memberikan definisi bahwa Perencanaan adalah salah satu fungsi
manajer yang meliputi seleksi dan alternatif-alternatif kebijaksanaan, program,
dan prosedur.7
Pakar perencanaan pendidikan di Indonesia juga ikut memberikan definisi
serupa. Menurut Yusuf Enoch, Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan
hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu.8 Lembaga Administrasi Negara
(LAN-RI) juga memberikan batasan bahwa perencanaan meliputi : a) perencanaan
dalam arti seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis

4 C. Arnold Anderson and Mary Yean Bowman, Educational Planning, Syracuse University,

1964, halaman 9.
5 Soebijanto Wirojoedo, Teori Perencanaan Pendidikan, Yogyakarta, Liberty, 1985, halaman 5
6 R. Wayne Monday, Arthur Sharplin, Edward B., dan Flippo, Management Concept and
Practices, Four Edition, Allyn and Bacon, Inc., 1988, halaman 86.
7 Soebagio Atmodiwiryo, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Ardadizya Jaya), 2000,

hlm. 77
8 Prof.DR. Yusuf Enoch, Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Bina Aksara, 1992

3
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu; b)
perencanaan adalah proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan, dan penentuan
aparat pelaksana kegiatan untuk mencapai tujuan; dan c) perencanaan adalah
usaha yang diorganisasikan dengan dasar perhitungan untuk memajukan
perkembangan tertentu.9
Dari beberapa definisi diatas, secara sederhana dapat dimengerti bahwa
perencanaan adalah suatu proses sistematis untuk mempersiapkan pencapaian
tujuan secara optimal melalui berbagai pola, rumusan, program, prosedur dan apa
saja yang perlu dilakukan dimasa mendatang. Jadi, perencanaan setidaknya
meliputi empat hal. pertama, inventarisasi berbagai hal yang berkaitan dengan
tujuan dan sumber daya; kedua, cara untuk mencapai tujuan atau sasaran rencana;
ketiga, penterjemahan rencana dalam bentuk pola, program dan prosedur kegiatan
yang konkrit dan keempat penetapan jangka waktu pencapaian tujuan.
Dengan pengertian seperti diatas, perencanaan diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk mengelola sebuah organisasi. Beberapa manfaat yang
diharapkan lahir dari adanya perencanaan adalah: kegiatan-kegiatan berjalan
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, mendorong pelaksanaan kegiatan organisasi
secara produktif, mengusahakan penggunaan sumber daya secara efisien dan
efektif, memberikan gambaran lengkap bagi seluruh kegiatan yang akan
dikerjakan, dapat memberikan petunjuk bagi setiap personel, khususnya
pemimpin organisasi untuk mengadakan pengawasan dan menilai setiap kegiatan
yang dilakukan dan memberikan petunjuk kepada para manajer untuk melakukan
pembinaan organisasi secara lebih terarah10

Jenis-jenis dan Fungsi Perencanaan


Jenis-jenis perencanaan dapat dilihat berdasarkan besarannya (Magnitude)
dan berdasarkan tingkatannya. Nanang Fattah misalnya membagi jenis-jenis
perencanaan ini menurut besaran, tingkatan dan waktu. Menurut besarannya,
perencanaan terdiri dari makro, meso dan mikro. 11

9 Lembaga Administrasi Negara RI, Manajemen Dalam Pemerintahan, 1985.


10 Burhanuddin, Analisis Adminstrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara), 1994, hlm 176-177
11 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2000,

cet. III , hlm. 54-60

4
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-
kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai
tujuan itu pada tingkat nasional. Dalam perencanaan makro, tujuan yang harus
dicapai oleh sebuah negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM) adalah
pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Perencanaan Meso, Kebijaksanaan yang
telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan ke dalam program-
program yang berskala kecil yang lebih bersifat operasional disesuaikan dengan,
departemen atau unit-unit. Sedangkan Perencanaan Mikro diartikan sebagai
perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari
perencanaan tingkat meso.
Menurut tingkatannya, terbagi menjadi perencanaan strategis, perencanaan
koordinatif dan perencanaan operasional. Perencanaan strategik (Renstra) atau
sering disebut juga perencanaan jangka panjang. diartikan sebagai konfigurasi
tentang hasil-hasil yang diharapkan tercapai pada masa depan. Perencanaan
koordinatif (managerial) ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Perencanaan koordinatif (managerial) biasanya sudah terperinci dan
menggunakan data statistik. Perencanaan Operasional memusatkan perhatian pada
apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan. Perencanaan ini
bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang
bagaimana suatu program dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan
lain yang ditetapkan secara jelas sebelumnya.
Sedangkan menurut jangka waktunya, perencanaan terbagi menjadi jangka
pendek, menengah dan panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan
tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang
dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana operasional. Perencanaan jangka
menengah mencakup kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun. Perencanaan ini
penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi lebih operasional. Sedangkan
perencanaan jangka panjang mencakup waktu di atas 10 – 25 tahun

5
Hal berbeda diungkapkan Burhanuddin,12 dalam membagi jenis-jenis
perencanaan. Menurutnya, jenis-jenis perencanaan dapat dibagi menurut proses,
jangka waktu, wilayah pelaksanaannya, pengunaannya dan luasnya kegiatan.
Menurut Prosesnya, perencanaan terbagi menjadi Policy Planning, yaitu suatu
rencana yang memuat kebijakan-kebijakan saja, tentang garis besar/pokok dan
bersifat umum. Program planning, meerupakan perincian dan penjelasan
daripada Policy Planning, dimana biasanya dirumuskan oleh badan khusus yang
melaksanakan “policy planning”. Adapun “Operational planning” (perencanaan
kerja), yakni suatu perencanaan yang memuat ha-hal yang bersifat teknis seperti:
cara-cara pelaksanaan tugas agar berhasil mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Dalam perencanaan operasional ini lebih ditekankan pada aspek “technical know
how-nya” ataupun kecakapan/keterampilan kerja.
Menurut jangka waktunya terbagi menjadi: Long range planning, yaitu
perencanaan yang membutuhkan waktu yang agak lama dalam pelaksanaannya.
Perencanaan ini memerlukan waktu > 3 tahun. Intermediate planning,
perencanaan yang memerlukan waktu antara 1 – 3 tahun dan Short range
planning, suatu perencanaan yang memerlukan waktu pelaksanaannya < 1 tahun.
Menurut wilayah pelaksanaannya, terdiri dari National planning, yakni rencana
yang diperuntukkkan bagi seluruh wilayah negara. Misalnya rencana dari
DIKNAS pusat atau Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. Regional planning,
rencana untuk suatu daerah, misalnya rencana pendidikan yang disusun oleh
kanwil DIKNAS di tingkat propinsi dan Local planning, rencana untuk suatu
daerah yang sangat terbatas, misalnya rencana untuk suatu sekolah atau kelas atau
bagi desa tertentu.
Menurut penggunaannya meliputi Single using planning, yakni suatu
perencanaan hanya utuk skali pakai saja dan Repeats planning, yaitu
perencanaan yang dipakai secara berulang-ulang, walaupun sudah dilaksanakan
berkali-kali. Sedangkan Menurut segi luasnya suatu usaha kegiatan tercakup
dalam General planning, suatu rencana yang dibuat secara garis besar dan
menyeluruh untuk kegiatan kerjasama yang lebih luas dan Special ( concentrated)
planning, yaitu rencana mengenai tujuan khusus. Dari beberapa jenis

12 Burhanuddin, Analisis Adminstrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Op. Cit., halaman
176-178

6
perencanaan diatas, maka perencanaan yang baik setidaknya mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Interpretasi. Bahwa “planning” yang dibuat berfungsi sebagai penjelasan dari
pada kebijakan umum yang ada dalam organisasi.
b. “Forecasting”. Perencanaan mempunyai fungsi peramalan tentang hal-hal
yang akan terjadi di kemudian hari, apabila suatu kegiatan dilaksanakan.
Kegiatan peramalan (forecasting) dapat dilakukan berdasarkan data masa
lampau dan bisa pula tan[pa fakta, dengan memperhitungkan segenap
kemungkinan yang dapat muncul di masa yang akan datang.
c. Koordinasi. Perencanaan bisa berfungsi sebagai koordinasi daripada kegiatan-
kegiatan administrasi, agar tidak simpang siur dan tumpang tindih. Agar
supaya terjadi keharmonisan dalam pencapaian tujuan bersama yang telah
ditetapkan sebelumnya.
d. Ekonomis. Perencanaan berusaha membuat tindakan- tindakan yang akan
dilakukan itu berjalan secara ekonomis dalam segala bentuk.
e. Pedoman. Di samping itu, dapat juga sebagai pedoman atau patokan bagi
setiap pelaksana dalam melaksanakan tugasnya.
f. Kepastian. Suatu perencanaan yang dirumuskan secara akurat, dapat
memberikan kepastian mengenai hal-hal apa yang akan dikerjakan kemudian,
tidak hanya coba-coba atau secara mendadak saja.
g. Preventive control. Pada akhirnya perencanaan juga menjadi alat pencegah
munculnya penyimpangan-penyimpangan dan pemborosan baik dari segi
waktu, tenaga maupun biaya. Karena berdasarkan planning yang ada, kita
dapat mengontrol dan menilai suatu tindakan: apakah sudah sesuai dengan apa
yang direncanakan dalam proses pencapaian sasaran. 13

Unsur dan Metode Perencanaan


Sebuah perencanaan yang baik, juga harus memuat beberapa unsur yang
mesti dipenuhi. Dari pengertian umum diatas, setidaknya terdapat beberapa unsur-
unsur dalam sebuah perencanaan, antara lain: 1) Rasional, Suatu perencanaan
harus dibuat dengan pemikiran yang rasional dan didukung metodologi yang
tepat, konkret bukan berdasar pada khayalan dan aplicable. 2) Estimasi.

13 Ibid., halaman. 178-179.

7
Perencanaan yang baik adalah penganalisaan data dan fakta-fakta sebenarnya,
yang dapat memberikan tingkat “estimate”. Untuk itu, proses perencanaan
membutuhkan sejumlah data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 3)
Prepasi. Perencanaan merupakan persiapan dan patokan untuk tindakan yang
akan dilakukan dalam rangka pengembangan organisasi., bukan untuk disimpan
saja. 4) Efisiensi dan efektivitas. Dalam perencanaan senantiasa terdapat
pemanfaatan sumber daya secara efisien untuk tujuan semaksimal mungkin.
Efektivitasnya terletak dalam memperhatikan kebutuhan masyarakat. Sehingga,
perencanaan mesti memperhatikan kekuatan-kekuatan baik di dalam maupun di
luar organisasi. 5) Operasional. Perencanaan disusun adalah untuk keperluan
tindakan-tindakan yang konkrit dei masa mendatang.
Kesulitan yang seringkali ditemui adalah bagaimana cara atau metode
dalam membuat sebuah perencanaan yang baik. Bahkan, sebuah organisasi tidak
mampu membuat perencanaan yang baik justru tidak mengetahui metode yang
digunakan, sehingga dalam membuat perencanaan terkesan serampangan. Augus
W. Smith (1982) sebagaimana dikutip Nanang Fattah memberikan gambaran,
setidaknya terdapat beberapa metode perencanaan, antara :
a. Metode mean-ways and analysis (analisis mengenai alat-cara-tujuan). Metode
ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternative untuk mencapai
tujuan tertentu.
b. Metode input-output analysis (analisis masukan dan keluaran). Metode ini
dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan
interdependensi terhadap berbagai komponen masukan dan keluaran dari suatu
sistem.
c. Metode economitric analysis (analisis ekonometrik). Metode ini menggunakan
data empiric, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur perubahan dalam
kaitan dengan ekonomi. Metode ekonometrik mengembangkan persamaan-
persamaan yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara variable-
variabel yang ada dalam suatu sistem.
d. Metode Cause- effect diagram (diagram sebab akibat). Metode ini digunakan
dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen hipotetik untuk memperoleh
gambaran tentang masa depan. Metode ini sangat cocok untuk perencanaan
yang bersifat strategik.

8
e. Metode delphi. Metode ini bertujuan untuk menentukan sejumlah alternatif
program, mengeksplorasi asumsi-asumsi atau fakta yang melandasi
“judgments” tertentu dengan mencari informasi yabng dibutuhkan untuk
mencapai suatu konsensus.
f. Metode heuristik. Metode ini dirancang untuk mengekplorasi isu-isu dan
untuk mengakomodasi pandangan-pandangan yang bertentangan atau
ketidakpastian.
g. Metode analisis siklus kehidupan (life-cycle analisis). Metode ini digunakan
terutama untuk mengalokasikan sumber-sumber dengan memperhatikan siklus
kehidupan mengenai produksi, proyek, program atau aktivitas. Dalam kaitan
ini seringkali digunakan bahan-bahan komperatif dengan menganalogkan data,
langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah (1) fase
konseptualisasi; (2) fase spesifikasi; (3) fase pengembangan prototype; (4)
fase pengujian dan evaluasi; (5) fase operasi; (6) fase produksi.
h. Metode value added analysis (analisis nilai tambah). Metode ini digunakan
untuk mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan. 14

14 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Op.Cit., halaman. 52-53.

9
Prinsip dan Langkah Perencanaan Pendidikan
Menurut Burhanuddin, ada empat prinsip pokok yang dapat dijadikan
pedoman bagi penyusunan perencanaan. Pertama, Contribution to purpose and
objectives Bahwa perencanaan yang dibuat haruslah benar-benar membantu bagi
tercapainya tujuan organisasi pendidikan, dan oleh sebab itu, setiap aspek yang
direncanakan harus berfokus kepada tujuan tersebut. Kedua, Primacy of planning
Perencanaan pendidikan yang dilakukan haruslah merupakan kegiatan pertama
daripada seluruh kegiatan manajemen lainnya, dan ia harus bersifat menyeluruh
daripada kegiatan-kegiatan manajemen lain. Ketiga, Pervasiveness of planning
Kegiatan perencanaan harus dilakukan di semua tingkat manajemen, mulai dari
pimpinan sampai kepada supervisor. Keempat, Efficiency of planning Planning
yang baik adalah mempunyai nilai-nilai efisiensi yang tinggi dan kerapiannya.
Tingkat efisiensi ini dapat diukur dengan kadar dukungannya terhadap pencapaian
tujuan secara efisiensi dari segi material, uang, waktu dan tenaga. 15
Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam menyusun sebuah
perencanaan dapat dilihat dari berbagai hal. Perencanaan dipandang sebagai
rangkaian pertanyaan yang harus dijawab, maka langkah yang dapat diambil
setidaknya dapat memberikan gambaran jawaban tentang Apa (What), Mengapa
(Why), Bagaimana (How), Kapan (when), Di mana (where), dan Siapa (who).
Langkah ini populer dengan sebutan 5W1H. Memandang proses perencanaan
sebagai masalah yang harus dipecahkan secara ilmiah, maka langkah-langkah
yang dapat diambil dalam perencanaan meliputi Mengumpulkan data,
Penganalisaan data, Penetapan beberapa alternatif, Memilih alternatif yang
terbaik, Pelaksanaan alternatif yang terpilih dan Penilaian hasil yang dicapai
Langkah-langkah umum yang biasa diterapkan di berbagai lapangan usaha
kerja sama dalam melakukan perencanaan meliputi: 1. berusaha menyadari
kesempatan-kesempatan yang ada, 2. menetapkan tujuan atau sasaran, 3.
mempertimbangkan permis-permis perencanaan, 4. mengindentifikasi alternatif-
alternatif. 5. membandingkan atau menilai alternatif, 6. memilih salah satu
alternatif, 7. merumuskan rencana-rencana penunjang (tambahan) dan
menentukan anggaran. Sedangkan Adapun menurut Allen dalam Management and

15 Burhanuddin, Op.Cit., halaman. 170-171

10
Organization langkah-langkah perencanaan meliputi sebagai berikut: Forecasting,
Objectives, Policies, Scheduling, Programming, Procedures, Budgeting16

Perencanaan Strategi dan Perencanaan Taktis


Dalam rangka menfungsikan salah satu fungsi manajemen, terutama
perencanaan (planning), terdapat istilah perencanaan strategis dan perencanaan
Taktis. Dua istilah ini tentu mempunyai maksud tersendiri sesuai dengan batasan-
batasannya tersendiri.
Istilah perencanaan strategis (Strategic Planning) kadang-kadang disebut
perencanaan administratif (adminstrative planning) dan perencanaan kreatif
(creative planning).17 Menurut Steiss (1985),18 perencanaan strategik merupakan
komponen dari manajemen strategik, bertugas untuk memperjelas tujuan dan
sasaran, memilih berbagai kebijaksanaan, terutama dalam memperoleh dan
mengalokasikan sumber daya serta menciptakan suatu pedoman dalam
menerjemahkan kebijaksanaan organisasi. Robert N. Anthony dalam buku
“Management Control System”, mendefinisikan perencanaan strategis sebagai
berikut:
“Strategic planning is the process of deciding on the objectives of the
organization, on changes in these objectives, on the resources used to attain
these objectives, and on the policies that are to govern the acquisition, use,
and disposition of these resources”. (Perencanaan strategis adalah proses
memutuskan mengenai tujuan yang akan dicapai organisasi, perubahan-
perubahan dalam tujuan tersebut, sumber-sumber yang digunakan untuk
tujuan itu, dan mengenai kebijaksanaan untuk menentukan pengadaan,
penggunaan, dan penempatan sumber-sumber tersebut). 19

Istilah strategi dalam rumusan tersebut adalah memutuskan tentang


bagaimana memadukan dan menggunakan sumber-sumber. Tegasnya,
perencanaan strategis adalah proses mengenai bagaimana seharusnya melakukan
formulasi perencanaan jangka panjang yang bersifat strategis yang merubah sifat

16 Ibid., halaman 185-186


17 Onong Uchjana Effendi, Sistem Informasi Manajemen, Bandung, Mandar Maju, 1989,
halaman. 19
18 Moch. Idhochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Penddidikan, cet. II,

Bandung, Alfabeta, 2004, hlm. 113


19 Robert N. Anthony, et. al, Management Control System, Tenth Printing, Richard D. Irwin, Inc,

Home wood Illinosis, 1970, halaman. 4

11
atau arah organisasi. Oleh karena perencanaan jangka panjang berkaitan dengan
penentuan dasar-dasar aktivitas masa depan dalam kurun waktu lama yang harus
dilalui, maka perencanaan tersebut harus dinyatakan dalam istilah-istilah umum
(general terms), dan harus bisa dimodifikasi apabila kondisi berubah. Perencanaan
strategik yang efektif, menurut Mercer (1991) harus memuat unsur-unsur kunci
sebagai berikut: (1) scanning lingkungan yang mencakup analisis SWOT: (2)
pernyataan tentang misi organisasi; (3) seperangkat strategi yang menegaskan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai misi itu; (4) sasaran dari setiap strategi; (5)
taktik atau rencana operasional jangka pendek untuk merealisasikan sasaran tadi;
(6) kontrol, yaitu pengendalian dan langkah-langkah evaluasi yang menentukan
sebaik mana rencana strategik itu dijalankan. 20
Selain memuat unsur-unsur kunci, dalam perencanaan strategik juga
mempunyai langkah-langkah. Dalam hal ini Larry J. Raynold, menjabarkan ada
empat langkah dalam perencanaan strategik. Adapun langkah-langkah yang
dimaksudkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi tekanan-tekanan (kekuatan) Eksternal baik sekarang maupun
yang akan datang yang dapat mempengaruhi cakupan dan karakter program,
layanan, dan konsumen.
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan siswa saat sekarang maupun akan
datang
c. Mengidentifikasi nilai, keyakinan dan harapan yang ditetapkan untuk setiap
orang.
d. Menguji sebuah visi. Apabila telah selesai ditetapkan, maka penyesuaian
terhadap tekanan-tekanan eksternal; kebutuhan siswa, nilai-nilai, keyakinan
serta harapan yang harus dilakukan; Apakah visi bersifat responsif terhadap
tekanan-tekanan eksternal?; Apakah visi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
siswa?, Apakah visi konsisten terhadap nilai dan keyakinan akan pendidikan?
21

Berbeda dengan perencanaan strategis yang memerlukan penglihatan ke


masa depan yang jauh (greater futurity), perencanaan taktis –atau disebut juga

20 Moch. Idhochi Anwar, Op.Cit., halaman, 116


21 Larry J. Raynolds dalam Abdul Munir (terj.) Kiat Manajemen Berbasis Sekolah Pedoman bagi
Praktisi Pendidikan, Kalimantan Timur, LeKDIS, 2004, halaman. 49-61.

12
perencanaan operatif (operative planning) dan perencanaan rutin (routin
planning)-bersangkutan dengan masa depan yang dekat saja (less futurity) dan
biasanya dirancangkan dalam jangka waktu dalam lingkungan waktu menurut
perencanaan jangka panjang.22 Jika perencanaan strategis menjawab pertanyaan:
“bagaimana tujuan kita?’, maka perencanaan taktis menjawab pertanyaan:
‘bagaimana caranya agar kita tiba di tujuan?. Lebih jelasnya lihat gambar.

Implementasi Perencanaan Strategis dan Taktis dalam Pendidikan


Dari gambaran umum perencanaan diatas, maka dapat dimengerti bahwa
perencanaan pendidikan adalah proses sistematis untuk mempersiapkan
pencapaian tujuan pendidikan secara optimal melalui berbagai pola, rumusan,
program, prosedur dan aktivitas apa saja yang perlu dilakukan dimasa mendatang.
Jadi, perencanaan pendidikan meliputi inventarisasi berbagai hal yang berkaitan
dengan tujuan dan sumber daya pendidikan, cara mencapai tujuan atau sasaran
rencana pendidikan dalam bentuk pola, program dan prosedur kegiatan
pendidikan serta penetapan jangka waktu pencapaian tujuan pendidikan yang
dicita-citakan.
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat interaksi
antara input, proses dan output, maka dalam menyusun sebuah perencanaan harus
bertitik tolak dari elemen-elemen pendidikan diatas. Secara implementatif,
perencaan pendidikan setidaknya meliputi proses sebagai berikut : pertama,
pengumpulan dan pengolahan data/informasi sebagai bentuk evaluasi masa lalu
sebagai pijakan perencanaan. Proses ini penting dalam perencanaan pendidikan
dalam rangka mengetahui informasi dari luar sistem pendidikan maupun dalam
sistem pendidikan. Data dari luar sekolah meliputi data makro situasi nasional,
alokasi sumber pembiayaan, persyaratan tenaga kerja, data penduduk, budaya,
agama dan data infra struktur lainnya. Sedangkan data yang diperlukan dari dalam
sistem pendidikan meliputi penyebaran jumlah peserta didik, jumlah lembaga
pendidikan, keadaan tenaga pendidik dan administrasi, gambaran fasilitas

22 Onong uchjana Effendi, Op.Cit., halaman 25

13
pendidikan, standar pembiayaan di sekolah dan sebagainya. Pengumpulan data
dapat diperoleh melalui data tulis, gambar, visual maupun audio.
Kedua, analisis dan diagnosis. Langkah ini diambil setelah tersedia data
dan informasi untuk dibandingkan, diinterpretsi, dianalisis untuk digunakan
sebagai bahan masukan pengambilan keputusan, bahan masukan penyusunan
rencana, program maupun penyusunan laporan. Keriga, perumusan kebijakan.
Perumusan kebijakan diambil setelah memperhatikan hasil analisa data dan
masukan guna peningkatan mutu pendidikan dengan tetap memperhatikan unsur
dan prinsip perencanaan. Keempat. Estimasi kebutuhan mendatang. Proses
perencanaan ini meliputi jumlah siswa yang akan ditampung, jumlah guru yang
dibutuhkan, jumlah sarana yang akan digunakan, jumlah guru yang ditatar, dan
penyempurnaan sistem pengelolaan lainnya. Kelima, penetapan sasaran. Proses ini
diharapkan ditetapkan dengan parameter yang terukur. Keenam, penyusunan
alternatif strategis yang layak. Dalam tahap ini yang penting dilakukan adalah
pemilihan dan penetapan tujuan pendidikan, sasaran dan cara yang efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan dalam rencana pendidikan.
Ketujuh, perumusan rencana, yakni usaha perumusan tujuan, kegiatan dan
sasaran pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Kedelapan, penganggaran.
Tahap ini memfokuskan berapa biaya yang dibutuhkan satuan pendidikan tertentu,
program pendidikan dan sumber-sumber biaya pendidikan. Kesembilan, perincian
rencana. Dalam melaksanakan proses ini, rencana dirinci menurut satuan program,
kegiatan dan bidang dalam waktu tertentu. Sehingga rencana pendidikan yang
telah disususn dapat dipahami lebih konkrit. Kesepuluh pelaksanaan rencana dan
kesebelas evaluasi rencana. Dua yang terakhir ini bukan lingkup perencanaan.23
Implementasi perencanaan stretegis dalam pendidikan adalah dalam
bentuk perumusan visi dan misi lembaga pendidikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Larry J. Raynold bahwa komponen inti dalam perencanaan strategis
adalah sebuah visi masa depan yang diarahkan pada misi sekolah.24 Visi dan misi
adalah arah yang komprehensip dan tata cara memperolehnya dalam memberikan
program dan layanan pendidikan oleh lembaga pendidikan. Kemampuan
menciptakan sebuah visi masa depan dan mengembangkan komitmen bersama

23 Baca selengkapnya dalam Soebagio Admodiwirio, Op.Cit., halaman 83-99.


24 Larry J. Raynold dalam Abdul Munir (terj.), Op.Cit., halaman 47.

14
dalam pencapainnya adalah hal yang urgen bagi efektivitas organisasi-organisasai
sekolah. Hal ini menjadi penting, sebab problem mendasar yang sering muncul di
organisasi lembaga pendidikan adalah setiap komponen mempunyai visi yang
berbeda terhadap bagaimana seharusnya lembaga pendidikan dan apa yang harus
dikerjakan. Untuk itu, penting untuk melakukan komunikasi penyatuan visi dan
misi lembaga pendidikan dalam bentuk konsensus bersama.
Sedangkan Implementasi perencanaan taktis dalam pendidikan setidaknya
meliputi berbagai hal, antara lain: perencanaan kurikulum, perencanaan
kesiswaan, perencanaan ketenagaan, perencanaan keuangan dan perencanaan
sarana dan prasarana. Rencana strategis ini laksanakan dalam lingkup, program
dan struktur kecil untuk menunjang ketercapaian visi dan misi sebagai
perencanaan strategis.25
Perencanaan taktis dalam kurikulum antara lain meliputi telaah kalender
pendidikan, telaah kurikulum dan pengimplementasiannya dalam setiap mata
pelajaran dengan memperhatikan satuan daur pendidikan, penyusunan Analisis
Materi pelajaran, Program Tahunan, Program semester, program satuan pelajaran
dan perencanaan pengajaran. Dalam perencanaan manajemen kesiswaan
biasanya meliputi perencanaan penerimaan siswa. Dalam penerimaan siswa ini
selayaknya mempertimbangkan jumlah ruang belajar, jumlah guru, tingkat
struktur rombongan belajar, waktu belajar, tata cara penerimaan , mekanisme
pendaftaran, seleksi, penempatan siswa dan sebagainya. Selain. Selain
penerimaan siswa, dalam perencanaan kesiswaan juga meliputi pendataan dan
pengarsipan sesuai dengan pemilahannya, pengisian format data siswa.
Dalam perencanaan ketenagaan, dalam lembaga pendidikan biasanya
meliputi estimasi tenaga guru, tenaga administrasi dan tenaga kependidikan
lainnya. Analisa ini penting dalam rangka memperoleh jumlah dan jenis tenaga
pendidikan yang tepat dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, dalam
implementasi ini juga memuat perencanaan mekanisme perekrutan tenaga
pendidikan, dan rencana pengembangan tenaga pendidikan. Perencanaan
keuangan meliputi Analisa kebutuhan biaya dan berbagai kegiatan, penetapan dan

25 Baca Selengkapnya dalam Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Manajemen

Madrasah Mandiri, Jakarta, 2005.

15
penggalian dana, prioritas penggunaan dana, sistem pembukuan, dan bentuk
pertanggungjawaban.
Sedangkan implementasi perencanaan dalam manajemen sarana dan
prasarana adalah perencanaan kebutuhan perlengkapan pendidikan. Dalam
perencanaan ini harus dipertimbangkan inventarisasai sarana pada tahun
sebelumnya dan diperhitungkan tenaga yang ada. Dalam merencanakan sarana
juga diharapkan mengikuti pedoman, jenis, kuantitas, kulatitas sarana, disamping
menyesuaikan dengan palfon dan perencanaan prosedur pengelolaannya yang
diantaranya meliputi inventarisasai sarana, pendayagunaan sarana, penyimpanan
sarana, tata letak dan pemeliharaan sarana prasarana.
Penutup
Demikianlah tulisan ini disusun dengan harapan perencanaan strategis dan
taktis dalam pendidikan ini dapat terimplementasi dengan baik untuk peningkatan
mutu pendidikan di masa mendatang. Terima kasih.

16
SIKLUS PERENCANAAN STRATEGIS DAN TAKTIS

Perencanaan Jawaban-jawaban Menentukan


atas pertanyaan Menentukan Analisa faktor-
Strategis faktor kemampuan Memilih sasaran Stretegi
Kemanakah arah tujuan nyata stretegis Dokumen
kita? pendidikan lingkungan
pendidikan

Menentukan siapa Menentukan


Jawaban- pengukuran- Menetukan
jawaban. yang harus Menyalurkan
Perencanaan Menentukan pengukuran perencanaan
Bagaimanakah bertanggung jawab sumber-
Taktis tugas-tugas yang kuantitatif stretegis di
tiba di sana? untuk apa? sumber daya
harus dilakukan untuk masing- atas kertas
masing tugas

Melaksanakan tindakn-
tindakan yang Melaksanakan Menilai kemajuan
direncanakan? pengawasan-pengawasan. yang dicapai

17
Daftar Pustaka

Burhanuddin, Analisis Adminstrasi Manajemen dan Kepemimpinan


Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), 1994
C. Arnold Anderson and Mary Yean Bowman, Educational Planning,
Syracuse University, 1964, halaman 9.
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997
James A. Stonner dan R. Edwar Preeman, Management, New Jersey,
Prenticehall International, Inc, 1989
Larry J. Raynolds dalam Abdul Munir (terj.) Kiat Manajemen Berbasis
Sekolah Pedoman bagi Praktisi Pendidikan (terj), Kalimantan Timur, LeKDIS,
2004
Lembaga Administrasi Negara RI, Manajemen Dalam Pemerintahan,
1985.
Moch. Idhochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Penddidikan, cet. II, Bandung, Alfabeta, 2004
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), cet. III , 2000,
Onong Uchjana Effendi, Sistem Informasi Manajemen, Bandung, Mandar
Maju, 1989
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Manajemen Madrasah
Mandiri, Jakarta, 2005.
R. Wayne Monday, Arthur Sharplin, Edward B., dan Flippo, Management
Concept and Practices, Four Edition, Allyn and Bacon, Inc., 1988
Robert N. Anthony, et. al, Management Control System, Tenth Printing,
Richard D. Irwin, Inc, Home wood Illinosis, 1970
Soebagio Atmodiwiryo, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT.
Ardadizya Jaya), 2000
Soebijanto Wirojoedo, Teori Perencanaan Pendidikan, Yogyakarta,
Liberty, 1985,
Sugiono, Bahan Kuliah Manajemen Pendidikan Islam, Program Magister
Pascasarjana IAIN Walisongo, 2006.
Yusuf Enoch, Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Bina Aksara, 1992

18
19

Anda mungkin juga menyukai