Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANALIS PENGEMBANGAN MANAJEMEN DAN KEEMIMPINAN


PENDIDIKAN
Tentang

PERENCANAAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Oleh:

AL FIRDAUS : 2220010014

ESMERALDA HAKIIM : 2220010029

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Ahmad Sabri M.Pd

Dr. Hidayanti S.Ag . M.Pd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian perencanaan

Perencanaan merupakan salah satu proses dalam fungsi fungsi manajemen. Sebelum manajer
melaksanakan aktivitas pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, maka aktivitas pertama
manajer adalah melakukan perencanaan. Perncanaan merupakan langkah dan proses yang sangat
fundamental untuk mencapai tujuan organisasi. Mengingat posisi perencanaan yang sangat
penting dan utama, maka setiap perencanan harus dilakukan dengan cermat melalui analisis yang
mendalam tentang tindakan atau aktivitas apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Selain pertanyaan apa yang harus dilakukan, pertanyaan elementer yang lain seperti:
kapan suatu aktivitas dilakukan, bagaimana melakukan aktivitas, dan siapa yang melakukan
aktivitas tersebut, merupakan pertanyaan esensial dalam setiap perencanaan. Dengan kata lain,
setiap perencanaan harus memiliki unsur-unsur yang dimanifestasikan dalam pertanyaan 5 W,
dan 1 H yaitu: Apa (What), Kapan (When), Mengapa (Why), Dimana (Where), Siapa (Who), dan
Bagaimana (How).1
Perencanaa pendidikan nasional haruslah berorientasi kepada sistem perencanaan
terbuka dan fleksibel, dalam hal ini perencanaan yang lebih diarahkan pada kebutuhan rill
manusia. Inilah yang disebut perencanaan partispatori yang meminta ikut sertanya masyarakat,
orang tua bahkan peserta didik,. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.2

1
Suhadi Winoto, Dasar-Dasar Menajemen Pendidikan Islam, (Yogyakart: Bildung , 2020), h. 4
2
H.A.R. Tilaar, menajemen Pendidikan Nasional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), h. 6
Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai suatu suatu proses menetapkan
tujuan yang ingin dicapai, penetapan tindakan, dan pengerahan sumberdaya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. Dari rumusan tersebut, terdapat
tiga kegiatan perencanaan, yaitu: Pertama, perumusan tujuan yang ingin dicapai organisasi.
Kedua, penentuan dan pemilihan program tindakan untuk mencapai tujuan. Ketiga, mengidentifi
kasi dan mengerahkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas untuk mencapai tujuan. Untuk
menambah wawasan terkait pengertian perencanaan, berikut disajikan beberapa rumusan tentang
perencanaan, yaitu: penetapan tindakan, dan pengerahan sumberdaya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. Dari rumusan tersebut, terdapat tiga
kegiatan perencanaan, yaitu:
1. Perumusan tujuan yang ingin dicapai organisasi.
2. Penentuan dan pemilihan program tindakan untuk mencapai tujuan.
3. Mengidentifikasi dan mengerahkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas.
Buford and Bedeian, Planning has been defi ned as the process of determining organizational
objectives and selecting a future course of action for their accomplishment. Perencanaan didefi nisikan
sebagai proses menentukan tujuan organisasi dan memilih tindakan untuk mencapainya.
Perencanaan adalah fungsi seorang menejer yang berhubungan dengan pemilihan berbagai
alternative tujuan, kebijakan, prosedur dan program. Atmosudirjo, Perencanaan adalah
aktivitas untuk menentukan apa yang hendak dicapai, apa yang harus dijalankan, fasilitas apa
yang diperlukan, mengapa harus dicapai dan dijalankan, bilamana waktunya, dan bagaimana
melaksanakannya.3
Muhammad Fadhil al-Jamalim menyetakan bahwa pendidikan Islam adalah upaya
mengembangkan, mendororong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan
nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sempurna baik yang berkaitan dengan akal, peresaan, maupun perbuatan.4
Dalam pandangan ajaran Islam segala sesuatu harus dilakukan Secara rapi, benar tertib,
dan teratur. Proses-Prosesnya harusn diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara
asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga Sampai denganu
usan terbesars seperti mengurus urusan sebuah Negara semua itu diperlukan pengaturan yang

3
OpCit., h. 5
4
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), h. 26
baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa
diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.5

B. Langkah-langkah dan bentuk perencanaan pendidikaan


Menurut Buford and Bedeian, rangkaian kegiatan yang logis dalam membuat perencanaan
adalah (1) tahapan penetapan tujuan, (2) penyusunan premis-premis, (3) pengambilan keputusan,
(4) penetapan serangkaian tindakan, dan (5) evaluasi hasil. Selanjutnya uraian proses
perencanaan pendidikan didasarkan pada tahapan-tahapan yang dikemukakan Buford dan
Bedeian, sebagaimana diuraikan di bawah ini:

1. Tahap Penetapan Tujuan


Tahap penetapan tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh suatu lembaga atau
sekolah. Tujuan harus dirumuskan secara jelas baik secara umum maupun secara operasional.
Tujuan umum merupakan kegiatan organisasi yang telah ditetapkan pada waktu tertentu, bersifat
tetap, dan tidak dapat dihitung secara realistik pembiayaannya, dalam. Tujuan ini bermanfaat
sebagai sumber legitimasi, pedoman tindakan, memberi standar kerja, sumber motivasi, dan
sebagai bahan perbandingan antara harapan dan kenyataan.
Sedangkan tujuan operasional merupakan tujuan yang secara aktual diupayakan oleh
organisasi melalui operasional kebijakan, langkah kongkrit untuk mencapai suatu tjuan. Tujuan
ini umumnya mudah berubah sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi.

2. Penyusunan premis-premis
Penyusunan premis-premis merupakan pernyataan tentang gambaran masa depan yang
ingin dicapai, rumusan nyata tentang masa depan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga atau
organisasi sesuai filosofis yang mendasarinya sebagai kerangka untuk mengidentifi ksi,
mengevaluasi, dan menyeleksi tindakan-tindakan yang tepat begi tercapainya tujuan. Premis
dalam perencanaan diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Pembuatan Keputusan

5
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemn Syariah dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2003) h. 1
Pembuatan Keputusan merupakan kegiatan dalam hal mendefi nisikan masalah,
menganalisa masalah, mengembangkan alternatif pemecahan masalah, pemilihan alternatif yang
tepat dari berbagai alternatif yang ada. Oleh karena itu, perlu disusun prosedur yang tepat untuk
digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pembuatan keputusan merupakan berkaitan dengan
pemilihan alternative yang tepat, baik berkaitan dengan tujuan maupun metode.6

4. Penetapan Tindakan
Penetapan serangkaian kegiatan merupakan implementasi perencanaan di lapangan. Oleh
karena itu, harus bersifat wajar, efektif, dan dituntut adanya komitmen yang tinggi. Penetapan
suatu masalah sangat tergantung pada kemampuan seorang pimpinan, oleh karena itu perlu
keberanian, ketegasan garis komando yang jelas agar penerapan perencanaan dapat efektif.
Perencanaan dapat mengalami kegagalan, akibat penerapan yang tidak baik, kesalahpahaman
para pelaksana dan kurangnya motivasi dalam mengimplementasikan rencana. Oleh karena itu,
dipandang sangat perlu untuk melibatkan semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan suatu
rencana. Begitu juga dalam perencanaan mutu pendidikan perlu melibatkan orang tua dan warga
sekolah lainnya, agar pelaksanaan peningkatan mutu berjalan dengan baik.
5. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil diperlukan untuk memeberikan balikan yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan suatu rencana. Suatu rencana harus dapat dievaluasi secara terus menerus, baik pada
waktu pelaksanaan maupun pada saat berakhirnya pelaksanaan. Evaluasi sangat berguna untuk
melihat kemajuan, kegagalan suatu rencana dan mendeteksi adanya penyimpangan dalam
pelaksanaan di lapangan.7
Pada tahapan merencanakan sistem , sangat dibutuhkan memilih dan mengorganisasi
komponen tertentu dan prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan dalam sistem
mengiujicobakannya. Prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan dalam sistem serta
mengujicobakannya. Prosedur-perosedur dsalam tahapan itu berkenaan dengan hal-hal berikut :
1. Formulasi tujuan
2. Deskripsi tugas
3. Jenis-jenis belajar

6
OpCit., h. 6

7
Suhadi Winoto, Dasar-Dasar Menajemen Pendidikan Islam, (Yogyakart: Bildung , 2020), h.
4. Analisis tugas
5. Belajar dan Motivasi
6. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip
7. Pemecahan Masalah keterampilan-keterampilan motorik-perseptual8
Ditinjau dari segi waktu, perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas perencanaan
jangka panjang (antara 11– 30 tahun), perencanaan jangka menengah (antara 5–10 tahun), dan
perencanaan jangka pendek (antara 1–4 tahun). Ketiga bentuk perencanaan tersebut berkaitan
antara satu dan yang lainnya. Perencanaan jangka pendek merupakan bagian dari perencanaan
jangka menengah, keduanya merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang. Beberapa
perencanaan jangka pendek yang digabungkan secara sistematis dan sistemik dapat dipandang
sebagai perencanaan jangka menengah, beberapa perencanaan jangka menengah yang dirangkai
dalam satu kesatuan akan menjadi rencana jangka panjang.
Berdasarkan ruang lingkupnya, perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas (1)
perencanaan makro, level nasional, meliputi seluruh usaha pendidikan pada semua jenjang dan
jenis pendidikan, kurikulum, peserta didik, dan pendidik dalam suatu sistem pendidikan yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional; (2) perencanaan meso, yaitu level
regional atau lokal, meliputi semua jenis dan jenjang pendidikan di suatu daerah; serta (3)
perencanaan mikro, biasanya bersifat institusional, meliputi berbagai kegiatan perencanaan pada
suatu lembaga atau satuan pendidikan tertentu atau pada beberapa lembaga yang sama dan
berdekatan lokasinya. Dalam konteks ini, kita kenal adanya
(1) Perencanaan Pendidikan Nasional;
(2) Perencanaan Pendidikan Provinsi;
(3) Perencanaan Pendidikan Kabupaten/Kota/Kecamatan
(4) Perencanaan Satuan Pendidikan atau Perencanaan Kelembagaan atau Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS).
Rencana pembangunan pendidikan nasional merupakan “kumulatif” dari perencanaan
pendidikan provinsi. Rencana pembangunan pendidikan provinsi merupakan kumulatif dari
perencanaan pendidikan kabupaten/kota. Rencana pembangunan pendidikan kabupaten/kota
merupakan kumulatif dari perencanaan pengembangan satuan-satuan pendidikan.9

8
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : PT Bumi Aksara :’2003), h.
20
9
Perencanaan pendidikan terdiri atas beberapa jenis, tergantung dari sisi mana dilihatnya . dari
tinjauan takaran an cakupannya, perencanaan pendidikan ada yang bersifat :

1. Nasional (makro)
2. Daerah (regional)
3. Lokal
4. Kelembagaan (institusional)

Perencanaan ditinjau dari posisi dan sifat serta karakteristik model perencanaan pendidikan yaitu :

1. Bersifat Terpadu (integrated educational planning)


2. Bersifat komprehensif
3. Bersifat transaksional
4. Bersifat Strategik

Perencanaan ditinjau dari sisi metodologi sebagai berikut :


1. Rational (systemic planning)
2. Comprehensive Planning model schiefelbein
3. Integrated planning (systematic Planning)10

C. Pendekatan dan teknik perencanaan pendidikan

Dari segi pendekatannya, perencanaan pendidikan dibedakan atas: (1) perencanaan


terintegrasi (integrated planning), yaitu perencanaan yang mencakup keseluruhan aspek
pendidikan sebagai suatu sistem dalam pola pembangunan nasional; (2) perencanaan
komprehensif (comprehensive planning), yaitu perencanaan yang disusun secara sistematis dan
sistemik, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh; (3) perencanaan
strategis (strategic planning), yaitu perencanaan yang disusun berdasarkan skala prioritas,
sehingga berbagai sumber daya yang ada dapat diatur dan dimanfaatkan secermat dan seefisien
mungkin; serta (4) perencanaan operasional (operational planning), yang mencakup kegiatan
pengembangan dari perencanaan strategis.

10
Udin Syaefudin Sa’ud & Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan
Komprehensif, pt remaja Rosdakarya :2006
1. Perencanaan terintegrasi dalam bidang pendidikan mengandung makna bahwa
pembangunan pendidikan bukanlah penerapan konsep pembangunan yang parsial, tetapi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan (terintegrasi) dengan pembangunan nasional
di berbagai bidang. Pembangunan pendidikan tidak dapat lepas dari program
pembangunan:
(1) ketenagakerjaan.
(2) teknologi.
(3) industry.
(4) transportasi.
(5) lingkungan sosialbudaya.
(6) lingkungan geografis.
(7) ekonomi dan keuangan.
Perencanaan pendidikan yang komprehensif adalah perencanaan pendidikan yang
disusun secara sistematis, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh
tentang perencanaan, tentang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pada
suatu wilayah tertentu, yang kegiatannya meliputi perencanan pengembangan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Perencanaan dan pengembangan pendidikan berkaitan dengan substansi
kesiswaan, ketenagaan (pendidik dan tenaga kependidikan), kurikulum, sarana dan
prasarana, biaya, metode, isi/kurikulum, mutu kelembagaan pendidikan, kependudukan,
dan hal lain yang bermakna bagi pengembangan penyelenggaraan pendidikan.
2. Perencanaan strategis (strategic planning) di bidang pendidikan mengutamakan
pada adanya prioritas dalam penyelenggaraan dan pembangunan pendidikan. Sebagai
contoh, prioritas pendidikan diletakkan pada pendidikan dasar. Sebagai bukti bahwa
pendidikan dasar mendapatkan prioritas dalam pembangunan pendidikan adalah
besarnya biaya pendidikan yang dialokasikan untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan dasar.
Argumentasi bahwa pendidikan dasar dijadikan prioritas didasarkan pada
kenyataan bahwa mutu pendidikan dasar masih belum menggembirakan, padahal mutu
pendidikan dasar akan 10 perencanaan pendidikan menjadi fondasi bagi jenjang
pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar juga merupakan hak setiap warga negara
untuk mendapatkannya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya kebijakan wajib
belajar pendidikan dasar dan kebijakan pembebasan biaya pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar, yang pada sebagian kasus sering dijadikan ikon unggulan cakada
(calon kepala daerah) dalam meraih simpati konstituennya dengan janji “pendidikan
gratis”. Apabila prioritas penyelenggaraan dan pembangunan pendidikan dasar telah
terpenuhi, maka prioritas akan bergeser pada perluasan dan peningkatan mutu
pendidikan menengah.
3. Perencanaan operasional (operational planning) merupakan penjabaran dari perencanaan
strategis. Perencanaan yang mampu memberikan penjelasan secara detail tentang (what)
apa yang harus dikerjakan, (who) siapa yang mengerjakan, (how) bagaimana
mengerjakannya, (where) di mana akan dikerjakan, (when) bilamana hal itu akan
dilaksanakan. Perencanaan operasional secara dokumen diwujudkan dalam bentuk
program kerja atau kegiatan yang disusun sedemikian rupa dan menjadi panduan bagi
setiap orang yang terlibat dalam melaksanakan program kerja tersebut. Dalam konteks
persekolahan, perencanaan operasional diwujudkan dalam bentuk program kerja
sekolah, agenda akademik sekolah, jadwal pembelajaran, dan sejenisnya.11

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Syaefudin Sa’ud Udin & Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, pt remaja Rosdakarya

Winoto Suhadi, Dasar-Dasar Menajemen Pendidikan Islam, (Yogyakart: Bildung , 2020)

11
Manap Somantri, Perencanaan pendidikan, PT. IPB Press : 2014 bandung, hlm. 2-3
Somantri Manap, Perencanaan pendidikan, PT. IPB Press : 2014 bandung

Tilaar H.A.R., menajemen Pendidikan Nasional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya)

Hafidudin Didin dan Hendi Tanjung, Manajemn Syariah dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani,
2003)
Mujib Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008)

Anda mungkin juga menyukai