Anda di halaman 1dari 13

2020B – 20010714054 – Imas Tita Anggraini – FIP – MP

Ujian Tengah Semester

1. Jelaskan konsep dasar: (a) manajemen pendidikan; (b) perencanaan; (c) pelaksanaan;
(d) pengorganisasian; (e) pengawasan?

Jawaban

a. Menurut Sulistyorini, manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau


rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar lebih efektif dan efisien.
Dilihat dari pengertian manajemen dan pengertian pendidikan diatas, maka kita
dapat mendefinisikan bahwa konsep dasar Manajemen Pendidikan sebagai suatu
Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam
mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines,
market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien
dalam bidang pendidikan.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
MANAGEMENT IS WORKING WITH AND
THROUGH INDIVIDUALS AND GROUPS TO
ACCOMPLISH ORGANIZATIONAL GOALS
(HERSEY & BLANCHARD, 1982)

Yang artinya Manajemen Bekerja Dengan Melalui Individu Dan Kelompok


Untuk Mencapai Tujuan Organisasi (Hersey & Blanchard, 1982)

b. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien
dan sesefektif mungkin (roger Akaufman,1972).
Mondy, Noe, dan Premeaux (1993) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan
proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya
dalam kenyataan.
Burhanuddin (2005:168) mengatakan bahwa perencanaan adalah “bahwa pada
dasarnya perencanaan merupakan suatu kegiatan yang sistematis mengenai apa
yang akan dicapai ,kegiatan yang harus dilakukan,langkah-langkah, metode,
pelaksanaan(tenaga) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiaat-kegatan
pencapaian tujuan.

Dari beberapa definisi diatas perencanaan mengandung unsur-unsur sebagai


berikut : 1. Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya. 2. Adanya proses 3.
Hasil yang ingin dicapai 4. Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
c. Actuating dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya,
suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha
untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Actuating merupakan
fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi
sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.

d. Pengorganisasian atau Organizing adalah suatu proses untuk penentuan,


pengelompokkan, pengaturan dan pembentukan pola hubungan kerja dari orang-
orang untuk mencapai tujuan organisasinya. . Dalam pengorganisasian,
penyusunan struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting agar setiap
orang yang berada dalam organisasi tersebut mengetahui dengan jelas tugas atau
pekerjaan, tanggung jawab, hak dan wewenang mereka.Pengorganisasian
melibatkan identifikasi dan pengelompokan aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan, membaginya, antara karyawan serta menciptakan hubungan wewenang
dan tanggung jawab diantara mereka.

e. Pengawasan adalah mengamati terus


menerus, merekam, memberikan penjelasan, petunjuk, pembinaan dan pelurusan
terhadap bebagai ketidaktepatan dan kesalahan sehingga pengawasan menjadi
kunci keberhasilan proses manajemen.
Menurut Ranupandojo (1990:109) : “Tujuan pengawasan adalah mengusahakan
agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan
atau hasil yang dikehendaki.”
Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan di dalam melaksanakan
pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses
pengawasan ini terdiri dari beberapa tindakan tertentu yang bersifat fundamental
bagi semua pengawasan manajerial.

Rujukan :
PPT dari kelompok 1-4

https://dosen.ung.ac.id/Sulkifly/home/2020/10/14/konsep-dasar-manajemen-
pendidikan.html#:~:text=Menurut%20Sulistyorini%2C%20manajemen%20pendi
dikan%20adalah,agar%2

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2016/08/27/konsep-pengawasan-by-aep-
nurul-hidayah/comment-page-
1/#:~:text=Pengawasan%20merupakan%20suatu%20proses%20

2. Jelaskan konsep dasar manajemen kurikulum dan pembelajaran beserta ruang


lingkupnya?
Jawaban

Kurikulum dan pembelajaran merupakan bagian integral dari sistem pendidikan.


Kurikulum sering didefinisikan sebagai bahan pelajaran yang akan diberikan oleh
pengajar kepada peserta didik, sehingga setiap ada perubahan kurikulum identik
dengan perubahan buku pelajaran. Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada
zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere yang diartikan sebagai
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Namun, dalam dunia pendidikan
beberapa ahli seperti Donald E.Orlosky dan B. Orthanel Smith (1978), dan Peter F.
Oliva (1982), mendefinisikan kurikulum pada dasarnya adalah suatu perencanaan atau
program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.
Konsep kurikulum sebagai suatu program tampaknya sejalan dengan rumusan
kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran


Perencanaan Kurikulum
Tahap perancanaan merupakan Rencana Pembelajaran (RP). Guru melakukan
persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar di kelas.

Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah siswa untuk mempelajari bahan serta untuk
mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif.

Pelaksanaan kurikulum
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Implementasi kurikulum juga dapat
diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran.

Rujukan : ppt kelompok 5

3. Jelaskan masalah-masalah dan alternatif penyelesaiannya dalam merencanakan


program pengelolaan sekolah? Jawaban perlu didukung dengan hasil-hasil penelitian
yang relevan.

Jawaban
Masalah yang terjadi dalam proses perencanaan pendidikan di Indonesia menjadi
kendala tersendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada beberapa masalah dalam
perencananaan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu:

A. Aspek Sosiologis
Setiap kebijakan baru dalam suatu rencana pendidikan yang akan dilaksanakan,
sedikit banyak akan memengaruhi yang akan kehidupan social dan perilaku
kelompoknya, oleh sebab itu para perencana, pengambil kebijakan dan pelaksana
pendidikan perlu memerhatikan aspek sosiologis, terlebih lagi aspek sosiologis
keagamaan yang berkaitan erat dengan gagasan-gagasan di bidang pendidikan seperti
aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, pengaruh perencanaan pendidikan terhadap
masyarakat, hal-hal tabu sanksi social yang berhubungan dengan pendidikan, serta
pengaruh budaya dan tekanan-tekanan dari luar terhadap perencanaan pendidikan.
1. Aspirasi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam melakukan perubahan social.
Misalnya, untuk meningkatkan status social seorang guru SD mengajar sambil kuliah
kemudian berhasil menyelesaikan kuliahnya dan selanjutnya mampu meningkatkan
satusnya menjadi seorang guru SMP, Guru SMA dan bahkan menjadi dosen di
perguruan tinggi. Tidak sedikit di antara mereka yang mampu untuk menjadi seorang
ilmuwan, dokter, dosen, jaksa, dan lain sebagainya setelah melalui keberhasilan
pendidikannya.
Pemerataan kesempatan memperoleh pendididkan harus terjamin karena pendidikn
diyakini dapat mengubah dan memperbaiki taraf hidup dan kehidupan seseorang. Oleh
karenanya, perencanaan pendidikan dihadapkan pada sua kendala yaitu:
a. Bagaimana individu dan masyarakat mendapatkan pendidikan secara mudah
dan merata dalam kondisi fasilitas dan biaya pendidikan yang serba terbatas.
b. Masih ada perbedaan mutu dan fasilitas pendidikan antara pendidikan yang ada
di desa dan di kota walaupun kesempatannya sama. Kebrhasilan pendidikan banyak
ditentukan oleh mutu guru, fasilitas, ekonomi orang tua, dan sebagainya.
Untuk menghadapi kendala diatas, para perencana harus dapat memanfaatkan fasilitas
dan dana yang tersedia atas prinsip pemerataan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan, dan bekerjasama dengan unsur lain memikirkan batas-batas kebutuhan
pasaran tenaga kerja, berapa banyak output pendidikan yang dapat diserap oleh
pranata ekonomi dan social. Di sini para perencana pendidikan dituntut memiliki
kemampuan untuk menyusun rencana, berapa yang diperlukan untuk mendapatkan
kesempatan belajar sampai pada tingkat pendidikan tertentu sesuai kebutuhan setelah
melalui seleksi secara terbuka dan rasional.
2. Pengaruh Perencanaan Pendidikan Terhadap Masyarakat
Beberapa pengaruh pendidikan yang menibulkan pandangan dan anggapan
ketidakadilan adalah sebagai berikut:
a. Proses seleksi yang ketat untuk memasuki jurusan tertentu di perguruan tinggi
dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang bermutu tinggi tapi tidak melebihi
jumlag yang dibutuhkan.
b. Pembangunan sekolah yang belum merata karena keberadaan biaya yang
terbatas.
c. Perbedaan kemajuan pendidikan sebagai akbiat perbedaan kemampuan
ekonomi setempat.
d. Kadang-kadang masyarakat menetang gagasan penerapan metode
mengajar yang baru.
Perencanaan pendidikan harus menyadari dan menerimanya
sebagai kenyataan dalam kehidupan di mana pematangan kondisi selalu memerlukan
pendekatan yang tepat waktu. Dalam proses pelaksanaan rencana , perlu diciptakan
suatu suasana yang dapat memperkecil atau menghilangkan hambatan yang ada dalam
kelompok masyarakat. Untuk inni setiap perencana, pengambil keputusan, atau
pelaksana pendidikan perlu memanfaatkan pengetahuannya tentang masyarakat, adat
istiadat, kebiasaan, kebudayaan serta jenjang status yang berlaku disitu. Hasil
penelitian sosiologis tentu akan membantu.
3. Tabu dan Sanksi Sosial dalam Perencanaan
Setiap kebudayaan mempunyai norma-norma tertentu yang digunakan sebagai
standard sanksi social atau hokuman adat dan tabu yang berfungsi mengatur tingkah
laku kelompok masyarakat, mengingat:
a. Kebudayaan yang mengarahkan bekerjanya pengaruh masyarakat dalam
pembentukan dan perkembangan kepribadian individu.
b. Kebudayaan yang menetapkan apa-apa yang disetujui atau tidak disetujui oleh
masyarakat. Tingkah laku yang tidak disetujui akan dikenakan sanksi social.
Perencana pendidikan harus dapat mengembangkan nilai-nilai budaya yang
diinginkan dan memperkecil pengaruh nilai-nilai yang tidak diperlukan serta
memperkenalkan unsur-unsur baru yang berguna. Gerakan emansipasi misalnya, dapat
menggeser pandangan umum tentang kedudukan wanita dalam masyarakat.
Ada dua hal yang menyulitkan perencana pendidikan untuk menguasai dan memegang
nilai-nilai budaya, yaitu:
a. Terdapatnya nilai budaya yang heterogen pada sejumlah kelompok masyarakat.
b. Dibutuhkan tindakan menerobos tradisi yang sudah lama berlangsung, sehingga
mungkin menimbulkan resistensi.
4. Pengaruh Budaya dan Tekanan-tekanan dari Luar Terhadap Perencanaan
Pendidikan
Tekanan-tekanan dari luar yang kadang-kadang dapat memngaruhi perencanaan
pendidikan adalah dapat berasal dari para politikus (pengamat politik), badan-badan
(organisasi), dan bantuan luar negeri. Pendapat pemimpin organisasi atau politkus yang
ada dalam masyarakat dan buah pikiran wakil rakyat di DPR tentang pembangunan
pendidikan harus menjadi bahan yang sangat berguna bagi perencanaan pendidikan.
Adakalanya mereka memiliki pandangan yang lebih realistis untuk diterapkan.
Jika sifat-sifat politikus menyebabkan bertentangan dengan perencana pendidikan,
maka pihak perencanalah yang harus menyesuaikan diri. Apakah ia akan menerima
keputusan politikus atau berusaha untuk mengadakan kompromi, tergantung dari
banyak factor seperti kepribadian, cara mengadakan pendekatan, dan ketersediaanya
untuk saling menukar informasi. Kadang-kadang terjadi persaingan kurang sehat antar
daerah, antar golongan masyarakat, antar lembanag pendidikan, anatara orang-orang
yang vested interest. Tugas perencana pendidikan adalah mempelajari dan
mempertimbangkan keinginan-keiniginan yang ada dalam masyarakat seperti:
keiinginan tambahan gedung sekolah baru, permintaan supaya mutu pendidikan di
daerah pedesaan diperbaiki dalam rangka pembangunan masyarakat desa, biaya yang
lebih banyak, dan lain sebagainya.
Perencana pendidikan perlu jaga memerhatikan aspek bantuan luar negeri, baik berupa
bantuan teknis, bantuan peralatan, bantuan proyek, maupun beasiswa. Bantuan
mungkin berupa pinjaman atau berupa bantuan. Bantuan luar negeri yang direncanakan
perlu didasarkan pada kriteria: keterpaksaan, melanjutkan kegiatan yang sudah ada,
tidak mengikat, dan feasible untuk dilaksanakan
B. Aspek Pedagogis
Aspek-aspek pedagogis yang harus diketahui oleh perencana pendidikan adalah: tujuan
pendidikan, struktur system pendidikan, isi pendidikan, metode belajar dan mengajar,
dan inovasi pendidikan. Kelima aspek pedagogis tadi bersifat kualitatif dan sangat
penting bagi perencanaan pendidikan.
1. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Pembangunan pendidikan didasarkan atas falsafah Pancasila bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, miliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap, mandiri, rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Struktur Sistem Pendidikan
Perencana pendidikan harus mempunyai pengetahun yang luas tentang struktur system
pendidikan, bukan hanya mengenai struktur system pendidikan Negara kita, tetapi juga
yang berlaku di Negara lain untuk bahan perbandingan. Hal ini harus sungguh-sungguh
disadari oleh para perencana karena setiap usaha untuk melakukan pembaharuan
system pendidikan, langkah pertama yang harus ditempuh adalah menelaah struktur
system pendidikan itu sendiri. Jika hasil percobaan dapat memperlihatkan bahwa
kurikulum SD dapat diselesaikan selama 5 tahun, maka hal ini dapat mengubah struktur
system pendidikan kita. Kemudian setiap perubahan di dalam struktur system
pendidikan akan mempunyai pengaruh langsung terhadap pekerjaan para perencana
pendidikan.
3. Isi Pendidikan
Penting bagi perencana pendidikan untuk mengetahui relevansi kurikulum dengan
tuntutan pembangunan di segala bidang. Perencana pendidikan harus mengetahui lebih
jauh tentang isi pendidikan, karena prasarana pendidikan seperti gedung dan peralatan
selama ini dipandang sebagai alat bantu bagi pengajaran benar-benar mempunyai
hubungan yang erat dengan kurikulum. Menjadi tugas perencana pendidikan untuk
memikirkan persyaratan-persyaratan ruang belajar untuk setiap tingkat dan jenis
pendidikan sesuai kurikulumnya. Kebutuhan jumlah dan komposisi antara ruang teori
dan ruang praktik pada SMA dan SMK tentu akan beda.
4. Metode Belajar dan Mengajar
Perencanaan kualitatif dalam rangka peningkatan mutu pendidikan mengandung unsur
pengembangan kurikulum. Pengembanagan kurikulum selain menyempurnakan isisnya
yang berupa seperangkat pengalaman belajar, juga penyempurnaan penggunaan strategi
dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional seperti ceramah, latiha, dan
menghapalkan harus disempurnakan dengan metode yang lebih banyak memberikan
inspirasi dan motivasi dalam belajar, seperti:
a. Belajar sambil berbuat (learning by doing)
b. Belajar untuk menemukan sendiri (discovery learning)

c. Belajar memecahkan masalah (problem solving method)

5. Inovasi Pendidikan
Inovasi dalam pendidikan memengaruhi banayak aspek seperti: pembaruan metode
pembelajaran, perubahan penyempurnaan struktur organisasi, pembaruan kurikulum
(isi dan metode), penyempurnaan system informasi pengelolaan, dan sebagainya.
Perencana pendidikan harus mengetahui peranan dari gagasan inovasi pendidikan, dan
meikirkan bagaimana rencana peningkatan, penyebaran, dan pengelolaannya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa perencana pendidikan harus mengetahui secara luas apa
yang terjadi di dalam system pendidikan. Sebagai motor penggerak, perencana
pendidikan harus dapat menghargai peranan inovasi dalam pembinaan dan
pembangunan pendidikan secara terintegrasi.

C. Aspek Demografis
1. Pengaruh Perkembangan Kependudukan
Pada beberapa Negara di Asia termasuk Indonesia, kesuburan penduduk tinggi. Usaha
penurunannya terus dilakukan melalui program keluarga berencana. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang cepat ditunjang oleh perbaikan kesehatan masyarakat dan
kemajuan ilmu kedokteran.
Secara umum ada empat masalah kependudukan yang perlu diperhatikan oleh
perencana pendidikan yaitu:
a. Laju pertambahan penduduk yang masih terlalau cepat.
b. Distribusi penduduk yang tidak merata.
c. Keadaan piramida penduduk usia muda
d. Mobilitas dinamika penduduk yang tinggi.
Berbagai factor diatas, mempunyai pengaruh yang jelas pada bidang pendidikan dan
bidang ekonomi. Makin besar jumlah penduduk yang umurnya di luar umur angkatan
kerja, maka makin berat tanggungan ekonomi yang dibebankan kepada penduduk yang
tergolong ke dalam kelompok angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk yang cepat akan
meningkatkan dengan cepat pula jumlah penduduk yang muda yang secara ekonomis
tidak produktif dan hidup bergantung kepada penduduk yang mempunyai penghasilan.
Selain itu, jumlah penduduk usia sekolah yang tinggi mengakibatkan perlunya
disediakan fasilitas pendidikan yang mencukupi, dan ini menjadi persoalan.
2. Pengaruh Pertambahan Penduduk Secara Tidak Langsung Terhadap
Pendidikan
Pengaruh tidak langsung pertambahan pendudk terhadap perencanaan pendidikan
adalah menyangkut pengaruh dinamika kependudukan menembus semua sector
perencaaan ekonomi dan social, termasuk pendidikan, kesehatan, perumahan,
komunikasi pertanian, hukum, pertadan sebagainya. Sector-sektor ini saling berkaitan
dan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Karena itu di belakang data
demografis sebenarnya terdapat satu mekanisme perubahan social yang perlu dipelajari
oleh perencana pendidikan dalam merencanakan kurikulum setiap jenis dan tingkat
pendididkan, pengdaan guru menurut spesialisasinya, pembinaan penduduk putus
sekolah, dan sebagainya.
3. Pengaruh Perkembangan Penduduk Terhadap Pencapaian Sasaran Siswa
Sekitar tahun enam puluhan, perencanaan pendidikan di banyak Negara sibuk
menghitung dan menetapkan sasaran mengenai persentasi penduduk yang bersekolah
(SD sampai perguruan tinggi) dan yang melek huruf, perbandingan siswa dengan guru,
dengan ruang belajar, dan sebagainya. Sepuluh tahun kemudian, sasaran tadi banyak
yang tidak tercapai, perkembangan ekonomi yang tidak seimbang dengan laju
pertumbuhan penduduk. Di damping itu, perhitungan mengenai jumlah isiwa juga
meleset karena kurang memerhatikan factor kependudukan.
Perencana pendidikan dalam membuat proyeksi siswa perlu memerhatikan factor
pertambahan penduduk, kemampuan pemerintah dalam pengadaan dana, tenaga
pengajar yang tersedia, dan sebagainya karena yang terkait dengan tenaga pengajar
khususnya, memerlukan waktu paling sedikit 4 tahun untuk pengadaannya.
4. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
Pertumbuhan penduduk yang cepat memperbesar arus kelompok usia sekolah yang
memasuki system pendidikan. Kejadian seperti ini merupakan concern kuantitif
perencanaan pendidikan, yaitu lebih banyak perhatian kepada memperluas daya
tamping dan pemerataan kesempatan belajar disbanding kesempatan untuk peningkatan
mutu, penyempurnaaan kurikulum, inovasi teknologi, pembuatan gedung sekolah
dengan bentuk yang lebih praktis dan menyenangkan, dan sebagainya.
Meningkatnya jumlah penduduk usai sekolah masuk system pendidikan
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan dana untuk menyediakan fasilitas pendidikan
(gedung, perabotan, dan lain-lain), pengangkatan guru dan tenaga kependidikan yang
baru, tenaga Pembina, dan sebagainya. Perbaikan mutu dan relevansi system
pendidikan yang sangat lambat, menjadikan pendidikan kurang menarik dan
menyebabkan meingkatnya putus sekolah dan pemborosan dalam system pendidikan.
Hal yang demikian memerlukan perhatian sungguh-sungguh dari para perencana
pendidikan ketika melakukan aktivitasnya dalam membangun system pendidikan.
5. Pemerataan Kesempatan Belajar
Hasil kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan yang merata dan baik
merupakan salah satu persyaratan untuk sussesnya suatu usaha pembatas pertambahan
penduduk. Banyak negara mengalami ledakan penduduk yang begitu cepat yang oleh
karena negara tersebut menghadapi maslah dalam system pendidikannya (tidak merata
dan tidak bermutu). Oleh sebab itu, pemerataan kesempatan belajar kepada setiap
warga Negara harus menjadi perhatian para perencana pendidikan. Pemerataan
kesempatan belajar dapat berupa pemerataan menurut pembagian wilayah (kota dan
desa), berdasarkan jenis kelamin (anak laki-laki dan anak permpuan), dan berdasarkan
sara seperti: suku (Jawa, Sunda, Dayak, Bugis, Banjar dan lain-lain), agama (Islam,
Kristen, Hindu, Budha, dan lain-lain), dan ras (asli, blastteran, dan lain-lain).
6. Jawaban Perencana Terhadap Tantangan Dinamika Kependudukan
Setiap perencana pendidikan akan selalu menghadapi masalah demografi, oleh karena
itu ia harus selalu memikirkan cara baru untuk menyelesaikannya, termasuk
menyelesaikan masalah struktur dan isi system pendidikan. Jawaban atas permasalahan
ini terletak bukan hanya pada ekspansi atau perluasan kesempatan belajar semata, tetapi
juga pada upaya melakukan berbagai inovasi system pendidikan.
Mengingat segi-segi yang kurang menguntungkan dari pertambahan penduduk yang
cepat terhadap system pendidikan dan sector ekonomi, pemerintah telah menjalankan
berbagai usaha kea rah pengurangan maslah kependudukan yaitu:
a. Memindahkan penduduk (transmigrasi) ke daerah yang jarang penduduknya.
b. Mengendalikan arus urbanisasi dengan memperioritaskan pembangunan di
bidang pertanian.
c. Mengendalikan lajunya pertambahan penduduk dengan intensifikasi dan
eksistensifikasi program keluarga berencana.
Salah satu tugas penting bagi perencana pendidikan pada masa kini dan masa yang
akan dating adalah mensukseskan keluarga berencana melalui pendidikan
kependudukan di sekolah dan di luar sekolah.
D. Aspek Ekonomis
1. Permasalahan Ekonomi
Kebijakan ekonomi pemerintah mempunyai tujuan yaitu untuk: pertumbuhan
produksi nasional, keseimbangan moneter, mempertahankan kekuatan nilai uang,
perbaikan dan pemerataan pendapatan, dan partisipasi masyarakat dalam proses
produksi. Instrument yang mungkin digunakan adalah pengendalian pajak secara
langsung dan partisipasi dalam produksi pada perusahaan-perusahaan umum. Setiap
Negara menggunakan instrument yang berbeda-beda, namun unsur yang berlaku umum
adalah bahwa setiap penggunaan instrument tadi selalu memerlukan biay baik biaya
materi maupun non materi seperti peraturan yang membatasi kebebasan individu.
2. Pendidikan sebagai Alat dan Kebijakan Ekonomi
Pengaruh tidak langsung pertambahan penduduk terhadap perencanaan pendidikan
adalah menyangkut pengaruh dinamika kependudukan menembus semua sector
perencanaan ekonomi dan social, termasuk pendidikan, kesehatan, perumahan,
komunikasi, pertanian, hokum, pertahanan, dan sebagainya.

3. Pemilihan Alternatif Alat-alat Kebijakan Ekonomi


Ciri khas yang dimiliki oleh alat kebijakan ekonomi ialah bahwa semua memerlukan
pembiayaan termasuk untuk pembangunan system pendidikan. Karena pendidikan
memerlukan uang, dan apabila uang itu digunakan untuk membiayai pendidikan, maka
tidak dapat digunakan untuk membiayai alat kebijakan ekonomi lainnya yang juga
menunjang tercapainya pembangunan.

4. Biaya dan Keuntungan


Karena investasi pendidikan tidak terlihat secara bebas, tetapi tersembunyi dalam diri
peserta didik atau tenaga kerja, maka keuntungan pendidikan sangat sukar untuk dilihat
secara langsung. Pendidikan harus dinilai berdasarkan alat dan tjuan kebijakan lainnya,
termasuk membandingkan keberhasilan suatulembaga pendidikan tertentu dengan
lembaga pendidikan yang lain.
5. Biaya Pendidikan
Pembiayaan pendidikan yang dimaksudkan pada uraian ini terbatas pada pembiayaan
untuk jalur pendidikan formal (sekolah). Pembiayaan pendidikan untuk jalur formal
pada garis besarnya terbagi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya
langsung meliputi biaya pembangunan (capital cost), dan biaya rutin (recurrent
cost). Biaya pembangunan diperuntukkan bagi pembangunan prasarana dan sarana
pendidian, pengadaan laboratorium dan perlengkapannya, pengadaan bengkel dan
perlengkapannya, dan lain sebagainya.
6. Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tujuan-Tujuan lain Pada
kebijakan Ekonomi.
Pendidikan memberikan sumbangan bagi peningkatan produksi yang juga berarti
membantu pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya ahli ekonomi dan pembuat
kebijaksanaan menganggap pendidikan sebagai alat kebijaksanaan ekonomi.
Perkembangan tentang ëkonomi pendidikan”turut memberikan dasar-dasar bagi
perencanaanpendidikan yaitu: penggunaan sumber-sumber secara optimal memerlukan
proses pengambilan keputusan secara optimal memerlukan proses pengambilan
keputusan secara rasional dalam rangka pengalokasian sumber-sumber di dalam system
pendidikan itu sendiri (diantara berbagai jenis dan tingkat pendidikan).

Rujukan : http://miskiahcenter.blogspot.com/2016/10/masalah-masalah-dalam-
perencanaan.html

4. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
pengawasan? Jawaban perlu didukung dengan data dan hasil penelitian yang
mendukung.

Jawaban

Peran kepala sekolah dalam pengawasan adalah mengadakan penilaian untuk


mengetahui sejauh mana program dilaksanakan. Melalui evaluasi akan diketahui
apakah program yang direncanakan sudah berhasil atau belum, apakah telah mencapai
sasaran atau belum, apakah hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.

Pengawasan memiliki arti menguji, memeriksa, memverifikasi atau bahkan


mengecek, apakah sudah di laksanakan sesuai dengan rencana, instruksi yang
dikeluarkan atau prinsip serta asas yang telah ditetapkan (dibakukan).6 Pengawasan
yang dilakukan oleh pengawas dan kepala madrasah dalam rangka meningkatkan
efesiensi dan efektifitas dan aktifitas suatu kegiatan. Efesiensi berarti perbandingan
yang terbaik antara hasil yang diperoleh dengan sumber-sumber yang dipergunakan
antara apa yang telah diselesaikan dengan apa yang seharusnya diselesaikan. Efesiensi
berkaitan dengan sumber daya, dana dan waktu serta proses, sedangkan efektifitas
adalah pengukuran terhadap tercapai tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian,
efektifitas berhubungan dengan hasil yaitu hasil guna dengan tepat guna. Upaya
pengawas dan kepala madrasah dalam pengawasan kinerja sangat penting dan harus
mengerjakan dengan sebaik- baiknya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang
berlaku.7 Berdasarkan pengertian tersebut berarti pengawasan erat kaitannya dengan
perencanaan, perintah, sasaran dan kebijaksanaan yang telah ditentukan.

Rujukan : http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2861/1/Subhan%20Mustafa.pdf
5. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mempertahankan
eksistensi sekolah di era 4.0 sehingga tetap bertahan sampai sekarang? Berikan contoh
disertai teori dan hasil penelitian yang mendukung

Jawaban

- Meningkatkan kualitas peserta didik dalam teknologi

- Memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran

- Merubah system pembelajaran menjadi lebih modern

- Selalu mengikuti perkembangan teknologi

- Metodologi Penelitian
- Artikel ini disusun bertujuan untuk memaparkan pendidikan indonesia
menyongsong era revolusi industri 4.0 dan sekaligus memaparkan alternatif
jawaban atas tantangan di era revolusi industri 4.0. Untuk menghimpun informasi
yang relevan dengan topik yang akan dibahas dalam artikel ini, jenis penelitian
yang dipilih oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library research), karena
sumber data yang digunakan adalah seutuhnya berasal dari perpustakaan atau
dokumentatif. Dengan mengkaji sumber data yang terdiri dari literatur-literatur
yang berkaitan dengan tema pendidikan, revolusi industri 4.0.

- Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-


analitis, yaitu model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat,
menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada sehingga
diharapkan bisa memberikan gambaran kepada generasi pendidik di Indonesia
dalam menyikapi masyarakat digital terutama hadirnya generasi alfa sebagai
generasi yang lahir di era revolusi industri ke empat. Upaya mengumpulkan
informasi dimaksud dapat diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, jurnal-
jurnal, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik
lainnya.

- Sebagaimana yang telah dipahami diawal, peran seorang pendidik adalah untuk
mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang aktif, sukses, dan
berkontribusi. Namun, ada perubahan penting yang harus diperhatikan, sesuai era
revolusi masyarakat mulai berubah. Sehingga tanggung jawab sekolah dan
pendidik adalah menyiapkan peserta didik agar mampu berkompetensi,
berkontribusi, dan memainkan peran mereka di tengah-tengah komunitas global.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh sekolah dan pendidik di
Indonesia dalam memutuskan bagaimana pendidikan dan pembelajaran
diselenggarakan.

- 1) Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Srudent Centered Learning)

- Dengan proses pembelajaran yang dipusatkan pada siswa disini sumber utama
informasi pengetahuan bukan lagi hanya guru, tetapi siswa bisa mengakses
informasi lain terkait dengan topik yang dipelajari. Agar mampu berkompetisi dan
berkontribusi pada masyarakat global si masa datang, siswa harus dapat
memperoleh informasi baru ketika masalah muncul. Kemudian mereka perlu
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah mereka miliki
dan menerapkannya untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam hal ini
pendidik hanya bertindak sebagai fasilitator, peserta didik hanya mengumpulkan
informasi sendiri, dibawah bimbingan pendidik. Pendidik harus bisa
mengakomodasikan gaya belajar dari peserta didik, karena dengan hal itu motivasi
belajar dan tanggung jawab peserta didik akan semakin meningkat. Dimana
peserta didik akan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, serta dengan
menunjukkan pembelajaran dengan berbagai cara. Belajar iitu tentang penemuan,
bukan lagi menghafal fakta yang sudah ada.

- 2) Kolaborasi

- Peserta didik didorong utuk bekerja sama dalam menemukan informasi,


mengumpulkannya, membangun makna. Peserta didik harus belajar berkolaborasi
dengan yang lainnya, ini dikarenakan masyarakat pada saat ini memiliki jaringan
yang luas tanpa adanya hambatan untuk berkolaborasi bahkan diseluruh dunia.
Bagaimana nantinya peserta didik dapat diharapkan untuk bekerjasama dengan
orang-orang dari budaya lain, dengan nilai-nilai yang berbeda dari mereka sendiri.
Sekolahh harus berkolaborasi dengan lembaga pendidikan lain di seluruh dunia
untuk berbagai informasi dan belajar tentang berbgai praktik atau metode yang
telah dikembangkan. Pendidik harus bersedia mengubah metode pengajaran yang
mereka lakukan mengingat perkembangan teknologi yang semakin melaju pesat.

- 3) Meaningful learning

- Dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa tidak berati bahwa pendidik
sepenuhnya menyerahkan semua kendali di dalam kelas. Sementara peserta didik
didorong untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing, pendidik
disini masih perlu untuk memberikan bimbingan mengenai keterampilan yang
perlu diperoleh. Pendidik dapat membuat oin penting untuk membantu peserta
didik memahami bagaimana keterampilan yang mereka bangun dapat
dikembangkan di kehidupan mereka. Peserta didik akan jauh lebih termotivasi
sesuatu yang dapat mereka lihat manfaatnya dan nilainya. Pendidik perlu
mengajar dan melatih peserta didik keterampilan yang berguna pada situasi
apapun. Pelajaran tidak memiliki makna dan tujuan jika tidak berdampak pada
kehidupan siswa di luar sekolah.

- 4) Sekolah terintegrasi dengan masyarakat

- Dengan kekuatan pemberdayaan teknologi dan internet, peserta didik saat ini bisa
melakukan banyak hal. Komunitas yang ada tidka hanya lagi mencakup pada area
yang terletak pada lingkungan sekolah, bahkan menjangkau seluruh dan
menyelimuti dunia. Pendidik perlu membantu peserta didik dalam mengambil
bagian dalam komunitas global ini dan menentukan cara agar yang berdampak
lebih dari sekedar lingkungan mereka berada. Untuk mempersiapkan peserta didik
agar menjadi warganegara yang bertanggung jawab, sekolah perlu mendidik
peserta didik menjadi warga yang bertanggung jawab. Melalui kegiatan komunitas
sekolah, siswa didorong untuk mengambil bagian dalam kegiatan atau proyek
tersebut, dan sesekali membantu masyarakat di sekitar mereka dengan kegiatan
sosial yang beragam.

- Kemajuan bidang teknologi juga berdampak negatif pada perubahan


sikap, perilaku dan karakter peserta didik. Diantara banyak masalah mengenai
teknologi, seperti halnya kecanduan internet dan malas belajar akibat game online
dan menonton, kehilangan waktu bermain dengan anak seusianya karena lebih
fokus pada perangkat digital, enjadikan kurang seimbanganya kehidupan sosial
anak, bahkan bisa berpotensi menurunkan prestasi akademik. Disinilah seorang
pendidik memegang peran penting dalam pembentukan karakter dalam era
revolusi industri 4.0. Pendidik harus bersinerge dengan wali murid dalam
pemanfaatan teknologi. Pendidik tidak hanya diharapkan mentrasfer ilmu
pegetahuan tetapi lebih dari itu pengembangan sikap dan spiritual sehingga akan
tercipta keseimbangan kompetensi intelektual dengan kompetensi sikap dan
spiritual.

Rujukan :
https://www.kompasiana.com/niasafitri/5dbc603d097f361881025e62/pendidikan-
indonesia-menyongsong-era-revolusi-4-0

Anda mungkin juga menyukai