Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adminitrasi pendidikan merupakan salah satu cabang dari ilmu adminitrasi pada
umumnya.Menurut Hadari Nawawi, Adminitrasi pendidikan adalah keseluruhan proses
pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai
dengan rencana yang telah dicanangkan yang diselenggrakan dengan cara sistematis, rasional,
efisien, dan efektif disuatu lembaga pendidikan, baik yang formal maupun non formal. Jadi,
adminitrasi pendidikan menyangkut kemampuan mengendalikan kegiatan operasional
pendidikan untuk terwjudnya efisiensi dan efektivias yang maksimal.
Konsep pembelajaran fungsi-fungsi adminitrasi elah dikenal sejak lama dengan
berbagai asumsi. Administrasi bisa dikenal sebgai maeri, menyuruh orang agar bekerja,
mencapai suatu tujuan melalui upya orang lain, memanfaakan manusia,uang, dan sebagainya.
Adapun proses adminitrasi pendidikan iu meliputi fungsi-fungsi perencanaan organisasi,
koordinasi, komunikasi, supervisi kepengawasan pembiayaan, dan evaluasi. Semua fungsi
tersebut satu sama lain berkaian sangat erat.
Birokrasi merupakan organisasi modern yang secara baku memeliki seperangkat
aturan yang mempola jalannya kegiatan kerja. Segala sesuatu berkaitan dengan aktivitas kerja
diatur secara legal formal.setiap tindakan personil diformat oleh aturan organisasi.
Banyak isu-isu mengenai adminitrasi pendidikan seperti: (a). Revisi dan
penyempurnaan UUSPN No. 2 tahun 1989 menjadi UUSPN No. 2 tahun 2003 hal ini
dilakukan untuk melakukan reformasi pendidikan khususnya berkaitan dengan menajemen
dengan menjadi pendidikan lebih memberi arti pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui program pendidikan. (b) konsep dan prinsip otonomi pendidikan adalah memberikan
ruang kreatifitas dan invasi yang proposional sebagai upaya pemberdayaan pendidikan. (c)
konsep school basic menajement sebagai wacana reformasi menajemen sekolah yang
mengelola sekolah berbasis menajemen dalam upaya peningkatan mutu yang kompetitif. (d)
sistem evaluasi hasil belajar sebagai upaya mengukur kemajuan belajar siswa untuk semua
jenjang dan jenis pendidikan, termasuk usulan berbagai pihak tentang penggabungan
EBTANAS atau UN dengan UMPTN. (e) masih ada kesenjangan yang menonjol antara Net
Enrollment Ratio (NER). (f) penelitian Blazely dkk (1997) mengungkapkan bahwa
pembelajaran di indonesia cenderung sangat teoritik dan sangat terkait dengan lingkungan
dimana siswa berada. (g) pendidikan tinggi dan otonomi kampus yang terdiri dari otonomi

1
keilmuan dan otonomi menajemen sesuai prinsip dan misi perguruan tinggi untuk
menjalankan misi pendidikan tinggi sesuai ilmu yang asuhnya. (h) kedudukan PLS-PO dalam
UUSPN untuk mengurus warga negara indonesia melalui jalur pendidikan informal bagi
mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formas pada usia sekolah maupun usia
produktif. (i) adminitrasi dan menajemen pendidikan luar biasa yang memerlukan
penanganan khusus sebagai upaya untuk menampung dan mengurus anak usia sekolah yang
memerlukan pelayanan khusus.(j) pusta pendidikan dan latihan pada berbagai instansi
pemerintah seperti departemen maupun non departemen dan badan- badan pemerintah serta
perusahaan pemerintah.
Jadi, isu-isu dan problematika adminutrasi pendidikan tersebut memberikan gambaran
bahwa cakupan bidang adminitrasi pendidikan ternyata sangat luas. Isu-isu Adminitrasi
pendidikan tersebut memeberi penjelasan bahwa adminitrasi pendidikan tidak hanya sekedar
admitrasi sekolah atau adminitrasi pembelajaran belaka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil paparan pada latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Apa saja fungsi-fungsi dari adminitrasi pendidikan?
2. Apa itu birokrasi adminitrasi pendidikan?
3. Apa saja isu- isu adminitrasi pendidikan?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a) Mahasiswa mengetahui fungsi-fungsi adminitrasi pendidikan.
b) Mahasiswa mengetahui tentang birokrasi adminitrasi pendidikan.
c) Menambah pengetahuan tentang isu-isu adminitrasi pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi-Fungsi Pokok Administrasi Pendidikan


Adapun proses administrasi pendidikan itu meliputi fungsi-fungsi perencanaan
organisasi, koordinasi, komunikasi, sepervisi kepengawasan-pembiayaan, dan evaluasi.
Semua fungsi tersebut satu sama lain berkaitan sangat erat. Untuk mendapat gambaran yang
lebih jelas tentang fungsi-fungsi tersebut akan diuraikan satu per satu.
1. Perencanaan (planning)
Setiap program atau konsepsi memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan. Perencanaan adalah suatu cara menghampiri masalah-masalah. Dalam
penghampiran masalah itu si perencana berbuat merumuskan apa saja yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan
administrasi. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan
mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Perencanaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama
kegiatan administrasi itu berlangsung. Di dalam setiap perencanaan ada dua faktor
yang harus diperhatikan, yaitu faktor tujuan dan faktor sarana, baik secara personel
maupun material.
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
c) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.
d) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e) Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana
pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.

Syarat-syarat perencanaan

Dalam menyusun perencanaan syarat-syarat berikut perlu diperhatikan :

1) Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.


2) Bersifat sederhana, realisitis, dan praktis.

3
3) Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian
tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
4) Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta
kondisi dan situasi sewaktu-waktu.
5) Terdapat perimbangan antara macam-macam bidang yang akan digarap dalam
perencanaan itu, menurut urgensinya masing-masing.
6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta kemungkinan
penggunaan sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
7) Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksaan.

Merencanakan berarti pula memikirkan tentang penghematan tenaga,


penghematan biaya dan waktu, juga membatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi dan menghindari adanya duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas atau pekerjaan
rangkap yang dapat menghambat jalan penyelesaian.

Jadi, perencanaan (planning) sebagai suatu fungsi administrasi pendidikan dapat


disimpulkan sebagai berikut:

“ Perencanaan (planning) adalah aktifitas memikirkan dan memilih


rangkaian tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapaimya maksud-maksud
dan tujuan pendidikan.”

2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan aktifitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud sesuatu kesatuan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Didalam pengorganisasian terdapat
adanya pembagian tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara terinci
menurut bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-
hubungan kerja sama yang harmonis dan lancar menuju pencapain tujuan yang telah
ditentukan.
Di dalam menyusun perencanaan, sebenarnya pengorganisasian sudah pula
dipikirkan dan disusun menjadi pola-pola kegiatan yang diperlukan didalam
pelaksanaan. Itulah sebabnya maka sebagaian orang berpendapat bahwa fungsi
pengorganisasian itu sebagian masuk ke dalam fungsi perencanaan, dan sebagian ke
dalam pelaksanaan.

4
Pengorganisasian sebagai fungsi administrasi pendidikan menjadi tujuan utama
bagi para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah. Kita mengetahui bahwa
dalam kegiatan sekolah sehari-hari terdapat bermacam-macam jenis pekerjaan yang
memerlukan kecakapan dan keterampilan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Keragaman tugas dan pekerjaan semacam itu tidak mungkin dilakukan dan dipikul
sendiri oleh seorang pemimpin. Dalam hal ini ter;etak bagaimana kecakapan kepala
sekolah mengorganisasi guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari sehingga tercipta adanya hubungan kerja sama yang harmonis
dan lancar.
Yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain ialah bahwa
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab, hendaknya disesuaikan dengan
pengalaman, bakat, minat, pengetahuan, dan kepribadian masing-masing-masing
orang yang diperlukan dalam menjalankan tugas-tugas tersebut.
Fungsi-fungsi organisasi dapat diartikan bermacam-macam :
1) Organisasi dapat diartikan sebagai member struktur, terutama dalam
penyusunan/penempatan personel, pekerjaan-pekerjaan, material, dan pikiran-pikiran
di dalam struktur itu. Umpamanya dalam pembentukan suatu panitia: bagaimana
susunan atau organisasinya, siapa yang menjadi pelindung, penasihat, ketua, panitia,
bendahara, komisaris, dan sebagainya. Ditentukan pula bagaimana hubungan kerja
antara anggota-anggota panitia tersebut.
2) Organisasi dapat pula ditafsirkan sebagai menetapkan hubungan antara orang-
orang. Kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan tanggung jawab masing-masing anggota
disusun menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan-tujuan dan
maksud-maksud kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran.
3) Organisasi dapat juga diartikan semata-mata mengingat maksudnya, yakni
sebagai alat untuk mempersatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan.

Dengan demikian, organisasi sebagai salah satu fungsi administrasi pendidikan


dapat disimpulkan sebagai berikut :

Organisasi ialah aktifitas-aktifitas menyusun dan membentu hubungan-


hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-
maksud dan tujuan-tujuan pendidikan.

5
Prinsip-prinsip organisasi

Organisasi yang baik hendaklah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki tujuan yang jelas.


2) Tiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan tersebut.
3) Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindak dan
kesatuan pikiran.
4) Adanya kesatuan perintah (unity of commend); para bawahan hanya
mempunyai seorang atasan langsung : dari padanya ia menerima perintah
atau bimbingan, dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil
pekerjaannya.
5) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-
masing anggota.
6) Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,
keahlian, dan bakat masing-masing, sehingga dapat menimbulkan kerja
sama yang harmonis dan koperatif.
7) Pola organisasi hendaknya relative permanen, dan struktur organisasi
disusun sesederhana mungkin,sesuai dengan kebutuhan,
koordinasi,pengawasan dan pengendalian.
8) Adanya jaminan keamanan dalam bekerja (security of tenure); anggota
tidak merasa gelisah karena takut dipecat atau ditindak dengan seweweng.
9) Adanya gaji atau insetif yang setimpal dengan jasa/pekerja,sehingga dapat
menimbulkan gairah kerja.
10) Garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjanya jelas
tergambar dalam struktur organisasi.

Di samping prinsip-prinsip tersebut diatas, kelancaran jalannya suatu organisasi


dipengaruhi pula oleh sikap dan sifat kepemimpinan seta Human realition yang
berlaku didalamnya. Sering dikatakan orang bahwa Human Realtion adalah inti
kepemimpinan, kepemimpinan adalah inti manajemen dan manajemen adalah inti
administrasi.

3. Pengoordinasian (coordinating)
Adanya bermacam-macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang,
memerlukan adanya koordinasi dari seorang pemimpin. Adanya koordinasi yang

6
baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
atau kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya koordinasi yang baik, semua
bagian dan personel dapat bekerja sama menuju ke satu arah tujuan yang telah
ditetapkan.
Kita menengetahui bahwa rencana atau program-program pendidikan yang harus
dilaksanakan di sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan mengandung banyak
segi yang saling bersangkut paut satu sama lain. Sifat kompleks yang dipunyai oleh
program pendidikan di sekolah menunjukan sangat perlunya tindakan-tindakan yang
dikoordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi batas-batas perencanaan
maupun batas-batas personel seperti untuk mengatasi kemungkinan adanya duplikasi
dalam tugas, perebutan hak dan tanggung jawab, ketidakseimbangan dalam berat-
ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban, dan
sebagainya.
Jika kita simpulkan, maka:
Koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material, pikiran-
pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam hubungan yang harmonis
dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.

4. Komunikasi
Dalam melaksanakan suatu program pendidikan, aktifitas menyebarkan dan
menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi
sangat penting. Proses menyampaikan atau komunikasi ini meliputi lebih darioada
sekedar menyalurkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan maksud-maksud secara
lisan atau tertulis.
Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan
pengertian yang jelas daripada secara tertulis. Demikian pula komunikasi yang
dilakukan scara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda
pengaruh dan kejelasannya.
Menurut sifatnya, komunikasi ada dua macam : komunikasi bebas dan
komunikasi terbatas. Dalam komunikasi bebas, setiap anggota dapat berkomunikasi
dengan anggota yang lain. Sedangkan dalam komunikasi terbatas, setiap anggota
hanya dapat berhubungan dengan beberapa anggota tertentu saja. Untuk
melaksanakan suatu program atau rencana, dalam batas-batas tertentu komunikasi
bebas lebih baik daripada komunikasi terbatas. (mengapa?)

7
Jika kita simpulkan:
Komunikasi dalam setiap bentuklnya adalah suatu proses yang hendak
mempengaruhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi.

Komunikasi dan motivasi


Cutlip dan Center mengatakan: “To motiveta a person one must emphasized the
benefits and satisfaction he(the communicant) will gain, not the behefits to….your
organization.”10) Jelas dari kata-kata tersebut bahwa, untuk dapat memberikan
motivasi yang berhasil, seseorang harus mengetahui benar-benar apa kebutuhan,
keuntungan, ataupun kepuasaan yang mungkin diharapkan oleh orang yang akan
diberi motivasi.
Di dalam kegiataan komunikasi diperlukan adanya motivasi, terutama motivasi
intrinsic. Oleh karena itu, pemberian motivasi dalam rangka komunikasi hendaknya
memperhatikan beberapa unsur seperti berikut :
 Adanya keinginan untuk berhasil (achievement, success);
 Kejelasan tentang tindakan yang harus diambil/dianjurkan;
 Keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif;
 Keyakinan akan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota;
 Keinginan akan adanya kebebasan untuk menentukan, menolak, ataupun
menerima apa yang dianjurkan;
 Adanya tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika, yang dianutnya)
apa yang dianjurkan,sebelum melaksanakan.

Perlu pula diperhatikan bahwa “ mengubah suatu pendapat dalam kelompok lebih
mudah daripada mengubah pendapat (apalagi sikap) secara individu per individu
karena hidup dalam kelompok membutuhkan kelompoknya “. Makin tradisional
suatu masyarakat, makin erat hubungan individu dengan kelompoknya.

Dalam hubungan ini, maka di dalam kegiatan administrasi pendidikan yang biasa
dilakukan oleh para pemimpin pendidikan, terutama oleh kepala sekolah, masalah
komunikasi, seperti telah diuraikan di atas, sangat perlu diperhatikan. Mengadakan
komunikasi tanpa memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
komunikasi, seperti faktor situasi (objektif dan subjektif), kebutuhan pribadi,
tuntutan masyarakat terhadap seseorang, dan harapan pribadi dari masyarakat, sukar

8
diharapkan komunikasi itu akan berhasil dengan baik. Setiap guru ataupun pegawai
sebagai pribadi dan anggota masyarakat tidak luput dari pengaruh faktor-faktor
tersebut. Di samping itu, faktor motivasi perlu mendapat perhatian pula. Dapat
diterima atau tidaknya suatu pengaruh ataupun instruksi dari pimpinan, akan
bergantung pada motif-motif yang ada pada diri seseorang, baik ia sebagai guru
ataupun sebagai pegawai pendidikan lainnya.

5. Supervisi
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan arau
supervise. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh
karena itu, supervise haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi, fungsi supervisi yang terpenting adalah:
1) Menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat apakah yang diperlukan, dan
2) Memenuhi/mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan itu.

Jadi, jika disimpulkan maka:

Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas


untuk menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

6. Kepegawaian (staffing)
Sama halnya dengan fungsi-fungsi administrasi pendidikan yang telah diuraikan
terdahulu kepegawaian merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya. Agak
berbeda dengan fungsi-fungsi administrasi yang telah dibicarakan, dalam
kepegawaian yang menjadi titik penekanan ialah personal itu sendiri. Aktivitas yang
dilakukan di dalam kepegawaian adalah menentukan, memilih, menempatkan dan
membimbing personel.
Sebenarnya fungsi kepegawaian ini sudah dijalankan sejak penyusunan
perencanaan dan pengorganisasian telah dipikirkan dan diusahakan agar untuk
persona-persona yang menduduki jabatan-jabatan tertentu di dalam struktur
organisasi itu dipilih dan diangkat orang-orang yang memiliki kecakapan dan
kesanggupan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Dalam hal ini prinsip
the right man in the right place selalu diperhatikan.

9
Masalah selanjutnya yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan-kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu bekerja giat,
kesejahteraan pegawai (jasmani maupun rohani), insentif dan penghargaan atas jasa-
jasa mereka, konduite dan bimibingan untuk dapat lebih maju, adanya kesempatan
untuk meng-upgrade diri, masalah pemberhentian dan pension pegawai.

7. Pembiayaan (budgeting)
Ibarat bensin bagi sebuah mobil atau minyak bagi suatu motor, demikianlah
pentingnya biaya ayau pembiayaan bagi setiap organisasi. Tanpa biaya yang
mencukupi tidak mungkin terjamin kelancaran jalannya suatu organisasi.
Demikian pula organisasi seperti halnya dengan lembaga pendidikan atau
sekolah. Setiap kebutuhan organisasi, baik personel maupun material, semua
memerlukan adanya biaya. Itulah sebabnya maka masalah pembiayaan ini harus
sudah mulai dipikirkan sejak pembuatan planning sampai dengan pelaksanaannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan itu ialah :
 Perencanaan tentang berapa biaya yang diperlukan,
 Dari mana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh/diusahakan,
 Bagaimana penggunaannya,
 Siapa yang akan melaksanakannya,
 Bagaimana pembukuan dan pertanggungjawabannya,
 Bagaimana pengawasannya, dll.

8. Penilaian (evaluating)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti
dan mengetahui sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses
keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang
telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Setiap kegiatan, baik
yang dilakukan oleh unsur pimpinan maupun oleh bawahan, memerlukan adanya
evaluasi.
Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan serta
kemacetan-kemacetan yang diperoleh dari tindakan evaluasi itu, selanjutnya dapat
diusahakan bagaimana cara-cara memperbaikinya.1
1
Drs.M.Ngalim Purwanto,MP,”Adminitrasi Dan Supervisi Pendidikan”.Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya,2016,hlm 14-22
10
B. Birokrasi Administrasi Pendidikan
Birokrasi merupakan organisasi modern yang secara baku memeliki seperangkat
aturan yang mempola jalannya kegiatan kerja. Segala sesuatu berkaitan dengan aktivitas kerja
diatur secara legal formal.setiap tindakan personil diformat oleh aturan organisasi.

1. Model Birokrasi Weberian


a) Pembagian kerja dan spesialisasi.
Dimensi ini didasarkan atas kompleknya organisasi, sehingga untuk
meningkatkan efisien diperlukan adanya pembagian kerja dan
spesialisasi. Melalui dimensi ini, pekerja menjadi banyak mengetahui
dan ahli dalam melakukan tugas yang telah ditetapkan.
b) Orientasi impersonal.
Suasana kerja suatu birokrasi akan meningkatkan dominasi semangat
impersonal secara formal tanpa rasa benci atau nafsu dan karenanya
tanpa dibuat-buat atau antusiasme. Pekerja birokratis diharapkan
membuat keputusan yang didasarkan pada fakta bukan perasaan.
c) Hirarkhi otoritas.
Organisasi kanor mengikuti dasar hirarkhi, dimana setiap kantor yang
lebih rendah berada pada pengendalian dan supervisi kantor yang
lebih tinggi.
d) Peraturan .
Sisem aturan meliputi hak dan tugas yang inheren dalam setiap
kedudukan dan membantu menopang struktur koordinasi dari hirarkhi.
Sistem ini juga memberikan kontinuitas kegiatan bila terjadi perubahan
personil. Dengan kata lain perauran menjamin keseragaman dan
stabilitas kegiatan pekerja.
e) Orientasi karir.
Pekerjaan dalam suatu organisasi birokratis didasarkan pada kulifikasi
teknis dan pengembangan karir. Pekerja yang memiliki keahlian
khusus harus dilindungi dari pemecatan sewenang-wenangan dan atau
penolakan promosi sehingga membantu perkembangan loyalitas
terhadap organisasi.

11
f) Efisiensi
Pembagian kerja dan spesialisasi menghasilkan tenaga ahli, dan tenaga
ahli dengan suatu erienasi impersonal membuat keputusan yang tepat
dan rasional serta didasarkan pada fakta. Dengan telah dibuatnya
keputusan secara rasional, maka hirarkhi otoritas menjamin
pemenuhan disiplin terhadap pengarahan maupun peraturan. Akhirnya
suau orientasi karir memberikan insentif pada pekerja untuk loyal pada
organisasi dan menghasilkan karya ekstra. Karakteristik ini berfungsi
untuk memaksimumkan efisiensi administratif. Sebagaimana yang
dikehendaki weber bahwa birokrasi dimaksudkan untuk
memaksimumkan pembuatan keputusan yang rasional serta
memaksimumkan efisien administratif.

Tipe Ideal

Walaupun konsep birokrasi weber merupakan suatu tipe ideal yang mungkin atau
tidak ungkin dituangkan dalam dunia nyata, mereka menyoroti atau memberi penekanan pada
organisasi nyata. Di samping sebagai tipe ideal, konsep tersebutjuga sangat bermanfaat untuk
tujuan analisis.

2. Kritik terhadap model birokrasi weberian.


a) Fungsi dan disfungsi model
1) Walaupun pembagian kerja dan spesialisasi dapat meningkatkan
atau menjadikan suatu keahlian, namun dapat juga mengahasilkan
suatu kebosanan. Sedang kebosanan dapat berakibat rendahnya
produktivitas.
2) Impersonalitas mungkin dapat meningkatkan rasionalitas dalam
membuat keputusan, tetapi dapat juga menciptakan suasana kerja
yang kaku dalam hubungan kerja sebagai non persons, yang
mengakibatkan rendahnya semangat kerja.
3) Hirarkhi otoritas mempertinggi koordinasi, tetapi sering
mengorbankan komunikasi. Dua disfungsi utama dari hirarkhi
adalah penyimpangan dan gangguan komunikasi.

12
4) Peraturan memberikan kontuinitas, koordinasi, stabilitas, dan
kesamaan. Di lain hal, mereka sering menghasilkan organisasi
yang kaku dan beralihnya tujuan.
5) Orientasi karir menghasilkan loyalitas pekerja dan memotivasi
pekerja untuk berupaya secara maksimum.
b) Fungsi dan disfungsi peraturan.
Adapun fungsi dari peraturan sebagai berikut:
1) Peraturan menjelaskan kewajiban bawahan secara ringkas dan
eksplisit, serta mengurangi kebutuhan akan mengulang-ulang
aturan yang rutin.
2) Peraturan berfungsi sebagai penyaring dengan mematuhi otoritas.
3) Peraturan organisasi dapa juga mensyahkan hukuman. Bila
bawahan berbuat sesuatu yang dapat merongrong sangsi, maka
hukuman dapat disyahkan.
4) Peraturan juga membawa persetujuan.pimpinan dapat menyetujui
atas dasar aturan formal agar supaya menjamin kooperasi informal
dari para bawahan.

Adapun disfungsi dari peraturan adalah:


1) Peraturan membuat sikap apartis, ini terjadi karna pekerja tahu
betapa kecilnya mereka yang diperlukan dari meraka untuk tetap
terjamin.
2) Peraturan mungkin dapat berkembang menjadi tyujuan akhir
sehingga dapat mengakbatkan berkembangnya perubahan tujuan.
3) Dengan peraturan dan hukuman memungkinakan pekerja secara
etrim bersikap legalitis, sehingga dapat digunakan sebagai suatu
alasan untuk tidak berbuat sesuatu yang memang tidak dinyatakan
dalam aturan tersebut.
4) Dengan tidak mencantumkannya kooperasi informal,
memungkinkan timbulnya bahaya akibat sikap yang begitu toleran.
Sebagaimana dinyatakan dari studi gloudner atas dasar pola
kesukaan: walaupun hubungan pimpinan dan bawahan akrab,
namun produktivitas mencemaskan.
c) Mengabaikan organisasi informal.
Sebagaimana telah dinyatakan bahwa kritik terhadap model
weberian adalah tidak mencantumkannya struktur informal. Suatu
kehidupan organisasi secara dinamis hanya dapat dipahami dari sturuktur

13
formal dan informal. Organisasi informal akan berpengaruh pada perilaku
para anggota.
Charles page menyatakan bahwa banyak keputusan dan komunikasi
yang efisien tidak mungkin terdapat dalam sturuktur formal, melainkan
ada pada struktur informal.
Laurance lannaccone menyatakan bahwa organisasi informal dapat
digunakan sebagai suatu acuan untuk merevisi organisasi formal.
d) Sifat rangkap dari model birokrasi.
Kritik lain terhadap model weberian adalah adanya kontradiksi
internal antara prinsip-prinsip dasar organisasi. Seperti apa yang dikatakan
weber bahwasemua dimensi dalam tipe idealnya secara logis konsisten
dan berkaitan untuk memaksimumkan efisien organisasi, tetapi kenyataan
menunjukkan antara analisis teori dan empiris tidak semulus itu.

Sifat rangkap model weberian ini terlihat pada dasar otoritas, yaitu
satu pihak mendasarkan pada keahlian, di lain pihak pada hak dan
kewajiban suatu hal yang kontradiksi.2

C. Isu-isu Adminitrasi Pendidikan

Adapun isu-isu mengenai adminitrasi pendidikan seperti:


a) Revisi dan penyempurnaan UUSPN No. 2 tahun 1989 menjadi UUSPN No. 2 tahun
2003 hal ini dilakukan untuk melakukan reformasi pendidikan khususnya berkaitan
dengan menajemen dengan menjadi pendidikan lebih memberi arti pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui program pendidikan.
b) Konsep dan prinsip otonomi pendidikan adalah memberikan ruang kreatifitas dan
invasi yang proposional sebagai upaya pemberdayaan pendidikan.
c) Konsep school basic menajement sebagai wacana reformasi menajemen sekolah yang
mengelola sekolah berbasis menajemen dalam upaya peningkatan mutu yang
kompetitif.
d) Sistem evaluasi hasil belajar sebagai upaya mengukur kemajuan belajar siswa untuk
semua jenjang dan jenis pendidikan, termasuk usulan berbagai pihak tentang
penggabungan EBTANAS atau UN dengan UMPTN.
e) Masih ada kesenjangan yang menonjol antara Net Enrollment Ratio (NER).
f) Penelitian Blazely dkk (1997) mengungkapkan bahwa pembelajaran di indonesia
cenderung sangat teoritik dan sangat terkait dengan lingkungan dimana siswa berada.

2
Drs. Sutaryadi M.Pd,” Adminitrasi Pendidikan”,Surabaya: Usaha Nasional,2000.hlm.29-35
14
g) Pendidikan tinggi dan otonomi kampus yang terdiri dari otonomi keilmuan dan
otonomi menajemen sesuai prinsip dan misi perguruan tinggi untuk menjalankan misi
pendidikan tinggi sesuai ilmu yang asuhnya.
h) Kedudukan PLS-PO dalam UUSPN untuk mengurus warga negara indonesia melalui
jalur pendidikan informal bagi mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formas
pada usia sekolah maupun usia produktif.
i) Adminitrasi dan menajemen pendidikan luar biasa yang memerlukan penanganan
khusus sebagai upaya untuk menampung dan mengurus anak usia sekolah yang
memerlukan pelayanan khusus.
j) Pusta pendidikan dan latihan pada berbagai instansi pemerintah seperti departemen
maupun non departemen dan badan- badan pemerintah serta perusahaan pemerintah.
Jadi, isu-isu dan problematika adminutrasi pendidikan tersebut memberikan gambaran
bahwa cakupan bidang adminitrasi pendidikan ternyata sangat luas. Isu-isu Adminitrasi
pendidikan tersebut memeberi penjelasan bahwa adminitrasi pendidikan tidak hanya sekedar
admitrasi sekolah atau adminitrasi pembelajaran belaka.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

16
Drs.M.Ngalim Purwanto,MP.2016.”Adminitrasi Dan Supervisi Pendidikan”.Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.

Drs. Sutaryadi M.Pd.2000.” Adminitrasi Pendidikan”.Surabaya: Usaha Nasional.

Lusianesa.2016.”Adminitrasi Pendidikan”. Diakses tanggal 02 april


2019.https://www.google.com/amp/s/lusianesa.wordpress.com/2016//05/14/
adminitrasipendidikan/amp/.

17

Anda mungkin juga menyukai