Anda di halaman 1dari 12

A.

Konsep Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan


A) Administrasi Pendidik
1. Pengertian Administrasi
Administrasi dalam pengertian secara harfiah, kata “adminitstrasi” berasal dari
bahasa latin yang terdiri dari kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti
sama dengan kata to dalam bahasa inggris yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan
kata ministrare sama dengan kata to serve atau to conduct yang berarti melayani,
membantu dan mengarahkan. Dalam bahasa inggris to administer berarti pula “
mengatur, memelihara dan mengarahkan”. Jadi kata administrasi secara harfiah
dapat diartikan sebagai kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan atau mengatur semua kegiatan didala mencapai suatu tujuan.
( Purwanto;1: 2007). Administrasi dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan
yang intinya adalah kegiatan rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan suart menyurat dengan segala aspek serta mempersiapkan
laporan.
2. Pengertian Pendidik
Secara umum pendidik di indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga
kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan
tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyia sebutan lain sesuai
kekhususannya, yaitu guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator. Sedangkan dalam UU No. 20 tahun 2003 BAB XI pendidik
dan tenaga kependidikan pasal 39 mengatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik
di perguruan tinggi.
3. Pengertian Administrasi Pendidik
Drs. M. Ngalim Purwanto mendefinisikan Administrasi Pendidik ialah segenap
proses pengarahan dan pengintegrasiansegala sesuatu baik personal, spiritual dan
material yang bersangkut paut dengan tercapainya tujuan pendidikan.
Depdiknas RI Administrasi pendidik adalah suatu proses keseluruhan
kegiatan bersama dalam dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasiaan, pengawasan, pembiayaan dan
pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik
personal, material maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efisien dan efektif.
Sedangkan menurut pendapat para ahli yang lainnya Administrasi
pendidik adalah suatu cara bekerja dengan orang–orang dalam rangka usaha
mencapai tujuan pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang
baik dan tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. atau
administrasi pendidikan adalah semua kegiatan sekolah yang meliputi usaha-
usaha besar seperti perumusan polis, pengarahan usaha, koordinasi, konsultasi,
korespondensi, kontrol dan seterusnya, sampai kepada usaha-usaha kecil dan
sederhana seperti menjaga sekolah ,menyapu halaman dan lain sebagainya.
Dengan beberapa pengertian tersebut di atas, maka perlu ditegaskan di sini
sebagai berikut:
1. Bahwa seluruh administrasi pendidikan itu merupakan proses keseluruhan
dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang ada
sangkut pautnya dengan tugas-tugas pendidikan.
2. Bahwa administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan yang luas
yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan, khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah.
3. Bahwa administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar kegiatan tata
usaha seperti dilakukan di kantor-kantor, inspeksi pendidikan lainnya.
a) Dasar administrasi
Adapun dasar administrasi adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi, seorang administrasi akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia
efisien dalam menggunakan semua sumber tenaga  dana dan fasilitas yang  ada.
2. Prinsip pengelolaan, administrator akan memperoleh yang paling efektif
dan efisien melalui orang lain dengan jalan melakukan pekerjaan manajemen
yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengontrol.
3. Prinsip mengutamakan tugas pengelolaan, maksudnya adalah sebagai
petugas seorang administrator harus mengutamakan tugas pokonya ketimbang
tugas  lain yang sifatnya penunjang.
4. Prinsip kepemimpinan yang efektif yakni memperhatikan dimensi-dimensi
hubungan antar manusia (human  relationship) ,dimensi pelaksanaan tugas dan
dimensi situasi(sikon) yang ada.
5. Prinsip kerja sama, seorang administrator akan berhasil baik dalam
tugasnya bila ia mampu mengemban kerja sama di antara orang-orang yang
terlibat, baik secara horizontal maupun secara vertikal.
b) Tujuan Administrasi  Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan adalah agar semua kegiatan yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan. Kemudian menurut Sergiovani dan Carver  adalah
efektivitas produksi, efesien, kemampuan menyesuaikan diri dan kepuasan kerja.
Sedangkan tujuan administrasi pendidikan di Indonesia yang dilaksanakan di
sekolah juga bersumber dari tujuan pendidikan Nasional yang digariskan dalam
GBHN adalah meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa,
mempertinggi budi pekerti, atau memiliki kepribadian mempertebal semangat
kebangsaan agar menjadi manusia pembangunan ,memiliki kecerdasan serta
terampil.
c) Bidang Garapan administrasi.
1. Administrasi tata laksana sekolah yang meliputi:
1. Organisasi dan Struktur
2. Otorisasi dan anggaran
3. Kepegawaian
4. Perlengkapan dan perbekalan
5. Keuangan dan pembukuan
6. Korespondensi/surat menyurat
7. Laporan
8. Pengangkatan, penempatan dan pemindahan serta pemberhentian
9. Pengisian buku pokok (induk) rapor dsb.
- Administrasi personal guru dan pegawai sekolah meliputi :
1. Pengangkatan dan penempatan guru
2. Organisasi personal guru
3. Masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru
4. Rencana orientasi bagi tenaga guru baru
5. Kondiute dan penilaian kemajuan guru
6. Inserrvise training dan up-grading guru
- Administrasi murid meliputi :
1. Organisasi dan perkumpulan murid
2. Masalah kesehatan dan kesejahteraan murid
3. Penilaian dan pengukuran murid
4. Bimbingan dan penyuluhan.
- Supervisi Pengajaran meliputi:
1. Usaha membangkitkan dan merangsang semangat guru
2. Usaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode baru
3. Mengusahakan cara-cara menilai hasil pendidikan dan pengajaran
4. Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru.
- Pelaksanaan dan pembinaan kurikulum meliputi:
1. Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum dalam
kurikulum
2. Menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materi,
sumber  dan metode.
3. Menuruti atau mengikuti kurikulum yang sudah ada juga berhak
atau boleh memilih atau menambah materi atau metode  yang sesuai dengan
kebutuhan.
- Pendirian dan perencanaan bangunan sekolah meliputi;
1. Cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang
dibutuhkan
2. Mengusahakan merencanakan dan menggunakan pendirian
gedung sekolah
3. Menentukan jumlah dan luas ruangan kelas, kantor, asrama,
lapangan olah  Raga halaman sekolah dan sebagainya.
6. Hubungan masyarakat meliputi:
Hal ini hubungan antara sekolah dengan sekolah, pemerintah/instansi yang Terkait
dan hubungan masyarakat pada umumnya.
B. Fungsi-fungsi Administrasi Pendidikan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang fungsi administrasi pendidikan
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Setiap program ataupun konsepsi memerlukan perencanaan terlebih dahulu
sebelum melaksanakan. Perencanaan adalah cara menghampiri masalah. Dalam
penghampiran masalah itu si perencana berbuat merumuskan apa saja yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Perencanaan merupakan sarat mutlak bagi kegiatan administrasi, tanpa
perencanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Didalam kegiatan perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan ,yaitu
faktor tujuan dan faktor sarana, baik sarana personal maupun sarana material.
Sedangkan langkah-langkah dalam perencanaan meliputi:
1. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
2. Meneliti masalah –masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan
3. Mengumpulkan data-data dan informasi yang diperlukan.
4. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
5. Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan
bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.
Syarat-syarat perencanaan adalah sebagai berikut;
1. Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
2. Bersifat sederhana, realitas dan jelas.
3. Terinci memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian
tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
4. Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta
situasi dan kondisi sewaktu-waktu.
5. Terdapat pertimbangan antara bermacam-macam bidang akan digarap
dalam perencanaan itu .Menurut urgensi masing-masing.
6. Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya dan waktu serta
kemungkinan penggunaan sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-
baiknya,
7. Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi
pelaksanaan.
Dengan kata lain perencanaan dapat berarti pula memikirkan tentang
penghematan tenaga, biaya dan waktu, juga membatasi kesalahan–kesalahan yang
mungkin terjadi dan menghindari adanya duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas
/pekerjaan rangkap yang dapat menghambat jalan penyelesaiannya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujudnya suatu kesatuan usaha
dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian sebagai fungsi administrasi pendidikan menjadi tugas utama
bagi para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah, terutama dalam
kegiatan sehari-hari di sekolah terdapat berbagai macam pekerjaan yang
memerlukan kecakapan dan ketrampilan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Kemudian yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain ialah
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab ,hendaknya disesuaikan dengan
pengalaman, bakat, minat, pengetahuan dan kepribadian masing-masing orang-
orang yang diperlukan dalam menjalankan tugas.
Fungsi Organisasi dapat diartikan bermacam-macam yaitu:
1. Sebagai pemberi struktur terutama dalam penyusunan/penempatan
personal, pekerjaan-pekerjaan materilan dan pikiran-pikiran di dalam struktur.
2. Sebagai menetapkan hubungan antara orang-orang, kewajiban-kewajiban,
hak-hak dan tanggung jawab masing-masing anggota disusun menjadi pola-pola
kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan.
3. Sebagai alat untuk mempersatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan
pekerjaan.
 
Organisasi yang baik hendaklah memiliki ciri-ciri atau sifat sebagai berikut;
1. Memiliki tujuan yang jelas.
2. Tiap anggota memahami dan menerima tujuan tersebut.
3. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan
dan  kesatuan pikiran.
4. Adanya kesatuan perintah, para bawahan hanya mempunyai seorang
atasan langsung daripadanya ia menerima perintah atau bimbingan dan kepada
siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya.
5. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-
masing anggota.
6. Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,
keahlian dan bakat masing-masing. Sehingga dapat menimbulkan kerja sama yang
harmonis dan kooperatif.
3. Pengkoordinasian
Adanya bermacam-macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang,
memerlukan adanya koordinasi dari seorang pemimpin. Adanya koordinasi yang
baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat
atau kesimpang siuran dalam tindakan.
Kita mengetahui bahwa rencana/program-program pendidikan yang harus di
laksanakan di sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan sangat mengandung
banyak segi yang saling bersangkut paut satu sama lain. Sifat kompleks yang
dipunyai oleh program pendidikan di sekolah menunjukkan sangat perlunya
tindakan-tindakan yang di koordinasi kan atau dengan kata lain koordinasi ialah
aktivitas membawa orang-orang material. pikiran-pikiran, teknik-teknik, tujuan-
tujuan kedalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu
tujuan.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam setiap bentuk adalah suatu proses yang hendak mempengaruhi
sikap dan perbuatan orang-orang  dalam struktur organisasi. Kemudian didalam
komunikasi diperlukan motivasi dengan memperhatikan unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Adanya keinginan untuk berhasil.
2. Kejelasan tindakan yang harus diambil/dianjurkan.
3. Keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif.
4. Keyakinan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota.
5. Keinginan akan adanya kebebasan untuk menentukan ,menolak ataupun
menerima apa yang dianjurkan.
6. Adanya tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika yang
dianutnya) apa yang dianjurkan  sebelum melaksanakan.
5. Supervisi
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervisi, dimana pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program.
Oleh karena itu supervisi haruslah meneliti ada tidaknya kondisi-kondisi yang
akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan kata kata lain fungsi terpenting supervisi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat apakah yang diperlukan.
2. Memenuhi/mengusahakan syarat-syarat yang di perlukan
6. Kepegawaian
Masalah yang diperlukan dalam didalam kegiatan-kegiatan kepegawaian ialah
pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu bekerja giat, kesejahteraan
pegawai, insentif dan penghargaan atau jasa-jasa mereka. Kondite dan bimbingan
untuk  dapat lebih maju. kemudian adanya kesempatan untuk mengupgrade diri,
masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.
7. Pembiayaan
Pembiayaan ini dapat diibaratkan bensin bagi sebuah mobil atau motor.
Mengingat pentingnya biaya bagi setiap organisasi ,tanpa biaya yang mencukupi
tidak mungkin terjamin kelancaran jalannya suatu organisasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan adalah sebagai
berikut:
1. Rencanakan tentang beberapa pembiayaan yang diperlukan,
2. Dari mana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh/diusahakan.
3. Bagaimana penggunaannya.
4. Siapa yang melaksanakannya.
5. Bagaimana pembukuan dan pertanggung jawabannya.
6. Bagaimana pengawasan dan lain-lain.
8. Penilaian
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti
dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan didalam proses
keseluruhan organisasi dalam mencapai hasil yang sesuai dengan rencana atau
program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Dengan kata lain supervisi atau evaluasi selanjutnya dapat diusahakan bagaimana
cara-cara memperbaikinya.
B) Tenaga Kependidikan
1. Pengertian Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah atau madrasah, pengawas satuan
pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium teknisi,
pengelolaan kelompok belajar dan tenaga kebersihan. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelanggaraan pendidikan yang termaksud dalam tenaga kependidikan adalah
sebagai berikut :
1. Kepala satuan pendidikan Yaitu orang-orang yang diberi wewenang dan
tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan.
2. Pendidik Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
penyelanggaraan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik.
3. Tenaga kependidikan lainnya Tenaga kependidikan lainnya adalah orang yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan, walaupun secara tidak
langsung terlibat dalam proses pendidikan. Berdasarkan pengertian tenaga
pendidik dan pendidik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen tenaga
pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan mulai dari
tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke dalam organisasi pendidik sampai
akhirnya berhenti melalui proses perencanaan SDM, perekrutan, seleksi,
penempatann, pemberian kompensasi, penghargaan, pendidik dan
latihan/pengembangan dan pemberhentian.
Berdasarkan Undang-undang RI angka 20 Tahun 2003, energi Pendidik
merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi menjadi guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, pelatih, fasilitator serta sebutan lain
yg sinkron menggunakan kekhususannya, dan berpartisipasi pada
penyelenggaraan pendidikan. Pendidik adalah energi profesional yg bertugas
merencanakan serta melaksanakan proses pembelajaran, menilai dampak
pembelajaran, melakukan pembimbingan serta pembinaan, dan melakukan
penelitian serta pengabdian di rakyat terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.
Mengingat kiprah yang diembannya, pendidik berkewajiaban menghasilkan
suasana pendidikan yg bermakna, menyenangkan, kreatif, bergerak maju, dan
dialogis. ia mempunyai komitmen secara profesional buat menaikkan mutu
pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik forum, profesi, dan
kedudukan sesuai memakai agama yang diberikan kepadanya. Pendidik
mempunyai dua arti, yaitu arti yg luas dan arti yg sempit. di arti luas, seorang
pendidik adalah seluruh orang yg berkewajiban membina siswa. pada arti sempit,
pendidik adala orang yg menggunakan sengaja dipersiapkan sebagai pengajar atau
dosen. guru serta dosen artinya jabatan profesional, sebab mereka mendapatkan
tujangan prefoseional.
Sebagai seorang profesional, pendidik memiliki ciri-ciri seperti yang
dikembangkan oleh Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (1991).
1. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial
2. Memiliki keahlian dan keterampilan tertentu
3. Memperoleh keahlian dan keterampilan tingkat tertentu
4. Memiliki disiplin ilmu
5. Memiliki latar pendidikan perguruan tinggi
6. Meiliki etika profesi yang dikontrol organisasi profesi
7. Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan-nya.
8. Mempunyai nilai sosial di masyarakat
9. Berhak mendapatkan imbalan yang layak.
Untuk memperkuat keprofesionalitasannya, seorang pendidik (Pidarta, 1997)
perlu: (1) memiliki sikap suka belajar, (2) mengetahui cara belajar, (3) memiliki
rasa percaya diri, (4) mencintai prestasi tinggi, (5) memiliki etos kerja produktif
dan kreatif, serta (6) puas terhadap kesuksesan yang dicapai dan berusaha
meningkatkannya.
4. Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidikberdasarkan pengalaman,
Anda absolut sudah tahu bagaimana peningkatan profesionalisme energi pendidik
itu dilakukan, mula asal kegiatan rutin hingga pelatihan serta pendidikan lanjut.
Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik sangat berkaitan erat dengan empat
kriteria kinerja, yaitu ciri tenaga pendidik, proses-proses peningkatan
profesionalisme, akibat serta kombinasi pada antara ketiganya.
5. Kualitas kerja perlu energi pendidik, kemampuan komunikasi,
insiatif, dan motivasi kerja, termasuk hal yg perlu
diperhatikan. seorang energi pendidik wajib tahu tugas serta tanggung jawab-
nya, memiliki kemampuan
mengajar sesuai menggunakan bidangnya, memiliki semangat
tinggi, dan memiliki insiatif serta kemauan tinggi, sebagai
akibatnya beliau memiliki energi yang optimal dalam menjalankan tugas
profesionalismenya.
Ada sejumlah hal yang perlu kita cermati untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidik, diantaranya :
1. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari
2. Melakukan observasi kegiatan manajemen pendidikan secara
terencana
3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau
proses-proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan
4. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan orang lain
5. Berfikir untuk kelangsungan dan aplikasi pendidikan dimasa
mendatang
6. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan.
Dalam upaya pembinaan dan peningkatan profesionalisme tenaga
pendidik, perlu pula dilakukan melalui pengembangkan konsep
kesejawatan yang harmonis dan objektif. Untuk itu, diperlukan adanya
sinergi dengan sebuah wadah organisasi (kelembagaan) para pendidik,
dengan bentuk dan mekanisme kegiatan yang jelas, serta standar profesi
yang dapat diterapkan secara praktis.
2. Fungsi-fungsi Tenaga Kependidikan
Menurut Departemen Pendidikan Budaya (1983), berdasarkan UU No 20 Tahun
2003 Pasal 39: (1) Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (2) Pendidik merupakan
tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam menjalankan tugas dan
fungsinya secara professional tenaga pendidik dan kependidikan harus memiliki
kompetensi yang disyaratkan baik oleh peraturan pemerintah maupun kebutuhan
masyarakat. Mereka pun memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas
yaitu:
1. Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan soaial yang pantas dan memadai.
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
d.Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya (Idris, 2014: 61).
Sebagai kesimpulan bahwa Pengoptimalisasian peran guru dalam proses
pembelajaran disekolah dapat dilihat dari perannya sebagai:
1. Guru sebagai sumber belajar Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat
dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya
seorang guru hanya dari penguasaan materi pengajaran.
2. Guru sebagai fasilitator Berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3. Guru sebagai pengelola Guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas
yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif.
4. Guru sebagai demonstrator Peran untuk mempertunjukkan kepada siswa
segala segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami.
5. Guru sebagai pembimbing Guru berperan membimbing siswa agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimiliknya sebagai bekal hidup mereka.
6. Guru sebagai motivator Berperan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar dengan cara positif.
7. Guru sebagai evaluator Guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan siswa selama proses pembelajaran (Sanjaya,
2008: 291).
Dengan peran guru tersebut, tidaklah dianggap lagi bahwa guru adalah
seseorang yang disegani dan ditakuti melainkan guru sebagai teman dan dapat
memberikan rasa aman. Adapun langkah-langkah manajemen menurut pendapat
Staping yaitu: 1) perencanaan; 2) rekrutmen yang terdiri dari recrutmen bersifat
terbuka dan tertutup. 3) seleksi; 4) pengenalan orientasi; 5) penilaian kinerja; 6)
balas jasa; 7) pengembangan karir.
1. Perencanaan
Perencanaan Manajemen Tenaga Pendidik Dan Kependidikan adalah
pengembangan, strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan kependidikan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan
organisasi di masa depan. Perencanaan SDM merupakan awal dari pelaksanaan
fungsi manajemen SDM.Dengan melakukan perencanaan ini, segala fungsi SDM
dapat dilaksankan dengan efektif dan efisien (Masyhud, 2007: 212). Dalam
perencanaan dikenal dua metode, yaitu metode perencanaan tradisional dan
metode perencanaan terintegrasi. Metode perencanaan tradisional disebut sebagai
perencanaan tenaga kerja semata-mata memperhatikan masalah jumlah tenaga
kerja serta jenis dan tingkat keterampilan dalam organisasi. Sedangkan
perencanaan terintegrasi tidak lagi berpusat pada masalah pasokan dan permintaan
tenaga kerja. Dalam perencanaan terintegrasi segala perencanaan berpusat pada
visi strategik, yang kemudian visi tersebut dijadikan standar pencapaian (Idris,
2014: 63). Namun pada kenyatan yang terjadi, masalah yang paling krusial dalam
dunia pendidikan saat ini terletak pada proses perencanaan, dimana kondisi
pendidikan dan tenaga kependidikan tidaklah seimbang dari segi kuantitas dan
kualitasnya. Guru pada kondisi saat ini 1 berbanding 11, artinya bahwa jumlah
guru hanya dipadati pada satu titik daerah (Maju) tertentu, yang kemudian
tidaklah terorganisir dengan baik, akibatnya pada suatu titik daerah (terpencil)
masih banyak yang memerlukan guru yang berkualitas yang harus menyebar rata
pada setiap daerah yang dianggap membutuhkan terkhusus pada daerah terluar
dan terpelosok.
-Seleksi “Selection” atau seleksi didefinisikan sebagai suatu proses pengambilan
keputusan dimana individu dipilih untuk mengisi suatu jabatan yang didasarkan
pada penilaian terhadap seberapa besar karakteristik individu yang bersangkutan,
sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh jabatan tersebut.
-Proses Seleksi Dalam proses seleksi pegawai perlu ditetapkan suatu dasar yang
rasional dan seragam serta diterapkan secara tegas sehingga akan memberikan
keyakinan kepada para pelamar, masyarakat, dan pegawai sekolah bahwa
kemampuan merupakan factor kunci yang menentukan diterima atau ditolaknya
seorang calon.
Dengan demikian, pendidikan perlu dibekali dengan suatu instrumen
pengawasan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas para pegawai dan
para pejabat yang memegang tanggung jawab tertinggi dalam seleksi seluruh
pegawai harus memiliki suatu dasar yang kuat dalam menilai proses seleksi
tersebut.
-Pra Seleksi Inti dari tahap pra seleksi adalah bahwa suatu sistem keputusan yang
dijabarkan dalam bentuk prosedur dan kebijakan sistem dapat membantu
memfokuskan upaya organisasi dalam mencapai tujuan seleksi. Terdapat dua
tugas utama pengujian dalam tahap para seleksi, yaitu: 1. Pengembangan
kebijakan seleksi. Dasar pengembangan sistem rencana gabungan dalam seleksi
personal dimulai dari dewan pendidikan. Kebijakan dewan mengidentifikasikan
kewenangan dewan berkaitan dengan seleksi, dan kebijakan tersebut
dipergunakan sebagai pedoman umum dalam proses seleksi, pendekatan terhadap
kebijakan seleksi adalah dengan menghubungkan kebijakan umum tentang
sumber daya manusia dengan kebijakan seleksi.
Keputusan prosedur pra seleksi.
Kerangka pengembangan keputusan prosedur pra seleksi, meliputi: a. Hukum dan
per UU seleksi, yaitu upaya meminimalisasi permasalahan hukum yang berkaitan
dengan aktivitas seleksi. b. Komponen keputusan seleksi, yaitu mengembangkan
ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai predictor kinerja atau keberhasilan.
c. Predictor atau alat untuk memprediksi keberhasilan keputusan seleksi, seperti:
wawancara, biodata formulir lamaran, wawancara lanjutan, pengujian personal
(Masyhud, 2007: 150), Proses seleksi difokuskan pada pertanyaan sejauh mana
kecocokan antara pelamar dan segala kualitasnya dengan tuntutan-tuntutan
jabatan.Sebagai konsekuensinya, penting dilakukan penyelidikan referensi dan
latar belakang mereka yang lolos proses penyaringan awal. Semakin penting
jabatan yang dilamar dalam organisasi, semakin berat atau rumit penyelidikan
yang seharusnya dilakukan. Dalam konteks ini, ada dua aspek yang penting
dicermati, yaitu:
3. Penilaian data dan pelamar Ada tiga tipe ukuran yang dapat digunakan secara
selektif sebelum mengambil keputusan dalam kasus dimana informasi yang
dibutuhkan sulit diperoleh melalui saluran-saluran tradisional. Ketiga tipe yang
dimaksud adalah:
a. Ujian fisik (tes kesehatan) sebelum bekerja.
b. Tes kecanduan obat-obat terlarang.
c. Latihan-latihan simulasi perilaku, baik secara manual maupun komputerisasi.
4. Implikasi tanggung jawab dari keputusan seleksi Organisasi proses seleksi
membutuhkan serangkaian keputusan seperti bagaimana yang paling baik
dilakukan agar dapat memfungsikan jabatan secara efisien dan efektif. Setiap
pihak masing-masing memiliki tanggung jawab dalam aktivitas seleksi, seperti
pengembangan kebijakan seleksi, organisasi dan administrasi seleksi, penentuan
anggaran seleksi, pengembangan pedoman jabatan, formulasi criteria seleksi,
pengembangan format administrasi dan arsip untuk memfasilitasi proses seleksi,
dan kegiatan seleksi lainnya ( Idris, 2014: 68).
Pasca Seleksi Setelah mengevaluasi para pelamar suatu jabatan, tahap berikutnya
adalah membuat keputusan individual mengenai setiap pelamar berdasarkan data
pelamar dan pertimbagan efektivitas pelamar untuk melakukan pekerjaannya.
Selain itu, perlu juga dibuat keputusan tentang batasan pekerjaan yang seharusnya
dilaksanakan.Keputusan seleksi dilaksanakan dengan sistem yang memutuskan
untuk menerima atau menolak pelamar, atau sebaliknya, pelamar yang mengambil
keputusan ini. Dalam pasca seleksi ini, paling sedikit ada dua hal yang penting
diperhatikan, yakni yang berkaitan dengan kontrak dan kerangka pekerjaan.
1. Kontrak Kontrak merupakan suatu kesepakatan antara dua orang atau lebih
untuk tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran nyata dan mematuhi
perjanjianperjanjian kontrak. Komponen-komponen kontrak pada umumnya
adalah sebagai berikut:
a. “mutual assent” (suasana atau kondisi penawaran dan penerimaan).
b. Konsiderasi.
c. Pihak-pihak kompeten yang sah (legal).
d. Pengembangan “subject matter” yang tidak dihambat oleh hukum.
e. Kesepakatan dalam bentuk yang dituntut oleh hukum (peraturan).
2. Batasan atau kerangka kerja Sebelum menyelesaikan proses seleksi, pelamar
dan organisasi harus membuat suatu perjanjian berdasarkan batasan atau kerangka
kerja. Pengadaan perjanjian ini sangat penting karena dapat dicapai pemahaman
sepenuhnya antara dua pihak dan kondisi-kondisi kerja yang melakukan perjanjian
kerja (Idris, 2014: 70). Terkait dari proses seleksi, masalah yang siring dijumpai
yaitu sering terjadinya kecurangan-kecurangan pada saat perekrutan yang
kemudian mengakibatkan tidak sesuainya kemampuan tenaga pendidikan yang
dibutuhkan dengan skill yang dimiliki, yang kemudian berdampak pada proses
kerja yang kurang maksimal. Dalam hal ini dibutuhkan sikap adil dan kemampuan
kompetensi yang jujur agar segalanya terkait dengan masalah pendidikan dapat
memberikan hasil yang baik pula.

Anda mungkin juga menyukai