Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.   Latar Belakang

Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang
mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.

Perkembangan adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan dari suatu keadaan menjadi
keadaan yang lain, dan ini terjadi pada diri seseorang secara terus-menerus sepanjang
hayatnya. Perkembangan meliputi perkembangan fisik dan non fisik. Beberapa teori
perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan
berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Dalam
perjalanan hidupnya menjadi dewasa, perkembangan ruhani tidak lepas dari pengaruh
keturunan dan pengaruh dunia lingkungan tempat seseorang hidup dan dibesarkan.

Setiap fenomena/gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerja sama dan
pengaruh timbal balik antara potensi alitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan,
jelasnya perkembangan merupakan produk dari : 1) pertumbuhan berkat pematangan
fungsi-fungsi fisik, 2) pematangan fungsi-fungsi psikis, 3) usaha belajar oleh anak, dalam
mencoba segenap potensialitas rohani dan jasmaniah.

Perkembangan itu bukan proses yang selalu digerakkan oleh faktor atau pengaruh dari luar
(di luar individu anak). Akan tetapi setiap gejala perkembangan dikendalikan dan diberi
corak tertentu oleh pembawaan bakat dan kemauan anak. Jiwa anak yang dinamis
memberikan kekuatan atau daya dan corak tertentu. Pada segala tingkah lakunya, dan
mendorong fase-fase perkembangan. Juga ada impuls bawaan yang menghidupkan setiap
mekanisme proses jasmaniah rohaniah untuk terus berfungsi.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas tentang teori dan
aspek-aspek perkembangan anak.

1. B.   Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :

1. Apakah aspek – aspek perkembangan anak ?


2. Apa saja fase fase perkembangan

C.   Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui teori dan aspek – aspek perkembangan
anak.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek – aspek perkembangan anak

Aspek-aspek perkembangan anak meliputi: fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial,


kepribadian, moral, dan kesadaran beragam

1. Fisik

Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh/ badan/
jasmani seseorang. Perkembangan fisik manusia terjadi mengikuti prinsip cephalocaudal,
yaitu bahwa kepala bagian atas tubuh berkembang lebih dulu sehingga bagian atas tampak
lebih besar dari pada bawah. Seperti terlihat pada bayi dan anak yang memiliki bentuk
tubuh atau fisik berbeda dengan orang dewasa dimana kepala mereka tampak lebih besar
dengan bagian tubuh lainnya. Perkembangan badan, lengan, dan kaki pada tahap
selanjutnya membuat tubuh mereka menjadi proposional seperti orang dewasa.

Perkembangan fisik seseorang juga terjadi di dalam tubuhnya dengan perkembangan


otot dan tulang. Sesungguhnya jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi
lahir. Selama masa kanak-kanak otot-tot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini
menjadi lebih cepat pada masa remaja, khususnya pada anak laki-laki.
Anak usia 4 – 6 tahun berada pada tahap perkembangan. Masa kanak-kanak awal, tahap
usia ini juga bisa disebut sebagai periode pra-sekolah. Pertumbuhan fisik pada tahap usia
ini tetap mengalami peningkatan akan tetapi pertumbuhan tinggi dan berat badannya
melambat (tidak secepat pada masa bayi). Perbedaan jenis kelamin terlihat di antara anak
laki-laki dan perempuan pada tinggi dan beratnya, berat badan dimana anak laki-laki
tampak lebih tinggi dan lebih berat.

Tubuh mereka kelihatan lebih langsing dan semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan
mereka mulai kehilangan lemak bayi, tulang dan otot berkembang lebih besar, serta
pertumbuhan dada yang lebih besar dari perut. Pada usia ini proporsi tubuh semakin
proposional dan mulai menyerupai orang dewasa.

Adapun tahap perkembangan fisik/ jasmani adalah sebagai berikut:

1. Usia 3 tahun sudah mampu berjalan mundur, berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan
berlari, mampu melempar dan menerima bola denagn kedua tangan yang diluruskan
ke depann.
2. Pada usia 3 – 4 tahun anak mulai mampu mengenal lingkaran, segi empat, segitiga,
dan mencontoh berbagai bentuk.
3. Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisir dalam pola-pola seperti
menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat berjuntai secara santai dan
mampu melangkahkan tungkai kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini
memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi.Saat anak mencapai
tahapan prasekolah (3 – 6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara usia bayi dan
anak pra sekolah yaitu terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang
badan, dan keterampilan yang mereka miliki.
4. Usia 4 tahun anak-anak telah memiliki keterampilan yang lebih baik, mereka
mmapu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu menaiki
tangga dengan kaki yang berganti-ganti.
5. Pada usia 4 – 5 tahun mereka sudah mampu membuat gambar-gambar orang,
bentuk gambar biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan
ditambahkan bulat kecil sebagai mata, hidung, mulut, dan telinga, kemudian ditarik
garis-garis dengan maksud menggambar badan tangan dan kaki.
6. Pada usia 5 tahun mereka mampu berlari kencang dengan gaya seperti orang
dewasa, mereka meloncat dengan mempertahankan keseimbangannya.
7. Usia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sdekaligus
belajar melompat tali.
8. Usia 6 tahun diharapkan anak sudah mampu melempar dengan tujuan yang tepat
dan mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki-laki dan perempuan sama-
sama dapat berlari kencang dan mampu melempar dengan sasaran yang tepat. 
2.    Intelegensi ( Kecerdasan )

K. Bluher mendefinisikan intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan


pemahaman atau pengertian. Sedangkan menurut David Wechsler, Intelegensi adalah
kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif.

Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan melainkan suatu fiksi ilmiah untuk
mendeskripsikan perilaku individu seorang anak yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual. Menurut Chaplin (1975) mengartikan intelegensi sebagai kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Sedangkan menurut Anita (1995) intelegensi itu meliputi tiga pengertian yaitu: a)
kemampuan untuk belajar, b) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan c) kemampuan
beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Dan ia
juga mengemukakan bahwa intelegensi merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan
beradaptasi dengan lingkungan.

Binet (dalam Sumadi, 1984) menyatakan bahwa sifat intelegensi itu ada tiga macam,
yaitu: a) kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu, b)
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut, dan c)
kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang
telah dibuatnya.

3.    Emosi

Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan
kelenjar dan motoris. Menurut Sarwono, emosi merupakan setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang
luas.

Al-Ghazali mendefinisikan emosi merupakan kumpulan perasaan yang ada dalam hati
manusia. Jadi emosi identik dengan perasan. Perasaan gembira, sedih, takut, benci, cinta
dan amarah merupakan bentuk emosi. Firman Allah yang berhubungan dengan perasaan
dan emosi.

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya
dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka” (QS. 32:16)
Namun ada pendapat lain yang mendefinisikan emosi adalah reaksi yang kompleks yang
mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian
serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.

Menurut Syamsu Yusuf emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: emosi
sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan
dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi
psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti: 1) perasaan intelektual,
yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu perasaan
yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun
kelompok; (3) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan
buruk atau etika (moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian; dan (5)
perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan
makhluk beragama (Homo Religious).

Canon Bard merumuskan teori tentang pengasuh fisiologis terhadap emosi, teori ini
menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian pada proses syaraf. Suatu situasi yang
saling mempengaruhi antara thalamus (pusat penghubung antara bagian bawah otak dengan
susunan urat syaraf di suatu pihak dan alat keseimbangan atau carebellum) dengan creblar
cortex (bagian otak yang terletak di dekat permukaan sebelahdalam dari tulang tengkorak,
suatu bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya pada jiwa taraf tinggi, seperti
berfikir).

Aspek – aspek emosi :

Anak yang sehat emosinya mempunyai perkembangan emosi yang sehat dalam tiga
aspek penting, yaitu :

1. Aspek pengenalan dan kesadaran jenis perasaan

Anak yang sehat lebih mampu mengenali, merumuskan, bahkan menyebut nama
perasaannya maupun perasaan orang lain secara tepat. Contoh perasaan positif yang dapat
dibedakannya adalah gembira, bangga, murah hati, belas kasih, setia, terharu, mulia,
kagum, geli, rindu dan sabar. Selain itu, anak yang sehat juga berani mengakui perasaannya
yang negatif, seperti takut, marah, kecewa, iri hati, sedih, bersalah, bosan, terhina dan kesal.
Pengenalan perasaan, selain menyangkut jenis perasaan, juga mencakup intensitas tentang
perasaan.

2. Aspek pengendalian dan pernyataan emosi


Anak yang sehat lebih mampu mengendalikan dan menyalurkan perasaannya. Mereka
mengetahui bahwa menyatakan kemarahan dengan memukul adalah salah. Sebaliknya,
mereka dapat menyatakan kemarahannya dengan mengatakan secara langsung alasan
kemarahan mereka. Mereka mampu mengenali harapan orang lain akan ekspresi pperasaan
mereka dan berusaha menyesuaikan diri mereka sesuai dengan harapan itu.

3. Aspek arah dorongan emosi

Anak yang sehat dapat mengarahkan emosinya secara baik. Jika ia marah kepada
orangtuanya, ia tidak mengarahkan agresinya kepada adiknya yang masih kecil. Ia tidak
menghabiskan sepanjang waktunya untuk melamunkan pengalamannya yang buruk.
Kesedihan tidak menenggelamkan dirinya, sebaliknya ia berusaha untuk segera bangkit dan
melakukan usaha keras. Anak yang sehat memiliki target yang realistis dan berjuan untuk
mencapai target itu.

Ciri – ciri emosi anak :

–          Berlangsung singkat dan berakhir tiba – tiba

–          Terlihat lebih hebat / kuat

–          Bersifat sementara / dangkal

–          Lebih sering terjadi

–          Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya

4.    Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, tercakup


semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan
lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik wajah.

Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu, tampak dalam
perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk, pengertian menyusun pendapat,
dan menarik kesimpulan.

Fungsi bahasa menurut Zulkifli (1986) antaranya : alat untuk menyatakan ekspresi,
mempengaruhi orang lain, memberi nama.
Clara dan William Stern, membagi perkembangan bahasa menjadi empat masa, yaitu :

1. Kalimat satu kata              : 1-1,5 tahun


2. Masa Memberi Nama        : 1,5-2 tahun
3. Masa Kalimat Tunggal      : 2-2,5 tahun
4. Masa Kalimat Majemuk    : 2,5 tahun – seterusnya

Dalam perkembangan bahasa tersebut, ada 2 tipe bahasa anak, yaitu sebagai berikut :

1. Egosentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri ( monolog )


2. Sosialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan
temannya atau dengan lingkungannya.

Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor – faktor kesehatan, intelegensia,


status sosial ekonomi, jenis kelamin dan hubungan keluarga. Lebih jelasnya adalah sebagai
berikut :

1. Faktor kesehatan, anak yang sehat dan normal akan dengan cepat mengungkapkan
rangsangan yang diterimanya dengan bahasa lisan sesuai dengan tahap
perkembangannya.
2. Intelegensi, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya.
Anak yang mempunyai intelegensi normal atau di atas normal maka perkembangan
bahasanya cepat.
3. Status sosial ekonomi keluarga, beberapa studi tentang hubungan antara
perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa
anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam
perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga
yang lebih baik.
4. Jenis kelamin, pada tahun pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi
antara anak laki – laki dengan perempuan. Namun pada usia 2 tahun, anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki – laki.
5. Hubungan keluarga, proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan keluarga turut mempengaruhi perkembangan bahasa anak. 

5.        Sosial

Perkembangan sosial adalah proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-
norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerjasama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dalam arti dia belum memiliki kemampuan untuk
bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang
cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui
berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik
orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-
norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya
bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses
bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.

Berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkugannya, misalnya di usia setahun, anak
sudah bisa bermain dengan teman – teman seusianya. Masa ini disebut masa prakelompok,
dimana dasar sosial diletakkan dengan semakin meningkatnya hubungan anak dengan
teman – teman sebayanya. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada
dengan benda akan mengembangkan pola hubungan sosial yang lebih baik di masa depan,
dan biasanya menjadi lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas. Pada
masa ini umumnya anak lebih menyukai berteman dengan sesama jenis kelamin daripada
dengan lawan jenis.

Pada usia 2 – 3 tahun anak bermain dengan teman – temannya tetapi bermain sendiri,
yang dikenal dengan bermain sejajar ( Havighurst, 1980 ). Kadang kalupun terjadi kontak,
lebih cenderung pada perkelahian daripada kerjasama. Selanjutnya anak bermain asosiatif,
yaitu anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai permainan anak lain. Semakin
meningkat kontak sosial, anak dapat bermain kooperatif dimana masing – masing anggota
kelompok saling berinteraksi.

Ada beberapa pola bermain pada anak, yaitu :

1. Bermain dengan mainan

Pada permulaan awal masa kanak – kanak, bermain dengan mainan merupakan bentuk
dominan. Seiring dengan meningkatnya kontak sosial dan sadarnya anak bahwa mainannya
tidak mempunyai sifat hidup lagi maka bermain seorang diri menjadi tidak menyenangkan
lagi.

2. Drama / bermain peran


Usia tiga tahun anak mulai melakukan permainan dengan berdasarkan pengalaman,
dongeng – dongeng atau film – film yang pernah dilihatnya.

3. Konstruksi

Anak – anak membuat konstruksi dari balok, pasir, tanah liat dan lain – lain. Biasanya
berdasarkan apa yang dilihatnya.

4. Permainan

Pada usia empat tahun anak – anak lebih suka bermain dengan teman sebayanya daripada
dengan orang dewasa. Bentuk permainannyapun sudah mengenal aturan.

6.        Kepribadian

Secara etimologi, kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ”personality”,


sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”person” (kedok)
adan ”personare” (menembus), persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada
zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu,
sedangkan ”personare” adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya
berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.
Jadi, persona itu bukan pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia
tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.

Secara terminologis, menurut Mc Dougal kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat


dimana bisanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.
Sedangkan menurut Gordon, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian sebagai berikut:

1. Faktor fisik
2. Tingkat intelegensi
3. Keluarga
4. Teman sebaya
5. Kebudayaan

 
7.    Moral

Istilah moral berasal dari kata Latin ”mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/ nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral, nilai-nilai
moral itu seperti: a) seruan untuk berbuat baik untuk orang lain, memelihara ketertiban dan
keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara berhak orang lain. b) larangan mencuri
dan perbuatan-perbuatan jelek lainya.

Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan
moral anak, diantaranya sebagai berikut :

1. Konsisten dalam mendidik anak


2. Sikap orang tua dalam keluarga
3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
4. Sikap konsisten orang tua

Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu:

1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku


yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa
lainnya.
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku moral seseorang yand dekat dengan dirinya atau yang menjadi
idolanya
3. Proses coba – coba, yaitu dengan cara pengembangan tingkah laku moral secara
coba – coba.

8.    Kesadaran Beragama

Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah adalah dia dianugerahkan fitrah
(perasaan dan kemmapuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dalam kata
lain manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama), karena memiliki fitrah ini,
kemudia manusia dijuluki sebagai ”homo devians”, yaitu makhluk yang bertuhan atau
beragama.

Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung


kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Namun mengenai arah dan kualitas
perkembangan beragama anak sangat bergantung kepada proses pendidikan yang
diterimanya. Perkembangan kesadaran beragama dipengaruhi oleh faktor-faktor antara
lain :

1. Faktor Internal :

a. QS Al- ‘Araf Ayat 172

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-
kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)”

b. QS Ar-Rum Ayat 30

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan keluarga

Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, ”setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menjadi yahudi,
Nasrani atau majusi”.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidiakn formal yang mempunyai program yang


sistematis dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada siswa sesuai
dengan potensinya.

c. Lingkungan Masyarakat

Situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural secara potensial berpengaruh
terhadap fitrah beragama atau kesadaran beragama.

B. Fase fase perkembangan


Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan
pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam
pengertian periode atau fase perkembangan.

Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai
berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa pertengahan dan
akhir anak anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa
akhir dewasa.

Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan
umum kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
mengenai pada setiap periode tahap tahap perkembangan manusia dalam buku Life-Span
Development oleh John Santrock:

1. Periode prakelahiran (prenatal period)

ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan
yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan
kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.

2. Masa bayi (infacy)

ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan.
Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan
psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis,
koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.

3. Masa awal anak anak (early chidhood)

yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam
tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak
kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan
keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan
meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah
memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.
4. Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood)

ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas
tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut
dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti
membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan
dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia
anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

5. Masa remaja (adolescence)

ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang
dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi
badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.

6. Masa awal dewasa (early adulthood)

ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia
duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa
pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi
banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab,
memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

7. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood)

ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan
merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan
dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi
individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam
berkarir.

8. Masa akhir dewasa (late adulthood)


ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh
tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya
kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri
dengan peran peran sosial baru.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

1. A.    Simpulan

Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani
baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.

Dalam Pembahasan Mengenai Perkembangan ini, banyak sekali teori-teori yang


dikemukakan oleh ahli, diantaranya :

1. Perkembangan Psikoseksual ( Freud)


2. Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson  )
3. Perkembangan Kognitif ( Piaget )

Aspek-aspek perkembangan anak meliputi: fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial,


kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
 

1. B.     Saran
2. Sebagai Orangtua kita hendaknya memperhatikan segala aspek-aspek
perkembangan masa anak-anak sampai dengan masa sekolah.
3. Sebagai calon pendidik anak kita harus mengembangkan kemampuan dasar anak,
diantaranya adalah kemampuan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial,
kepribadian, moral, dan kesadaran beragama, supaya anak bisa mengekspresikan
ide-idenya dan supaya menjadi anak yang terampil.

DAFTAR PUSTAKA

Neni Iska, Zikri, 2006. Psikologi (Pengantar Pemahaman diri dan Lingkungan). Jakarta:
Kizi Brother’s.

Anastasi, Anne, Susana Urbina, 2007. Tes Psikologi (Psychological Testing ). Jakarta: PT
indeks.

Al-Ghazali, 2002. Manajemen Hati ( Menuju Pintu Sa’adah Menuju Ma’rifatullah ).


Surabaya: Pustaka Progresif.

Purwanto, M.Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi, 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyadi, 2009. Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius. Jogjakarta :Power Books.Zulkifli,
DRS, 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. Cetakan 7

[1] Zulkifli, Psikologi Perkembangan 2009, 4.

[2] Zikri Neni Iska 2006. Psikologi (Pengantar Pemahaman diri dan Lingkungan).

[3] Syamsu Yusuf, 2007, hal. 106

[4] Sumadi Suryabrata. 1984, Psikologi Pendidikan

[5] Al-Ghazali, 2002. Manajemen Hati ( Membuka Pintu Sa’adah Menuju Ma’rifatullah )

[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan 1984.

[7] Zulkifli, Psikologi Perkembangan, 198

Anda mungkin juga menyukai