Anda di halaman 1dari 7

Ada beberapa aspek dalam perkembangan anak usia pra skolah dan skolah dasar, yaitu aspek fisik,

kognitif, sosial, dan kepribadian. Berikut adalah penjelasanya :

A. Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu:
a. Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
c. Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia
remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya
terdiri atas lawan jenis;
d. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi. Masa kanak-kanak awal (early
childhood) merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai akhir masa bayi hingga sekitar usia 5
atau 6 tahun, kadang periode ini disebut tahun pra sekolah. Kelas satu sekolah dasar biasanya
menandai akhirnya periode ini.2 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, masa kanak-kanak
awal masa perkembangan anak dari usia 2 tahun sampai usia 6 tahun, yang mana bisa disebut juga
dengan periode prasekolah. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta
kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga
berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tuanya. Perkembangan sistem
syaraf pusat memberikan kesiapan pada anak untuk lebih meningkatkan pemahaman dan
penguasaannnya terhadap tubuhnya.
a. Tinggi: Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia enam tahun tinggi
anak rata-rata 46,6 inchi;
b. Berat: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima pon. Pada usia enam
tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata 48,5 pon dan laki-laki
49 pon;
c. Perbandingan tubuh: Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil tetapi dagu tampak jelas
dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut,
dengan perut yang rata, dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki
lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar;
d. Postur tubuh: Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal masa kanak-kanak, ada
yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat berotot (mesomorfik), ada yang
relatif kurus (ektomorfik);
e. Tulang dan otot: Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh mengikuti hukum
perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan kuat, sehingga anak tampak lebih kurus
meskipun beratnya bertambah;
f. Lemak: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari pada
jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot
yang kecil dan sedikit jaringan lemak;
g. Gigi: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi bayi
terakhir geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan
oleh gigi tetap. Yang pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi seri tengah.
Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan
beberapa celah di mana gigi tetap akan muncul.

B. ASPEK KOGNITIF

Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembangan kognisi berarti
perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak
dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat.
Dunia kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang
sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih baik.7 Pada tingkat
ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan menirukan prilaku orang dewasa. a.
Tahap Pra-Operasional Piaget Imajinasi anak prasekolah bekerja sepanjang waktu dan jangkauan
mental mereka tentang dunia mereka terus berkembang sepanjang waktu. Piaget menggambarkan
kognitif anak prasekolah sebagai pra-operasional. Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian
yang nyaman untuk menuju tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan tetapi
label praoperasional menekankan bahwa anak tersebut belum menunjukkan suatu operasi, yaitu
tindakan-tindakan internalisasi yang memampukan anak melakukan secara mental apa yang
sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik. Operasi adalah tindakan mental dua-arah
(reversibel). Penambahan dan pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi. Tahapan pra-
operasional, yang berlangsung kira-kira usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahapan kedua dari teori piaget.
Dalam tahapan ini, anak mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan, dan
gambargambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari
informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-pemikiran mental
muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis mulai terkonstruksi.8 Anak mulai bisa
menulis dan menggambar dengan imajinasi mereka. Masa ini disebut masa prasekolah dan masa
sekolah. Anak mulai berinteraksi dengan teman sebayanya dan bekerjasama, dan juga anak berlompat,
berlari, dan bermain bersama. Pemikiran pra-operasional dapat dibagi menjadi sub-sub tahapan, yaitu
sub tahapan fungsi sim simbolik dan sub tahapan pemikiran intuitif. b. Teori Vigotsky Vigotsky
menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam
teori Vigotsky, anak-anak lebih sering digambarkan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori
Piaget. Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan pemahaman, terutama melalui
interaksi sosial. Perkembangan kognitif mereka bergantung pada alat yang disediakan oleh
masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka tinggal.9 Jika
dibandingkan, menurut teori Piaget anak berkembang dari kemampuannya sendiri sedangkan menurut
Vigotsky anak berkembang karena dibantu oleh lingkungan sekitar mereka.

C. ASPEK SOSIAL
Perkembangan Sosial Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya
hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih
bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak bicara. Jika anak menyenangi hubungan
dengan orang lain meskipun hanya kadangkadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial
mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang
baik.11 Pada pernyataan di atas dijelaskan bahwa perkembangan sosialisasi pada awal masa anak-
anak awal ditandai dengan meningkatnya intensitas hubungan dengan teman-teman sebayanya, dan
perkembangan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada fase ini juga anak-anak tidak hanya senang
bermain tetapi juga lebih banyak berbicara. Hubungan atau kontak sosial lebih baik dari pada
hubungan sosial yang kurang baik. Di sini bisa disimpulkan bahwasannya teman sebaya juga berperan
penting terhadap perkembangan sosial anak, karena lewat teman sebaya anak bisa belajar dan
mendapat informasi tentang dunia anak di luar keluarga. Pada masa ini anakmulai mengeal dunia di
luar keluarga yaitu dengan bermain bersama teman sebaya. Anak-anak juga akan mulai
membandingkan antara dirinya dengan teman-teman sebayanya.
Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab
anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya
dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang
menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin
memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini adalah karena bagi anak-anak
proses melakukan sesuatu lebih menarik dari pada hasil yang akan didapatkannya.12 Jadi, permainan
lebih mendominasi kehidupan anak-anak di masa ini, karena anak-anak banyak menghabiskan
waktunya untuk bermain yang mana bermain adalah hal yang sangat menyenangkan dan menarik bagi
anak-anak, bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan di awal masa anak-
anak. Jika ditarik garis besarnya, maka permainan memiliki peran yang tidak kalah penting dalam
perkembangan pada awal masa anak-anak, permainan dapat berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif, perkembangan sosial dan juga perkembangan emosional pada anak-anak. Berbagai macam
permainan akan melatih anak-anak dalam segala hal, termasuk dalam memecahkan masalah yang
dihadapi anak-anak. Dalam hal minat bermain anak-anak mengikuti suatu pola yang dipengaruhi oleh
kematangan dalam bentuk permainan tertentu dan oleh lingkungan dimana ia dibesarkan. Ada
bermacam-macam variasi dalam pola ini. Misalnya anak yang sangat cerdas lebih menyukai
permainan sandiwara, kegiatan-kegiatan kreatif dan buku-buku yang dapat memberikan informasi dari
pada yang bersifat hiburan.
D. ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Para ahli memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah tingkah laku
manusia, baik perilaku yang dapat dilihat (overt) maupun perilaku yang tiak dapat dilihat (covert).
19 Terlihat dan tidak terlihatnya perilaku bergantung pada suatu susunan sistem (aspek), dalam hal
ini pendapat Sigmund Freud yang dikutip Jalaludin (2002: 71) dalam bukunya “Psikologi Agama”,
merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga aspek, yaitu:
1) Id (das es) Sebagai suatu sistem “Id” mempunyai fungsi menunaikan prinsip
kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah. Dengan kata lain ia mengemban
prinsip kesenangan (pleasure principle), yang tujuannya untuk membebaskan diri dari ketegangan
dorongan naluriah dasar.
2) Ego “Ego” merupakan aspek pribadi yang berfungsi menyalurkan dorongan “Id” ke
keadaan yang nyata.
3) Super ego (das ube ich) Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan
keadilan, maka sebagian super ego mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa
individu ke arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan. Menurut Ahyadi (1988: 68-
69) dalam bukunya “Psikologi Agama”, berpendapat bahwa kepribadian dianalisis ke dalam tiga
aspek, antara lain:
1) Aspek kognitif (pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang,
inisiatif, kreatifitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif adalah
menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
2) Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam,
perasaan atau emosi. Sedangkan hasrat dan kehendak, kemauan, 20 keinginan,
kebutuhannya, dorongan dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-
motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipastikan dengan aspek afektif
(finalis) yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia
bertingkah laku.
3) Aspek motorik, yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku seperti perbuatan dan
gerakan jasmani lainnya.

E. PEMBELAJARAN YANG RELEVAN


Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kesiapan
sekolah pada anak usia pra-sekolah. Metode-metode pembelajaran berikut, merupakan metode
pembelajaran yang banyak direkomendasikan oleh para pakar pendidikan pra-sekolah untuk
mengembangkan kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah dasar.
1. Metode Bermain. Salah satu aspek utama pendidikan pra-sekolah adalah bermain.
Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara
mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.
Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak (Padmonodewo, 2003). 6 Dengan
kata lain, bermain dapat membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Bermain menurut Bergen (2001) juga dapat membantu mengembangkan bahasa reseptif maupun
ekspresif anak, dan juga ketrampilanketrampilan seperti membuat rencana bersama, negosiasi,
mengatasi masalah, dan berusaha meraih tujuan. Peran guru dalam bermain adalah menyediakan
lingkungan di mana muridmurid dapat bermain bersama menggunakan beragam bahan yang
dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran dan perkembangan mereka (Muijs & Reynolds, 2008).
Guru juga dapat bergabung di dalam permainan murid untuk memperluas permainan tersebut.
Selama menggunakan metode bermain, guru hendaknya memastikan bahwa semua anak bergabung
diberbagai kegiatan, dan perlu memperkenalkan ide-ide dan situasi-situasi baru. Hal tersebut dapat
dilakukan selama proses bermain, dengan mengopservasi berbagai masalah anak dan membantu
mereka mengatasinya. Sebagai contoh, saat menyusun balok, anakanak pada awalnya akan
menumpuk-numpuknya begitu saja dan mereka akan menemukan bahwa bangunan dari balok yang
mereka susun akan cepat roboh. Dalam konteks tersebut, guru dapat menunjukkan kepada anak
tentang bagaimana dinding kelas mereka dibangun sehingga dapat membantu mereka menyusun
bangunan dari balok-balok tersebut secara lebih baik.
2. Metode belajar kooperatif. Belajar kooperatif dapat dimaknai anak-anak belajar dalam
kelompok kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugastugas bersama yang telah
ditentukan dengan jelas, dan supervisi diarahkan oleh guru (Masitoh, dkk; 2005). Belajar kooperatif
mencakup semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk kerja kelompok yang lebih
dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru (Muijs & Reynolds, 2008:89). Belajar kooperatif juga
melibatkan anak untuk berbagi tanggung jawab antara guru dan anak untuk mencapai tujuan
pendidikan. Peran guru adalah mendukung anak untuk belajar bersama-sama, sedangkan anak-anak
melakukan tugas dan berperan sebagai teman sejawat dan tutor bagi anak-anak lainnya. Contoh
tugas-tugas kooperatif dalam konteks pendidikan pra-sekolah antara lain adalah menciptakan nama
7 kelompok, membuat makanan ringan, bekerjasama membuat menara, bekerjasama menyusun
puzzel, dan menyelidiki bagaimana katak hidup. Menurut Harmin (Masitoh, dkk; 2005:171), belajar
kooperatif memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut: a) semua anggota bertanggung jawab
untuk belajar dari dirinya sendiri dan belajar dari orang lain; b) anak-anak memberikan konstribusi
terhadap anak lainnya dengan cara membantu, memberikan dorongan, mengkritik dan menghargai
pekerjaan orang lain; c) setiap individu bertanggung jawab untuk mencapai hasil kelompok.
Kegiatan dibangun sesdemikian rupa sehingga setiap anak berbagi tanggung jawab untuk mencapai
tujuan. Umpan balik diberikan kepada individu dan kelompok secara keseluruhan; dan d) anak-anak
harus mempunyai kesempatan untuk menggambarkan kerja kelompoknya. Dengan menggunakan
metode belajar kooperatif pada pendidikan prasekolah diharapkan guru dapat: a) mengembangkan
perasaan dan harga diri positif serta meningkatkan ketrampilan anak; b) meningkatkan kemampuan
anak dalam mengerjakan tugas; c) meningkatkan toleransi di antara anak; dan d) meningkatkan
kemampuan anak berbicara, mengambil prakarsa, membuat pilihan, dan secara umum
mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.
3. Metode Drama dan Sandiwara Pendek, adalah cara lain guna memberikan kesempatan
kepada anak-anak untuk ikut ambil bagian di dalam kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki
manfaat pendidikan cukup kuat, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan
berbicara anak. Melalui drama, anak diberi kesempatan untuk dapat terlibat di dalam percakapan
yang berbeda dengan apa yang mereka lakukan sehari-hari, serta juga dapat membantu memperluas
pemikiran mereka (Hendy dan Toon dalam Muijs & Reynolds, 2008).
4. Metode Demonstrasi. Secara umum, demonstrasi melibatkan satu orang atau lebih untuk
menunjukkan kepada orang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu
dilaksanakan. Ketika seseorang mendemonstrasikan sesuatu, harus dilakukan pengamatan terhadap
kegiatan yang dilaksanakan. Guru menggunakan metode demonstrasi untuk mendeskripsikan
tentang sesuatu yang akan dilakukan anak-anak. Demosntrasi memadukan strategi pembelajaran “do
it 8 signal, modeling, dan menceritakan-menjelaskan-menginformasikan. Menurut Masitoh, dkk.
(2005), metode demonstrasi dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) meminta perhatian anak,
b) memperlihatkan sesuatu kepada anak-anak,
c) meminta tanggapan atau respon anak terhadap apa yang mereka lihat dan dengar dengan
tindakan dan kata-kata. Dalam implementasinya, metode ini perlu dikombinasikan dengan
metode-metode lainnya, mengingat demonstrasi hanya merupakan bagian kecil dari
interaksi pembelajaran yang kompleks.
5. Metode Diskusi Kelompok Kecil atau Diskusi Kelas. Metode diskusi merupakan sebuah
metode yang menunjukkan adanya interaksi timbal balik atau multi arah antara guru dan anak (guru
berbicara kepada anak atau anak yang berbicara kepada guru, dan anak berbicara dengan anak
dengan anak). Diskusi menggabungkan strategi undangan, refleksi, pertanyaan, dan pernyataan.
Dalam diskusi guru tidak membimbing percakapan tetapi mendorong anak-anak untuk
mengemukakan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan gagasan secara lebih luas serta
mendengarkan pendapat orang lain. Metode ini dapat membantu mengembangkann ketrampilan
mendengarkan, ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan untuk menghasilkan ide-ide, serta
menghormati pendapat orang lain. Salah satu cara penerapan metode diskusi dikelas, misalnya: guru
mengintroduksikan sebuah ide atau topik, kemudian memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk memberikan semua kemungkinan jawaban, ide, kata-kata yang relevan yang terlintas di benak
mereka. Guru dapat menuliskan ide-ide utama yang menjadi topik diskusi di papan tulis. Diskusi-
diskusi ini sedikit dapat dibimbing oleh guru, tergantung topik atau tujuan dari diskusinya. Menurut
Masitoh, dkk. (2005) ada berbagai hal yang dapat menjadi bahan diskusi dalam kelas anak pra-
sekolah, yaitu:
(a) apa yang akan terjadi di sekolah? Misalnya: Siapa yang akan menyirami tanaman?
Apakah cara-cara membaca secara kelompok dapat membantu anak-anak lain ketika
seorang anak tidak hadir? Mengapa seorang anak merasa terganggu dengan apa yang
dilakukan anak-anak lain di area permainan? Kapan saat yang baik untuk merayakan hari
ulang tahun Arif? Bagaimana perasaannya ketika seseorang sedang melakukan kesalahan
dan orang lain menertawakannya
(b) Apa yang terjadi dengan anak-anak yang tidak 9 masuk sekolah? Misalnya: Sita
memiliki adik baru di rumahnya, tina sedang mengunjungi kakeknya di kampung, Bintang
akan pergi mengunjungi dunia fantasi bersama keluarganya.
(c) Apa yang terjadi di masyarakat dan lingkungan? Anak dapat diajak untuk memahami
berbagai hal, misalnya: malam tadi ada angin topan besar; ada pusat pertokoan baru
dibangun di dekat alun-alun, mengapa ada pohon-pohon yang daunnya berguguran, dan
yang lainnya tidak? Dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai