ANAK
B. Aspek-Aspek Perkembangan
Perkembangan berhubungan dengan keseluruhan kepribadian
individu, karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang
terintegrasi. Kesatupaduan kepribadian ini sebenarnya sukar dipisah-pisahkan,
tetapi untuk sekedar membantu mempermudah dalam memepelajari dan
memahaminya, pembahasan aspek demi aspek bisa dilakukan
1. Aspek Fisik dan Motorik
Aspek ini mengalami perkembangan yang sangat menonjol adalah pada
awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahun- tahun
pertama kehidupannya. Selama sembilan bulan dalam kandungan,
ukuran fisik bayi tumbuh dan berkembangan dari seperduaratus mili meter
menjadi 50 cm panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak
berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang bisa
duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa
memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat pada akhir tahun
kedua.
2. Aspek Intelektual
Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan
perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan
memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah
pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Aspek ini
berkembang pesat pada masa mulai masuk sekolah dasar (6-7 tahun).
Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada
masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Walaupun individu
semakin pandai setelah belajar di perguruan tinggi, namun para ahli
berpendapat bahwa setelah usia 17 tahun atau 18 tahun peningkatan
kemampuan terjadi sangat lamban, yang ada hanyalah pengayaan,
pendalaman dan perluasan wawasan.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan anak dengan orang- orang di
sekitarnya. Lama, sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi
yang baru dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan menuju ke asal
suara sebagaimana layaknya orang dewasa. Bayi harus diberikan perawatan
dengan penuh kelembutan, kasih sayang dan perhatian yang konsisten,
sebab pada masa itu bayi sedang belajar tentang kasih sayang dan
mempercayai orang lain. Anak yang merasa diberikan kasih sayang dan
keamanan pada masa awal perkembangannya, maka ia kelak mudah
mengembangkan persahabatan dan kedekatan dengan orang lain
4. Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan menirukan bunyi dan perabaan.
Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan perkembangan
kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berfikir.
Berfikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan.
Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa alat bantu,
yaitu bahasa. Perkembangan kedua aspek ini saling menunjang. Bahasa
juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan
komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian
perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling
menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial.
5. Aspek Emosi
Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan
konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja
tengah (usia 15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa
optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi dengan rasa bingung
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pada
masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka.
Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Kalau
pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua,
ambivalensi, maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki
pendirian sikap yang relatif mempunyai kepercayaan diri.
6. Aspek Moral dan Keagamaan
Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil.
Peranan lingkungan terutama keluarga sangat dominan bagi
perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan
perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, kemudian menjadi
perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri inipun, pada
mulanya dilakukan karena ada kontrol atau pengawasan dari luar,
kemudian berkembang karena kontrol dari dalam dirinya sendiri. Tingkatan
tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan
bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan
suatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat
dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam
diri dan lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap pencapaian nya.
C. Tahap-Tahap Perkembangan
1) Periodisasi berdasarkan perubahan biologis
Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan
Aristoteles yang menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai
mencapai dewasa dalam tiga periode, sebagai berikut:
a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)
b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah)
c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)
2) Periodisasi berdasarkan psikologis
Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch.
Gejala psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa
kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan
trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni; a) pada tahun ketiga,
keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan b) pada permulaan
masa pubertas.
3) Periodisasi berdasarkan dedaktis
Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan
ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus
diberikan dan bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak. Tokoh
pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius yang
terkenal konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Berikut ini tahap-tahap
perkembangan fisiologis yang cukup terperinci sesuai dengan hasil
penelitian dari Gesell dan Amatruda. Menurut mereka tahap-tahap
perkembangan fisiologis manusia dari awal prenatal sampai usia 5 tahun:
Usia Pengelompokan
0 sampai 6 bulan Bayi fase
1
6 sampai 12 bulan
Bayi fase
1 sampai 2 tahun 2
hadapannya.48
b. Segi
sosial
mulutnya.50
2. 6 sampai 12
bulan
48 Tony Buzan,
Op.cit, hlm. 163
49 Bambang Sujiono dan Zuliani Nurani Sujiono, Mencerdaskan
3. 1 sampai 2
tahun
51Ibid,
hlm. 14-15
4) Dapat menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju
atau tidak mau terhadap sesuatu.
5) Menggunakan beberapa kata yang telah dikenalnya untuk
berkomunikasi dan mencoba berbicara dengan kata-kata
baru yang diperolehnya atau dengan menirukannya.
6) Menggunakan dua kata seaai frase, misalnya saya makan,
bu minum
4. 2 sampai 3
tahun
Pada usia ini desebut the odler toddler atau batita tahap
2. di usia dua tahun, rasa ingin tahu dan keinginannya untuk
mengeksploraasi atau menjelajah segala sesuatu yang berada di
sekitarnya semakin besar. Mereka senang berada di antara anak
lainnya. Jika orang tua dapat menempatkan anak usia ini
di kelmpoknya, situasi tersebut sangat baik karena dapat
memperbesar keinginannya untuk belajar dan beraktivitas di antara
mereka sendiri.
Marah atau ungkapan ekspresi yang menunjukkan
ketidakpuasan dan protes dalam rangka menyampaikan maksud
dan keinginannya adalah hal biasa dan umum pada usia ini.
Yang menggembirakan, perkembangan bicaranya menjadi lebih
jelas dan lancar.
a. Segi
fisik
52Ibid,
hlm. 16.
5) Sudah dapat menggunakan kamar kecil untuk buang air
kecil atau buang air besar dengan bantuan orang lain.
b. Segi sosial
kepadanya.53
5. 3 sampai 4
tahun