Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PERTEMUAN I

PENGEMBANGAN KEPERIBADIAN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Alice Rosy M, Kep

DI SUSUN:

SHELI HERMILA

NIM

P031914472021

POLTEKKES KEMENKES RIAU

PRODI DIII KEPERAWATAN DILUAR KAMPUS UTAMA

Tahun 2020/2021
1. Tahap tahap perkembangan bayi sampai lansia

A. Tahap tahap perkembangan masa bayi (Neonatus)


perkembangan bayi merupakan peristiwa yang terjadi pada bayi dan menunjukkan
tumbuh kembang bayi sejak usia 0. Beberapa di antara peristiwa tersebut ialah
merangkak, berjalan, dan berbicara.
a. Ada 3 tahap yaitu:
1. Tahap sensorimotor (0-24 bulan)
Setiap bayi lahir dengan refleks bawaan dan dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Oleh karena itu, pada masa ini, kemampuan bayi terbatas pada gerak
refleks dan panca inderanya. Berbagai gerak refleks tersebut kemudian
berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan. Pada tahap perkembangan kognitif
awal ini, si Kecil belum dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, atau
kepentingan orang lain, sehingga ia dianggap “egosentris”. Pada usia 18 bulan, si
Kecil juga sudah mampu menciptakan simbol-simbol dalam suatu benda serta
fungsi beberapa benda yang tak asing baginya. Si Kecil pun kini mampu melihat
hubungan antarperistiwa dan mengenali mana orang asing dan mana orang
terdekatnya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada masa ini, anak mulai dapat menerima rangsangan, meski masih sangat
terbatas. Si Kecil pun sudah masuk ke dalam lingkungan sosial. Ciri tahapan ini
adalah anak mulai bisa menggunakan operasi mental yang jarang dan secara
logika kurang memadai.
Si Kecil juga masih tergolong “egosentris” karena hanya mampu
mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri sendiri dan kesulitan melihat
dari sudut pandang orang lain. Ia sudah dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda berwarna
merah,walaupun bentknya berbeda-beda.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada masa ini, anak sudah mampu melakukan pengurutan dan klasifikasi
terhadap objek maupun  situasi tertentu. Kemampuan mengingat dan berpikir
secara logis si Kecil pun makin meningkat. Ia mampu memahami konsep sebab-
akibat secara rasional dan sistematis sehingga si Kecil mulai bisa belajar
matematika dan membaca. Pada tahapan ini pula sifat “egosentris” si Kecil
menghilang secara perlahan. Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara
abstrak dan menguasai penalaran. Ia dapat menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Ia dapat memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan
nilai. Si Kecil juga bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi
juga ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Kemampuan ini penting, Mam, karena
akan membantunya melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase
dewasa atau dunia nyata.
b. Ada dua faktor utama yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak usia
dini:
1. Hereditas/Keturunan
Faktor ini turut menentukan perkembangan intelektual seorang anak.
Dengan kata lain, seorang anak membawa kemungkinan memiliki kemampuan
berpikir yang similar dengan orang tuanya, apakah itu normal, di atas normal,
atau di bawah normal. Namun, potensi tersebut tidak akan berkembang bila
tidak ada lingkungan yang dapat memberinya kesempatan untuk berkembang.
2. Lingkungan
Banyak studi maupun penelitian yang mendukung faktor lingkungan
memengaruhi tingkat kognitif atau intelegensi seseorang. Faktor lingkungan
yang paling berperan dalam menunjang perkembangan kognitif anak adalah
keluarga dan sekolah.
3. Keluarga
Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang
dari orang tua) memfasilitasi perkembangan kognitif anak. Sebaliknya,
hubungan yang tidak sehat bisa membuat anak mengalami kesulitan atau
kelambatan dalam perkembangan kognitifnya.
4. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan perkembangan anak, termasuk perkembangan berpikir anak.
Karena itu, tenaga pengajar atau guru di sekolah memiliki peranan sangat
penting dalam menunjang perkembangan kognitif si Kecil. Selain kedua
faktor tersebut, perkembangan kognitif anak juga turut dipengaruhi usia, jenis
kelamin, ras, budaya, dan asupan nutrisi. Ya, asupan nutrisi yang tepat dan
memadai dapat berperan penting dalam mendukung proses belajar si Kecil.
Kombinasi nutrisi dan stimulasi tepat akan membentuk struktur otak anak.
Tanpa dukungan nutrisi yang tepat, si kecil tidak akan dapat menyerap
stimulasi secara optimal.

B. Tahap tahap perkembang dewasa


Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”
(The progressive and continous change in the organism from birth to death).
Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmanish) maupun psikis (rohaniah)
Pengertian orang dewasa Istilah “dewasa” berasal dari kata latin yaitu adults
yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah
menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap meneria kedudukan dalam
masyarakat bersamaan dengan orang dewasa lainnya.
1. Psikologi perkembangan fase dewasa
Psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang
memfokuskan pembahasannya mengenai perubshsn tingkah laku dan proses
perkembangan pada fase dewasa.
2. Masa Dewasa
Setiap kebudayaan memuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status
dewasa secara resmi. Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang paling
lama dalam rentang hidup. Selama masa yang panjang ini, perubahan fisik
dan psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan yang
menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri, tekanan-tekanan, serta
harapan-harapan. Saat terjadinya peubahan-perubahan fisik dan psikis
tertentu, masa dewasa biasanya dibagi menjadi tiga periode yang menunjuk
pada perubahan-perubahan tersebut yaitu
a. Masa dewasa dini (dewasa awal)
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Periode
ini secara umum berusia sekitar 18-25 dan berakhir sekitar 35-40 thn.
b. Masa dewasa madya (dewasa tengah)
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60
tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun
biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diiringi oleh
penurunan daya ingat. Usia madya merupakan periode yang panjang
dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi
dalam dua sub bagian, yaitu: (1) Usia madya dini dari usia sekitar 35-
50 tahun, dan (2) Usia madya lanjut dari 50-60 tahun. Pada periode
usia madya lanjut, perubahan fisik dan psikologis menjadi lebih
kelihatan.
c. Masa dewasa lanjut (usia lanjut/ dewasa akhir)
Dewasa lanjut atau usia lanjut adalah periode penutup dalam
rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
berajak jauh dari perode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau
beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Karena kondisi kehidupan
dan perawatan yang lebih baik, kebanyakan pria dan wanita zaman
sekarang tidak menunjukan tanda-tanda ketuaan mental dan fisiknya
sampai usia 65, bahkan sampai awal 70-han. Usia lanjut dibagi
menjadi usia lajut dini (berkisar antara usia 60-70) dan usia lanjut
(berkisar mulai pada usia 70 sapai akhir kehidupan seseorang.
Kateristik perkembangan pada fase dewasa
1. Dewasa Dini, memiliki ciri-ciri yaitu :
a. Usia berkisar antara 18-25 dan berakhir sekitar 35-40
b. Fsikis : fungsi organ-organ berjalan dengan sempurna dan
mengalami masa produktifitas yang tinggi
c. Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang maksimal
dan mereka dapat menggunakan kemampuan ini dalam situasi
tertentu dan lebih luas.
d. Fungsi psikomotorik : Kemampuan kaki : mampu berjalan dan
meloncat secara maksimal, biasanya atlit yang berprestasi
mencapai puncak kejayaannya atau klimaknya pada usia
dewasa muda. Kemampuan halus : Mampu menggerakan
tangan dan muut secara maksimal.
e. Bahasa : Keterampilan berbahasa lebih dikuasai, dan lebih
supel serta mudah berkomunikasi dengan orang lain.
f. Intelegensi : Kemampuan berfikir lebih realistis dan berfikir
jauh kedepan, strategis dan selalu bersemangat untuk 
berwawasan luas.
g. Emosional : stabilitas emosi masih mengalami naik turun,
namun tetap terkontrol dan cendrung mengarah ketitik ketitik
keseimbangan dan bisa mnerima tanggung jawab. Pada masa
ini setiap orang dewasa muda pria dan wanita diharapkan
untuk menerima tanggung jawab sesuai dengan masing-masing
tugas yang dipikulnya. Ketegangan emosional terjadi pada
orang dewasa dini,karena mereka baru memasuki suatu
lingkungan sosial baru dan hal ini merupakan simbol yang
dimunculkan akibat adanya suatu penyesuain diri
C. Tahap perkembangan lansia
Ada beragam pengertian ataupun deksripsi lansia. Berikut merupakan
pengertian lansia menurut pandangan para ahli seperti yang diungkapkan oleh
(Effendi,2009) lansia bukanlah suatu yang berhubungan dengan penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemamapuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Usia 65 tahun
merupakan titik awal masa dewasa akhir, fase terakhir kehidupan. Pada usia inilah
kebanyakan orang mendeskripsikan lansia. Di Indonesia telah di tetapkan batasan
umur orang yang berusia lanjut adalah 60 tahun , hal tersebut tertulis pada UU
No.13 Tahun 1998. Pada dasarnya psikologi lansia termasuk dalam cabang ilmu
psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan menurut Hurlock (1980)
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sesuai dengan hakikat
perkembangan yang berlangsung sejak konsepsi sampai menutup usia. Hal yang
sama juga di ungkapkan oleh Papalia (2008) Psikologi perkembangan merupakan
cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang tahapan-tahapan kehidupan
manusia mulai dari masa remaja sampai dengan akhir dari kehidupan manusia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi lansia pada dasarnya adalah ilmu yang
mempelajari permasalahan-permasalahan psikologis,tingkah laku dan kebiasaan
yang terjadi ketika seseorang mencapai tahapan usia yang memasuki kategori
lanjut usia seperti yang telah dijelaskan pada definisi lansia diatas .
Perkembangan psikologi terdiri dari beberapa aspek yaitu :
1. Aspek Intelektual 
Penurunan kemampuan intelektual pada lansia adalah sesuatu yang
tidak bisa terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
penyakit, kecemasan ataupun depresi. Namun, kemampuan intelektual
dapat dipertahankan dengan cara menciptakan lingkungan yang dapat
melatih dan merangsang kemampuan intelektual mereka. Cara tersebut
juga bisa mengantisipasi terjadinya kepikunan pada mereka.
2. Aspek Emosional
Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut usia
seperti merasa tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang tak
kunjung sembuh ataupun kematian pasangan akan menimbulkan rasa
tidak percaya diri, depresi, ketakutan sehingga lanjut usia sulit
menyelesaikan suatu masalah dan melakukan penyesuaian diri. Maksud
dari penyesuaian diri pada usia lanjut disini adalah kemampuan usia
lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan fisik maupun sosial
psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan
antara tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga memenuhi
kebutuhannya tanpa menimbulkan masalah baru.
3. Apek SpirituaL
Beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang yang telah mencapai
tahap usia lanjut akan lebih dekat dengan agama. Hal ini menunjukan
bahwa adanya tingginya level seperti dalam hal kepuasan dalam hidup,
harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual berpengaruh besar
terhadap ketenangan batin para lansia begitu juga dalam hal kesehatan
fisik maupun mental.
4. Aspek Kepribadian
Perkembangan kepribadian bersifat dinamis, yang artinya selama
individu tersebut masih mampu bertambah pengetahuannya dan mau
belajar serta menerima pengalaman baru atau hal-hal positif maka
kepribadiannya semakin matang dan mantap. Bagi lansia yang sehat,
kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik tergantung dari tingkat
depresi yang dialami pada fase kehidupan sebelumnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi psikologis pada lansia yang
harus disikapi dengan bijak agar mereka merasakan kebahagiaan dihari
tuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Semakin tua seseorang maka semakin jelas pula perubahan fisik yang
terlihat, misalnya energi yang berkurang, kulit semakin keriput, gigi
yang yang mulai rontok ataupun tulang yang semakin rapuh.
Penurunan kualitas fisik secara drastis akan terjadi ketika sesorang
memasuki masa lansia. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kondisi
psikologik maupun sosial dan menyebabkan kebiasaan
ketergantungan pada orang lain.
2. Penurunan Fungsi Seksualitas
Penurunan fungsi sexualitas berhubungan dengan gangguan fisik
seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, seperti diabetes,
militus, vaginitis, kekurangan gizi yang dikarenakan permasalahan
pencernaan yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
Erikson (2002) mengungkapkan bahwa permasalahan psikologi
pada orang yang mencapai tahapan lanjut usia akan terlihat dari gejala
penurunan fisik yang sejalan dengan aspek psikologisnya. Bagi pria
fase lanjut usia ditandai dengan memasuki fase klimakterium,
sedangkan wanita ditandai dengan fase menopause yang berdampak
pada ketidakseimbangan fisiologis yang mengakibatkan terganggunya
keseimbangan emosi, seperti stres dan depresi. Faktor penurunan
fungsi seksualitas lansia lainya antara lain
1. Rasa malu jika mempertahankan kehidupan seksual pada masa
senja.
2. Kelelahan atau rasa bosan dikarenakan kurangnya variasi dalam
kehidupannya.
3. Pasangan hidup telah meninggal.
4. Disfungsi seksual karena perubahan hormon atau masalah
kesehatan jiwa seperti setres atau pikun.
2. Teori teori perkembangan kepribadian
1. Teori Nativisme
Kata Nativisme sendiri merupakan penyerapan kata yang berasal dari
natus (lahir) atau nativus (bawaan lahir). Yaitu sebuah pandangan bahwa
setiap manusia sudah memiliki kekuatan atau potensi dasar bawaan yang
didapatkan secara hereditas (diturunkan secara alami). Teori Nativisme
dalam psikologi pendidikan ini bersumber kepada Leibnitzian Tradition,
yaitu tradisi yang memusatkan potensi dalam diri individu manusia.
Bahwa setiap hasil perkembangan manusia,  akan ditentukan secara
genetik dari garis keturunan orang tuanya. Atau dengan kata lain, potensi
yang muncul tersebut, ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan
manusia  itu sendiri dalam tiap proses penerimaan ilmu pengetahuan.
Adapun Yang menjadi ciri khas dalam teori ini adalah bahwa 
lingkungan tidak di anggap memberikan kontribusi apaupun terhadap
penhetahuan manusia. Contoh dari teori ini adalah, apabila ayah dan
ibunya memiliki tubuh tinggi kemungkinan besar anak nya akan
memiliki tubuh yang tinggi
2. Teori empirisme
Berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya
pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke,
Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume. Berbeda dengan
rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber
pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman
batiniyah.
Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi
sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain
dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data
inderawi yang sama, dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi
adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan
merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar
hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan
sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat modern.
Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali diterapkan
oleh Jhon Locke, penerapan tersebut terhadap masalah-masalah
pengetahuan dan pengenalan, langkah yang utama adalah Locke
berusaha menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan
Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes.
Contohnya, jika saya melihat sebuah “rumah”, maka
punya kesan tertentu tentang apa yang saya lihat (rumah), jika
saya memikirkan sebuah rumah maka pada saat itu saya sedang
memanggil suatu gagasan. Menurut Hume jika sesorang akan
diberi gagasan tentang “apel” maka terlebih dahulu ia harus
punya kesan tentang “apel” atau ia harus terlebih dahulu
mengenal objek “apel”. Jadi menurut Hume jika seandainya manusia
itu tidak memiliki alat untuk menemukan pengalaman itu buta dan tuli
misalnya, maka manusia itu tidak akan dapat memperoleh kesan
bahkan gagasan sekalipun. Dalam artian ia tidak bisa memperoleh ilmu
pengetahuan.
3. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat
diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan
umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang
diinginkan (Arya, 2010). Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar
Teori Belajar Kognitif Berbeda dengan teori behavioristik, teori
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.

4. TEORI KOGNITIF
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori
ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari
suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.

5. Teori Psikoanalisis Klasik (Sigmun Freud)

Psikoanalisis dapat diartikan sebagai analisa jiwa. Teori


psikoanalisis klasik pertama kalinya ditemukan oleh Sigmun
Freud di tahun 1986, yang mana pada masa itu teori
psikoanalisis merupakan teori baru yang meninjau tentang
manusia yang menganggap bahwa ketidaksadaran menjadi
peran penting untuk memahami perilaku dan kepribadian
manusia. Freud mengartikan psikoanalisis dalam tiga arti,
antara lain adalah: Psikoanalisis digunakan untuk
menunjukkan sebuah metode penelitian terhadap proses
psikis, misalnya saja seperti mimpi. Hal ini tak pernah
dijangkau oleh penelitian ilmiah.
6. Teori Kepribadian Alfred Adler

Teori kepribadian lainnya datang dari Alfred Adler. Menurut


Adler, manusia merupakan makhluk individual yang
termotivasi oleh dorongan-dorongan sosial yang memang
sudah dibawa ketika lahir. Alfred Adler merupakan pelopor
dalam ilmu psikologi yang membahas tentang teori bawah
sadar yang merupakan bagian penting di dalam sebuah
kepribadian seseorang. Teori Adler sendiri sangat
bertentangan dengan teori Freud, yang mana lebih
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran individu mendorong
untuk selalu menjadi sukses dan terbaik. Bila mereka mau
bekerja keras, maka mereka dapat sukses, begitupun
sebaliknya. Adler juga menerapkan teori urutan lahir untuk
memprediksi kepribadian seseorang. Adler yakin bahwa
keturunan, lingkungan, dan kreatifitas di dalam lingkungan
mmampu membantuk kepribadian seseorang. Berikut ini
penggambaran sifat anak yang didasarkan pada urutan lahir:

 Anak pertama: Lebih bersifat menjaga, mengatur dengan


baik, memiliki kecemasan yang tinggi, pengkritik, serta
mampu melindungi.
 Anak kedua: memiliki motibvasi yang tinggi, senang
bersaing, pemberontak, mudah putus ada, serta dapat
bekerja sama.
 Anak bungsu: realistis, manja, tergantung dengan yang lain,
serta ambisius.
 Anak tunggal: manja, takut bersaing, berusaha menjadi
pusat perhatian, namun dewasa secara sosial.
7. Teori Kepribadian Karen Horney
Sebenarnya, Horney merupakan salah satu pengikut dari Teori
Freud. Namun dengan Berjalannya waktu, Freud mulai
terpengaruh dengan teori Adler dan Jung sehingga lebih
mengembangkan pendekatan kepribadian holistik. Horney
memperlihatkan cara pandang yang berbeda mengenai
neurosis. Menurutnya, terdapat hubungan yang jelas antara
neurosis dengan kehidupan sehari-hari. Neurosis juga
sebenarnya merupakan cara yang manusia gunakan untuk
menjalani hubungan dengan lainnya. Namun hanya sebagian
saja yang bisa melakukan hal tersebut dengan baik. Horney
menemukan bahwa terdapat 10 bentuk kebutuhan orang
neurotis, Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain adalah:

 Kebutuhan akan penerimaan dan afeksi.


 Kebutuhan terhadap orang yang menanggung hidup
 Kebutuhan dalam membatasi hidup pada batas-batas yang
sempit.
 Kebutuhan akan kekuasaan.
 Kebutuhan mengeksploitasi orang lain.
 Kebutuhan akan prestise.
 Kebutuhan untuk dikagumi.
 Kebutuhan akan prestasi.
 Kebutuhan akan kemandirian dan kecukupan
 Kebutuhan akan kesempurnaan.

8. Teori Kepribadian Harry Stack Sullivan


Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian merupakan sebuah
hipotesa, sehingga tak dapat diamati secara terpisah melalui
situasi yang interpersonal. Kerangka konsep dari teori
Sullivan adalah mengenai perkembangan kepribadian. ullivan
fokus terhadap sebuah pandangan yang bersifat psikologi
sosial tentang perkembangan kepribadian. Yang
kemudian pandangan tersebut memiliki pengaruh-pengaruh
tertentu terkait dengan manusia yang berperan sebagaimana
mestinya. Sehingga membuat faktor sosial sebagai penentu
dari perkembangan psikologis.
9. Teori Erich Fromm
Teori kepribadian lainnya berasal dari Erich Fromm, keunikan
dari teori ini adalah penggabungan dari teori Freud dan Mark.
Pada teori Freud, lebih memfokuskan pada alam bawah sadar,
kebutuhan biologis, dan lainnya. Freud menyatakan bahwa
karakter manusia sangat ditentukan pada aspek biologisnya.
Sedangkan di dalam teori Mark, karakter manusia terbentuk
dari lingkungan serta manusia yang berada di dalam
lingkungannya. Fromm melengkapi kedua teori ini dengan
sistem deterministik yaitu mengenai kebebasan. Menurutnya,
orang-orang dapat melampaui determinisme yang ditentukan
oleh Marx dan Freud. Fromm menjadikan ide kebebasan ini
sebagai karakter utama dari manusia.
10. Teori Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung merupakan salah satu dari ahli psikologi
yang cukup terkemuka pada abad XX. Bahkan, beliau
merupakan ahli psikologi pertama yang merumuskan tentang
tipe kepribadian manusia dengan menggunakan  istilah
introvert dan ekstrovert. Di dalam teori kepribadian yang
diungkapkannya, beliau membahas hal-hal penting termasuk
tentang ego, ketidaksadaran kolektif, serta ketidaksadaran
personal. Menurut Jung, manusia penuh pengaruh dari warisan
generasi terdahulu, kemudian kepribadian dibentuk secara tak
sadar. Kepribadian seseorang akan terbentuk melalui
perjalanan proses yang panjang turun temurun dari generasi ke
generasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai