Anda di halaman 1dari 31

KUMPULAN MATERI

"PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK"

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah perkembangan peserta didik


Dosen Pembimbing : Dr. H. Yuddin, M.Pd.

Disusun oleh :

Siska Amelia
105401119121
PGSD 2 G

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KONSEP TENTANG PERKEMBANGAN KANAK-KANAK HINGGA
DEWASA

1. Masa kanak-kanak awal


Pada perkembangan ini adalah  suatu proses perkembangan yang memperbolehkan
anak untu berinteraksi dengan orang lain. Dengan begitu anak dapat mempelajari suatu
kejadian apa yang ada disekitarnya. Dalam hal ini anak dapat atau sering kali
mengeksplorasi berbagai topik di dalam sebuah kelompok. Cara ini lah dinilai dapat
mengembangkan rasa kebersamaan, menghargai perbedaan, dan kerja sama ketika
menghadapi sebuah persoalan.
Secara kronologis atau menurut urutan waktu, masa kanak-kanak adalah masa
perkembangan dari usia 2 hingga 6 tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini
berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan
keluarganya. Oleh karena itu,keluarga sangat berperan penting untuk mempersiapkan
anak untuk terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Adapun ciri-ciri pada masa anak-anak awal ialah :
Usia yang mengandung masalah atau usia sulit
a. Usia mainan
b. Usia prasekolah
c. Usia belajar kelompok
d. Usia menjelajah dan banyak bertanya
e. Usia meniru dan kreatif
2. Masa kanak-kanak tengah akhir
Masa kanak-kanak tengah akhir ditandai pada umur 7-12 tahun setelah masa ini
berakhir anak-anak akan melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu menjadi remaja awal.
Pada tahap ini anaks edang mengalami peralihan. Dari yang manja menjadi mandiri, dari
yang suka rewel jadi mulai memahami atas keadaan sekitar. Pada masa ini anak sudah
mulai memiiki rasa malu ketika akan melakukan kesalahan, anak juga sudah bisa
bekerjasama dengan teman sebaya. Anak mulai bisa menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar,dan orang tua mulai memberikan kebebasan untuk anak berekspresi.
Namun pada masa akhir anak-anakmerupakan periode pertumbuhan yang lambat dan
relative sama pada tiap individuhingga munculnya tanda pubertas di tahap selanjutnya.
Ciri pertumbuhan fisik :
a. Tambah tingginya tubuh pertahun
b. Tambahnya berat badan per tahun, sesuai porsi makan dan jenis kelamin 
c. Bertambah besarnya bentuk muka dan anggota tubuh lainnya
d. Makin tambah lemak dan daging ditubuh
e. Style sudah mulai meninggalkan fashion anak-anak
f. Jaringan lemak berkembang cepat
g. Biasanya anak sudah memiliki 22 gigi tetap dan 4 gigi terakhir disebut gigi
kebijaksanaan

Keterampilan pada masa anak-anak tengah akhir :


1. Kemampuan bahasa makin luas dan semakin lancer, sudah banyak kosa kata yang
diketahui anak pada masa ini
2. Keterampilan menolong diri sendiri dan orang lain seperti mulai mandiri
mandi,makan, buang air. Dan anak sudah punya inisiatif membantu orang tua
seperti menyapu dan membersihkan mainannya
3. Keterampilan disekolah dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya seperti
menuis, membaca,menggambar
4. Keterampilan dalam bakat minatnya, anak akan sangat tekun belajar apa yang ia
minat dan bakati
5. Keterampilan bermain dalam hal teliti menangkap bola dan melempar bola pada
temannya
3. Masa remaja
Periodisasi Masa Remaja
Hurlock (1991) menjelaskan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut.
a. Masa remaja sebagai periode penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting
disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat menimbulkan
penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai, serta minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Masa remaja merupakan peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang
anak dan juga bukan orang dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada 4 (empat) macam perubahan, yaitu
meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan,
berubahnya minat dan pola perilaku serta adanya sikap ambivalen terhadap setiap
perubahan.
4. Masa dewasa awal
Dewasa awal adalah peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan
pencarian identitas diri, pada masa awal dewasa, identitas diri ini didapat secara sedikit-
demi sedikit sesui dengan umur kronologis dan mental agenya. Berbagai masalah juga
muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa
peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan diri sendiri dan pandangan tentang masa depan sudah realistis.
Ciri – ciri Dewasa Awal
1. Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan
Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan. Pada masa ini individu
menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Yang berarti seorang pria mulai
membentuk bidang pekerjaan yang ditangani sebagai karirnya, dan wanita
diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus rumah
tangga.
2. Masa dewasa dini sebagai usia produktif
Orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang
dewasa . orang yang kawin berperan sebagai orang tua waktu saat ia berusia
duapuluh atau tigapuluh tahun.
3. Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi
seseorang. Masalah-masalah baru ini dari segi utamanya berbeda dengan dari
masalah yang sudah dialami sebelumnya.
5. Masa dewasa tengah
Masa dewasa pertengahan (madya) atau yang disebut juga usia setengah baya dalam
terminologi kronologis yaitu pada umumnya berkisar antara usia 40 - 60 tahun,
merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia. Dimana pada usia
ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental (Hurlock, 1999 : 320).
Usia pertengahan dipenuhi tanggung jawab berat dan berbagai peran yang menyita
waktu dan energi, seperti menjalankan rumah tangga, departemen atau perusahaan,
memiliki anak dan mungkin memelihara orangtua yang sudah uzur atau memulai karir
baru.
Ciri-ciri masa dewasa madya :
1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
2. Usia madya merupakan masa transisi
3. Usia madya adalah masa stress
4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
5. Usia madya adalah usia canggung
6. Usia madya adalah masa berprestasi
7. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
8. Usia madya merupakan masa sepi
9. Usia madya merupakan masa jenuh

6. Masa dewasa akhir


Masa dewasa akhir disebut juga masa penutupan dalam rentang hidup pada seseorang,
dimana masa ini bisa dikatakan masa yang beranjak jauh dari kehidupan / masa
sebelumnya. Dalam pandangan psikologi masa tua atau lansia memiliki umur sekitar 60
sampai meninggal, dimana pada usia ini terjadi penurunan kekuatan fisik, dan penurunan
daya ingat seseorang.
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA SISWA SD

A. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak SD


Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan yang sangat komprehensif
yaitu berkaitan dengan kemampuan berpikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat,
menghafal, memecahkan masalah, dan kreativitas. Teori perkembangan kognitif yang
dikemukakan oleh piaget menyatakan bahwa anak usia SD berada pada tahap operasional
konkret untuk anak dengan rentang usia 7 sampai dengan 11 tahun. Pada tahap ini, anak
sudah dapat melakukan penalaran logis untuk hal-hal yang bersifat konkret, sedangkan
untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum mampu. Anak sudah mampu
mengklasifikasikan objek konkret ke dalam kelompok yang berbeda (Santrock, 2003: 50-
51).
B. Tahap Perkembngan Kognitif
a. Sensori motorik
Adalah tahapan pertama yang dilalui anak. Tahapan ini berlangsung sejak anak
lahir hingga berusia 2 tahun. Pada tahap sensori motorik anak akan mulai
memanfaatkan imitasi, memori dan cara berpikir.
b. Tahap praoperasional
Tahap kedua setelah sensori motorik adalah tahap praoperasional. Tahap ini
berlangsung ketika anak sudah menginjak usia 2 hingga 7 tahun, dimana saat itu
anak sudah ada yang memasuki sekolah dasar. Kemampuan anak juga mulai
berkembang dengan scara bertahap mengembangkan penggunaan bahasa dan
kemampuan berpikir dalam bentuk simbolik.
c. Operasional konkrit
Pada tahapan ini mulai muncul ciri-ciri perkembangan kognitif peserta didik
usia sekolah dasar. Umur 7 hingga 11 tahun anak-anak sudah masuk sd.
Kemampuan berpikir mereka juga menjadi lebih baik. Anak-anak mulai dapat
memecahkan masalah konkrit dalam mode logis. Mereka juga mampu
mengklarifikasi dan memahami hukum konservasi. Anak-anak pada usia ini juga
mulai mengerti reversibilitas.
d. Operasional formal
Anak-anak dengan usia 11 hingga 15 tahun sudah masuk pada tahap
operasional formal. Pada tahap perkembangan kognitif inni anak mulai mampu
menyelesaikan masalah abstrak dengan cara yang logis. Mereka juga lebih ilmiah
dalam berpikir sehingga mampu mengembangkan kekhawatiran mengenai isu-isu
sosial dan identitas.
C. Ciri ciri Perkembngan Anak Usia SD
A. Perkembangan anak usia 6-7 tahun
 Memahami konsep angka dan waktu.
 Belajar dari apa yang dibaca dan didengarnya.
 Mulai mengembangkan kemampuan berpikir logis dan mengolah
informasi.
 Memahami perintah yang terdiri dari 3 bagian terpisah.
 Memprediksi pola, serta mengenali dan menciptakan pola sendiri.
 Menghitung sampai 100 dengan lompatan 2, 5, dan 10 angka.
 Mengenali simbol angka 0-100, dan tulisan angka 0-20.
 Bisa melakukan penambahan dan pengurangan dasar sampai 20
B. Perkembangan anak SD usia 7-9 tahun
 Melihat alasan dibalik suatu peristiwa/masalah, dan banyak bertanya
untuk mengumpulkan informasi.
 Memahami konsep sebab akibat dan membuat hubungan konsep/ide lebih
mendalam.
 Melakukan operasi matematika yang lebih sulit, seperti pembagian dan
perkalian.
 Membuat rencana sebelum melakukan sesuatu.
 Bisa duduk diam dan memperhatikan sesuatu yang menarik selama 30-45
menit.
 Menggunakan kalimat kompleks dan berbagai jenis kalimat untuk
mengungkapkan pikiran atau pendapatnya.
C. Perkembangan anak SD usia 9-11 tahun
 Mulai memahami pengambilan perspektif, dimana setiap orang memiliki
sudut pandang, pikiran, dan perasaan yang berbeda.
 Bisa menjelaskan sebuah konsep atau masalah dari berbagai sudut
pandang.
 Bisa memprediksi konsekuensi dari sebuah tindakan dan merencanakan
langkah antisipasi.
 Mulai aktif mencari informasi dan memperluas wawasan melalui teman,
berita, atau sosial media.
 Mengerti hubungan antara hal abstrak dan hal yang bisa dilihatnya, seperti
pengaruh krisis iklim terhadap lingkungan di sekitarnya.
D. Perkembangan anak SD usia 11-12 tahun
 Menerapkan kemampuan berpikir logis dalam menghadapi suatu situasi
atau masalah.
 Mulai memahami konsep keadilan dan kesetaraan.
 Mulai memahami urutan sebab dan akibat.
 Bisa memahami perspektif/sudut pandang orang lain.
 Bisa berpikir spontan dan lebih cepat.

D. Faktor Yang Memengaruhi Perkembngan Kognitif


a. Kematangan
Kematangan perkembangan sistem saraf pusat, otak, koordinasi motorik,
perubahanfisiologis dan anatomis sangat berpengaruh pada perkembangan
kognitif seorang anak.
b. Pengalaman fisik
Bila seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya, maka akan
memperoleh pengalaman fisik. Pengalaman fisik ini memungkinkan anak
mengembangkan aktivitas dangaya otak. Pengalaman fisik dapat berasal dari
kegiatan seperti meraba, memegang,melihat, mendengar, sehingga
berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca, danberhitung
c. Pengalaman Logika Matematika
Yaitu pengalaman membangun hubungan-hubungan, yang didapat dari
hasilintraksi terhadap obyek, dengan pengalaman logika pelajaran Matematika
akan terbentuk pengetahuan logika matematika dalam diri individu (dalam diri
anak)
d. Pengalaman social
Interaksi sosial bisa dalam bentuk bertukar gagasan atau pendapat dengan
orang lain, percakapan dengan teman sebaya, perintah yang diberikan orang
yang lebih tua atau dewasa, atau bentuk kegiatan lainnya. Melalui diskusi
dengan orang lain, akan memperoleh pengalaman mental yang bagus.
e. Keseimbangan
Sebuah keseimbangan akan dapat mereka capai melalui proses asimilasi dana
komodasi. Asimilasi adalah suatu proses yang berkaitan dengan pemerolehan
informasi dari lingkungan. Sedangkan proses akomodasi berkaitan untuk
menerima informasi baru.
f. Adaptasi
Anak sebagai hasil adaptasi dengan lingkungannya, akan secara
progresifmenunjukkan interaksi dengan lingkungan secara lebih rasional.
PERKEMBANGAN MORAL DAN SOSIAL PADA USIA ANAK SD

A. Perkembangan moral pada usia anak SD


Fase anak sedolah dasar ini dimulai sejak anak-anak berusia 6-12 tahun atau
sampai seksualnya matang. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antara jenis
kelamin maupun antarbudaya yang berbeda. Anak-anak sudah lebih menjadi mandiri.
Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami
pengetahuan serta selalu ingin bertanya. Sedangkan untuk perkembangan moralnya
adalah sebagai berikut :
1. Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada
mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak
akan memahaminya.
2. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-
buruk.

B. Perkembangan sosial pada usia anak SD


Perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam
interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu bergaul,beradaptasi dengan lingkungannya dan
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok(RetnoPangestuti,2013).Karakteristik
dan ciri tingkah laku sosial anakSD adalah minat terhadap kelompok makin besar, mulai
mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Hal ini timbulnya geng-geng pada
anak tingkat SD dalam lingkungannya.Anak membentuk geng hanyalah untuk
kesenangan bermain semata bukan untuk melakukan kekacauan. Dalam geng ini terdapat
dua jenis yaitu geng anak laki-laki dan geng anak wanita.
Perbedaan geng anak laki-laki yaitu tipe kegiatannya lebih keras, bergejolak, dan
bersifat petualangan seperti: main peperangan,berkelana, mencari ikan, berburu burung,
dan memanjat pohon. Sementara itu geng anak wanita lebih nampak kelembutan dan
hubunga nsosial seperti: main di sekitar rumah dengan permainan ringan yaitu main tali,
main congkak,dan petak umpet.
Pengaruh yang timbul pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya berikut
ini:membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang
dapat diterima oleh kelompok. Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial yang
cenderung lebih mementingkan orang lain daripada kepentingan sendiri. Membantu
mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional
dari rasa berkawan. Anak akan melakukan penilaian diri yang sangat mempengaruhi
hubungan sosial mereka. Disamping itu anak akan memberi penilaian tentang rasa senang
dan tidak senangnya pada orang lain.
Melalui pergaulan atau hubungan sosial,baik dengan orang tua, anggota keluarga,
orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya,anak mulai mengembangkan bentuk-
bentuk tingkah laku sosial. Pada anak Sekolah Dasar,bentuk-bentuk tingkah laku sosial
tersebut ditunjukkan dengan berbagai hal berikut:
1. Pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan.
2. Pengaruh kelompok sebaya. Kelompok sebaya cenderung mendukung anak untuk
terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan jenisnya, apabila tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya kelompok cenderung mencela anak tersebut.
3. Pengaruh sekolah dan guru. Ketika memasuki usia sekolah anak menyadari dan
meyakini bahwa ada beberapa stereotype seperti pekerjaan, kepribadian, ataupun
keinginan berprestasi.
4. Pengaruh media massa.Media massa dapat berpengaruh besar dalam perkembangan
gender seperti bagaimana cara wanita tampil di televisi majalah atau koran amat berbeda
dengan laki-laki. Anak akan melakukan penilaian diri yang sangat mempengaruhi
hubungan sosial mereka. Disamping itu anak akan memberi penilaian tentang rasa
senang dan tidak senangnya pada orang lain. Pada anak Sekolah Dasar,bentuk-bentuk
tingkah laku sosial tersebut ditunjukkan dengan berbagai hal berikut:
a. Pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan.
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan
orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan
anak.Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usia ini dianggap wajar.
Tigkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan
pada anak usia Sekolah Dasar.
b. Agresi, yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata
(verbal).Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustrasi (rasa
kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginannya) yangdialaminya. Agresi
ini terwujud dalam perilaku menyerang, seperti : memukul, mencubit,menendang,
menggigit, marah-marah dan mencaci maki.
c. Berselisih/bertengkar, terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau
terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat
mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.
d. Menggoda, yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda
merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata
ejekan atau cemoohan),sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang-orang
yang diserangnya.
e. Persaingan, yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh
orang lain.
f. Kerja sama, yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok.
g. Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenins tingkah laku untuk menguasai situasi
sosial,mendominasi atau meminta, menyuruh danmengancam atau memaksa
orang lain untuk

Berbagai Faktor Yang Dapat MempengaruhiPerkembangan Sosial Anak


1. Faktor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama kali anak dalam bersosialisasi,
oleh karena itu faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak dalam
perkembangn sosialnya.
2. Faktor lingkungan di luar keluarga
Pengalaman sosial anak diluar lingkungan keluarga pertama kali juga
dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak khususnya pada perilaku
kepribadian selanjutnya.
KEBUTUHAN ANAK SD

A. Gizi dan Permasalahannya


Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki
kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat
tampak senang, mau bermain, berlari, berterik, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri
saja. Anak yang sehat Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik agar status
gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih.
1. Hubungan Gizi dengan Kesehatan Anak
Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa
berhubungan dengan gangguan guzu mealui beberapa cara yaitu mempengaruhi
nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena
diare/muntah-muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara
lain lagi.
Gangguan gizi dan infeksi dapat saling berhubungan sehingga
memberikan prognosis yang lebih buruk. Infeksi memperburuk taraf gizi dan
sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampun anak untuk mengatasi
penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-anak dengan
gizi baik, bisa menyebabkan kematian pada anak-anak gizi buruk.
2. Hubungan Gizi dengan Kecerdasan
Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai
penelitian menunjukan adanya eek jangka panjang KKP ini terhadap pertumbuhan
dan perkembangan otak manusia. Sebagaimana halnya dengan organ-organ lain
dalam tubuh, otak terutama berkembng pada awal kehidupan sampai periode
tertentu dalam masa kehidupan seseorang. Pada fase ini terjadi berbagao keadaan
seperti pengaruhobat-obatan, radiasi, kekurangan oksigen, dan terlebih penting
ialah kekuarangn makanan atau zat makanan/zat gizi. Dalam hal ini dapat terjadi
kelainan yagn bersifat pulih maupun tidak dapat pulih. Antara lain otak
mengalami pengaruh sehingga tidak dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal sesuai dengan potensi genetiknya.
3. Masalah Sosial Ekonomi
Permasalahan rendahnya asupan gizi pada anak sekolah tidak terlepas dari
berbagai faktor lain di luar faktor makanan yang dikonsumsi. Permasalahan ini
dapat dikaitkan dengan rendahnya kondisi sosial ekonomi keluarga. Harga-harga
barang sembako yang semakin lama semakin mahal dan sulit dijangkau oleh
keluarga ekonomi ke bawah tidak memungkinkan mereka untuk membeli
makanan yang bergizi. Pada masyarakat ekonomi kelas bawah, hal yang
dipentingkan adalah kuantitas makanan, tanpa memperdulikan kualitas gizinya
baik atau buruk.
4. Masalah Sosialisasi Pengetahuan
Kurangnya sosialisasi mengenai makanan yang bergizi kepada masyarakat
terutama mereka yang tinggal di tempat yang jauh dari fasilitas kesehatan seperti
puskesmas semakin memperburuk asupan gizi anak. Bagi mereka yang tinggal di
daerah perkotaan informasi tentang makanan yang bergizi dan asupan gizi yang
dibutuhkan oleh anak mudah sekali didapatkan. Sedangkan mereka yang tinggal
di daerah terpencil informasi tentang makanan yang bergizi sulit sekali
didapatkan.
B. Kesehatan dan Prestasi Belajar
1. Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dasar
Secara epidemiologis penyebab penyakit berbasis lingkungan di kalangan
anak sekolah dasar di Indonesia masih tinggi. Kasus infeksi seperti demam
berdarah, diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan, serta terhadap makanan
akibat buruknya keamanan pangan. Selain penyebab pencemaran lingkungan ada
juga akibat semakin luasnya gangguan akibat paparan asap, gas buang
transportasi, kebisingangan, limbah industry dan gangguan kesehatan akibat
bencana. Permasalahan perilaku kesehatan biasanya berkaitan dengan perorangan
dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan
pakai sabun, dan kebersihan diri. Selanjutnya permasalahan kesehatan pada anak
sekolah dasar adalah penyakit menular, penyakit non infeksi, gangguan
pertumbuhan, gangguan perkembangan dan perilaku. Contoh penyakit menular :
demam berdarah, cacar air, infeksi mata dll.
2. Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
 Pengertian prestasi adalah hasil yang telah di capai seseorang dalam
melakukan kegiatan. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan,meniru.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil pengukuran terhadap
pesertadidik yang meliputi factor kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi prestasi
belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang di nyatakan
dalam bentuk symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah
di capai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar dapat di ukur
melalui tes yang sering di kenal dengan tes prestasi belajar. Pengertian prestasi
belajar adalah suatu yang dapat di capai atau tidak dapat di capai dan di
nampakkan dalam pengetahuan,silap dan keahlian. Untuk dapat mencapai suatu
prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran.
C. Pengaruh sekolah dan kepribadian
Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima
dari orang tuanya di rumah. rumah merupakan madrasah bagi anak. namun, Elizabeth
Hurlock memaparkan tentang peran besar pendidikan di sekolah dalam mempengaruhi
kepribadian anak.
Sekolah merupakan lembaga kedua yang memberikan andil besar dalam
perkembangan kepribadian mereka. sebagaimana hurlock mengutip pendapat salomo
bahwa sekolah harus dipandang selagi kekuatan sekunder alam perkembangan
kepribadian manusia.
Untuk itu pada usia awal anak masuk sekolah, peran hubungan antara guru
dengan murid sangat menentukan. Guru di sekolah mengambil peran orang tua untuk
melakukan transfer of knowledge, value and attitude. maka guru disekolah memiliki
peran yang strategis dalam perkembangan kepribadian anak. dengan demikian usia anak
pada masa kanak sampai ke tingkat remaja akhir berada di dua wilayah yaitu rumah dan
sekolah.
KONSEP KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGEMBANGAN DIRI
PESERTA DIDIK

Pendidik harusnya memahami kondisi dan mengendalikan diri dalam mengajar. Setiap
guru tentu memiliki potensi untuk berhasil dalam menjalankan tugasnya. Keberhasilan guru bisa
dilihat dari keberhasilan peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran hingga tujuan
tercapai.
Kesalahan pendidik diantaranya ialah :
1. Tidak ada persiapan ketika akan mengajar
Ketika seorang guru mengajar tanpa adanya persiapan, maka jangan berharap
kegiatan pembelajaran akan berhasil. Sebelum mengajar guru harus mempersiapkan diri,
membuat RPP (untuk diri kita sendiri), merancang evaluasi, menyiapkan media yang
akan dipakai, memikirkan alur pembelajaran, dll.
2. Memaksa peserta didik untuk memahami materi yang diajarkan.
Kemampuan dari setiap pesertadidik tentulah berbeda. Ada yang mampu dengan
cepat menangkap apa yang disampaikan guru, adapula yang membutuhkan waktu lama
untuk mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Nah disinilah guru harus benar-benar
memperhatikan kemampuan dari setiap muridnya. Kepada murid yang lemah dalam
mencerna materi, guru harus memberi perhatian lebih. Bisa mengubah metode dalam
mengajar.
3. Merasa diri paling pandai saat dikelas
Kira-kira apa yang akan terjadi ketika ada seorang murid menanyakan sesuatu
pada guru, namun seorang guru belum mengetahui jawaban yang ditanyakan ?
Meskipun pendidik, kita juga harus belajar. Mengupdate pengetahuan melalui media
yang kita punya. Sehingga kita tidak ketinggalan zaman. Ketika seorabg guru tak mampu
menjawab, guru harus mampu menjawabnya dilain waktu. Jangan sampai guru
menjawabnya dengan asal.
4. Tidak peka dengan perilaku peserta didik yang membanggakan ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung
Dalam pembelajaran dikelas, pendidik berhadapan langsung dengan sejumah
pesertadidik yang semuanya ingin diperhatikan. Mereka akan senang jika mendapat
pujian dari pendidik. Dan mereka akan merasa kecewa jika kurang diperhatikan.
Dalam permasalahan ini biasanya guru lebih sering memberikan perhatian kepada
murid yang sering ribut, tidur di kelas, atau tidak memperhatikan pembelajaran. Dalam
kondisi seperti ini pesertadidik beranggapan bahwa untuk mendapat perhatian guru, maka
peserta didik harus berbuat salah terlebih dahulu. Menciptakan kegaduhan dan melanggar
aturan.
5. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar
belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam
aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Dalam hal ini, teman-teman pendidik
juga harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus
diarahkan kembali.
6. Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan
belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan
kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya.
7. Tidak Sadar Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Peserta Didik
Teman-teman pendidik merupakan contoh dan panutan bagi peserta didik. Tanpa
disadari, tindakan guru adalah doktrin yang melekat pada peserta didik. Perlu teman-
teman pendidik ketahui, peserta didik adalah penyontoh paling andal. Mereka mampu
menyontoh gaya guru menyampaikan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam
memahami materi.

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan guru tidak hanya yang disebutkan di


atas ada pula kesalahan-kesalahan yang lain yang perlu kita analisis dan perhatikan agar
kesalahan-kesalahan tersebut tidak dapat terulang kembali, yaitu sebagai berikut :
1. Melupakan sistematika dalam menyampaikan materi ajar.
2. Menerangkan membelakangi siswa.
3. Memberikan tugas berlebihan.
4. Metode yang monoton.
5. Tidak menggunakan penggunaan media.

Tentunya kesalahan-kesalahan di atas patut kita hindari meskipun tentunya


sebagai manusia sulit rasanya untuk menghindar seratus persen dari kesalahan
sebagaimana disebutkan di atas. Sebagai seorang guru kita juga jangan berlindung kepada
sifat-sifat kemanusiaan kita untuk tidak mau merubah perilaku-perilaku yang cenderung
merugikan siswa.
KONSEP TEORI BELAJAR HOLISTIK DAN KONSTRUKTIVISME DALAM
BELAJAR USIA SD

1. Teori belajar holistik


Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pemebelajaran yang berfokus
pada pemahaman informasi dan mengaitkannya dengan topik-topik lain sehinggga terbangun
kerangka pengetahuan.
Psikologi gestalt yang dipelopori oleh Wertheimer, Koffka dan Kohler bahwa objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan.
Aplikasi pendekatan holistik menurut woolfolk 1993 dalam pembelajaran di sekolah dasar
yaitu:
1) Wawasan pengetahuan yang mendalam atau insight. Dalam proses pembelajaran
hendaknya guru membantu anak untuk memiliki Insight yaitu pengetahuan mengenai
keterkaitan antara unsur dalam suatu objek atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna atau meaningful learning. Kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait dalam suatu objek atau peristiwa, akan menunjang pembentukan insight
dalam proses pembelajaran.
3) Perilaku bertujuan atau purposive behavior. Guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pembelajaran dan membantu anak dalam memahami tujuan itu
untuk selanjutnya mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif.
4) Prinsip ruang hidup atau life space. Materi yang diajarkan guru hendaknya memiliki
padanan dan kaitkan dengan situasi dan kondisi lingkungan anak pembelajaran
kontekstual atau contectual teaching And learning juga bertitik tolak dari prinsip ini.
5) Transfer dalam pembelajaran. Adalah pemindahan pola-pola perilaku dari situasi
pembelajaran tertentu pada situasi lain.
Untuk dapat menampak kan keberadaan belajar sebagai proses terpadu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan sebagai berikut:
1) Pembelajaran dapat berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan
individual anak seutuhnya;
2) Pembelajaran sebagai aktivitas membelajarkan anak untuk memperoleh pengalaman
menempatkan anak sebagai pusat segala-galanya.
3) Pembelajaran dalam hal ini lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktivitas yang
memungkinkan keterlibatan anak secara aktif dan intensif.
4) Pembelajaran mendapatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana
kebersamaan di dalam penyelesaian persoalan yang dihadapinya.
5) Pembelajaran sebagai proses terpadu harus mendorong dan memfasilitasi Setiap anak
untuk terus menerus belajar.
6) Pembelajaran sebagai proses terpadu dapat berfungsi dan berperan secara efektif
apabila dapat menciptakan lingkungan belajar tidak hanya menyangkut sarana fisik,
melainkan juga suasana belajar yang kondusif bagi pengembangan semua aspek
individu.
7) Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak
harus secara, terpisah melainkan dilaksanakan secara terpadu.
8) Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan adanya hubungan antara sekolah
dan keluarga.
2. Teori belajar konstruktivisme
Pengertian teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan
kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan
membangun (konstruktif) dapat memacu siswa untuk selalu aktif, sehingga
kecerdasannya akan turut meningkat. Menurut Jasumayanti (2013:3) teori belajar
konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu:
 Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
1. Melatih siswa supaya menjadi pribadi yang mandiri dan mampu memecahkan
masalah.
2. Menciptakan kreativitas dalam belajar sehingga tercipta suasana kelas yang
lebih nyaman dan kreatif.
3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat langsung dalam melakukan
kegiatan.
4. Menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada siswa karena memiliki kebanggaan dapat menemukan
sendiri konsep yang sedang dipelajari dan siswa juga merasa bangga dengan hasil
temuannya.
5. Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.
 Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
1. Sulitnya mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur menggunakan
pendekatan tradisional selama bertahun-tahun.
2. Dalam penerapan teori belajar konstruktivisme, Guru harus memiliki
kreativitas dalam merencakan pelajaran dan memilih atau menggunakan media.
Guru yang malas dan tidak mau berkembang akan sulit menerapkan teori belajar
Konstruktivisme.
3. Siswa dan orang tua memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan
mengajar yang baru

Pada pendekatan konstruktivisme individu membentuk sendiri pengetahuan yang


dipelajarinya. Menurut Von glasersfeld pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat
dipindahkan dari pikiran seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan (dalam hal ini
adalah guru) kepada pikiran orang yang belum memiliki pengetahuan itu (anak). Anak
lah yang menginterpretasikan serta mengkonstruksikan pemindahan pengetahuan tersebut
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki masing-masing.
Von glasersfeld Sebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk melakukan proses
pembentukan pengetahuan seperti:
1) Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman;
2) Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan
perbedaan;
3) Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang
lain.
Ada beberapa hal yang membatasi proses konstruksi pengetahuan menurut
Bettencourt yaitu konstruksi yang lama, domain pengalaman kita dan jaringan struktur
kognitif kita. Konstruktivisme dibedakan atas 3 level yaitu konstruktivisme radikal,
realisme hipotesis dan konstruktivisme yang biasa (jika dikaitkan dengan hubungan
antara pengetahuan kenyataan) .
Selain itu pandangan konstruktivisme juga menghendaki guru untuk menerapkan
pendekatan mengajar yang berpusat pada anak student (Centered approach) beberapa hal
yang diperlukan untuk menyokong pendekatan berorientasi pada anak-anak.
1) Orientasi mengajar tidak hanya untuk pencapaian prestasi akademik;
2) Topik-topik yang dipelajari dapat Berdasarkan pengalaman anak yang relevan;
3) Metode mengajar harus berorientasi pada anak dengan sifat yang menyenangkan;
4) Kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain mendapat
prioritas;
5) bahan pembelajaran dapat diambil dari bahan yang konkret;
6) Penilaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif semata;
KONSEP TEORI BELAJAR EXPERIANTAL LEARNING DAN
KONSTRUKTIVISME INTELEGENCES

1. Konsep Teori Belajar Experiental Learning


a. Pengertian Model Experiental Learning
Model merupakan sudut perancanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial. Menurut Arends, Model mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran dapat di definisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar
yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan
melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning
menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami
oleh setiap individu khususnya siswa dalam ruang lingkup tertentu (ruangan
kelas) sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh
masing-masing pendidik.
b. Tujuan model Pembelajaran Experiential Learning
Tujuan dari model Experiential Learning adalah untuk mempengaruhi
murid dengan tiga cara, yaitu:
1) Mengubah struktur kognitif murid
2) Mengubah sikap murid
3) Memperluas keterampilan-keterampilan murid yang telah ada
c. Siklus dan Tahapan Model Pembelajaran Experiential Learning
Siklus belajar menurut pembelajaran berbasis pengalaman (Experiental
Learning) di mulai dari sebuah pengalaman konkret yang di lanjutkan proses
refleksi dan observasi terhadap pengalaman tersebut. Hasil refleksi ini akan
diasimilasi/diakomodasi dalam struktur kognitif (Konseptualisasi abstrak),
selanjutnya dirumuskan suatu hipotesis baru untuk diuji kembali pada situasi
(eksperimen). Hasil eksperimen akan menuntun kembali pembelajaran menuju
tahap pengalaman konkret.
Tahapan dalam Kolb‟s Experiential Learning, antara lain:
1). Pengalaman Konkret, Pada tahap ini pembelajar disediakan stimulus yang
mendorong mereka melakukan sebuah aktivitas. Aktivitas ini biasa berangkat dari
suatu pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, baik formal maupun
informal, atau situasi yang realistik.
2). Refleksi Observasi, Pada tahap ini pembelajar mengamati pengalaman dari
aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan pancaindra maupun dengan
bantuan alat peraga. Selanjutnya pembelajar merefleksikan pengalamannya, dari
hasil refleksi ini mereka menarik pelajaran.
3). Penyusunan Konsep Abstrak, Setelah melakukan observasi dan refleksi, maka
pada tahap pembentukan konsep abstrak, pembelajar mulai mencari alasan dan
hubungan timbal balik dari pengalaman yang diperolehnya.
4). Active Experiementation atau aplikasi, Pada tahap ini pembelajar mencoba
merencakan bagaimana menguji keampuhan model atau teori untuk menjelaskan
pengalaman baru yang akan diperoleh selanjtnya.
d. Proses Pembelajaran Model Experiential Learning
Guru yang menggunakan teori pembelajaran Experiential Learning akan
merekonstruksi pelajaran-pelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada
siswa untuk belajar melalui eksperimen, melalui tindakan, atau melalui usaha
menciptakan sesuatu (learning by experiment, by doing, by construction),
singkatnya, siswa dituntun untuk belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut teoritikus Experiential Learning semacam Dewey dan Kolb, yang dikutip
dari buku karangan Miftahul Huda, dengan judul Modelmodel Pengajaran dan
Pembelajaran, bahwa pembelajaran hanya terjadi ketika individu/siswa memiliki
kesempatan untuk menunjukkan performanya, baik secara mental maupun fisik,
dan kemudian berefleksi tentang makna tindakan atau performa tersebut. Selama
proses refleksi ini, individu menghubungkan tindakannya dengan informasi yang
telah
e. Jenis-jenis pembelajaraan Experiential Learning
1) Metode Kasus (Case Method)
Metode kasus adalah jenis pembelajaran yang mendiskusikan suatu
kasus yang nyata, atau kasus yang sudah direkonstruksi yang mempunyai
prinsip-prinsip tertentu akan suatu masalah. Teknik ini menyajikan bahan
pelajaran berdasarkan kasus yang ditemui peserta didik dan permasalahan
dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian.
2) Metode Kasus (Case Method)
Metode kasus adalah jenis pembelajaran yang mendiskusikan suatu
kasus yang nyata, atau kasus yang sudah direkonstruksi yang mempunyai
prinsip-prinsip tertentu akan suatu masalah. Teknik ini menyajikan bahan
pelajaran berdasarkan kasus yang ditemui peserta didik dan permasalahan
dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian.
3) Simulation games, and role playing
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan
mematuhi peraturan yang ditentukan.
f. Kelebihan dan kekurangan Model Experiential Learning
Kelebihan dari model ini antara lain dapat meningkatkan partisipasi
peserta didik, meningkatkan sifat kritis peserta didik, meningkatkan analisis
peserta didik, dan dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari model ini adalah penekanan hanya pada proses bukan
pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang
panjang.
2. Konstrukvitisme Multiple Intelligences
a. Teori Multiple Intelligences
Multiple Intelligence adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan
oleh Howard Gardner, seorang pakar psikologi perkembangan dan professor pada
Universitas Harvard dari project Zero (kelompok riset) pada tahun 1983. Hal yang
menarik dari teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan
redefinisi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligence, teori
kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih
banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaiakan serangkaian tes IQ,
kemudia tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan.
Sangat berbeda definisi kecerdasan yang dibuat Gardner dengan definisi
keceedasan yang telah berlaku sebelumnya. Gardner mengatakan bahwa
“Intelligence is the ability to solve problems, or to create products, that are valued
within one or more cultural”.Menurut Gardner kecerdasan seseorang tidak diukur
dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang
menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving) dan kebiasaan seseorang
menciptakan produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity).
Teori multiple intelligences menyarankan kepada kita untuk
mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan kita.
Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Dalam
menemukan kecerdasan, seorang anak harus dibantu oleh lingkungan, orangtua,
guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan di suatu
negara.

Jenis-jenis Multiple Intelligences


1) Kecerdasan Verbal Linguistik
Kecerdasan Linguistik sering disebut sebagai kecerdasan verbal.
Kecerdasan linguistikmewujudkan dirinya dalam kata-kata, baik dalam
tulisan maupun lisan.
2) Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan Logis Matematis adalah kecerdasan tentang angka-
angka dan penalaran.
3) Kecerdasan Visual Spasial
Adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model
mental. Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung berfikir
dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-
sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan
model dan slide.
4) Kecerdasan Kinestetik
Orang yang memiliki kecerdasan ini memproses informasi melalui
sensasi yang dirasakan pada badan atau anggota tubuh mereka.
5) Kecerdasan Musikal
Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat peka terhadap suara
atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering bernyanyi, bersiul
atau bersenandung ketika melakukan aktifitas lain.
6) Kecerdasan Intrapersonal
Adalah kemampuan untuk membentuk sebuah model diri
seseorang yang akurat dan menggunakan model itu untuk dilaksanakan
secara efektif dalam kehidupan.
7) Kecerdasan Interpersonal
Adalah kemampuan memahami dan berinteraksi dengan baik
dengan oang lain. Kecerdasan ini ditampakkan pada kegembiraan
berteman dan kesenangan dalam berbagai lingkungannya.
8) Kecerdasan Naturalistik
Adalah kemampuan menggunakan input sensorik dari alam untuk
menafsirkan lingkungan seseorang. Kecerdasan ini memungkinkan
seseorang berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang berbeda dan
mengkategorisasi, mengamati, beradaptasi dan menggunakan fenomena
alam.
9) Kecerdasan Eksistensial
Spiritual Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk
menempatkan diri dalam hubungannya dengan suatu kosmos yang tak
terbatas dan sangat kecil serta kapasitas untuk menempatkan diri dalam
hubungannya dengan kondisi manusia seperti makna kehidupan, kematian,
perjalanan akhir dari dunia dan psikologi.
PROSES BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

A. Pengertian dan karakteristik belajar


1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999). Belajar Adalah Proses Orang Yang Mencoba Untuk
Mendapatkan Perubahan Perilaku Baru Secara Keseluruhan, Sebagai Hasil Dari
Pengalaman Individu Itu Sendiri Dalam Interaksi Dengan Lingkungan Dalam
Interaksi Dengan Lingkungan Yang Melibatkan Kognitif, Afektif Dan
Psikomotorik.
Menurut R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Hal 22. Belajar Adalah Suatu Proses Untuk Motivasi Dalam
Pengetahuan, Keterampilan, Kebiasaan Dan Sikap.
Jadi dapat dideskripsikan dari beberapa ahli diatas bahwa belajar yaitu
suatu proses seseorang dalam perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman
individu yang dihadapinya dalam lingkungannya.
2. Karakteristik proses belajar dan tahapan perkembangan siswa dalam sekolah
dasar.
Karakteristik yaitu kualitas atau ciri khas sesuatu yang dibahas. Jadi
karakteristik dalam proses belajar yaitu sebagai berikut:
a. Adanya perubahan, baik itu prilaku, kemampuan, atau kepribadian
b. Adanya proses interaksi
c. Adanya suatu kegiatan yang kompleks
d. Adanya proses kognitif
e. Adanya pelaku dalam belajar
f. Adanya tujuan dan proses
g. Adanya manfaat atau hasil
h. Adanya penedekatan dalam pembelajaran dan adanya kurikulum.
dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri
dan lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
3. Karakteristik Pembelajaran di sekolah dasar.
Karakteristik dalam pembelajaran di sekolah dasar dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Rendah
Karakteristik pembelajaran di kelas rendah adalah pembelajaran bersifat
konkret. Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan
siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf
perkembangan siswa, selain itu proses belajar harus dikembangkan secara
interaktif.
Contoh kegiatannya.
· Menggolongkan peran anggota keluarga
· Menulis dengan jelas dan rapi
· Membilang dan menyebutkan banyak benda
· Membaca nyaring sederhana kurang lebih 300 kata
2. Karakteristik Pembelajaran Di Kelas Tinggi.
Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi adalah suatu pembelajaran
yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa tentang
konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal,
menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan,
melipat, dan membagi).
Contoh kegiatan belajarnya:
· Mendiskusikan tentang jual beli
· Memperagakan rangkaian gerak dengan alat music
· Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah
· Melakukan operasi hitung campuran (bilangan bulat pecahan)
· Mengumpulkan bukti perkembangbiakan makhluk hidup.
Guru dikelas tinggi pada sekolah dasar harus menggunakan pembelajaran
yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan
aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan. Karena siswa di kelas tinggi
dalam melakukan kegiatan pembelajaran melakukan tahapan penyelidikan,
melakukan pemecahan masalah, dan sebagainya.

B. Prinsip-prinsip belajar
Prinsip-prinsip belajar dapat mempengaruhi kondisi kelas saat ada kegiatan
belajar mengajar. Dalam belajar prinsip-prinsip ini harus sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. Menurut Depdikbud Asy’ari, 2006: 44 prinsip-prinsip
pembelajaran di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi ada yang
berasal dari dalam dan ada yang timbul akibat adanya rangsangan dari luar. Motivasi
intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
b. Prinsip Latar
Pada dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Untuk itu, guru perlu
menggali pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa
sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.
c. Prinsip Menemukan
Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar
mereka merasa senang dan tidak bosan.
d. Prinsip Belajar Sambil Melakukan Pengalaman
yang diperoleh siswa melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah
untuk dilupakan. Oleh karena itu, dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TIDAK TERPUJI 11 proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk
melakukan kegiatan atau “Learning by doing”.
e. Prinsip Belajar Sambil Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan
menyenangkan, sehingga dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses
pembelajaran. Setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat
kegiatan bermain yang kreatif.
f. Prinsip Hubungan Sosial
Kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari
kegiatan kelompok, siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran
perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.

C. Faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar anak di sekolah


Secara umum ada dua faktor atau unsur yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
1. Faktor Internal
a) Kesehatan
b) Cacat tubuh
2. Faktor psikologis
a) Kecerdasan/inteligensi siswa
b) Motivasi
c) Minat
d) Bakat
e) Sikap
3. Faktor Eksternal
1. Faktor Keluarga
a) Cara Orang Tua Mendidik
b) Hubungan Antar Anggota Keluarga
c) Suasana Rumah
d) Ekonomi Keluarga
e) Pengertian Orang Tua
f) Latar Belakang Kebudayaan
KONSEP TEORI BELAJAR PROBLEM

Problem Based Learning(PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis


Masalah(PBM).Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan penggunaan berbagaimacam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata,kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Menurut Duch(1995) dalam Aris Shoimin(2014:130) mengemukakan bahwa pengertian
dari model Problem Based Learning adalah: Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran
berbasih masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai
konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah
serta memperoleh pengetahuan.

Karakteristik Problem Based Learning


Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, MinLiu (2005) dalam Aris Shoimin (2014:130 )
menjelaskan karakteristik dari PBM,yaitu:
1. Learning isstudent-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai
orang belajar.Oleh karena itu,PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana
siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2. Autenthic problems from the organizing focus for learning Masalah yang disajikan
kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga siswa mampu dengan mudah
memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya
nanti.
3. New information is acquired through self- directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk mencari
sendiri melalui sumbernya,baik dari buku atau informasi lainnya.
4. Learning occurs in small group
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan
pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok
yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.
5. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator.Meskipun begitu
guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar
mencapai target yang hendak dicapai.

Ciri-Ciri dari Model Problem Based Learning


Sedangkan ciri dari model Problem Based learning secara umum dapat dikenali dengan adanya
enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri tersebut adalah:
1. Kegiatan belajar mengajar dengan model Problem Based Learning dimulai dengan
pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata parasiswa
3. Mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu.
4. Siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk maupun menjalankan
proses belajar secara langsung.
5. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.
6. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka pelajari.

LangkahLangkah Penggunaan Model Problem Based Learning Aris Shoimin (2014:131)


mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning
adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkantopik,tugas,jadwal,dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,pengumpulandata,hipotesis,dan
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
KONSEP SENSORIK METORIK PROBLEM

Pada umumnya sensorik dasar manusia terdiri dari perabaan, pendengaran, penciuman,
penglihatan, pengecapan, propioseptif (gerakan tarsendi) danvestibuler (keseimbangan).
1. Sensorik perabaan
Input yang didapatkan berasal dari reseptor dikulit yang bisa berupa
sentuhan,tekanan,suhu,rasa sakit dan gerakan bulu bulu atau rambut. Jika sensorik
perabaan mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
a. Tidak mau atau tidak suka disentuh
b. Menghindari kerumunan orang
c. Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
d. Tidak suka rambutnya disisir
e. .Bereaksi berlebihan terhadap luka kecil
f. .Tidak betah dengan segala hal yang kotor
2. Sensorik pendengaran
Input yang didapatkan berasal dari suara-suara diluartubuh Jika sensorik pendengaran
mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
a. Mudah teralih perhatiannya kesuara-suara tertentu yang bagi orang lain dapat
diabaikan Takut mendengar suara air ketika menyiram toilet,suara vaccum
cleaner, hairdryer ,suara gonggongan anjing dan bahkan suara detik jam
b. Menangis atau menjerit berlebihan ketika mendengar suara yang tiba-tiba. Senang
mendengar suara-suara yang terlalu keras
c. Sering berbicara sambil berteriak ketika ada suara yang dia tidak suka
3. Sensorik penciuman
Input yang didapatkan berasal dari aroma atau bau yang tercium Jika sensorik
penciuman mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
a. Reaksi berlebihan terhadap bau tertentu seperti bau kamar mandi atau peralatan
kebersihan
b. Menolak masuk kesuatu lingkungan karena tidak menyukai baunya
c. Tidak menyukai makanan hanya karena baunya
4. Sensorik penglihatan
Input yang didapatkan berupa warna, cahaya dan gerakan yang ditangkap oleh mata.
a. Menangis atau menutup mata karena terlalu terang karena ia terlalu peka dengan
sinar terang
b. Mudah teralih oleh stimulus penglihatan dari luar
c. .Senang bermain dalam suasana gelap
5. Gangguan Motorik pada Anak
Perkembangan anak meliputi perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan
emosional serta sosial.Perkembangan motorik adalah tahapan pencapaian kemampuan
anak yang kompleks dalam mengendalikan otot tubuh. Perkembangan motorik dibagi
menjadi dua,yaitu:
a. Perkembangan keterampilan motorik kasar (seperti menegakkan kepala, duduk,
berdiri dan berjalan)
b. Perkembangan keterampilan motorik halus (seperti menggenggam, melepaskan
serta memanipulasi objek)
Banyak faktor yang memengaruhi perkembangan motorik anak seperti
kematangan saraf,kondisi otot tulang dan sendi, kemampuan indra sensori (penglihatan,
pendengaran, sensasi rabataktil, vestibuler),kecerdasan anak serta stimulasi dari
lingkungan.

KONSEP PRA OPERASIONAL

A. Pengertian pra operasional


Tahap pra-operasional adalah tahapan ketika anak telah mampu untuk berbicara
dan memiliki kemampuan berbahasa dibanding pada tahap sebelumnya. Kemunculan
bahasa ini merupakan salah satu ciri utama dari tahap perkembangan pra-operasional.
Tahap ini berlangsung dari sekitar usia 2 hingga 7 tahun. Dalam hal ini balita akan
mencapai tahap praoperasional antara usia 18-24 bulan, dan mereka telah membangun
pengalaman mereka tentang dunia disekitar mereka bahkan mereka dapat menggunakan
pemikiran logis dan mampu membayangkan sesuatu.
B. Karakteristik dalam Tahap Pra-Operasional
Melansir dari Healthline, terdapat 8 karakteristik dalam tahap pra-operasional,
antara lain:
a. Egosentrisme:Anak berasumsibahwa orang lain dapatmelihat,mendengar,dan
merasakan hal yang sama dengan yang mereka lakukan, tetapi mereka belum
mampu untuk memahami sudut pandang orang lain, dan apa yang orang lain
rasakan.
b. Pemusatan: Anak cenderung untuk fokus hanya pada satu aspeksituasi dalam satu
waktu. Dalam hal ini,mereka hanya dapat fokus pada satu aspek (misalnya
panjang) dan tidak dapat menerima atau memanipulasi dua aspek sekaligus
(misalnya panjang dan angka).
c. Konservasi: konservasi berkaitan dengan pemusatan. Ini merupakan pemahaman
bahwa kuantitas tetap sama bahkan jika kamu mengubah ukuran, bentuk, atau
wadahnya.
d. Piaget menemukan bahwa kebanyakan anak tidak dapat memahami konsep ini
sebelum dirinya berusia 5 tahun.
e. Bermain paralel: anak mungkin akan berbicara dan menggunakan ucapan mereka
untuk bisa mengekspresikan apa yang mereka lihat, rasakan, dan butuhkan.
Namun, mereka belum menyadari bahwa berbicara adalah alat untuk menjadi
sosial.
f. Representasi simbolik: ketika anak berusia 2-3 tahun, anak mulai menyadari
bahwakata- kata dan objek adalah simbol untuk sesuatu yang lain, atau
menggunakan kata ganti untuk menyebut suatu benda atau seseorang.
g. Berpura-pura:Menurut Piaget,permainan pura-pura anak akan membantu mereka
memantapkan konsep yang mereka kembangkan secara kognitif. Inilah saatnya
kamu memainkan permainan pura-pura, seperti kamu berpura-pura menjadi
penjual roti,atau pengemudi bus, sehingga anak bisa memposisikan dirinya
sebagai pembeli atau penumpang.
h. Artifisial: Piaget mendefinisikan karakteristik yang satu ini sebagai pemahaman
anak terhadap segala sesuatu yang ada dan terjadi harus dibuat oleh makhluk
hidup seperti Tuhan atau pun manusia.
i. Ireversibilitas:dalam tahap ini,anak tidak dapat membayangkan bahwa urutan
peristiwa dapat dibalik ketitik awalnya.

TAHAP OPRASIONAL KONKRET

Tahap operasional konkret adalah tahap ketiga dalam teori perkembangan kognitif
Piaget. Periode tahap ini mencakup masa kanak-kanak pertengahan yang dimulai sekitar usia 7
tahun dan berlanjut hingga kira-kira usia 11 tahun, dan biasanya tahap ini akan ditandai dengan
perkembangan pemikiran logis.
Pada tahap operasional konkret ini, anak memiliki kemajuan kognitif atau pemahaman
yang lebih baik dibandingkan dengan anak pada tahap pra-operasional dalam hal hubungan
spasial, kategorisasi, penalaran, dan konversi.
a. Hubungan spasial. Pada tahap operasional konkret ini, anak sudah mampu mengingat rute
atau penanda jalan dengan baik dan dapat menghitung jarak antara satu tempat ke tempat
lain dengan baik juga tanpa mengukur terlebih dahulu.
b. Kategorisasi. Suatu kemampuan untuk mengategorisasikan sesuatu sehingga dapat
membantu dalam meningkatkan kemampuan logika anak. Kategorisasi disini meliputi
beberapa keahlian yang rumit, seperti rangkaian urutan, pengambilan kesimpulan secara
lengkap, dan inklusi kelas.
c. Penalaran. Penalaran disini dapat dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu penalaran
induktif dan deduktif. Menurut Piaget, anak pada tahap operasional konkret hanya
menggunakan penalaran induktif saja. Yang dimaksud dengan penalaran induktif adalah
tipe pemahaman logika yang dimulai dari observasi objek atau peristiwa untuk
menyimpulkan keseluruhan dari objek yang telah diobservasi tersebut.
d. Konservasi. Pada tahap operasional konkret, anak mampu menyimpulkan sesuatu tanpa
melihat, mengukur ataupun menimbang objeknya secara langsung.

Kemampuan Pengamatan Tahap Operasional Konkret


Salah satu karakteristik kunci dari tahap operasional konkret adalah kemampuan untuk
fokus pada banyak bagian dari suatu masalah. Sementara anak-anak dalam tahap perkembangan
praoperasional cenderung fokus hanya pada satu aspek dari situasi atau masalah, mereka yang
berada dalam tahap operasional konkret dapat terlibat dalam apa yang dikenal sebagai
"desentrasi". Mereka mampu berkonsentrasi pada banyak aspek situasi pada saat yang sama,
yang memainkan peran penting dalam memahami konservasi.
Sementara anak-anak pada tahap awal perkembangan bersifat egosentris, mereka yang
berada pada tahap operasional konkret menjadi lebih sosiosentris. Dengan kata lain, mereka
mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikirannya sendiri. Anak-anak pada titik ini
sadar bahwa orang lain memiliki perspektif yang unik, tetapi mereka mungkin belum dapat
menebak dengan tepat bagaimana atau apa yang dialami orang lain itu. Kemampuan yang
berkembang dalam memanipulasi informasi secara mental dan berpikir tentang pemikiran orang
lain akan memainkan peran penting dalam tahap perkembangan operasional konkret ketika
logika dan pemikiran abstrak menjadi lebih kritis.

Anda mungkin juga menyukai