Anda di halaman 1dari 9

Periode Masa Kanak-Kanak Akhir (Usia 6-12 Tahun)

Pendahuluan

Latar Belakang Periode usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari prasekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas. Pada umumnya setelah mencapai usia 6 tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin sempurna. Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mereka. Pada fase ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual dan elaksanakan tugas-tugas belajar. Kemampun mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dengan kita mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai orangtua dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku. Menurut Elizabeth Hurlock, masa kanak kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa kanak-kanak akhir juga ditandai dengan kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian anak. Pada teori tahap psikososial Erik Erikson, pada usia 6 sampai usia puber disebut tahap industry vs inferiority, dimana anak-anak dapat mencapai industry dengan menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Ketika mereka gagal menguasai hal tersebut, mereka akan merasa inferior. Pada akhir masa anak-anak, mereka siap untuk mengalihkan energi mereka untuk mempelajari kemampuan akademik. Bila tidak, mereka akan mengembangkan rasa tidak mampu dan tidak produktif.

Tahap Fase Laten, disebut oleh Sigmund Freud adalah tahap yang dialami anak usia 6-12 tahun. Pada fase ini, menurut Freud, anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan super ego; orang tua bekerja sama dengan anak berusha merepres impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan pembentukn super ego.

Isi
CIRI-CIRI MASA KANAK-KANAK AKHIR Dalam tiap tahap perkembangan ada ciri-ciri khusus yang ada pada setiap tahap perkembangan, begitu juga pada saat masa kanak-kanak akhir ditandai dengan ciri tertentu. Menurut Hurlock, ciri itu tercermin dala sebutan yang biasa diberikan oleh para orang tua, pendidik dan ahli psikologi. 1) Label yang digunakan oleh orang tua Bagi banyak orang tua, masa anak akhir merupakan usia yang menyulitkan, suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dibanding orang tua atau keluarga. Juga merupakan usia tidak rapih, terutama untuk anak laki-laki yaitu cenderung acuh terhadap penampilan dan kamar yang berantakan, serta usia bertengkar, karena kerap terjadi pertengkaran yang membuat suasana rumah kurang menyenangkan. 2) Label yang digunakan untuk para pendidik Para pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan usia sekolah dasar. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses yang akan dibawanya hingga mereka dewasa. 3) Label yang digunakan ahli psikologi Bagi ahli psikologi, masa anak akhir adalah : a.) usia berkelompok, yaitu keinginan untuk diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai anggota kelompok b.) usia penyesuaian diri, yaitu keinginan anak untuk menyesuaikan diri dengan peraturan atau standar yang sudah disetujui oleh kelompoknya

c.) usia kreatif, masa yang menentukan apakah anak akan menjadi konformis, pencipta sesuatu yang baru dan orisinil, serta kreatif atau sebaliknya. d.) usia bermain, masa terjadinya tumpang tindih antara ciri bermain anak-anak yang lebih muda dengan anak-anak remaja sehingga memunculkan luasnya minat dan kegiatan bermain.

TUGAS PERKEMBANGAN ANAK AKHIR Tugas perkembangan adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh individu sesuai dengan tahap perkembangannya yang sedang dijalaninya. Tugas perkembangan disebut juga sebagai harapan sosial, yaitu ekspektasi atau harapan masyarakat pada individu untuk menampilkan tingkah laku tertentu dan menguasai keterampilan tertentu yang pada umumnya dikuasai oleh anak seusianya. Penguasaan tugas tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggung jawab orangtua seperti tahun-tahun prasekolah, namun penguasaan ini juga menjadi tanggung jawab guru-guru serta sebagian kecil menjadi tanggung jawab kelompok teman-temannya. Hurlock (1981) menyebut tugas tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Faktor sumber munculnya tugas tugas perkembangan : 1. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu 2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi 3. Tuntutan dari dorongan dan cita cita individu sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan 4. Tuntutan norma agama

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah ( umur 6 -12 tahun) yaitu: 1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan 2. Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri) 3. Belajar bergaul dengan teman sebayanya 4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya 5. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung 6. Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari. 7. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baikburuk) 8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri) 9. Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial. 10. Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari. Dalam periode anak akhir, untuk memperoleh tempat di dalam kelompok sosial, anak harus mampu menyelesaikan berbagai tugas dalam perkembangan. Kegagalan dalam pelaksanaannya mengakibatkan pola prilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh kelompok teman-temannya dan tidak mampu menyamai teman-teman sebayanya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut.

Perkembangan kognitif Pada masa SD, daya pikiran sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional. Piaget menamakannya tahap operasional konkret. Periode ini ditandai oleh tiga kemampuan, yaitu mengelompokkan, menyusun, dan mengasosiasikan (menghitung) angka-angka. Kemampuan tersebut sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Perkembangan kognitif meliputi:

1. Pengurutan,mampu untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. 2. Klasifikasi,mampu untuk memberi nama dan mengidentifikasi benda 3. Decentering,mempertimbangkan beberapa aspek untuk memecahkan masalah. 4. Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. 5. Konservasi,memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah bendabenda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. 6. Penghilangan sifat Egosentrismekemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Perkembangan Bahasa Usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awal masa ini, anak sudah menguasai 2500 kata dan pada masa akhir telah dapat menguasai 50.000 kata. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, mereka banyak menanyakan soal dan sebab akibat.

Perkembangan moral Pada usia SD, anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan dan dapat menerapkan bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.

Pengelompokan sosial dan perilaku sosial Akhir masa kanak-kanak sering disebut masa usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.

Perkembangan Emosi Pada masa ini, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui latihan dan pembiasaan. Emosi merupakan faktor yang dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu dan perilaku belajar.

Perkembangan Motorik Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti mengetik komputer dan main bola. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Perkembangan psikomotor perkembangannya mencakup: anak usia sekolah dasar pada

Mampu melompat dan menari Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan Dapat menghitung jari jarinya Mendengar dan mengulang hal hal penting dan mampu bercerita Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya Mampu membedakan besar dan kecil Ketangkasan meningkat Melompat tali Bermain sepeda Mengetahui kanan dan kiri

Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar

Perkembangan Penghayatan Keagamaan Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan agama di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan SD. Apabila semua pihak tersebut memberikan contoh (suri toladan) dalam melaksanakan nilai-nilai agama yang baik, maka pada diri peserta didik akan berkembang sikap yang positif terhadap agamanya dan akan berkembang pula kesadaran beragama pada dirinya.

Bahaya pada masa akhir anak-anak.

Bahaya fisik
Kegemukan Kegemukan merupakan bahaya fisik tidak saja bagi kesehatan, misalnya anak cenderung menderita diabetes tapi juga bagi sosialisasinya. Anak gemuk sulit mengikuti kegitan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai yang penting keberhasilan social.dan biasanya gemuk itu menjadi bahan ejekan teman-temannya, yang mebuat ana merasa rendah diri. Bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan gender seksnya Anak perempuan yang bentuk tubuhnya kelaki-lakian dan sebaliknya, anak anak laki-laki yang penampilan fisiknya sepertiperempuan sering dicemooh oleh teman-temannyadan dikasihani oleh orang-orang dewasa. Penyesuainpribadi dan penyesuaian social cenderung memburuk.

Kecenderungan mengalami kecelakaan

Anak yang lebih besar yang lebih sering mengalami kecelakaan biasanya lebih hati-hati. Keadaan ini dapat menyebabkan rasa takut terhadap semua kegiatan fisik dan dapat meluas ke bidang-bidang perilaku lain, kalau ini berkembang dapat berkembang menjadi rasa malu yang mempengarui hubungan social, pekerjaan sekolah, dan kepribadian. Kecanggungan Kalau anak mulai membandingkan diri dengan teman-tema seusia, ia sering mendapatkan bahwa kecanggungan dan kekakuan menghalanginya untuk melakukan apa yang dilakukan teman-teman. Akibatnya, anak mulai memandang diri kurang dari teman sabayannya dan bernasib buruk. Inin mendorong perasaan tidak mampu yang dapat menjadi dasar kompleks rendah diri.

Bahaya Psikologis :
Bahaya yang baru terutama adalah: Bahaya yang mempengaruhi penyesuaian sosial karena menyebabkan penilaian diri, Penilaian sosial yang kurang baik

Kebahagian pada masa akhir anak-anak Sekalipun kebahagian yang dialami dalam periode ini tidak menjamin kebahagiaan seumur hidup, tetapi kondisi-kondisi yang menimbulkan kebaghagiaan akan terus memberikan kebahagiaan pada tahun tahun berikut, terutama bila tiga faktor kebahagiaan-penerimaan/ dukungan, kasih sayang dan prestasi-terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai