Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Yulianto, S.Ke., M.pd.,MPH

DI SUSUN

Sheli Hermila

P031914472021

POLTEKKES KEMENKES RIAU

PRODI DIII KEPERAWATAN DILUAR KAMPUS UTAMA

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada lansia ”. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan
bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasi
kepada :

1. Bapak Ns. Yulianto, S. Kep., M.pd., MPH selaku dosen pembimbing mata
ajar keperawatan Keluarga
2. Kedua orangtua kami yang telah membantu motil maupun materi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekanmahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam rangka penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca sebelumnya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jumlah penduduk lansia makin meningkat, sementara itu
penurunan kemampuan fisik dan mental lansia berpengaruh terhadap
aktivitas sosial ekonominya. Jumlah penduduk lansia di seluruh dunia pada
tahun 2008 mencapai 425 juta jiwa atau 6,8% dari seluruh jumlah penduduk
dunia. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan dua kali lipat
pada tahun 2009 . sedangkan pada tahun 2009, populasi lansia diperkirakan
ada 500 juta 11% dengan usia rata-rata 60 tahun (Oktavita 2009).
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada
500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakanpada tahun 2025
akan mencapai 1,2miliar. Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses
yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja
sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Keluarga
sebagai unit pelayanan perawatan sebab keluarga adalah unit utama dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
bermasyarakat. Keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas
perkembangan keluarga pada usia dewasa akhir. Banyak masalah dan
perubahan yang dapat terjadi pada masa tua seperti ; bagaimana
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi:
kehilangan pasangan, kekuatan fisik, Dan penghasilan keluarga,
mempertahan kan keakraban pasangan dan saling merawatdan melakukan
life review masa lalu,(badiyah, 2009).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga dan lansia.?
1.2.2. Untuk mengetahui bagaimana tugas-tugas keluarga dalam
kesehatan?
1.2.3. Untuk mengetahui bagaimana tugas keluarga pada tahap lanjut
usia?
1.2.4. Untuk mengetahui bagaimana askep lansia?

1.3 Tujuan
1.2.5. Tujuan Umum
Untuk mendukung kegiatan dalam proses pengetahuan dan
pembelajaran pada mata kuliah keperawatan komunitas I.
1.2.6. tujuan khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui semua konsep dasar dan
perkembangan serta tugas-tugas askep keluarga pada tahap usia
lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60tahun, pada
umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi.
Menurut Santrock. 2002, ada dua pandangan tentang
definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan
orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang
tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan
seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan
pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di
Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai
tampaknya ciri-ciri ketuaan.
B. Proses Penuaan
Proses menua adalah proses alamiah yang dialami oleh
semua manusia dan tidak dapat dihindari dan suatu proses
menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ memperganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan perubahan-perubahan struktur dan fungsiologi sel, jaringan,
organ dll sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(Mubarak, 2012).
Ada dua proses penuaan yaitu:
a. Primer, yaitu penuaan yang terjadi bila terdapat
perubahan pada tingkat sel
b. Sekunder, yaitu proses penuaan akibat faktor lingkungan
fisik dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan
diet dapat mempercepat proses menjadi menua.

C. Teori Tentang Proses Menua


1. Teori biologik
a) Teori genetika dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogramkan oleh melekul/ DNA dan setup sel pada
saat mengalami mutasi
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres dapat menyebabkan sel-sel
tubuh lelah
c) Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus, saat jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan lemah dan
mati
d) Teori radikal bebasTidak stabilnya redikal bebas
mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik seperti
karbohidrat dan protein radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
2. Teori sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut serta dalam kegiatan sosial.
b. Teori pembebasan
Keadaain ini mengakibatkan interaksi sosial menurun,
baik secara kwalitas maupun kwantitas karena dia sudah
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosial.
c. Teori kepribadian merupakan seorang yang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang di miliki.
3. Teori psikologi
Setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan
yang spesifik pada tiap kehidupan yang akan memberikan
perasaan bahagia dan sukses.
D. Batas-Batasan Lanjut Usia
1. Menurut WHO ada empat tahap
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59th
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74th
c. Lanjut usia tua(old) usia 75-90th
d. Usia sangat tua(very old) usia >90th.
2. Departemen kesehatan RI sebagai berikut
a. Menjelang usia lanjut (45-54th) sebagai masa vibrilitas
b. Usia lanjut (55-64th) sebagai presenium
c. Usia lanjut (kurang dari 65 th) sebagai senium.
3. Menurut pasal 1 UU no.4 tahun 1965
“seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut
setelah yang bersangkutan mencapai usia 55tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari
orang lain”.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan
a. Hereditas : keturunan/genetik
b. Nutrisi : makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres.
F. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut
Usia
1. Perubahan-perubahan fisik
a. Perubahan Sel, seperti : lebih sedikit
jumlahnya, lebih besar ukurannya,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
cairan intrasel berkurang.
b. Sistem pernapasan/ persarafan, seperti:
kurang sensitif terhadap sentuhan,
mengecilnya saraf paca indera
c. Sistem pendengaran, seperti: hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga
dalam, dan pendengaran bertambah
menurun
d. Sistem penglihatan, seperti : lensa lebih
suram menjadi menjadi katarak,
menurunnya daya membedakan warna biru
atau hijau pada skala.
e. Sistem integumen, seperti: kulit
mengerut/keriput akibatkehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit kasar.
2.Perubahan-perubahan mental
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan & lingkungan
e. Kenangan memory
f. IQ
3.Perubahan-perubahan psikososial
a. Pensiun
Apabila orang pensiun, akan
mengalami kehilangan-kehilangan antara
lain:
b. Kehilangan finansial
c. Kehilangan status/ jabatan dan pekerjaan
d. Kehilangan teman.
e. Merasakan atau sadar akan
kematian(sense of awareness of mortality)
f. Perubahan dalam hidup dan isolasi dan
kesepian
g. Ekonomi akibat pemberhentian dari
jabatan
h. Meningkatnya biaya hidup pada
penghasilan yang suliot, bertambahnya
biaya pengobatan
i. Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
G. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Lanjut Usia
1. Ketidak berdayaan fisik, sehingga menyebabkan
ketergantungan kepada orang lain
2. kesulitan hubungan antara usia lanjut dengan keluarga di
tempat selama ia tinggal
3. Ketidak pastian ekonomi, sehingga membutuhkan
perubahan total dalam pola hidup
4. kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui
lapangan kerja yang ada
5. Perbedaan nilai-nilai yang dianut antara para usia lanjut
dengan generasi muda yang mengakibatkan timbulnya
keresahan para usia lanjut dan
6. Berkurangnya kesempatan keluarga untuk memberikan
pelayanan kepada usia lanjut.
H. Kegiatan Lansia
Usaha yang dapat di lakukanpada individu sebagai berikut
a. Tetap aktif, artinya diharapkan lansia hidup sederhana,
santai, aktif berolahraga, aktif dalam hal apapun, karena
kalau otot tidak digerakkan akan terjadi kehilangan
kekuatan 10-15%per mg
b. Produktif, artinya diharapkan lansia berusaha
menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh diri
sendiri, untuk orang lain, bisa berupa prakarsa atau ide,
nasihat.
I. Karakteristik Penyakit Yang Dijumpai Pada Lansia
a. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu
sama lain
b. penyakit yang bersifat degenaratif, sering menimbulkan
kecacatan
c. Gejala sering tidak jelas, perkembangan secara perlahan
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersama
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut dan
sering terjadi penyakit iatrogenik.
Menurut Dewan Nasional Orang Tua Sejahtera (the
National Old People’S Welfare Council), penyakit yang
sering dijumpai yaitu: depresi mental, gangguan
pendengaran, bronkritis kronis, gangguan pada tungkai
atau sikap berjalan, gangguan pada koksa atau sendi
pangul, anemia dan dimensia.
J. Masalah Gizi Pada Lansia
Gizi (nutrisi) adalah diet berimbang dengan memuaskan unsur
unsur makan empat sehat. Lansia memerlukan nutrisi yang baik, bahan
bergizi, seperti: karbohidrat dan protein, mineral, kalsium dan vitamin
harus tersedia dakam yang cukuap, kebutuhan gizi lansia harus sama
dengan kebutuhan gizi dari generasi yang muda. (mubarraq, 2009).
Tujuan pemberian gizi pada lansia
a. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk
menunda atau mencegah kemunduran fungsi organ
b. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh
lansia
c. Membiasakan makan yang cukup dan teratur
d. Menghindari kebiasaan pola makan yang buruk
e. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit
degeneratif.
K. kebutuhan gizi pada lansia
a. Kebutuhan zat-zat gizi yang dikonsumsi harus seimbang
b. Jumlah kebutuhan setiap individu berbeda bergantung pada usia,
jenis kelamin, kegiatan fisik, ukuran tubuh, lingkungan, da
penyakit
c. Kebutuhan gizi lansia ditentukan oleh tiga faktor : menurunnya
fungsi fisiologis, meningkatkan frekuensi sakit, dan menurunnya
nafsu makan adanya peningkatan usia.
KHASUS

Hari kamis tanggal 02/06/2014 Tn.T  umur 67 tahun 


datang ke puskesmas Elisabeth dengan keluhan Suaminya bahwa
beberapa hari yang lalu sering mengeluh sering merasa linu di
persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan
dan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat
menopang badannya. Menurut hasil pemeriksaannya Tn.T memiliki
TD 130/100 mmHg, RR 20x/mnt, nadi 80x/mnt, termometer 36,50c
dan Skala nyeri 6.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Jawa
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang
                                      Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng
b. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Hub. Dg Umu Pendidikan Pekerjaan
kelamin keluarga r
1 Tn. T L KK 67 th SD Pensiunan
2 Tn. M L Menantu 30 th SMA Buruh Pabrik
3 Ny. S P Anak 25 th SMP IRT
4 An. A L Cucu 5 th TK Pelajar

c. Tipe Keluarga
     keluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak,
menantu, serta cucu ( The extended family). Terkadang Tn. T merasa
istirahatnya terganggu karena aktivitas bermain yang dilakukan cucu beserta
teman-temannya.
d. Suku Bangsa
     Tn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di
lingkungan orang-orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan
bahasa Jawa dan bahasia Indonesia baik antara anggota keluarga maupun
kelurga sekitar.
e. Agama
Semua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
keyakinan di rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama
keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat
jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-
bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.
f. Status Sosial Ekonomi Keluarga
penghasilan keluarga ± Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil
pensiunan Tn. T sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh
pabrik sebesar Rp. 750.000. Sedangkan Ny. S tidak menghasilkan uang karena
hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. T memelihara ternak berupa
ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan
sekitar   Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti
membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.
g. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-
sama, dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka
berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang
bersama. Jika memiliki tabungan cukup dan kesehatan yang mendukung
mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang
dimulai pada masa pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal.
Semua anak Tn. T sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri-
sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah dengannya dan
mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun. Menantu Tn. T bekerja
sebagai buruh pabrik.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.
c.  Riwayat kesehatan keluarga inti
- Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan
beberapa minggu ini sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku
untuk berjalan, ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan
berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang badannya.
a. Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.
b. Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan
dan tidak memiliki masalah kesehatan
c. Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit
kanker payudara, Ny. S (anak dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya
memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari pihak Tn. M saat ini
hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada
konflik dengan keluarga.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 10 meter
dan lebar 7 meter. Di rumah tersebut terdapat :
- Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping
ruang tamu, 2 kamar tidur berada di samping ruang keluarga ).
-Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah
jaman dahulu yang banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan
biasanya kamar tersebut digunakan untuk menaruh barang-barang yang tidak
terpakai).
-Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat
perabotan
- Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang
menonton TV.
- Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.
Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa
tanah, Lantai dapur tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting.
Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, di ruang keluarga, di
2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur. Ventilasi masih terlalu sempit,
< 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20 watt, ruang
keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masing–masing kamar dan dapur
terdapat lampu pijar 10 watt.
Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa
air, kualitas air tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh
kekuning-kuningan, pada musin kemarau warna air agak bening, kadang-
kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga menggunakan air  sumur
yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank dengan sumur ±
8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke
kolam dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam
penampungan. Untuk pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di
ember sampah kemudian di pindah dan di bakar di dalam lubang di samping
rumah. Untuk sarana penerangan keluarga Tn. T menggunakan listrik
semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan limbah keluarga
beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Rumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya
adalah petani. Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di
lingkungan tersebut berupa bidan desa. Di dekat rumah Tn. T ± 7 meter
terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas beragama islam serya memiliki sifat
kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya selamatan, yasinan setiap
malam jum’at, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya
diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh.
Kegiatan rutin Tn. T adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah
tersebut tidak jauh dari rumahnya (sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton
TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat tinggal keluarga juga tidak
berpindah – pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar tempat
tinggalnya (masih satu desa). 
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn.
T berkumpul di rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah
sering datang berkunjung. Tn. T dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan,
seperti pengajian.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Tn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-
waktu dapat dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya
keluarga Tn. T dibawa ke Bidan, dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang
berjarak 5 meter dari rumah.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa
Indonesia. Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam
keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam
ketika menonton TV, keluarga bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal
yang terjadi dalam keluarga.
b.  Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah
karena Tn. T dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala
keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga keputusan diserahkan
kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga sering meminta
pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn. T,
apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya
juga mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
- Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T
juga sering mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan.
- Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak.
- Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu.
- An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan
perannya karena masih kecil.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
  Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-
menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga
Tn. T menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan
keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T menganut norma atau adat yang
ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang
sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut
juga kebudayaan jawa.  Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang
bertentangan dengan kesehatan.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota
keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat
harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan atau
sakit maka keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik.
keluarga Tn. T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk
tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan
menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di
masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik
dengan para tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
- Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya
sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa
saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn.
- Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh  Tn. T
merupakan sakit yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus
mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan
beristirahat saja.
- Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya
dan jika sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat.
- Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya
(menyapu, mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke
saluran kolam di belakang rumah, pembuangan sampah ditampung sementara
di ember sampah kemudian di bakar di lubang pembakaran setiap dua hari
sekali.
- Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
Keluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
Bidan, dan jika perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali
tidak mau dibawa ke pelayanan kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A
memiliki satu orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil
untuk mengatur jarak anak selanjutnya.
e. Fungsi Ekonomi
    Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga
Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun
dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari,
Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola olehnya. Jika ingin
makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya di
sungai dekat rumah.
6. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
- Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn.
T) meninggal dunia karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak
berlangsung lama karena keluarga sudah mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang
menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat diatasi.
- Stresor jangka panjang
Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu
stes jangka panjang ( > 6 bulan ).
b. Kemampuan Keluarga Berespon  Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah
antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan
pengobatan yang harus dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil
keputusan karena Tn. A yang dianggap mampu dan memiliki fisik yang kuat.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut.
Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Tn T
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Kekuatan otot : 5        5
                               4        3
Skala nyeri :6

b. Tn A
Tekanan Darah          : 120/80 mmHg
Berat Badan              : 59 kg
Tinggi Badan            : 163 cm
Nadi                          : 80 x/mnt
RR                            : 20x/mnt
Termometer               : 36,3° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

c. Ny. S
Tekanan Darah          : 120/80 mmHg
Berat Badan              : 52 kg
Tinggi Badan            : 155 cm
Nadi                          : 80 x/mnt
RR                            : 20x/mnt
Termometer               : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

d. An. A
Tekanan Darah          : 110/80 mmHg
Berat Badan              :  25 kg
Tinggi Badan            : 65 cm
Nadi                          : 80 x/mnt
RR                            : 20x/mnt
Termometer               : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
                                
8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap  agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam
keluarga dapat teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
1. DS :
-    Tn. T mengatakan sering Resiko Jatuh Reumathoid,
merasa linu di persendian lantai yang licin,
kakinya sehingga kaku ketidakmampuan
keluarga
untuk berjalan
merawat anggota
-    Tn. T mengatakan ketika yang sakit.
bangun pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan berat
untuk berjalan.
-    Tn. T mengatakan pernah
hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang
badannya

DO :
-    Tn. T berumur 67 tahun
-    TD 130/100 mmHg

-     Kekuatan otot    5     5


                   4     3
-    Skala nyeri 6
-    Lantai tanah yang berada di
dapur tampak licin dan lembab

2 DS :
-    Keluarga mengatakan Kurang Kurang
mengetahui penyakit di pengetahuan, informasi dan
keluarganya tetapi tidak ketidak tahuan keterbatasan
mengetahui sama sekali apa tentang penyakit kemampuan
penyebabnya. Keluarga Tn. mencapai
T mengatakan hanya sedikit informasi,
mengetahui tentang tanda ketidakmampuan
dan gejala, serta tidak keluarga
mengetahui apa-apa saja mengenal
yang harus dihindari untuk masalah
mencegah terjadinya kesehatan
penyakit pada Tn. T. Tn.
-    Jika ada keluarga yang
sakit, hal pertama yang
dilakukan adalah
mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera
dibawa ke Bidan atau ke
Puskesmas terdekat
-    Tn. T mengatakan tidak ada
pantangan makanan

DO :
-    Keluarga tidak bisa
menjawab pertanyaan
tentang pengertian penyakit,
pencegahan, perawatan dan
pengobatannya
-    Tn. T bertanya apa saja
makanan yang harus
dihindari agar tidak sakit,
Tn. T tampak bingung
3 DS :
-    Tn. T mengatakan sering Hambatan Nyeri, gangguan
merasa linu di persendian mobilitas fisik muskulus
kakinya sehingga kaku skeletal,kaku
untuk berjalan sendi (AR).
-    Tn. T mengatakan ketika
bangun pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan berat
untuk berjalan.
-    Tn. T mengatakan pernah
hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang
badannya
DO:
-    Skala nyeri sedang (6)
-    Klien tampak perlahan-
lahan saat berjalan karena
menahan nyeri.
-    Klien tampak lambat dalam
berjalan.
-    Tingkat funsional klien 0,
namun kadang-kadang 1

4 DS :
-    Tn. T mengatakan sering Nyeri Agen cedera
merasa linu di persendian fisik ( rematik)
kakinya sehingga kaku
untuk berjalan
-    Tn. T mengatakan ketika
bangun pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan berat
untuk berjalan.
-    Tn. T mengatakan pernah
hampir jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat menopang
badannya
DO:
-    skala nyeri sedang (6)
-    Klien tampak perlahan-
lahan saat berjalan karena
menahan nyeri

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Keperawatan
1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit.
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku
sendi,gangguan sensori perseptual.
4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3. Prioritas Masalah
a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota yang sakit.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah Tn. T  dan keluarga
(bobot 1) 2/3 x 1 = 2/3 mengetahui bahwa Tn.
Skala : T memiliki penyakit
3 : Aktual linu pada kakinya dan
2 : Resiko pernah hampir jatuh.
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah Keluarga mengatakan
dapat diubah (bobot 2) 1/2 x 2 = 1 Tn. T sering tidak mau
Skala : diajak ke tempat
2 : Mudah pelayanan kesehatan,
1 : Sebagian kecuali benar-benar
0 : Tidak dapat parah. Tn. T merasa
masih dapat
beraktivitas sehingga
sering tidak mau
dibantu dalam
beraktivitas.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
dicegah (bobot 1) jika Tn. T tidak banyak
3 : Tinggi melakukan aktivitas
2 : Cukup dan banyak beristirahat
1 : Rendah maka penyakit Tn. T
dapat terminimalisir.
Menonjolnya masalah Keluarga mengatakan
(bobot 1) 0/2 x 1 = 0 hanya satu kali Tn. T
2 : Berat, segera pernah hampir jatuh
ditangani dan Tn. T sudah bisa
1 : Tidak perlu segera mengimbangkan
ditangani tubuhnya untuk
0 : tidak dirasakan berjalan walaupun
lambat.
Total 2 2/3

b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan


keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 -    Tn. T mengatakan
(bobot 1) sering merasa linu di
Skala : persendian kakinya
3 : Aktual sehingga kaku untuk
2 : Resiko berjalan. Ketika bangun
1 : Sejahtera pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan
berat untuk berjalan.
Tn. T pernah hampir
jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat
menopang badannya
Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. T
dapat diubah (bobot 2) mengatakan jika ada
Skala : anggota keluarga yang
2 : Mudah sakit segera dibawa ke
1 : Sebagian Bidan atau Puskesmas
0 : Tidak dapat terdekat, namun belum
ada pertugas yang
menjelaskan bagaimana
penyakitnya.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan
dicegah (bobot 1) sudah mulai
3 : Tinggi mengurangi
2 : Cukup aktivitasnya agar
1 : Rendah penyakitnya tidak
bertambah parah, Tn. T
belum tahu makanan
apa yang harus
dihindari.
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
(bobot 1) penyakitnya
2 : Berat, segera mengganggu aktivitas
ditangani geraknya sehingga
1 : Tidak perlu segera menyusahkan keluarga
ditangani yang lain.
0 : tidak dirasakan
Total 3 4/3

c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku


sendi,gangguan sensori perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan Tn. T
(bobot 1) mengatakan
Skala : penyakitnya
3 : Aktual mengganggu aktivitas
2 : Resiko geraknya sehingga
1 : Sejahtera menyusahkan keluarga
yang lain.
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn. T
dapat diubah (bobot 2) mengatakan Tn T sudah
Skala : bisa menyeimbangkan
2 : Mudah badannya walaupun
1 : Sebagian dengan gerakan yang
0 : Tidak dapat lambat.
Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan
untuk dicegah (bobot aktivitasnya terganggu.
1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan capek
(bobot 1) dengan penyakitnya
2 : Berat, segera yang tidak sembuh-
ditangani sembuh dan
1 : Tidak perlu segera mengganggu geraknya
ditangani sehingga menyusahkan
0 : tidak dirasakan keluarga.
Total 3 2/3

d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)


KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
(bobot 1) ketika bangun pagi
Skala : kakinya merasa senut-
3 : Aktual senut (nyeri) dan berat
2 : Resiko untuk berjalan
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Tn. T mengatakan
dapat diubah (bobot 2) nyerinya ketika bangun
Skala : pagi tidak hilang-
2 : Mudah hilang, padahal sudah
1 : Sebagian minum obat dari
0 : Tidak dapat warung. Keluarga
mengatakan Tn. T
sering tidak mau diajak
ke tempat pelayanan
kesehatan, kecuali
benar-benar parah.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
dicegah (bobot 1) sakitnya tidak
3 : Tinggi bertambah parah jika
2 : Cukup banyak beristirahat.
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
(bobot 1) sakitnya mengganggu
2 : Berat, segera aktivitasnya, kadang
ditangani Tn. T tidak tahan
1 : Tidak perlu segera dengan senut-senutnya.
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 4

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :


No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d 3 4/3
Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan
mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus 3 2/3
skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, 2 2/3
ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit.
 
E. Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan Kriteria Intervensi


Dx

1 Setelah dilakukan Non verbal Pain management (1400)


perawatan selama 5
hari, Tn. T 1. Monitor nyeri : lokasi,
mengalami karakteristik, durasi,
penurunan rasa frekuensi, keparahan dan
nyeri atau dapat faktor presipitasi
mentolerir rasa 2. Observasi respon non
nyeri dengan verbal klien saat nyeri
kriteria : terjadi
3. Gunakan komunikasi
1. Klien terapeutik untuk
memahami mengetahui pengalaman
mekanisme nyeri klien
nyeri yang 4. Jelaskan mekanisme nyeri
terjadi yang terjadi pada klien
2. klien 5. Ajarkan teknik distraksi
mengetahui dan dan relaksasi untuk
dapat mengurangi rasa nyeri
memperagakan 6. Berikan support sistem
teknik distraksi untuk mentolerir nyeri
dan relaksasi 7. Libatkan orang terdekat
3. klien tidak klien
banyak 8. (keluarga) untuk pemberian
mengeluh support sistem
tentang nyerinya 9. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
10. Kontrol faktor-faktor
pemicu timbulnya nyeri :
pembatasan aktivitas,
nutrisi tinggi serat, minum
air putih banyak, psikis
tidak terganggu
11. Identifikasi PQRST
sebelum dilakukan
pengobatan
12. Berikan obat analgetik
13. 12.   Menganjurkan klien
untuk bergerak perlahan
pada setiap melakukan
aktivitas
2 Setelah dilakukan Verbal Teaching : Disease Prosess
pendidikan pengetahuan (5602)
kesehatan, keluarga
mengetahui tentang 1. Menilai tingkat
pengetahuan keluarga yang
penyakit yang berhubungan dengan
diderita penyakit yang diderita oleh
keluarganya (AR), anggota keluarga (AR)
dengan kriteria 2. Menjelaskan pengertian
hasil : penyakit (AR)
3. Menjelaskan patofisiologi
-  Keluarga dapat penyakit (AR)
menjelaskan 4. Menjelaskan tanda dan
tentang pengertian, gejala yang muncul dari
penyebab, tanda penyakit yang dialami (AR)
dan gejala, serta 5. Menjelaskan penalaksanaan
penalaksanaan pada atau hal-hal yang harus
penyakit AR. dihindari
6. Mengidentifikasi
-  Keluarga dapat
kemungkinan penyebab
melakukan
terjadinya penyakit
perawatan dengan
7. 7.     Mendiskusikan dengan
mengontrol
keluarga tentang pilihan
makanan-makanan
terapi yang bisa dilakukan
yang harus
dihindari lansia

2 Setelah dilakukan Non verbal Immobilization care (0940)


perawatan selama 5
hari klien mampu 1. Diskusikan dengan klien
melakukan tentang imobilisasi
mobilisasi sesuai 2. Berikan contoh dan
kemampuan, klien demonstrasi mobilisasi
dan keluarga yang aman dan dapat
mampu melakukan dilakukan oleh klien
perawatan pada 3. Observasi terjadinya nyeri
lansia yang 4. Motivasi klien untuk
imobilisasi dengan melakukan mobilisasi
kriteria : sesuai kemampuan
5. Beri reinforcement atas
1.  Mampu upaya pemahaman
memotivasi diri informasi dan usaha
untuk mobilisasi yang dilakukan
melakukan
mobilisasi sesuai
kemampuan

4 Setelah dilakukan Verbal Fall Prevention (6490)


tindakan pengetahuan
keperawatan selama 1. Mengidentifikasi
ketidaktahuan dan
5 hari klien dapat kelemahan fisik yang
mencegah kemungkinan menjadi
terjadinya jatuh dan potensi terjadinya jatuh
aman dalam 2. Mengidentifikasi
pergerakannya, lingkungan sekitar yang
dengan kriteria dapat menjadi penyebab
hasil : jatuh
3. Memonitor nyeri,
-  Menggunakan kelemahan, keseimbangan
alat bantu yang tubuh lansia
dibutuhkan 4. Mengajarkan pada pasien
bagaimana mencegah
-  Menempatkan
terjadinya jatuh
barang-barang di
5. Menyarankan keluarga
tempat yang
untuk membantu kegiatan
sesuai agar tidak
pasien apabila diperlukan
menggangu
lansia
-  Memperhatikan
kondisi lantai
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno,
2004). Gerontologi berasal dari bahasa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan
logos berarti ilmu. Jadi, Gerontologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari proses menua dan masaalah yang terjadi pada lanjut usia (miller,
1990).

Proses menua adalah proses alamiah yang dialami oleh semua manusia
dan tidak dapat dihindari dan suatu proses menghilangnya secara perlahan-
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ memperganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan perubahan-perubahan struktur dan fungsiologi sel, jaringan, organ
dll sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan (wahit iqbal mubarak,
2012).

B. SARAN
Agar semua tim kesehatan dapat memberi pelayanan yang layak untuk
lansia dan pihak keluarga mampu merawat keluarganya yang lansia. Lansi
pun mampu mandiri dan tidak menarik diri dari sosial dan masyarakat dan
mampu merawat dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, siti. 2009. Lanjut usia dan keperawatan Gerontik. Yogjakarta: medical
book.

Wahyudi, Nugroho, SRM, 2000. Keperawatan Gerantik, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Iqbal, wahit Mubarak. 2012. Ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi.
Jakarta: selemba medika.
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta. EGC.

Jhonson R. dan Leny R 2010. keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga.
Yogyakarta: Nuha Medik.

Anda mungkin juga menyukai