Anda di halaman 1dari 33

Karakteristik perkembangan anak usia dini

A. Konsep anak usia dini

1. Definisi Anak Usia Dini


Terdapat beberapa definisi tentang anak usia dini. Definisi yang pertama, anak usia dini adalah anak
yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia kurang lebih delapan tahun (0-8) (Nurihsan,
2007). Sedangkan definisi kedua, menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 14 yang menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut. Definisi ketiga anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6 tahun. Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia nol
sampai 6 atau 8 tahun yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi
perkembangan anak sehingga disebut Golden Age. Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri.

2. Ciri-ciri Anak Usia Dini


Anak pada masa usia dini memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut: 1) Bersifat egosentris,
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dari pengetahuan dan pemahamannya
sendiri, serta dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh
akalnya yang masih sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain.
Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan dirinya
ke dalam kehidupan atau pikiran orang lain. Anak sangat terikat pada dirinya sendiri. Dia
menganggap bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya, dan juga belum
mampu memisahkan dirinya dari lingkungannya; 2) Relasi sosial yang primitive, ciri ini ditandai oleh
kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan
sosial sekitarnya. Artinya, anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi
orang lain atau anak lain di luar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-
benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Dengan kata lain anak membangun dunianya
dengan khayalan dan keinginannya sendiri; 3) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak
terpisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi jasmani dan rohani anak masih merupakan
kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas,
spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya. Anak tidak dapat berbohong
atau bertingkah laku purapura. Anak mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakannya secara
terbuka; 4) Sikap hidup yang fisiognomis, artinya secara langsung anak memberikan atribut/sifat
lahiriah atu sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena
pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan
rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada
di sekitarnyaa dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan
rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia ini sering bercakap-cakap
dengan binatang atau boneka.

1
Anak usia dini (0-6 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.
Karena itulah pada usia dini dikatakan sebagai Golden Age (usia emas) yaitu usia yang sangat
berharga dibanding usia-usia selanjutnya.
Aspek yang sangat menonjol dalam cara belajar anak usia dini adalah rentang perhatian yang pendek
(short attention span) dan orientasi perilakunya pada “sini dan kini” (here and now). Menurut Soegeng
(2000) secara umum karakteristik anak usia dini atau prasekolah adalah: suka meniru, ingin mencoba,
spontan, jujur, riang, suka bermain, selalu ingin tahu (suka bertanya) banyak gerak, suka
menunjukkan akunya (egois), unik, dan lain-lain.

3. Karakteristik Umum Anak Usia Dini


Pandangan para ahli pendidikan tentang anak cenderung berubah dari waktu ke waktu dan berbeda
satu sama lain sesuai dengan landasan teori yang digunakannya. Ada yang memandang anak sebagai
makhluk yang telah terbentuk oleh bawaannya atau memandang anak sebagai makhluk yang dibentuk
oleh lingkungannya. Ada juga ahli lain yang menganggap anak sebagai miniatur orang dewasa, dan
ada pula yang memandang anak sebagai individu yang berbeda.
Maria Montessori (dalam Hurlock, 1978) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode
sensitif atau masa peka terhadap anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu
dirangsang , diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Masa sensitif anak pada usia ini
mencakup sensitive terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan
tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap objek-objek kecil dan detail, serta terhadap aspek-
aspek sosial kehidupan.
Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan
masa selanjutnya. Erickson mengemukakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia
sebagai manusia. Perilaku yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-
kanak”. Karakteristik Umum atau sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:
a. Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.
b. Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri.
c. Aktif dan Energik, artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
d. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
e. Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya
menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
f. Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak tertutupi sehingga
merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
g. Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.
h. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu
i. Daya perhatian yang pendek
j. Bergairah untuk belajar.
k. Semakin menunjukkan minat terhadap teman.

4. Hakikat Perkembangan
a. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,melainkan
kualitatif, Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.

2
Menurut Yusuf Syamsu (2001: 15) , perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).
Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84) , perkembangan merujuk kepada perubahan yang
progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik ( jasmaniah) melainkan juga dalam
segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.

b.Pertumbuhan dan Perkembangan


Secara singkat dapat diutarakan perbedaan kedua istilah perkembangan dan pertumbuhan adalah
bahwa perkembangan (development), merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih
maju yang bersifat psikis. Adapun pertumbuhan (growth), merupakan tahapan peningkatan sesuatu
dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan merupakan tahapan perkembangan (a
stage of development) yang bersifat fisik.

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali digunakan seolah-olah keduanya mempunyai
pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah
kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya istilah pertumbuhan dan perkembangan ini mempunyai
pengertian yang berbeda.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya
pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan
struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain dari pengertian di atas,
pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsifungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam
fasefase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan
dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang
dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri
individu.
Rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak
yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi
pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, jika kondisi terus
berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat
kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh
lingkungan. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat
sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan
psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara
memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar
menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya
telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh. Dengan
demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf.
Selain itu perubahan juga bersifat progresif, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju,
meningkat dan mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh, perubahan pengetahuan
dan kemampuan anak dari yang bersifat sederhana berkembang ke arah yang lebih kompleks.

3
Berkesinambungan merupakan ciri lain dari perubahan yang terjadi, artinya perubahan itu
berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncatloncat atau karena unsur
kebetulan. Contoh, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak harus mampu berdiri dan
merangkak terlebih dahulu.8 Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari
hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak
memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Dari uraian pengertian perkembangan
di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena
pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain,
perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan
fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar. Psikologi perkembangan anak (early childhood development),
hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia enam atau delapan tahun.
Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak
terbentuk pada kurun waktu empat tahun pertama sejak kelahirannya.
Pada saat anak mencapai usia delapan tahun, maka perkembangan otak anak telah mencapai 80%
perkembangan otak berada pada rentang usia tersebut. Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali
Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya saat setelah diluar
kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neutron dan bertriliun-triliun sambungan
antarneutron. Melalui persaingan alami akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang
digunakan akan mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan
informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan ini merangsang bertambahnya
produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakin banyak zat myelin yang diproduksi
maka semakin banyak dendrite yang tumbuh, sehingga akan semakin banyak synapse yang berarti
lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit.

5. Memasuki Dunia Anak-Anak


a. Pemahaman Dunia Kanak-Kanak
Apabila hendak memahami kehidupan anak bayi dan anak-anak maka kita harus mengobservasi
terhadap tingkah laku anak-anak tersebut. Sebab anak masih belum mampu bercerita tentang
keadaannya sendiri dan belum mampu mengungkapkan kehidupan psikisnya.Ketika anak-anak
menjadi lebih dewasa, kita dapat melakukan observasi terhadap tingkah lakunya, dan bisa
mendengarkan ceritanya tentang keadaan dirinya. Namun kita harus menyadari bahwa hampir tidak
ada seseorang anak yang bersedia membukakan segenap perasaan dan isi hatinya kepada orang lain.
Ada semacam keengganan, “ketakutan” atau rasa malu yang menghambat dirinya untuk membukakan
isi perasaan dan fikirannya, sekalipun terhadap ibu sendiri atau terhadap orang tua.Pengaruh
kehidupan masa kanak-kanak sangat penting untuk membentuk pandangan hidup kita selanjutnya.
Banyak masalah yang timbul dalam kenangan, misalnya hari pertama masuk sekolah, hari ulang
tahun, kematiaan orang terdekat, atau satu perkelahian dengan seorang kawan. Sebab semua kenangan
pengalaman pribadi akan memberikan nuansa warna bagi setiap peristiwa yang dialami.Ada tiga
pokok yang terdapat pada kehidupan anak manusia menuju kedewasaan. Pertama konsepsi atau
conceptie dirinya, ada dalam kandungan ibunya, sebagai wujud atau sebagai organisme yang tumbuh.
Kedua kelahirannya di dunia, yang memberikan kejutan-ketakutan-kesakitan, sehingga ia
mengeluarkan jerit tangis melengking ketika harus meninggalkan rahim ibunya. Ketiga kemampuan
realisasi diri menjadi pribadi atau person. Pada fase ketiga ini setiap individu menghayati
eksistensinya sebagai pribadi yang berbeda dengan orang lain. Tanda-tanda kesadaran-diri itu menjadi
semakin jelas dan makin kuat pada tiga tahun pertama, dan menjadi semakin kuat dengan
bertambahnya umur sang anak.

4
b. Fase Pasif dan Fase Aktif
Pribadi anak yang pada suatu saat berusaha secara aktif untuk memberikan bentuk dan isi pada
kehidupan sendiri itu pada mulanya ada dalam keadaan pasif atau bersifat pasif. Namun sampai batas-
batas tertentu anak dengan bebas masih bisa menggunakan segala perlengkapan jasmaniahnya. Hal ini
sangat bergantung pada fasilitas-fasilitas yang diberikan lingkungan dan orang tua yang mengasuh
dirinya. Yaitu apakah lingkungan bisa menstimulir atau justru mengahambat pertumbuhan dan
perkembangan segenap potensinya.
Fase kemudian pada saat anak bisa menghayati diri sendiri sebagai AKU atau person, dapat disebut
sebagai fase aktif. Pada saat itu, anak mulai menyadari bahwa ia mempunyai kemauan.

6. Pembagian Fase-Fase Perkembangan


Adapun perkembangan jasmani dianggapnya penting ialah pertukaran gigi pada umur tujuh tahun, dan
tumbuhnya tanda-tanda pubertas seperti perubahan suara, kumis, tandatanda kelamin sekunder lainnya
yang timbul pada umur 14 tahun. Atas dasar itu pembagian dilakukan sebagai berikut:
1.Periode I: dari 0,0-7,0 tahun (periode anak kecil)
2.Periode II: dari 7,0-14,0 tahun (periode sekolah)
3.Periode III: dari 14,0-21,0 tahun (periode pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa)

a. Perkembangan Menurut Aristoteles


Aristoteles (384-322 S.M.) membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam 3 septenia (3
periode kali 7 tahun), yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah yang penting; yaitu 1) pergantian gigi dan 2)
munculnya gejala-gejala pubertas. Hal ini didasarkan para paralelitas perkembangan jasmaniah
dengan perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
0-7 tahun disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain
7-14 tahun masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah
14-21 tahun masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.

b. Perkembangan Menurut Charlotte Buhler


Charlotte Buhler membagi masa perkembangan sebagai berikut:
Fase pertama, 0-1 tahun: masa menghayati obyek-obyek diluar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-
fungsi. Terutama melatih fungsi motorik; yaitu fungsi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari
badan dan anggota badan.
Fase kedua, 2-4 tahun: masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai penghayatan
subyektif. Mulai ada pengenalan pada AKU sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri.
Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan obyektif, melainkan memindahkan keadaan
batinnya pada bendabenda diluar dirinya. Karena itu ia bercakap-cakap dengan bonekanya, bergurau
dan berbincang-bincang dengan kelincinya; seperti kedua binatanag dan benda permainan itu betul-
betul memiliki sifat-sifat yang dimilikinya sendiri. Fase ini disebut sebagai fase bermain dengan
subyektivitas yang sangat menonjol
Fase ketiga, 5-8 tahun: masa sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki masyarakat luas
(misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan teman sepermainan dan sekolah rendah). Anak
mulai belajar mengenal dunia belajar secara obyektif. Dan ia mulai belajar mengenal arti prestasi dan
tugas-tugas kewajiban.

5
Fase keempat, 9-11 tahun: masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas
tertinggi. Kegiatan mencoba dan bereksperimen yang didorong dengan rasa ingin tahu yang besar.
Pada akhir fase ini anak mulai “menemukan diri sendiri”, yaitu secara tidak sadar mulai berfikir
tentang diri pribadi. Pada waktu itu anak sering kali mengasingkan diri
Fase kelima, 14-19 tahun: masa tercapainya sikap ke dalam batin sendiri dengan sikap keluar kepada
dunia obyektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya anak bersikap subyektif (subyektivitas pertama
terdapat pada fase kedua, yaitu usia 3 tahun) akan tetapi subyektivitas kedua kali dilakukan secara
tidak sadar setelah berumur 16 tahun, pemuda dan pemudi mulai belajar melepaskan diri dari
persoalan tentang diri sendiri. Ia lebih mengarahkan kedalam kehidupan yang lebih konkrit. Lambat
laun akan terbentuk penyesuaian. Diantara subyek dan obyek mulai terbentuk menjadi satu. Maka
berakhir masa perkembangan anak dan perkembangan dewasa lalu memasuki masa kedewasaan.

c. Perkembangan Menurut Kohnstamm


Dalam bukunya “ Persoonlijkheid in wording” (kepribadian yang tengah berkembang), membagi
masa perkembangan dalam beberapa fase, sebagai berikut:
1. Masa bayi atau masa vital
2. Masa anak kecil, masa estetis
3. Masa anak sekolah, masa intelektual
4. Masa pubertas dan adolesensi, masa sosial
5. Manusia yang sudah matang
Menurut Kohnstamm, manusia selalu dalam proses pembentukan dan perkembangan yang akan tidak
kunjung selesai terbentuk. Maka proses “menjadi seseorang pribadi” merupakan tugas yang tidak
kunjung selesai dalam kehidupan manusia. Pengertian pribadi menurut Kohnstamm mengandung
sifat-sifat normatif artinya mengandung persyaratan dan cita-cita atau harapan tertentu.watak dan
pribadi seorang dewasa tidak dapat selalu berpautan dengan semua pengalaman pada masa kanak-
kanak.

d. Perkembangan Menurut Oswald Kroh


Oswald Kroh, membagi masa perkembangan dalam 3 fase, berdasarkan batas-batas yang tegas dan
ditandai atau dibatasi oleh dua masa “Trotzalter” atau masa mendatang. Yaitu:
1. Dari lahir sampai masa menentang pertama, 0-4 tahun. Disebut pula sebagai masa kanak-kanak
pertama.
2. Dari masa-menentang pertama sampai pada masa menentang kedua, 4-14 tahun. Disebut pula
sebagai masa keserasian atau masa bersekolah.
3. Masa menentang kedua sampai akhir muda. Disebut pula sebagai masa kematangan, 14-19 tahun
batas fase ketiga ini adalah akhir masa remaja.
Pada masa Trotzalter timbul antara lain sikap-sikap melawan, memberontak, agresif, keras kepala,
dorongan kuat untuk menuntut pengauan Aku-nya, emosi-emosi yang meledak-ledak, yang diselingi
duka hati, rasa sunyi, kebingungan, dan gejala-gejala emosional yang kuat lainnya. Trotzalter
menjumpai pertama kali pada tahun ke-3 sampai permulaan ke-4 dan kedua kalinya pada masa
pubertas. Bagi anak perempuan terjadi umur 12 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun.

6
e. Perkembangan Menurut Hackel
Menurut teori orang membedakan 4 periode dalam masa perkembangan anak yaitu:
1. Masa perampokan/penggarongan dan masa perburuan, sampai kira-kira usia 8 tahun. Pada masa ini
anak-anak memperlihatkan kesukaan menangkap macammacam binatang dan serangga, main panah-
panahan dan ketapel-pelanting, membangun teratak; main selinap, mengendap-endap dan memburu
kawankawannya.
2. Masa pengembalaan, ± 8-10 tahun. Pada usia ini anak suka sekali memelihara ternak dan binatang
jinak. Misalnya memelihara kelinci, merpati, bajing, kucing, anjing, kambing, domba, ayam, dan lain-
lain. Dengan penuh kasih sayang anakanak menimang-nimang dan membelai binatang pelihraannya.
3. Masa pertanian, ± 11-12 tahun. Pada usia ini anak meperlihatkan kesukaan menanam macam-
macam tetumbuhan dan kegiatan berkebun.
4. Masa perdagangan, ± 13-14 tahun. Anak gemar sekali mengumpulkan macammacam benda, serta
bertukar atau jual beli perangko, uang receh, kartupos bergambar, manik-manik, batu-batuan, dan
lain-lain.

f. Perkembangan Menurut William Stern


Pada lazimnya seorang anak muda disebut sebagai dewasa apabila ia telah mencapai umur 21 tahun.
Karena pada usia ini ia dianggap sanggup berdiri sendiri, dan bisa bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas-tugas hidupnya. Dengan pengalaman dan kemampuannya ia dianggap sanggup
menjadi seorang pribadi atau person, yaitu seorang manusia “dewasa baru”. Dia dianggap bisa
mandiri, dan menjadi manusia “yang dicita-citakan” menurut pola angan-angannya; yaitu seorang
manusia baik atau buruk menurut kriteria normatif sendiri. Pada saat inilah benar-benar dimulai
proses pendidikan diri sendiri. Apakah dia menjadi bertambah sempurna dan semakin kaya hidup
kejiwaannya, ataukah menjadi lebih buruk dan jahat, semuanya dipengaruhi oleh pilihannya sendiri
dan pengalaman hidupnya. Untuk itu diperlukan pengembangan kemampuan:
1. Mengontrol diri sendiri
2. Kepatuhan pada disiplin
3. Kejujuran dan keberanian untuk melakukan instropeksi atau mawas diri
Dengan kemampuan tersebut akan timbul kesadaran anak untuk tanggung jawab dan pementukan diri
sendiri menjadi pribadi yang berwatak.

g. Perkembangan Menurut Johan Amos Comenius


Gohan Amos Comenius (1592-1671) dalam bukunya “Didactica Magna” membagi periode
perkembangan sebagai berikut:
1. 0-6 tahun, periode sekolah-ibu
2. 6-12 tahun, periode sekolah-bahasa-ibu
3. 12-18 tahun, periode sekolah-latin
4. 18-24 tahun, periode universitas
Dalam hal ini Comenius lebih menitiberatkan aspek pengajaran dari proses pendidikan dan
perkembangan anak. Tahun pertama 0-6 tahun disebut sebagai periode sekolahibu, karena hampir
semua usaha bimbingan-pendidikan (perawatan dan pemeliharaan) berlangsung ditengah keluarga.
Terutama pada aktivitas ibu sangat menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

7
Usia 6-12 tahun disebut periode sekolah-bahasa-ibu, karena pada periode ini anak baru mampu
mengahayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu dipakai
sarana komunikasi dengan orang lain.
Pada usia 12-18 tahun anak mulai diajarkan bahasa latin, sebagai bahasa kebudayaan yang dianggap
paling kaya dan paling “tinggi” kedudukannya saat itu.
Periode sekolah-latin ini kemudian ditunjukkan dengan periode Universitas, dimana anak mengalami
proses budaya dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu
pengetahuan.

h. Perkembangan Menurut (Mudzakir & Sutrisno 1997: 87)


Ia berpendapat bahwa sejak lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:
a. Tahap I: dari 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun disebut dengan fullungs (pengisian) periode-1, dimana
pada periode ini anak kelihatan pendek gemuk.
b. Tahap II: dari kira-kira 3,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun; yang disebut dengan streckungs
(rentangan) periode-I, dimana pada periode ini anak kelihatan langsing, memanjang, dan meninggi.
c. Tahap III: dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun; yang disebut dengan fullungs periode-2,
pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.
d. Tahap IV: dari kira-kira 13,0 sampai kira-kira 20,0 tahun; yang disebut dengan masa streckungs
periode-2, dimana pada masa ini anak kelihatan langsing kembali.

i. Perkembangan Menurut Hurlock


a .Tahap I: fase prenatal (sebelum lahir), terhitung mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu
sampai sekitar sembilan bulan (280 hari).
b. Tahap II: infancy (bayi baru lahir, orok), terhitung sejak lahir sampai usia 10 atau 14 hari.
c. Tahap III: babyhood (bayi), mulai dari 14 hari sampai 2 tahun.
d. Tahap IV: childhood (kanak-kanak), mulai dari 2 tahun sampai masa remaja (puber)
e. Tahap V: adolesence/puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai 21 tahun. Pada tahap adolesence
ini terbagi tiga golongan yaitu: (a) pre-adolescence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun,
sedangakan pria lebih lambat dari itu; (b) early adolescence, pada usia 16-17 tahun; dan (c) late
adolescence, masa perkembangan yang terakhir hingga masa usia kuliah.

j. Perkembangan Menurut Sumiati Ahmad Mohammad


a. Tahap I: mulai dari 0-1 tahun, disebut masa bayi
b. Tahap II: mulai dari 1-6 tahun, disebut masa prasekolah
c. Tahap III: mulai dari 6-10 tahun, disebut masa sekolah
d. Tahap IV: mulai dari 10-20 tahun, disebut masa pubertas
e. Tahap V: mulai dari 20-40 tahun, disebut masa dewasa
f. Tahap VI: mulai dari 40-65 tahun, disebut masa setengah umur (prasenium)
g. Tahap VII: mulai 60 tahun ke atas, disebut masa lanjut usia (senium).
Prinsip-Prinsip Perkembangan
Prinsip perkembangan yang aktif terletak didalam diri anak sendiri. Gejala perkembangan
dikendalikan oleh pembawaan, bakat dan kemauan anak. Jiwa anak yang dinamis memberikan
kekuatan atau daya pada tingkah lakunya, dan mendorong fase-fase perkembangan secara berturut-
turut.

8
Watak dan pribadi seorang dewasa tidak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, khususnya
pengalaman pada masa kanak-kanak. Beberapa prinsip perkembangan dicantumkan sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Sebagai Proses “Menjadi”


Pertumbuhan dan perkembangn pada setiap organisme itu mempunyai prinsip sebagai berikut: selalu
berproses untuk “menjadi”. Perkembangan yang dinamis didasari oleh:
1. Faktor-faktor hereditas (pembawaan kodrati)
2. Dirangsang oleh pengaruh lingkungan atau alam sekitar, dan
3. Diperlancar oleh usaha belajar
Dengan kemauannya anak mampu melakukan seleksi atau pilihan juga mampu melatih fungsi-
fungsinya dengan satu kebebasan. Dan dikemudian hari anak akan berusaha menjadi pribadi menurut
konsep, cita-cita dan keinginan sendiri. Sehubungan dengan kebebasan anak yang leluasa memilih
satu pola hidup tertentu, mengarah pada satu tujuan hidup tertentu. Namun anak selanjutnya akan
memahami, bahwa kebebasannya dibatasi oleh faktor-faktor hereditas atau pembawaan kodrati, dan
dibatasi dengan kondisi lingkungannya.

b. Paduan Antara Dorongan-Dorongan Mempertahankan Diri Dan Pengembangan Diri


Pada setiap orang terdapat dorongan fisik dan psikis untuk mempertahankan diri dan mempertahankan
hidupnya. Dorongan mempertahankan diri berpadu dengan dorongan mengembangkan diri itu artinya:
apa yang sudah dicapai oleh seseorang berkat perkembangan dirinya, akan dipertahankan (tidak
dilepaskan), dan dijadikan miliknya. Berkat dorongan mempertahankan diri tersebut seseorang akan
menyimpan segala pengalaman yang berguna. Paduan antara dorongan mempertahankan diri dan
pengembangan diri ini merupakan proses sintense-integrasi baru.

c. Individualitas Anak Dan Perbedaan Individual


Ciri-ciri karakteristik yang tampak sejak lahir itu cenderung kuat dan tetap bertahan sampai usia
dewasa sekalipun terdapat perbedaan sedikit-sedikit. Misalnya saja seorang bayi yang menjerit
dengan suara melengking untuk disusui, akan bertingkah laku dalam menuntut perhatian orang tuanya
pada usia anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan menggetarkannya suara bentakan dan teriakannya
ketika anak tersebut mulai pandai berbicara.Individualitas anak memiliki ciri-ciri karakteristik dan
punya sistem nilai sendiri, yang patut dihargai dan diperhitungkan dalam usaha merawat, mengasuh,
dan mendidik anak. Dan perbedaan fisik serta psikis anak yang didukung pula oleh perbedaan sistem
nilai anak mengakibatkan perbedaan respons atau reaksi masing-masing anak terhadap pengaruh
lingkungan, usaha bimbingan, dan upaya pendidikan.

d. Anak Sebagai Makhluk Sosial


Anak merupakan pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk
memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui dan dihargai. Hanya dalam komunikasi dan
relasi dengan orang lain (dengan guru, pendidik, pengasuh, orang tua, anggota keluarga, kawan
sebaya, kelompoknya dan lain-lain) dia bisa berkembang menuju pada kedewasaan. Hubungan anak
dengan orang dewasa juga dengan orang tua adalah relasi yang timbal balik dan saling pengaruh
mempengaruhi. Jadi setiap tingkah laku anak dikaitkan dengan satu kader-refrensi manusiawi.
Individu sosial dengan tingkah laku sosial selalu dikomunikasikan dengan manusia lain. Baik
individualitas anak maupun ciri sosialnya atau sosialitas anak itu sama pentingnya.

e. Hukum Konvergensi Dari William Stern


Dalam setiap perkembangan anak, faktor hereditas atau endogin dan faktor lingkungan atau milieu
(faktor eksogin atau faktor sosial) itu bekerjasama. Kedua-duanya saling terlibat dan berpengaruh satu
sama lain, kedua faktor tersebut memberikan proses perkembangan anak. Pengaruh paling besar
selama perkembangan anak pada lima tahun pertama ialah pengaruh orang tuanya. Pribadi orang tua
merupakan faktor yang besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak.

f. Pemenuhan Kebutuhan Sebagai Sumber Dinamika Aktivitas Anak


Menurut teori equilibrium, setiap individu selalu berusaha mencari kondisi keseimbangan dengan
jalan mengatasi kesulitannya berupa iritasi, frustasi, dan barikade-barikade dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya.

g. Penggunaan Fungsi-Fungsi Secara Spontan Sebagai Kemampuan Tumbuh


Sejak masa bayi, anak senantiasa menunjukkan usaha untuk maju dengan bantuan segenap peralatan
fisik dan psikisnya, untuk mencapaik kemungkinan baru yang terletak didepannya. Anak tersebut
benar-benar adalah seorang yang giat dalam memajukan perkembangan pribadinya. Maka ciri khas
dari perkembangan kemampuan atau kapasitas anak ialah:
1. Kecenderungan untuk menggunakan semua kapasitas, kemungkinan, kekuatan, dan kemampuannya
secara spontan dan aktif
2. Mekanisme perkembangan anak sudah sejak semula dilengkapi dengan self-starter yang dinamis.

h. Tempo dan Ritme Perkembangan yang Khas


Tempo perkembangan dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor kesempatan dari luar. Faktor luar atau
ekstern antara lain berupa pemeliharaan jasmaniah dan rohaniah yang cukup sehat dan memadai.

i. Kematangan dan Masa Peka


Hampir semua fungsi jiwani memerlukan periode berlatih atau periode belajar. Kadang kala periode
tersebut berlangsung pendek namun berlaku agak lama. Misalnya pada proses bercakap-cakap. Yang
menarik perhatian kita pada umumnya adalah:
1. Dalam melatih fungsinya anak memerlukan stimulus dari luar
2. Tidak membutuhkan dorongan dari orang tuanya. Karena anak dilatih secara spontan dan dengan
usaha kemampuan sendiri.
Proses kematangan (maturation) ditandai dengan kematangan potensi-potensi dari organisme, baik
yang fisik maupun yang psikis, untuk menuju perkembangan yang maksimal. Sehubungan dengan
kematangan dan kepekaan anak mengusahakan agar pada saat kematangan tidak terjadi rintangan
yang mengahambat perkembangan fungsifungsi tersebut.

j. Perkembangan Sebagai Proses Diferensiasi


Maksud dari proses diferensiasi adalah ada prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas
itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan. Sejak bayi dilahirkan telah mempunyai gambaran total atau gambaran lengkap hanya
saja gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Dari perkembangan sepanjang pertumbuhan
anak berangsur-angsur bagiannya bertambah nyata, jelas, dan kompleks.

10

k. Masa Trotzalter
Masa perkembangan anak berlangsung dua kali dalam masa perkembangan anak, yang pertama usia ±
3-4 tahun, dan yang keuda kalinya pada permulaan masa pubertas sekitar umur 12-15 tahun. Saat-saat
pemberontakan dan penentangan ini dikenal sebagai TROTZALTER (usia keras kepala, usia tegar).
Ciri yang sangat menonjol pada periode trotzalter ialah usia keras kepala dan suka menentang. Hal ini
disebabkan karena anak sedang dalam fase menemukan diri sendiri AKU-nya, dan tengah menghayati
kemampuan diri serta harga-diri.
Berkat penemuan tersebut anak ini ingin mencoba segala potensi dan kemampuannya yang
ditunjukkan pada dunia luar. Anak menjadi tidak puas dengan otoritas orang tua atau pengasuhnya
yang dianggap selalu mengatur pribadinya, sehingga anak mencoba menerapkan sikap baru yang
biasanya disertai dengan luapan-luapan emosi yang kuat antara lain: rasa marah (agresi),
kecenderungan memberontal, menentang, keras kepala, tegar, rasa kebingungan, kecaman-kecaman
pedas terhadap orang tua, keengganan, sikap mogok, bimbang hati, berduka hati.
Dan sesekali anak ingin memberontak, membantah, dan menentang segala sesuatu yang dirasakan
sebagai kurang memuaskan akan tetapi pemberontak anak didorong oleh:
1. Keinginan menuntut hak-haknya, serta
2. Menuntut pengakuan atas status dan martabat dirinya.
Sikap memberontak dan menentang merupakan gejala perkembangan yang wajar setiap
perkembangan individu anak. Masa menentang dianggap sebagai saat pancaroba, penuh badai-badai
emosi yang tidak menentu. Trotzalter disebut sebagai masa peralihan (masa transisi) dalam proses
perkembangan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak pindah ke masa pubertas remaja.

i. Perjuangan Sebagai Ciri Dari Perkembangan


Anak biasanya menghormati dan mencintai orang tuanya. Akan tetapi kadang-kadang ia menjadi
marah oleh perbuatan dan larangan orang tua. Pada umumnya anak-anak merasa senang ditengah
kawan sebayanya. Namun ada kalanya konflik dan berkelahi dengan kawan sepermainan. Pada
stadium ini seringkali dia bertingkah berlebihan. Begitu besarnya minat anak oleh suatu kegiatan
(misalnya belajar, menulis, berjalan, bermain-main, dan lain-lain), sehingga kejadian-kejadian lain
diabaikan sama sekali. Sepanjang menuju ke arah kematangannya, anak pasti pernah menderita,
berduka hati, terjatuh atau terluka-luka ada kalanya ia mengalami trauma psikis atau luka jiwa. Ciri
hidup yang sehat dicirikan oleh kemampuan manusia-anak dan orang dewasa-untuk mengulangi atau
mengatasi kepedihan ketegangan, kemalangan, dan duka derita dengan rasa tawakal, keberanian,
ketabahan, dan kemauan besar untuk mengatasi segala ujian hidup. Dengan begitu dia akan mampu
mengambil sari manfaat semua pengalaman menuju pada proses kedewasaan, pematangan diri,
realisasi-diri, transendensi-diri, dan penyempurnaan dari pada tingkat insani.

j. Pemulihan Diri dan Revisi Kebiasaan


Kemampuan lain yang ikut membantu proses perkembangan anak ialah: kemampuan anak untuk
memikul kemalangan dan derita, dan kemampuannya untuk memulihkan diri atau menyembuhkn diri
sendiri dari kemalangan dan duka lara. Dalam perkembangan anak terdapat apa yang disebut sebagai
saat-saat kritis, dimana bisa berlangsung titik patah atau breaking point. Pada peristiwa sedemikian
pengalaman-pengalaman tertentu akan meninggalkan akibat buruk berupa cedera rokhaniah yang
parah pada anak, yang sukar dipulihkan. Contohnya: seorang anak yang lambat sekali dalam
kemampuan membaca, setiap kali mendapatkan ejekan, olokan, cemoohan dan tekanan tertentu dari
orang tua atau sodaranya (kira-kira pada usia 6-8 tahun).

11
Pada saat kematangan fungsi-fungsi tertentu dimana anak secara otomatis melatih fungsi tersebut,
anak tidak hanya mampu berprestasi dalam usahanya akan tetapi dia juga sanggup meningkatkan dan
memperbaiki aktivitasnya. Bahkan juga mengubah sama sekali beberapa kebiasaan tingkah laku.
Contohnya: seorang bayi yang biasanya bangun pada jam 4 pagi, dan sering mengejutkan ibunya
dengan tangis melengking, setelah mencapai usia 4 tahun akan sulit dibangunkan pada jam 8 pagi.
Seorang anak laki-laki yang jorok pada usia 10-12 tahun, tiba-tiba jadi seseorang yang rapi dan cermat
pada usia 18 tahun. Fenomena yang diungkapkan disebut sebagai perkembangan dari fungsi revisi
terhadap kebiasaan-kebiasaan, yang memiliki nilai praktis bagi usaha pendidikan dan kedisiplinan
pada anak.
Sehubungan dengan kekurangan-kekurangan pada diri anak-anak (misalnya malas bangun pagi, acuh
tak acuh dan jorok, kurang minat membaca, takut bergaul dengan anak gadis, dan lain-lain), orang tua
tidak perlu terlampau khawatir dengan kekurangan anaknya.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Motivasi belajar anak
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk
belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana
lainnya.
2. Gizi anak
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Untuk tumbuh kembang
diperlukan zat makanan yang adekuat seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air
yang harus dikonsumsi secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya.
Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan anak, sedangkan
kelebihan makanan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak. Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada
makanan atau nutrisi, yaitu:
• Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia
dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat
menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun. Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat
yang cukup maka bisa didapatkan dari susu, padi-padian, umbi-umbian, ketela, kentang, jagung,
buahbuahan, sukrosa, sirup dan tepung.
• Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel, selain itu tersedianya
protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai
larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino
essensial dan selebihnya asam amino non essensial. Jumlah protein dalam tubuh harus tersedia dalam
jumlah yang cukup. Apabila tersedia dalam jumlah kurang akan menyebabkan kelemahan, oedem,
dapat kwashiorkor bila kekurangan protein saja, bila protein diserai kalori menyebabkan marasmus.
Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang
buncis, dan padi-padian.
• Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A,D,E,K yang larut dalam
lemak, komponen lemak terdiri dari lemak alamiah sekitar 98% diantaranya trigliserida, dan gliserol
sedangkan 2% nya adalah asam lemak bebas diantaranya monogliserida, digliserida, kolesterol dan
fosfo lipid termasuk lesitin, sefalin, serebrosid.

12
Lemak ini merupakan sumber yang kaya akan energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti
pembuluh darah saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh, dapat membantu rasa kenyang
(penundaan waktu pengosongan lambung).
• Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme.
• Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yang terdiri dari
kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, jodium, besi, magnesium, mangan, kalium, natrium,
sulfur dan seng.
• Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan air pada balita relatif
tinggi yaitu 75-80% dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air
bagi tubuh berfungsi sebagai pelarut, sebagai medium ion, transport nurien, dan produk buangan dan
pengaturan suhu tubuh.sumber zat air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.
3. Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh lebih besar dalam kecerdasan motorik kasar anak.
Lingkungan dapat meningkatkan atau menurunkan saraf kecerdasan anak terutama pada masa-masa
pertama kehidupannya. Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu.
Menurut Gerungan (2002) terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan
permisif.
• Pola Asuh Demokratis (otoritatif)
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk
berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik
dari orang tua. Pola asuh ini cocok dan baik diterapkan pada orang tua kepada anak-anaknya. Orang
tua bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua
tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang
melampaui kemampuan anak. Suasana pola asuh demokratik yaitu pengasuh harus peka terhadap
isyarat-isyarat bayi, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang dan kegembiraan,
menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk
mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik,
memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau
ketika melakukan kesalahan.
• Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana
orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus di patuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu
perasaan anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan
yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak
dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang tua yang telah
membesarkannya. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.

13
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu
arah (Ira Petranto, 2005), misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa
penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya
kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Anak suka atau tidak suka, mau tidak
mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah objek yang harus dibentuk orang
tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya (Ilahi, 2013).
• Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Apapun yang mau
dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, nakal, melakukan banyak kegiatan maksiat,
pergaulan bebas negatif, atrialistis dan sebagainya. Biasanya pola pengasuh anak oleh orang tua
semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan
lain yang akhirnya lupa mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi
materi atau harta saja dan terserah anak itu mau berkembang seperti apa. Pola asuh ini memberikan
kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga sering kali disukai oleh anak (Ira Petranto,
2005), misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari
kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak
untuk anak kecil, dengan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapkan
pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya (Ilahi, 2013).
4. Stimulasi
Simulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan-luar anak, yang merupakan bagian dari
kebutuhan anak yaitu asah atau kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin
dan terus menerus pada setiap kesempatan (Nursalam, 2005). Beberapa tahun yang lalu, telah
dikembangkan progam BKB (Bina Keluarga dan Balita) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
untuk anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin.
Alat pemainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang berfungsi untuk mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak, antara lain motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi.progam BKB
merupakan progam yang menunjang progam-progam yang sudah ada di posyandu, dalam upaya
peningkatan kualitas tumbuh kembang anak. Bentuk dari stimulasi yaitu bermain, permainan, Alat
Permainan Edukatif (APE) dan teman bermain.
• Bermain
Anak bebas mengepresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya, sehingga dengan
memberikan kebebasan bermain, orang tua mengetahui suasana hati anak. Diharapkan bahwa dengan
bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang secara optimal
(Soetjiningsih, 2013).
• Permainan
Berdasarkan isinya, bermain dapat dibedakan menjadi permainan yang berhubungan dengan orang
lain (social effective play). Permainan yang berhubungan dengan kesenangan (sense pleasure play),
permainan yang hanya memperhatikan saja (unocucied behavior), dan permainan keterampilan (skill
play). Berdasarkan karateristik sosial, bermain merupakan interaksi antara anak dan orang dewasa
yang dipengaruhi oleh usia anak. Pada tahun-tahun pertama, anak lebih suka bermain sendiri.

14
Tipe bermain berdasarkan karakteristik sosial diantaranya adalah permainan dengan mengamati
teman-temannya bermain bersama tanpa interaksi (parallel play), permainan dengan bersama tanpa
rujukan kelompok (associlatif play), dan permainan dengan permainan bersama yang tidak diorganisir
(noncooperative play).
• Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif yang merupakan alat permainan yang dapat mengeoptimalkan perkembangan
anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk mengembangkan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (Soetjiningsih, 2013).
• Teman Bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak membantu anak menghadapi
perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama orang tua maka hubungan orang tua dan anak menjadi
akrab.
Bermain merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak, sehingga perkembangan intelektualnya
optimal. Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh, diperlukan stimulasi yang
terarah dengan bermain, latihan-latihan, atau olahraga yang teratur.
Macam – macam stimulasi:
• Stimulasi visual
Stimulasi visual (yang dapat dilihat dengan mata, seperti gambar, buku dan sebagainya). Untuk
meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya.
• Stimulasi verbal
Untuk perkembangan bahasa anak, karena kualitas dan kuantitas vokalisasi anak dapat bertambah
dengan stimulasi verbal dan anak akan mengembangkan inisiatif atau idenya melalui pertanyaan-
pertanyaan.
• Stimulasi auditif (pendengaran)
Kuantitas dan kualitas suara yang di dengar oleh anak mempengaruhi perkembangannya misalnya
pada lingkungan yang ribut dengan suara yang simpang siur maka anak tidak dapat membedakan
stimulasi auditif yang diperlukan, sehingga anak mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai
macam suara dan kelak akan berdampak pula pelajaran membaca.
• Stimulasi taktil (sentuhan)
Pemberian sentuhan pada anak dengan tujuan agar tidak menimbulkan penyimpangan perilaku social,
emosional, dan motorik.
Cara melakukan stimulasi dini:
Stimulasi sebaiknnya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan balita. Misalnya
ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak
jalan-jalan bermain, menonton tv, menjelang tidur.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan, yaitu:
(a) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
(b) Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang
yang terdekat dengannya.
(c) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
(d) Lakukan stimulasi dengan cara bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan
tidak ada hukuman.

15
(e) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke-4 aspek
kemampuan dasar anak.
(f) Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar kita.
(g) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
(h) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya (Depkes RI, 2005).
5. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan stimulasi kepada anak. Hal ini
dikarenakan pada usia anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu
perkembangan yang optimal. Pengetahuan dan kognitif yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt Behavior).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contohnya dapat menyebutkan tanda-tanda
keterlambatan perkembangan pada anaknya.
• Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap
objek yang dipelajari. Contohnya dapat menjelaskan mengapa harus memantau perkembangan
motorik anak.
• Aplikasi (application)
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prisip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
• Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih disalam satu struktur organisassi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan.
• Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
Contohnya dapat menyusun, dapat merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
• Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Contohnya, dapat membandingkan antara anak ayng cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB.
6. Kesehatan anak
Kesehatan anak harus mendapatkan perhatian dari orang tua dengan cara segera membawa anaknya
yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Anak yang sehat pada umumnya akan
tumbuh dengan baik. Berbeda dengan anak yang sering sakit, biasanya akan mempengaruhi tumbuh
kembangnya.

16

7. Perumahan
Keadaan perumahan yang layak, dengan kontruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya,
akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya, rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang cukup, yang tidak penuh sesak dan cukup leluasa bagi anak untuk bermain serta
bebas populasi akan menjamin perkembangan anak (Soetjiningsih, 2013).
8. Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan pada anak. Keadaan sosial ekonomi yang
rendah biasanya selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan lingkungan yang jelek
dan ketidaktahuan. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan
kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak yang sosial ekonomi rendah. Demikian juga
dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi
dan mereka sering tidak mau atau tidak menyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau
pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu perkembangan anak.
9. Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak, pada keluarga yang mampu dapat menyebabkan berkurangnya perhatian
dan kasih sayang yang diterima anak.
10. Kelompok sebaya
Anak memerlukan teman sebaya untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Perhatian dari orang tua
tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, harus
diperhatikan teman sebayanya, Karena teman sebaya dapat mempengaruhi untuk hal-hal yang tidak
baik, seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang, alcohol, merokok, dan sebagainya.
11. Keluarga
Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Interaksi orangtua - anak merupakan suatu proses majemuk yang dipengaruhi banyak faktor, yaitu
kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran anak yang lain, tingkah laku setiap anggota
keluarga dan pengaruh luar.

8. Fase Perkembangan pada Anak Usia Dini


a. Perkembangan dan Pertumbuhan Kemampuan Fisik
Sebagai seorang orang yang dewasa, orang tua menantikan tonggak penting seperti belajar bagaimana
untuk berguling dan merangkak. Masing-masing merupakan bagian dari proses perkembangan fisik.
Proses pematangan terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya
terjadi sebelum mencapai tonggak lainnya.
Sebagai contoh, kebanyakan bayi belajar merangkak sebelum mereka belajar berjalan. Namun, juga
penting untuk menyadari bahwa tingkat di mana tonggak ini dicapai dapat bervariasi. Beberapa anak
belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang sama-usia, sementara yang lain mungkin
diperlukan waktu sedikit lebih lama.
Tahapan Perkembangan Fisik Anak Usia Dini:
Sebagai seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak
menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Tingkat di mana
keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua. Pengasuh
sering khawatir tentang apakah anak-anak mereka mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
tingkat normal. Sebagaimana disebutkan di atas, maka terdapat 3 jenis keterampilan motorik:

17

A. Bruto (atau besar) keterampilan motorik melibatkan otot-otot yang lebih besar termasuk lengan
dan kaki.Tindakan yang membutuhkan keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari,
keseimbangan dan koordinasi. Ketika mengevaluasi keterampilan motorik kasar, faktor-faktor yang
termasuk ahli melihat kekuatan, otot, kualitas gerakan dan berbagai gerakan.
b. Fine (atau kecil) keterampilan motorik melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah
lainnya. Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti
menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan.

Tahapan Pertumbuhan Fisik Anak Usia Dini


Perkembangan fisik pada anak-anak mengikuti pola yang terarah:
a. Otot besar berkembang sebelum otot kecil tangan. Otot tubuh dalam inti, kaki dan tangan
berkembang sebelum mereka di jari. Anak-anak belajar bagaimana melakukan bruto (atau besar)
keterampilan motorik seperti berjalan sebelum mereka belajar untuk melakukan denda (atau kecil)
keterampilan motorik seperti menggambar.
b. Pusat tubuh berkembang sebelum daerah luar. Otot terletak di inti tubuh menjadi lebih kuat dan
mengembangkan lebih cepat dari yang di kaki dan tangan.
c. Pembangunan berjalan dari atas ke bawah, dari kepala ke jari kaki. Inilah sebabnya mengapa bayi
belajar untuk menahan kepala mereka sebelum mereka belajar cara merangkak.

B. Pekembangan Kognitif
Perkembangan anak usia dini meliputi perkembangan kemampuan kognitifnya. Kemampuan kognitif
ini barkaitan dengan daya ingat, kemampuan menganalisa maupun kemampuannya memecahkan
masalah. Anak usia dini adalah peneliti kecil, mereka aktif melakukan percobaan dan menganalisa apa
yang ada di sekelilingnya. Di sini dukungan lingkungan untuk menunjang perkembangan kognitif
anak sangat diperlukan. Interaksi yang sehat antara anak dan lingkungan dapat mengoptimalkan
perkembangan kognitifnya.

C. Perkembangan Intelektual
Perlu kita ketahui bahwa perkembangan intelektual anak pada usia dini sangat berpotensi untuk
menyerap berbagai macam hal baru. Untuk itu, kita harus membimbing anak kita untuk bisa terus
mengembangkan intelektualitasnya dengan berbagai cara.
Perkembangan intelektual anak bisa kita kembangkan dengan musik.
Memperdengarkan musik kalsik pada anak sejak usia dini bahkan dari masa kandungan akan
membantu anak mengembangkan kognitifitasnya. Telah banyak ilmuan yang mengadakan penelitian
mengenai hal ini dan dari penelitian, musik klasik memang bisa merangsang intelektual anak dari usia
dini. Selanjutnya, perkembangan intelektual anak juga mengarahkan anak untuk menirukan hal-hal
disekitarnya. Oleh karena itu, berperilaku yang baik di depan anak akan membuat anak juga meniru
perilaku kita.
Selain itu, intelektual anak pada usia dini juga sangat kuat untuk menyerap kesenian dan bahasa.
Mengajarkan kesenian ada anak dari usia dini akan lebih mudah terserap dari pada saat usia dewasa.
Kemudian, mengajarkan anak untuk mempelajari bahasa juga lebih mudah diserap saat usianya masih
dini. Melihat kemampuan intelektual anak sangat kuat pada usianya yang masih dini, kita sebagai
orang tua harus bisa membimbing dan memfasilitasi mereka untuk terus belajar.

18

D. Perkembangan Bahasa
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering
kali dengan menggunakan bahasa tubuh dapat memenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang
di mengerti oleh orang dewasa apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak
kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk
belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif
dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai
berbicara.
Secara garis besar ada dua ketrampilan berbahasa, yaitu ketrampilan bahasa lisan dan ketrampilan
bahasa tulis. Dan secara umum ketrampilan bahasa dibagi menjadi empat, yaitu menyimak, bicara,
membaca, menulis. Secara real, anak-anak perlu untuk mempelajari ketrampilan bahasa terutama
bahasa lisan.

Secara umum tahap-tahap dalam berbahasa anak yaitu:


1) Aquisition (akuisisi), merupakan bahasa pertama yang dipelajari oleh anak, biasa disebut dengan
bahasa ibu (menirukan dan mendengarkan) dan merupakan bahasa lisan. Dimulai dari usia 0-6 tahun,
bahasa yang dipelajari ataupun yang digunakan merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata-
kata yang lain.

2) Learning (belajar), anak mulai belajar bahasa tulis dan dimulai setelah anak lulus dari TK. Di TK
anak belajar menulis ataupun membaca itu hanya sebagai pembiasaan untuk melatih motorik anak.

E. Perkembangan Sosial dan Emosi


Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya,
guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-
peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya, dan
membentuk perkembangannya menjadi manusia yang sempurna.
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan
individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut
untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah suatu proses dalam
kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan dalam lingkungan kehidupan
anak.
Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh
kondisi emosinya. Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan.Lebih lanjut dikatakan bahwa perkembangan sosio-emosional meliputi perkembangan
dalam hal emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia, 2004).
Pada tahap awal masa kanak-kanak, perkembangan sosial emosional berkisar tentang proses
sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari
masyarakat.

B. PENYAKIT YANG MENYERTAI


Beberapa penyakit yang paling umum anak usia dini adalah Hepatoblastoma (kanker hati) dan
Sindrom Eisenmenger (hipertensi jantung).

19

1. Hepatoblastoma
Penyakit-penyakit ini kurang umum, tetapi jika didiagnosis, dapat berakibat fatal. Penyakit ini terjadi
hampir di sebagian besar bayi sampai balita, dan dapat muncul ketika pada bayi baru lahir (paling
umum).
Umumnya mempengaruhi bayi hingga 3 tahun dan terjadi di hati. Fungsi utama hati adalah untuk
menyaring dan menyimpan darah, dan sel-sel kanker biasanya muncul di dekat lobus hati. Umumnya,
dalam banyak kasus, lobus kiri terpengaruh. Karena hati lipatan empedu yang membawa limbah dari
hati, penyakit ini bisa berakibat fatal. Hal yang dapat menyebabkan hepatoblastoma termasuk
Beckwith Wiedemann-sindrom, hemihypertrophy, dan poliposis adenomatosa.
Anak-anak yang terkena hepatitis B juga berisiko meningkat untuk mengembangkan hepatoblastoma.
Gejala dapat berkisar dari muntah, nyeri perut ringan sampai serius. Hepatoblastoma dapat
didiagnosis melalui MRI, biopsi, ultra-suara dan tes alpha-fetoprotein. Penyakit ini dapat terjadi
melalui lima tahap, dan kemudian tahap berulang. Operasi atau kemoterapi adalah rencana perawatan
yang paling umum untuk hepatoblastoma. Penelitian terbaru tentang penyakit meliputi inhibitor dan
terapi biologis. Biasanya, operasi yang paling umum dan efektif dalam merencanakan pengobatan
untuk pasien dengan hepatoblastoma.

2. Sindrom Eisenmenger
Terjadi pada bayi dengan gangguan jantung struktural. Hal ini mempengaruhi aliran darah dari
jantung ke paru-paru. Nyeri dada berat dan sesak nafas dapat terjadi pada bayi. Bayi yang didukung
oleh mesin oksigen, dan darah dikeluarkan untuk mengurangi sel darah merah dan menggantinya
melalui penggantian volume, Scan MRI kucing, CBC, dan ultrasound pada jantung adalah cara untuk
mendiagnosa penyakit. Jumlah pasien mengalami penurunan terhadap gejala-gejala sebelumnya
karena dokter telah mampu mendeteksi dan mengobati cacat semakin cepat. Pembedahan merupakan
prosedur isolasi untuk pengobatan pada pasien dengan sindrom Eisenmenger.
Umumnya, penyakit ini dapat diobati jika terdeteksi dini. Dengan pengobatan modern, pemeriksaan
pasien reoccurring diikuti oleh obat spesifik dan rencana perawatan dapat menyebabkan anak menuju
gaya hidup normal. Terapi berkelanjutan terhadap rencana pengobatan khusus telah diperdebatkan di
salah satu dari tiga penyakit. Bedah adalah istilah utama rencana perawatan panjang di kedua kasus
dan telah menjadi paling efektif.

C. MASALAH KESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINI


Janice J. Beauty dalam bukunya yang berjudul Skills for Preschool Teachers menjabarkan tentang
bagaimana mengelola kelas yang sehat sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak
Usia Dini. Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga dengan menjaga
kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat
penting dalam tumbuh kembang anak. Pemberian makanan yang sehat dan protein, akan
mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga ikut
mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap penyakit (Brom dkk, 2005
dalam Santrock, 2007).
Janice J Beaty pun menerangkan bahwa mengelola kelas yang sehat berhubungan dengan bagaimana
membuat progam pembelajaran yang meliputi kegiatan olah raga, latihan, mencuci tangan pengenalan
gizi yang sehat dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah
memahami berbagai gejala penyakit yang sering dialami anak.

20
Menurut Santrock (2007) pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah
kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan. Gizi sangat mempengaruhi perkembangan
kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan
berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger, menjadi kendala
tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi
guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan cepat
saji. Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental
dan fisik anak:
Ketika berolah raga, anak menggerakan otot-otot tubuhnya yang merupakan stimulasi bagi
perkembangan motorik terutama motorik kasar. Olah raga yang tepat sebagai stimulasi perkembangan
motorik tersebut adalah yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ketika berolahraga pun
anak belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika olah raga tersebut berupa permainan maka
anak akan belajar nilai-nilai sosial seperti sportifitas, kemenangan, kekalahan dan penghargaan.
Karena itu kegiatan olah raga harus dikemas dengan beberapa tujuan pemberian stimulasi berbagai
aspek perkembangan anak. Meskipun anak yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka
belum stabil. Berbagai penyakit bisa mengancam kesehatan mereka diantaranya alergi, asma dan
infeksi telinga. National Centre of Health Statistics pada tahun 2004, menyatakan penyebab kematian
anak paling besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah (leukemia).
Strategi untuk menghindari adalah dengan menggunakan sabuk pengaman, helm dan alat pengaman
lainnya. Sedangkan penyakit kanker bisa dicegah dengan pemberian ASI. Pemberian ASI sangat
penting pada masa satu sampai enam bulan pertama. Salah satu keuntungan dari pemberian ASI
adalah terbentuknya kekebalan tubuh. Manfaat ASI berdasarkan beberapa ahli kesehatan di Amerika
Serikat adalah:
a. Membuat berat badan bayi yang ideal, serta terhindar dari obesitas.
b. Mencegah alergi
c. Mencegah atau mengurangi gejala diare dan infeksi pernafasan
d. Menguatkan tulang
e. Mencegah penyakit kangker pada bayi dan kangker payudara pada ibu yang menyusui
f. Mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).

Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak yang berhubungan dengan
mental pun mempengaruhi kesehatan anak. Penyakit tersebut diantaranya hiperaktif dan pelecehan.
Sebagai pendidik PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat berbagai gejala dari kelainan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus berkonsultasi dengan orang tua dan psikologi secara intensif
sehingga mengetahui bagaimana seharusnya perlakuan pada anak yang memiliki kelainan tersebut.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertangggung jawab dalam menjaga kesehatan anak,
tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Karena anak belajar dari keteladanan dan
kebiasaaan, gaya hidup orang tua sangat mempengaruhi. Orang tua yang merokok sangat
membahayakan kesehatan anak. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat 22 persen anak yang
orang tuannya merokok mengidap penyakit asma dan pernafasan (Murray dkk, 2004 dalam Santrock,
2007). Selain itu, asap rokok juga menyebabkan anak kekurangan vitamin C (Staruss, 2001 dalam
Santrock, 2007).
Selain gaya hidup orang tua, pola asuh yang diterapkan pun mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh
yang kurang baik diindikasikan oleh kurang maksimalnya pemberian ASI, kurang baiknya pola
koinsumsi pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak usia dini.

21
1. Kurang Gizi/Malnutrisi
Banyak anak kekurangan gizi karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan. Atau jika mereka
hanya mendapatkan makanan yang kurang kandungan gizinya, misalnya makanan dengan banyak air
dan serat di dalamnya, seperti ubi kayu, talas akar, atau bubur jagung. Makanan jenis ini hanya
membuat anak-anak menjadi kenyang dan tidak memenuhi kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhannya.
Kadang-kadang pada anak ditemukan kekurangan zat-zat gizi tertentu, seperti kekurangan vitamin A,
yodium, dan lain-lain.
Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak, termasuk:
Dalam kasus ringan:
1. pertumbuhan lambat
2. perut bengkak
3. tubuh kurus
4. kehilangan nafsu makan
5. kehilangan energi
6. pucat (anemia)
7. luka di sudut-sudut mulut
8. sering pilek dan infeksi lainnya
9. rabun ayam.

Dalam kasus yang lebih serius:


• berat badan tidak bertambah
• pembengkakan kaki (kadang-kadang muka juga)
• bintik hitam, ‘memar’, atau buka mengupas luka
• rambut menipis atau bahkan rontok
• kurangnya keinginan untuk tertawa atau bermain
• luka dalam mulut
• kecerdasan tidak berkembang
• ‘Mata kering’ (xeroftalmia)
• kebutaan
Mencegah dan mengobati masalah kekurangan gizi pada anak-anak sebenarnya cukup mudah, yaitu
dengan memberikan makanan bergizi secara cukup, atau cobalah untuk memberinya lebih
banyak/sering makan. Selain itu penambahan (fortifikasi) zat-zat nutrisi esensial misalnya zat besi,
kalsium, vitamin, protein dll pada makanan juga sangat baik untuk memenuhi kekurangan zat
tersebut. Usahakan selalu berpedoman pada pola 4 sehat 5 sempurna dalam memenuhi makan anak-
anak.

2. Diare dan Disentri


Diare pada anak dapat ditandai dengan frekuwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak. Bahaya terbesar bagi anak-anak dengan diare adalah dehidrasi, atau
kehilangan terlalu banyak cairan dari tubuh. Hal ini akan bertambah bahaya jika disertai muntah-
muntah.
Bayi dan balita yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah memadai merupakan
modal utama mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi
sesering mungkin. Oralit merupakan rumus manjur untuk mengatasi diare pada anak.
22

Jika anak dalam masa pemberian ASI, lanjutkan pemberian ASI, tetapi juga perlu ditambahkan
cairan/minum agar tidak mengalami dehidrasi. Bahaya besar kedua untuk anak-anak yang terkena
diare adalah kekurangan gizi. Berikan anak makanan bergizi.

3. Demam
Anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya melebihi dari 37,5°C waktu diukur dengan termometer.
Pada anak-anak kecil, demam tinggi (lebih dari 39°C) dapat dengan mudah menyebabkan kejang atau
kerusakan otak.Untuk menurunkan demam, dapat dilakukan beberapa hal:

• Kompres dengan air hangat


Anak dapat dikompres dengan handuk yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30º C) kemudian
dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh
karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena
penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Dengan
demikian, perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda. Jika air kompres
terlalu dingin akan mengerutkan pembuluh darah anak. Akibatnya, panas tubuh tidak mau keluar.
Anak jadi semakin menggigil untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya.

• Berikan obat pereda demam


Perawatan paling efektif untuk demam adalah menggunakan obat penurun panas seperti parasetamol
atau ibuprofen. Terdapat berbagai macam sediaan di pasaran seperti: tablet, drops, sirup, dan
suppositoria. Pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1
sampai 1,5 ºC. Sedangkan Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun karena
dapat menyebabkan efek samping penyakit serius yang disebut sindrom Reye, meskipun angka
kejadian penyakit ini jarang.

• Berikan banyak cairan


Demam pada anak dapat meningkatkan risiko terkena dehidrasi (kekurangan cairan). Tanda dehidrasi
paling mudah adalah berkurangnya kencing dan air kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya.
Maka dari itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk minum cairan dalam jumlah yang
memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk
makan. Cairan seperti susu (ASI atau sapi atau formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan
lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung air.
Bila anak tidak mampu atau tidak mau minum dalam beberapa jam, orang tua sebaiknya diperiksakan
ke dokter.

• Istirahat yang cukup


Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua sebaiknya mendorong anaknya untuk
cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak sudah
merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal
dalam 24 jam.

23
4. Kejang
Penyebab dari kejang pada anak-anak antara lain demam tinggi, dehidrasi, epilepsi, dan meningitis.
Jika anak mengalami demam tinggi, segera redakan agar tidak kejang. Periksa tanda-tanda dehidrasi
dan meningitis. Kejang yang datang tiba-tiba tanpa demam atau tanda lainnya mungkin epilepsi,
terutama jika anak tampak biasa-biasa saja tanpa menunjukkan ada gejala yang aneh. Kejang yang
dimulai pada rahang dan kemudian seluruh tubuh menjadi kaku mungkin akibat tetanus.
Tanda-tanda kejang pada anak, di antaranya:

• kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5
menit bola mata berbalik ke atas.
• gigi terkatup
• muntah
• tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
• pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
• pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat
bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.

5. Meningitis
Penyakit berbahaya ini bisa datang sebagai komplikasi dari campak, gondok, atau yang lain yang
serius penyakit. Anak-anak dari ibu yang memiliki TB mungkin mendapatkan meningitis TBC.
Seorang anak yang sangat sakit yang terletak dengan cara kepala miring kembali, yang leher terlalu
kaku untuk membungkuk ke depan, dan yang tubuhnya membuat gerakan aneh ( kejang) mungkin
memiliki meningitis.
Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah
demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjamjam atau dirasakan sampai 2
hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/ menghindari sorotan cahaya terang),
phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak kebingungan,
kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun umumnya
bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui.
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan
1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Mencuci
tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ke toilet umum, memegang hewan peliharaan.
Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah
sangat baik menghindari berbagai macam penyakit. Pemberian imunisasi vaksin meningitis
merupakan tindakan yang tepat terutama di daerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis.

6. Anemia
Tanda-tanda umum pada anak-anak, antara lain pucat, terutama di dalam kelopak mata, gusi, dan
kuku; lemah dan cepat lelah; tampak seperti malnutrisi, glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit),
diare dan kehilangan nafsu makan. Penyebabnya antara lain kurang zat besi, infeksi usus kronis,
cacing tambang, malaria.

24
Pencegahan dan Pengobatan: Makanlah makanan yang kaya zat besi seperti daging dan telur. Kacang,
lentil, kacang tanah (kacang tanah), dan gelap hijau sayuran juga memiliki beberapa besi. Seringkali
dijumpai adanya cacing tambang pada anak anemia. Jika anda mencurigai adanya cacing tambang,
periksakan feses anak di laboratorium. Jika ditemukan telur cacing tambang, segera lakukan
pengobatan untuk mengusir cacing tambang ini. Jika perlu, berikan garam besi dengan mulut (ferro
sulfat).

7. Cacing dan Parasit Lain


Jika salah satu anak dalam keluarga diketahui menderita cacingan, semua anak dalam keluarga harus
dirawat atau diobati untuk memastikan hilangnya cacing. Untuk mencegah infeksi cacing, anak-anak
harus:
• Jagalah kebersihan
• Gunakan jamban.
• Jangan bertelanjang kaki.
• Jangan makan daging mentah atau ikan mentah atau yang setengah matang.
• Minum hanya air rebus atau murni.

8. Masalah Kulit
Masalah kulit yang paling umum dijumpai pada anak-anak antara lain: Kudis, terinfeksi luka dan
impetigo, kurap dan infeksi jamur lainnya. Untuk mencegah masalah kulit dapat dilakukan cara-cara
berikut jagalah kebersihan, Mandikan anak sesering mungkin yang bersih, Pengendalian kutu busuk,
kutu, dan kudis. Jangan biarkan anak-anak yang menderita kudis, kutu, kurap, atau luka yang
terinfeksi bermain atau tidur bersama dengan anak-anak sehat.

9. Pink Eye (Conjunctivitis)


Pinkeye atau disebut juga konjungtivitis adalah selaput membran jernih yang radang dan kemerahan
yang meliputi bagian putih pada mata dan membran pada bagian dalam kelopak mata. Pinkeye paling
umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, meskipun alergi, bahan beracun dan penyakit
yang mendasarinya mungkin juga berperan.
Bersihkan kelopak mata dengan kain basah yang bersih beberapa kali sehari. Gunakan salep mata
antibiotik di dalam kelopak mata 4 kali sehari. Jangan biarkan anak dengan mata merah muda bermain
atau tidur dengan orang lain. Jika dia tidak tidak sembuh dalam beberapa hari, hubungi dokter atau
petugas kesehatan.
Hindari menyentuh daerah mata, dan cucilah tangan anda sesering mungkin, terutama setelah
menggunakan obat-obatan untuk area tersebut. Jangan pernah berbagi handuk atau saputangan, dan
buanglah tisu-tisu segera setelah digunakan. Ganti seprai dan handuk setiap hari. Gunakan pembasmi
hama pada semua permukaan, termasuk permukaan konter, bak cuci dan tombol pintu. Buanglah
semua alat rias yang digunakan saat terinfeksi.

10. Pilek dan Flu


Flu biasa, dengan hidung meler, demam ringan, batuk, sering sakit tenggorokan, dan kadangkadang
diare adalah sering tapi bukan masalah serius pada anak. Berikan banyak cairan pada anak. Biarkan
anak banyak istirahat atau tidur. Berikan makanan bergizi dan buah-buahan agar anak-anak terhindar
pilek dan cepat sembuh..Jika seorang anak yang menderita flu menjadi sangat sakit, demam tinggi,
pernapasan cepat, mungkin si anak menderita pneumonia, segera hubungi dokter.

25
11. Sakit Telinga dan Infeksi Telinga
Infeksi telinga adalah umum pada anak-anak kecil. Demam akan meningkat, dan anak sering
menangis atau menggosok bagian samping kepalanya. Kadang-kadang nanah bisa dilihat di telinga.
Pada anak-anak kecil infeksi telinga kadang-kadang dapat menyebabkan muntah atau diare. Jadi,
ketika seorang anak mengalami diare dan demam pastikan untuk memeriksa telinganya.

D. PERMASALAHAN YANG LAZIM TERJADI PADA ANAK USIA DINI USIA


1. Bercak Mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat dibagian atau daerah sacral,
walaupun terkadang terlihat dibagian tubuh yang lain. Bercak mongol rata-rata muncul pada usia
kehamilan 38 minggu. Bercak mongol sering dijumpai pada bayi yang berasal dari Mediterania,
Amerika Latin, Asia dan Afrika. Etiologi bercak mongol merupakan bawaan sejak lahir, warna khas
dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang
terhambat selama proses migrasi dari kista neuralis ke epidermis.
Tanda dan Gejala Berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman, kadang terlihat seperti
memar, bercak mongol akan hilang sendirinya pada usia 1-2 tahun. Biasanya bercak mongol ini
terlihat sebagai: Luka seperti pewarnaan, daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal, area
datar dengan bentuk yang tidak teratur, bercak yang biasanya akan hilang dalam hitungan bulan atau
tahun, tidak ada komplikasi yang ditimbulkan.

2. Hemangioma
Suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskular jinak akibat profilerasi dari pembuluh darah yang
tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Penyebab hemangioma sampai
saat ini masih belum jelas, Hemangioma muncul pada setiap tempat permukaan tubuh seperti kepala,
muka, leher, kaki atau dada. Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan
anak
Klasifikasi Hemagioma
a. Hemangima Kapiler (Superficial Hemangioma) Terjadi pada kulit bagian atas, bentuk:
- Strawberry hemangioma (hemangioma simpleks).
- Hemangioma kapiler (superficial hemangioma) granuloma piogenik.
b. Hemangioma Kavernosum
Terjadi pada kulit yang lebih dalam yaitu dibagian dermis dan subkutis (lapisan pada kulit).
c. Hemangioma Campuran
Pada beberapa kasus, kedua hemangioma diatas dapat terjadi bersamaan dan dinamakan hemangioma
campuran.
Penatalaksanaan Hemangioma Secara Umum Ada 2 Cara Yaitu: a. Cara Konservatif Hemangioma
superfisial atau hemangioma kapiler atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi karena
hemangioma jenis ini bila dibiarkan akan hilang dengan sendirinya dan kulit terlihat normal.
d. Cara Aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif , antara lain hemangioma yang tumbuh pada
daerah vital seperti mata, telinga, dan tenggorokan, hemangioma yang mengeluarkan perdarahan,
hemangioma yang mengalami ulserasi, hemangioma yang mengalami infeksi, hemangioma yang
mengalami pertumbuhan dengan cepat dan menimbulkan deformitas (kelainan) jaringan.

26
Terdapat beberapa obat yang dapat digunakan untuk menangani hemangioma. Glukokortikosteroid
merupakan obat utama yang digunakan untuk memperlambat dan meghentikan pertumbuhan
hemangioma. Obat lain yang dapat digunakan adalah interferon alfa-2a, vincristine, dan beta bloker
propanolol. Interferon sudah jarang digunakan karena berhubungan dengan efek samping yang serius
pada anak-anak. Propanolol adalah obat baru untuk terapi hemangioma. Saat ini penelitian tentang
efek samping obat ini masih belum lengkap.

3. Ikterus
Definisi ikterus yaitu suatu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir
akibat terjadinya hiperbilirubinemia. Ikterus merupakan suatu perubahan warna kulit atau sklera mata
(normal berwarna putih) menjadi warna kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Etiologi Ikterus merupakan penumpukan bilirubin karena produksi yang berlebihan, misalnya pada
proses hernolisis, gangguan transportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan,
gangguan pengolahan hepar, gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar, gangguan ekskresi atau
obstruksi.
Gambaran klinis yang paling nyata adalah terlihat perubahan warna kulit dan sklera yang menjadi
kuning. Pengamatan paling baik dilakukan dengan cahaya matahari dan menekan sedikit kulit untuk
menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi udara.

Klasifikasi
• Ikterus Fisiologis
Warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar
patologis. Dan akan menghilang pada hari ke-10. Ikterus dapat terlihat di wajah bayi ketika kadar
dalam serum mencapai sekitar 5 mg/dL kemudian berkurang jika kadar bilirubin meningkat. Pada hari
ke-5 ke-7 kadarnya berkurang menjadi sekitar 2 mg/dL. Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi
masalah ikterus fisiologis adalah mengajarkan ibu dan keluarga cara menyinari bayi dengan cahaya
matahari serta memberikan minum (ASI) sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang
cukup. Cara menyinari adalah sebagai berikut:

-Sinari bayi dengan cahaya matahari pagi pukul 07.00-08.00 selama 2-4 hari.
- Atur posisi kepala bayi agar wajah tidak langsung menghadap ke cahaya matahari.
- Lakukan penyinaran selama 30 menit yaitu 15 menit dalam posisi telentang dan 15 menit dalam
posisi telungkup.
- Lakukan penyinaran pada kulit seluas mungkin dan bayi tidak memakai pakaian ( telanjang ).
Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah, misalnya feses berwarna putih keabu-abuan dan liat
seperti dempul, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke puskesmas. Anjurkan pula ibu kontrol
setelah 2 hari.

• Ikterus Patologis
Ikterus menjadi patologis jika kondisi ini dapat terlihat 24 jam ketika kadar bilirubin menigkat
sebanyak 5 mg/dL. Ketika kadar bilirubin > 15 mg/dL. Jika peningkatan kadarnya berlangsung >
1minggu pada bayi cukup bulan dan > 2 minggu bayi prematur. Pada saat bayi menjadi letargi dan
kemampuannya buruk.
27

Terapi yang umum digunakan untuk ikterus patologis adalah terapi sinar (fototerapi) dan transfusi
tukar. Untuk itu, bayi perlu dirujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Sebelum
melakukan rujukan lakukan hal sebagai berikut: dapatkan informed consent dari orangtua bayi untuk
merujuk bayinya, anjurkan ibu untuk memberikan ASI secara adekuat selama proses rujukan, lakukan
pencegahan hipotermia, ambil sampel darah ibu sebanyak 2,5 ml jika kekuningan ditemukan pada dua
hari pertama kelahiran bayi

1. Terapi sinar
Terapi sinar (fototerapi) adalah terapi dengan menggunakan sinar ultraviolet yang bertujuan untuk
memecah bilirubin menjadi senyawa dipirol yang nontoksik dan dikeluarkan melalui urine dan feses.
Selama terapi, kedua mata bayi harus ditutup untuk melindungi kedua mata dari sinar UV. Fototerapi
dilakukan selama 100 jam atau hingga kadar bilirubin darah mencapai ≤ 7,5 mg%.2)Transfusi tukar
Transfusi tukar adalah teknik yang dilakukan untuk mengeluarkan bilirubin secara mekanik untuk
mengurangi kadar bilirubin indirek, mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis, membuang antibodi
yang menyebabkan hemolisis, dan mengoreksi anemia.
Pada transfusi tukar, darah sirkulasi neonatus diganti dengan darah donor dengan cara menegluarkan
darah bayi dan memasukkan darah donor secara berulang dan bergantian. Jumlah darah yang
dikeluarkan.

4. Muntah dan Gumoh


Muntah merupakan suatu keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah
makanan masuk lambung lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Proses reflek yang sangat
terkoordinasi yang mungkin di dahului oleh peningkatan air liur. Muntah pada bayi merupakan gejala
yang sering dijumpai dan dapat terjadi pada berbagi kondisi. Sifat Muntah yaitu Muntah hijau
(gangguan empedu), muntah proyektil (menyemprot), muntah persisten muntah segera ketika lahir
dan menetap.
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang ditelan melalui mulut tanpa paksaan, beberapa
saat telah minum susu (Depkes RI,1999). Keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah
beberapa saat setelah makanan masuk ke dalam lambung (Asuhan neo, bayi dan anak balita, 2008).
Penyebab dari gumoh yaitu bayi sudah merasa kenyang, posisi salah saat menyusui, posisi botol yang
salah. tergesa-gesa saat memberikan susu, kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
Penanganan yaitu perbaiki teknik menyusui, apabila menggunakan botol, perbaiki cara pemberian
minum dan perhatikan posisi botol saat memberikan, sendawakan saat bayi setelah diberi minum,
jangan langsung diberikan minum, lakukan teknik menyusui yang benar.

5. Oral Trush
Pengertian Oral trush adalah bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam (Wong,
1995). Merupakan suatu kandidiasis membrane mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya
bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping di mulut, ulkus dangkal, demam dan
adanya iritasi gastrointestinal. Penyebab dari oral trush yaitu Candida albicans, vagina ibu yang
terinfeksi selama persalinan, transmisi dari botol susu atau puting susu yang tidak bersih, cuci tangan
yang tidak benar. Tanda Dan Gejala yaitu Terdapatnya lesi dalam mulut yang berwarna putih dan
membentuk plak berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan mukosa pipi.
28

Intervensi.
• Jaga kebersihan bayi dan peralatan yang digunakan.
• Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
• Ibu yang terinfeksi harus diobati untuk mencegah terjadinya infeksi ulang.
• Bersihkan daerah mulut bayi/sisa susu pada lidah bayi.
• Oleskan gentian violet 0,25% pada mulut dengan kapas lidi atau memberikan mycostatin 4 x sehari
atau tiap 6 jam sebanyak 1cc selama 1 minggu atau sampai gejala menghilang

6. Diaper Rush
Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah bokong. Hal ini dapat terjadi apabila
popok terlalu lama dan tidak diganti, popoknya tidak dapat menyerap keringat, dan infeksi jamur atau
bakteri atau eksema. Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi.
Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada usia 8 – 10 bulan.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok (Diaper Rush) antara lain: Iritasi atau gesekan
antara popok dengan kulit, kurangnya menjaga hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama tidak
segera diganti setelah BAK atau BAB (feces), infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan
bakteri), alergi bahan popok, gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok, kebersihan
kulit yang tidak terjaga, udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas atau lembab, akibat diare,
reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen.Tanda dan gejala diape rush, diantaranya:
(1) Iritasi pada kulit yang terkena dan muncul sebagai crytaema,
(2) Muncul pada daerah seperti pantat, kemaluan, perut bawah paha atas
(3) Kulit kemerahan dan lecet,
(4) Muncul ruam pada daerah sekitar kelamin,
(5) Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok,
(6) Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut akan ditumbuhi oleh jamur,
terutama jenis Candida Albicans, sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basah.
Pencegahan untuk diaper rush adalah gantilah popok segera setelah BAB atau BAK. Hal ini mencegah
lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari. Hindari
membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Seperti dengan Alkohol atau parfum
pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Penanganan gantilah popok yang telah penuh
sesering mungkin, gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti popok,
biarkan area di udara terbuka sehingga benar-benar kering, oleskan krim (seperti yang mengandung
zinx ixide atau petrolatum).

7. Seborrhea
Merupakan radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang terdapat banyak kelenjar
sebaseanya, biasanya terjadi didaerah kepala. Suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang
menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Etiologi menurut beberapa ahli yaitu Faktor hereditas, intake makanan tinggi lemak dan kalori, asupan
minuman beralkohol, adanya gangguan emosi. Gejalanya adalah Serpihan/sisik, gatal, kemerahan.

29
8. Furunkel
Peradangan pada folikel rambut kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi di daerah bokong,
kuduk, axilla, badan dan tungkai (Furunkolisis). Faktor Penyebab furunkel yaitu iritasi pada kulit,
kebersihan kulit yang kurang terjaga, daya tahan tubuh yang rendah,
infeksi oleh staphylococus aureus. Tanda dan gejala nyeri pada daerah ruam, ruam pada daerah kulit
(nodus eritematosa yang berbentuk kerucut dan memiliki pustul), nodus dapat melunak menjadi abses
yang berisi pus dan jaringan nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel. Setelah seminggu,
umumnya furunkel akan pecah dengan sendiri dan sebagian akan menghilang dengan sendirinya.
Penatalaksanaan:
• Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh dengan sendirinya.
• Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya.
• Berikan pengobatan topikal dengan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakkan nodul.
• Jangan memijit furunkel,terutama yang letaknya didaerah hidung dan bibir atas,karena akan
menyebabkan pnyebaran kuman patogen.
• Bila furunkel terjadi didaerah yang tidak umum hidung,telinga kolaborasi dengan dokter untuk
insisi.
• Pemberian antibiotik sistemik.

9. Milliariasis
Miliariasis merupakan suatu keadaan dermatosis yang menyebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. Kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan
gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. Faktor penyebab yaitu udara yang panas dan lembab
dengan ventilasi udara yang kurang, pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat,
aktivitas yang belebihan, setelah menderita demam atau panas. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh
bakteri yang menimbulkan radang atau edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum.

Bentuk Milliariasis.
a. Milliaria Kristalina
• Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan.
• Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup.
• Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus.
Asuhan: Pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik,
menggunakan pakaian yang dapat menyerap keringat.
b. Milliaria Rubra
• Sering dialami anak yang tidak bisa tinggal diaderah panas.
• Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa
sangat gatal dan pedih.
• Staphylococcus juga diduga memiliki peran.
• Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan
peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.Asuhan: Gunakan pakaian yang tipis dan
menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan
bedak salicyl 2%, dibubuhi menthol 0 ,25%-2%.

30
c. Milliaria Profunda
• Timbul setelah milliaria rubra.
• Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm.
• Terdapat di bagian badan terutama badan ataupun ekstremitas.
• Lebih banyak papula daripada vesikel karena secara klinik letak retensi keringat lebih dalam.
• Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui.
• Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas
atau tanpa infiltrasi sel radang.

Asuhan:
Hindari panas dan lembab nerlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian
yang tipis, pemberian losion calamin dengan atau tanpa menthol 0 ,25% dapat pula resorshin 3%
dalam
alkohol.

Penatalaksanaan
• Perawatan kulit yang benar.
• Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salicyl atau bedak kocok setelah
mandi.
• Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar.
• Bila sangat gatal, peduh, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik.
• Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk).

10. Obstipasi
Obstipasi adalah bentuk konstipasi yang disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus
(adanya obstruksi usus). Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24
jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang menyangkut
konsistensi feses dan frekuensi saat BAB. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
31

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Situasi dan Kondisi Perawatan dan Pendidikan Anak Dini
Usia. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2002). Naskah Akademik Pendidikan Anak Dini Usia.
Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2003). Buletin PADU. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2004). Buletin PADU. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2005). Buletin PADU. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2006). Buletin PADU. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. Rencana Aksi Nasional Pendidikan Untuk Semua 2003 – 2015.
Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2005). Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini 2005 – 2009. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2007). Grand Desain Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2007.
Jakarta: Depdiknas.

Pimpinan Pusat HIMPAUDI Indonesia. (2007). Pedoman Kerja Himpunan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) tahun
2007.

Anda mungkin juga menyukai