Anda di halaman 1dari 36

Makalah Psikologi Perkembangan Fisik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan individu berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang kembali.
Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik
diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan
fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara fisik, pada
masa remaja pula mulai pembentukan hormon-hormon seksual sudah mulai terbentuk sehingga
perilaku atau tingkah lakunya banyak dipengaruhi oleh hormon tersebut.
Bimbingan orang tua terhadap anak pada suai remaja sangatlah dibutuhkan agar mereka dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Agar orang tua dapat
memberikan bimbingan kepada putra-putrinya hendaknya mengetahui perkembangan fisik
remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian fisik remaja secara umum?

2. Bagaimana fase-fase perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa?

3. Apa saja ciri-ciri khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan fisik?

4. Bagaimana pengaruh perkembangan fisik remaja ketika mengalami masa puber?

5. Mengapa pada masa remaja, remaja ingin menonjolkan dirinya dengan lingkungannya?

6. Bagaimana pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian fisik remaja secara umum.

2. Untuk mengetahui fase-fase perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami
perubahan fisik.

4. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan fisik remaja ketika mengalami masa puber.

5. Untuk mengetahui alasan remaja ingin menonjolkan dirinya dengan lingkungannya.

6. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberi informasi tentang perkembangan fisik remaja.

2. Member informasi tentang pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya.

3. Member jawaban tentang alasan remaja ingin selalu menonjolkan dirinya terhadap lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian fisik remaja secara umum

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam
artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang
merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan
psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu. ( Sarlito W
Sarwono : 2012.6 )

Menurut penulis, masa remaja yang disebutkan di atas dimana pada masa remaja yang
merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada tahap ini remaja lebih bersifat
sensitif secara psikologis dalam artian sering galau dan belum bisa menentukan pilihan, masih
sering ikut teman-temannya, Yang merupakan peralihan dari sifat kekanak-kanakannya. Dan
seperti disebutkan diatas bahwa perubahan psikologis ini muncul akibat perubahan fisik.

Jadi dapat disimpulkan Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan psikologis dan perubahan fisik.

Tumbuh kembang adalah gabungan kata pertumbuhan (growth) dan perkembangan


(development). Tumbuh yang peristiwanya disebut pertumbuhan adalah proses yang
berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelaan dan bertambah
banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersiil pada jaringan tubuh proses tersebut
dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan
dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
lengan atas dan sebagainya.

Kembang yang peristiwanya disebut perkembangan adalah proses yang berhubungan


dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi
diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses tersebut dpat
diamati dengan bertambahnya kepandain ketrampilan dan perilaku (afektif).

Maka pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama-sama


secara utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang sempurna bila hanya
bertambah besarnya saja tanpa disertai bertambahnya kepandaian dan ketrampilan dan
sebaliknya kepandaian dari ketrampilan seorang anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai
oleh bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal. (Ikatan Dokter Anak
Indonesia:2002.51).

Menurut penulis, dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan merupakan perkembangan


ukuran fisik sedangkan perkembangan merupakan proses yang berhubungan dengan fungsi
organ karena terjadi pematangan . Namun, jika dikatakan di atas bahwa perkembangan dan
pertumbuhan terjadi bersama-sama di mana seorang anak yang tumbuh besar akan berkembang
ketrampilan dan kepandaiannya . Tetapi, belum tentu perkembangan dan pertumbuhan terjadi
secara bersamaaan. Adakalanya, anak yang bertambah besar tidak bertambah ketrampilan dan
kepandaiannya. Mereka itu mengalami pertumbuhan terlebih dahulu setelah itu baru
mengalami perkembangan, Tidak terjadi secara bersama-sama. Mungkin memang sebagian
orang mengalami perkembangan dan pertumbuhan secara bersamaan. Seperti yang telah kita
pelajari dalam biologi , ciri-ciri yang telah disebutkan diatas misalnya berkumis, keluar mani,
menstruasi dan lain-lain merupakan ciri-ciri fisik memasuki masa remaja.

Jadi pertumbuhan merupakan perkembangan ukuran fisik sedangkan perkembangan


merupakan proses yang berhubungan dengan fungsi organ karena terjadi pematangan.
Keduanya kadang terjadi secara bersamaan, dan kadang juga tidak terjadi secara bersamaan.

a. Usia belum bisa menjamin kedewasaan seseorang.

b. Kedewasaan seseorang tidak hanya di ukur oleh faktor usia.

c. Pertumbuhan dan perkembangan idealnya harus bersinergi dalam tumbuh kembang baik fisik
maupun psikis.

d. Perkembangan fisik secara umum tidak hanya bisa di lihat kaca mata fisik. Namun, faktor
psikologis juga sangat berpengaruh dalam pembentukan perkembangan fisik secara umum.

e. Faktor lingkungan seperti berpengaruh dalam membentuk perkembangan fisik maupun


psikologis.

f. Pendidikan formal dan non formal mempunyai andil yang sangat penting dalam menjadikan
seorang mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik.

2. fase-fase perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa.

Menurut Mungin Eddy W dan Bambang S dalam buku IKIP Semarang Press (1990:86-
87), untuk mengadakan periodesasi atau pembagian atas perode-periode atau fase-fase
perkembangan ada beberapa sudut pandang dari para ahli. Pada umumnya, sarjana-sarjana
psikologimengemikaan pembagian perriode perkembngan menurut pertimbangan sendiri. Hal
ini disebabkan karena dasar yang dipakai guna mengadakan pembagian ini ada yang mendasar
dari sudut biologis, didaktis, maupun psikologis. sehingga dapat dimengerti bahwa pembagian
ini sangat berfariasi.

Menurut Elizabeth B. Hurlock megadakan tahapan perkembangan sebagai berikut:

1. Masa Prenatal (sebelum lahir)

Mulai konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.

2. Masa Natal, terdiri dari :


a. Infacy : baru lahir neonatus, dari lahir sampai 14 hari. Fase ini merupakan fase penyesuaian
terhadap lingkungan. Pada masa ini bayi mengalami masa tenang dan tak mengalami banyak
perubahan.

b. Masa bayi : atara 2 minggu sampai 2 tahun.

c. Masa anak : mulai 2 tahun sampai 10/11 tahun.

3. Masa remaja, ialah masa peralihan atau masa transisi dari anak ke dewasa. Dapat dibagi dalam
:

a. Praremaja. Untuk wanita 11-12/12-13 tahun.

b. Remaja awal : umur 13/14-17 tahun.

c. Remaja lanjut : umur 17-20/21 tahun.

4. Dewasa, dibagi menjadi :

a. Dewasa awal, 21-40 tahun.

b. Dewasa menengah, 40-60 tahun.

c. Dewasa lanjut, 60 tahun keatas.

Menurut Fielman,periodesasi yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:

1. First prenatal : periode embrio, mulai terbantuknya manusia. Usia sejak konsepsi sampai lahir.

2. Second prenatal : periode fetus, permulaan adanya gerakan-garakan. Usia sejak lahir sampai 2
minggu.

3. First period of infancy : periode prtama masa bayi, mengangkat kepala dan mulai
mempergunakan mata. Usia 2 minggu sampai 2,0.

4. Second period of infancy : periode kedua masa bayi, meraih. Usia 2,0 sampai 6.

5. Third period of infancy : eriode ketiga masa bayi, mulai mengadakan orientasi secara rangkap.
Usia 6,0 sampai 12,0

6. First period of childhood : periode pertama masa anak-anak, periode pertama dari sialisasi :
yang menjadi perhatiannya adalah orang dewasa disekitarnya terutama orangtuanya. Usia 10,0
sampai 14,0

7. Second period of childhood : periode kedua masa anak-anak, kegiatan ini biasanya disekitar
rumah dengan teman sebayanya. Usia14,0 sampai 17,0

8. First period of adolescence : merupakan periode ketiga sosialisasi. Usia 16,0 sampai 21,0.

9. Second period of adolescence : permulaan individualisasi.


10. First period of maturity : periode pernyataan diri, mulai mempraktekkan tanggung jawab.

11. Second period of maturity : periode penghargaan diri. Permulaan mengadakan retrospeksi atas
karir tertentu.

Menurut penulis fase-fase dalam perkembangan fisik itu mampunyai pandangan dari
berbagai sudut pandang yang berbeda oleh para ahli mengenai perkembangan fisik secara
biologis. Contoh ada dua pendapat dari Elizabeth B. Hurlock dan fielman.

Menurut Elizabeth B. Hurlock :

1. Masa prenatal atau sebelum lahir

2. Masa natal, terbagi menjadi

a. Infancy atau baru lahir usia 14 hari.

b. Masa bayi, berkisar pada usia 2 minggu 2 tahun

c. Masa anak, berkisar pada usia 2 tahun 10/11 tahun

3. Masa ramaja, disebut masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa kedewasaan, terbagi
menjadi:

a. Praremaja, berkisar pada usia 11-12/12-13 tahun (wanita) atau usia 12-13/13-14 tahun (laki-
laki)

b. Remaja awal, berkisar pada usia 13/14-17 tahun

c. Remaja akhir, berkisar pada usia 17-20/21 tahun

4. Dewasa, terbagi menjadi:

a. Dewasa awal, 21-40 tahun

b. Dewasa menengah, 40-60 tahun

c. Dewasa akhir, 60 tahun keatas

Menurut punulis, Fielman memberi periodesasi secara terperinci:

1. First prenatal : periode embrio. Usia sejak konsepsi sampai lahir.

2. Second prenatal : permulaan adanya gerakan-garakan. Usia sejak lahir sampai 2 minggu.

3. First period of infancy : periode prtama masa bayi. Usia 2 minggu sampai 2,0.
4. Second period of infancy : periode kedua masa bayi. Usia 2,0 sampai 6.

5. Third period of infancy : periode ketiga masa bayi. Usia 6,0 sampai 12,0

6. First period of childhood : periode pertama masa kanak-kanak. Usia 10,0 sampai 14,0

7. Second period of childhood : periode kedua masa kanak-kanak. Usia14,0 sampai 17,0

8. First period of adolescence : merupakan periode ketiga masa kanak-kanak. Usia 16,0 sampai
21,0.

9. Second period of adolescence : permulaan individualisasi.

10. First period of maturity : periode pernyataan diri, mulai mempraktekkan tanggung jawab.

11. Second period of maturity : periode penghargaan diri. Permulaan mengadakan retrospeksi atas
karir tertentu.

Menurut yang sudah penulis baca dari buku IKIP Semarang Press, penulis
menyimpulkan bahwa fase-fase perkembangan dapat melalui beberapa tahapan, diantaranya
yang sudah dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock yaitu perkembangan memiliki tahapan
prenatal, masa natal, masaremaja dan masa dewasa. Sedangkan yang dikemukaan oleh Fielman
yaitu perkembangan memiliki tahapan seperti, First prenatal, Second prenatal, First period of
infancy, Second period of infancy, Third period of infancy, First period of childhood, Second
period of childhood, First period of adolescence, Second period of adolescence, First period
of maturity, dan Second period of maturity.

Menurut Sarwito W. Sarwono (2012 : 62-63), diantara perubahan fisik, yang


terbesar pengahruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (perubahan
tinggi badan), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandainya haid pada wanitaa dan
mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Secara lengkap
(Muss, 1968) membuat urutan perubahan-perubahan fisik tersebut sebagai berikut:

Pada anak perempuan:

1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang)

2. Pertumbuhan payudara

3. Tumbuh bulu halus pada kelamin

4. Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal setiap tahunnya

5. Haid

6. Tumbuh bulu-bulu ketiak

Pada anak laki-laki:


1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang)

2. Testis membesar

3. Tumbuh bulu halus pada kelamin

4. Awal perubahan suara

5. Ejakulasi (keluar air mani)

6. Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal setiap tahunnya

7. Tumbuh rambut halus pada wajah seperti kumis, jenggot

8. Tumbuh bulu dada

Hormon genadotropik inilah yang betanggung jawab dalam sebagian pertumbuhan


tanda-tanda seksual dan bertanggug jawab penuh dalam produksi sel-telur dan spermatozoa
(Muss, 1968).

Menurut penulis perkembangan fisik yang memiliki penggaruh besar pada


kejiwaan adalah perubahan tubuh, dimana mempunyai tanda-tanda pertumbuhan sebagai
berikut:

Pada anak perempuan:

1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang)

2. Pertumbuhan payudara

3. Tumbuh bulu halus pada kelamin

4. Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal setiap tahunnya

5. Haid

6. Tumbuh bulu-bulu ketiak

Pada anak laki-laki:

1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang)

2. Testis membesar

3. Tumbuh bulu halus pada kelamin

4. Awal perubahan suara


5. Ejakulasi (keluar air mani)

6. Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal setiap tahunnya

7. Tumbuh rambut halus pada wajah seperti kumis, jenggot

8. Tumbuh bulu dada

Menurut penulis dalam setiap perkembangan tubuh, ini dipengaruhi oleh


hormon yaitu hormon genadotropik dimana ini bertanggung jawab pada tanda-tanda seksual.

Setelah penulis menganalisis bentuk perkembangan biologis dari buku Sarliti


W. sarwono, penulis menyimpulkan bahwa perubahan fisik merupakan hal yang
mempengaruhi kejiwaan seseorang yang sedang mengalami perkembangan fisik, dimana cirri-
ciri yang Nampak mampu dilihat dengan mata kepala, seperti perubahan tinggi badan yang
selalu maksimal setiap tahunnya, mengalami haid pada setiap wanita, mengalami ejakulasi
untuk setiap laki-laki, dan sebagainya yang berkaitan dengan jenis kelamin masing-masing.
Dalam perkembangan fisik ini juga dipengaruhi oleh adanya hormon genadotropik yang
bertanggung jawab atas tanda-tanda seksual yang terjadi.

Menurut para ahli dalam Sumadi Suryabrata (1998:185), diberikan beberapa


contoh dalam periodesasi yang berdasar pada biologisnya. Diantara pendapat para ahli itu ada
pendapat dari Aristoteles yang menggambarkan perkembngan anak sejak lahir hingga dewasa
dalam tiga periode dan pendapat dari Kretschmer yang terdiri atas empat periode.

1. Pendapat Aristoteles:

a. Fase 1 : dari 0 sampai 7, termasuk masa anak kecil atau masa bermain

b. Fase 2 : dari 7 sampai 14 masa anak mulai belajar

c. Fase 3 : dari 14 sampai 21 masa pubertas (remaja)

2. Pendapat Kretschmer:

a. Fase 1 : 0 sampai 3, dikatakan anak memiliki sifat pendek gemuk

b. Fase 2 : 3 sampai 7, dikatakan anak memiliki sifat langsing

c. Fase 3 : 7 sampai 13, dikatakan anak kembali kelihatan pendek gemuk

d. Fase 4 : 13 sampai 20, dikatakan anak kembali kelihatan langsing.


Menurut penulis, dalam setiap perkembangan fisik, manusia melewati masa-
masa tertentu dimana dipengaruhi oleh perubahan usia yang menyeimbangkan keadaan
biologisnya.

Aristoteles berpendapat melalui 3 fase perkembangan anak sejak lahir hingga dewasa:

a. Fase 1, anak usia 0-7 merupakan masa anak kecil atau masa bermain

b. Fase 2, mulai usia 7-14 anak dikatakan memasuki tahap belajar

c. Fase 3, usia 14-21 disebutnya masa pubertas atau peralihan dari masa anak-anak menuju
dewasa muda

Kretschmer juga berpendapat melalui 4 fase perkembangan sejak lahir hingga dewasa:

a. Fase 1, pada usia 0-3, dipandangnya anak memiliki sifat fisik pendek dan gemuk.

b. Fase 2, pada usia 3-7, dipandangnya anak memiliki sifat fisik yang cenderung langsing.

c. Fase 3, pada usia 7-14, dipandangnya anak memiliki sifat fisik kembali terlihat pendek dan
gemuk.

d. Fase 4, pada usia 14-20,dipandangnya anak memiliki sifat fisik yang kembali langsing.

Dari kedua pendapat yang sudah penulis ketahui, bahwa setiap orang mampu menilai atau
member pandangan pada orang lain tentang perkembangannya, seperti dua hal yang sudah
dikemukakan oleh Aristoteles dan Kretschmer yakni mereka memiliki pendapat yang berbeda
dalam memandang perubahan fisik yang dialami manusia dengan member alasan pada setiap
perkembangan usianya.
Aristoteles mengatakan bahwa masa anak kecil atau masa bermain dialami anak usia 0-7,
dan masa belajar dialami pada usia 7-14, kemudian masa puber dialami pada usia 14-21.
Kretschmer juga berpandangan pada usia 0-3 dilihatnya anak terlihat pendek dan gemuk, pada
usia 3-7 dilihatnya anak memiliki tubuh yang langsing, pada usia 7-13 dilihatnya anak kembali
terlihat pendek dan gemuk, dan pada usia 13-20 dilihatnya anak langsing kembali.

3. Ciri-ciri khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan fisik

Beberapa ciri khusus yang menonjol pada masa remaja ialah :

1. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat.

2. Perkembangan seksual sangat menyolok.

3. Tertarik kepada lawan jenisnya.

4. Cara berfikir yang bersifat kausalitas.

5. Emosi yang sering meluap-luap (tidak stabil).


6. Menarik perhatian lingkungannya.

7. Kehidupan social terikat dengan kelompoknya.

Pada bab ini, ciri-ciri khusus yang menyolok pada masa remaja itu akan kit bahas lebih jauh lagi
agar pengetahuan kita mengenai remaja itu menjadi lebih luas lagi.

1. Pertumbuhan fisik yang sangat pesat

Setelah anak menginjak usia remaja, perkembangan fisik berlangsung secara cepat, lebih
cepat dari pada masa sebelum maupun sesudahnya. Perkembangan fisik yang pesat ini terutama
sekali pada bagian tangan dan tungkai.sehingga baju dan celananya yang disimpan beberapa
minggu saja, sering kali sudah tidak cukup untuk dipakai lagi. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan otot dan tulang-tulang pada tangan dan tungkai berlangsung sangat cepat. Karena
pertumbuhan fisik yang sangat pesat., maka para remaja membutuhkan makan dan tidur yang
cukup banyak. Hal ini sering kali tidak dipahami oleh orang dewasa, sehingga kadang-kadang
anak akan dimarahi oleh orang tuanya. Inilah yang kadang-kadang dapat menimbulkanmasalah
psikis pada remaja itu. Disamping itu, perkembangan fisik yang sangat cepat itu juga
menimbulkan efek yang merupakan gangguan bagi perkembangan remaja itu. Misalnya
dengan pertumbuhan tangan dan kaki yang cepat, sering menyebabkan badan terasa terlalu
jangkung, dan menimbulkan gerak tubuh yang kaku, pada anak gadis sering terasa malu
melihat pertumbuhan buah dadanya, sehinnga gerak tubuhnya tidak bebas, dan sebagainya.
Gangguan-gangguan semacam ini biasanya disebut gangguan regulasi.

Menurut penulis perkembangan fisik pada remaja sangat cepat lebih cepat dari pada masa
sebelum dan masa sesudah. Pada masa remaja memiliki cirri khusus antara lain :

a) Pertumbuhan fisik yang sangat cepat

b) Perkembangan seksual sangat menyolok

c) Tertarik pada lawan jenisnya

d) Cara berfikir yang bersifat kausalitas

e) Emosi yang sering meluap-luap (tidak stabil)

f) Menarik perhatian lingkungannya

g) Kehidupan social terikat dengan kelompoknya

Disamping itu perkembangan fisik remaja yang sangat cepat itu juga dapat menimbulkan
efek gangguan bagi perkembangan remaja itu sendiri.

2. Perkembangan seksual yang sangat menyolok

Perkembangan seksual pada remaja mengalami kenaikan yang menyolok. Kelenjar hormon
mulai berproduksi dan menghasilkan sperma pada anak laki-laki, dan datang menstruasi pada
anak perempuan. Remaja itu mulai mimpi-mimpi seksual. Berproduksinya kelenjar hormon,
sering kali mengakibatkan tumbuhnya jerawat pada bagian wajah. Teman dalam pergaulan
kadang-kadang memberikan ejekan terhadap sesame kawan akibat tumbuhnya jerawat itu.
Ejekan-ejekan semacam itu dapat menimbulkan masalah psikis bagi remaja, terutama bagi
remaja putri.

Bersama dengan munculnya gejala diatas, muncul pula tanda-tanda kelamin sekunder,
ialah tumbuhnya rambut pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti pada ketiak, pada daerah
alat vital, dan pada daerah sekitar bibir pada anak laki-laki. Pada anak perempuan tumbuh
payudara yang kian membesar, sedang pada anak laki-laki terjadi pertumbuhan lekum yang
menjadi semakin besar, diikuti dengan suaranya yang parau dan akhirnya menjadi turun satu
oktaf. Perbedaan anak laki-laki dan anak perempuan menjadi semakin jelas. Anak laki-laki
semakin jelas sifat kelaki-lakiannya, sedangkan anak perempuan semakin jelas sifat
kewanitaannya. Anak laki-laki tampak semakin lebar pada bagian tulang bahu, serta dengan
otot-otot yang kekar dan kulitnya yang agak kasar, sedangkan anak perempuan semakin tampak
melebar pada bagian tulang pinggul, dengan timbunan lemak Pada bagian-bagian tubuhnya
sehingga kulit menjadi lebih halus, dan payudarah semakin membesar. Bila hal ini terjadi lebih
lambat atau lebih cepat akan dapat menimbulkan masalah bagi anak tersebut.

Menurut penulisnya perkembangan fisik terhadap remaja sangat mennyolok karena kelenjar
hormon pada laki-laki dan perempuan, mulai berproduksi dan muncul pula tanda-tanda
kelamin sekundr dan banyak perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada saat remaja, bila hal
ini terjadi lebih lambat atau lebih cepat akan dapat menimbulkan masalah bagi remaja tersebut.

3. Tertarik kepada lawan jenisnya

Seiring dengan perkembangan seksualnya, para remajamulai tertarik kepada lawan


jenisnya. Demikianlah maka remaja itu kemudian menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
bersama-sama dengan kawan dari lawan jenisnya.sebenarnya ia ingin menemukan nilai-nilai
tentang hidup, dan setelah ditemukannya nilai-nilai itu kemudian ia ingin menemukan
pasangan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah diyakini sebagai pandangan
hidupnya. Dalam lingkungan yang memberi kebebasan pergaulan biasanya para remaja akan
suka berpacaran. Bila dalam hal ini orang dewasa kurang mengerti atau tidak mau mengerti,
maka remaja itu akan bersikap tertutup terhadap orang dewasa. Sikap tertutup itu akan semakin
meningkat apabila orang tuanya melarang remaja itu berpacaran atau berhubungan dengan lain
jenis. Para remaja putri biasanya lebih tertarik kepada pemuda yang beberapa tahun lebih tua
dari dirinya. Sebaliknya para pemuda biasanya lebih tertarik kepada remaja putri yang beberapa
tahun lebih muda dari usianya.

Dalam lingkungan yang memberikan kebebasan lebih longgar terhadap pergaulan-


pergaulan pemuda-pemudi, sifat tertarik pada jenis kelamin lain itu memang dapat
menimbulkan bahaya bagi remaja itu, seban justru pada saat itu perkembangan seksualnya
maju pesat. Tetapi dengan pendidikan moral dan agama serta pengarahan orang dewasa secara
bijaksana, bahaya itu bisa juga dihindari.

Menurut penulisnya para remaja mulai tertarik pada lawan jenisnya, sering kali remaja
menyukai dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan lawan jenisnya, para
remaja juga akan mulai suka pacaran, tetapi kadang orang dewasa tidak mengerti tentang hal
tersebut, itu menyebabkan sikap remaja menjadi tertutup dengan orang lain. Ketertarikan
remaja pada lain jenis juga dapat menimbulkan bahaya bagi remaja itu sendiri, tetapi dengan
pendidikan moral dan agama serta pengarahan orang tua secara bijaksana bahaya tersebut dapat
dihindari.

4. Cara berfikir yang bersifat kausalitas

Cara berfikir kausalitas ialah berfikir menurut hukum sebab akibat. Bila seorang anak
dilarang berjaga-jaga sampai larut malam dengan hanya mengatakan pantangan bagi anak
yang belum pergi tidur sampai larut malam, rupanya akan ditaati oleh anak yang masih kecil,
tanpa mengajukan pertanyaan mengapa demikian ?. tetapi bila larangan itu diberikan kepada
anak yang sudah usia remaja, akan disambut dengan pertanyaan mengapa demikian ?. bila
orang dewasa tidak dapat menyampaikan jawaban yang rasional, tentulah larangan itu tidak
akan dipatuhinya. Sebab setelah berstatus remaja anak tersebut akan mempunyai perasaan tidak
mau dibohongi oleh orang dewasa, atau dianggap seperti anak kecil lagi. Maka bila orang tua,
guru pamong, dan sebagainya tidak memahami cara berfikir remaja, akan dapat menimbulkan
tindakan remaja yang menyimpang. Misalnya lalu terjadi kenakalan.Menurut penulis bahwa
seorang remaja mempunyai cara berfikir yang bersifat kausalitas atau berfikir menurut hukum
sebab akibat, dengan demikian orang dewasa jika mengatakan sesuatu harus disertai dengan
sebab akibat, karena masa-masa remaja adalah masa-masa dimana remaja itu tidak mau
dibohongi oleh orang dewasa. Jika orang dewasa berkata tidak disertai dengan sebab akibat
maka akan dapat menimbulkan tindakan remaja yang menyimpang atau terjadi kenakalan
remaja.

5. Emosi yang meluap-luap (tidak stabil)

Para remaja biasaya mempunyai emosi yang tidak stabil. Suatu saat menunjukan kesedihan
yang mendalam tetapi kemudian menunjukan kegembiraan yang luar biasa. Sering kali
meninjukan kemarahannya yang meluap-luap. Hal ini terjadi bila remaja itu tersinggung
perasaannya ia belum mampu menahan emosinya. Emosi remaja biasanya lebih menguasai
tindakan-tindakannya dari pada pikirannya yang realistis. Emosi yang meluap-luap ini
seringkali menyebabkan remaja itu terjerumus kepada tindaka-tindakan yang tidak bermoral.
Misalnya : karena putus cinta remaja mau membunuh orang atau bunuh diri. Karena asyik
dalam berpacaran lalu ia mau melakukan apa saja tanpa mengindahkan norma-norma yang
berlaku.

Menurut penulis remaja seringkali mempunyai emosi yang meluap-luap (tidak stabil). Emosi
remaja biasanya lebih menguasai tindakan-tindakannya daripada fikirannya yang realistis,
emosi remaja yang tidak stabil itu seringkali dapat menyebabkan remaja terjerumus dengan
tindakan-tindakan yang tidak bermoral.

6. Menarik perhatian lingkungan

Para remaj, biasanya cenderung untuk menarik perhatian dari lingkungannya. Hal ini
disebabkan karena ia ingin memperoleh status dan peranan dalam lingkungannya. Ia ingin
menunjukan bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu tugas yang dibebankan kepadanya,
seperti remaja lainnya yang telah memainkan peranan tertentu misalnya sebagai pengumpul
dan, petugas keamanan atau peranan lainnya biasanya ia akan bekerja dengan sebaik-baiknya.
Bila remaja itu tidak diberi peranan oleh orang tuanya dirumah biasanya lalu mencari peranan
diluar rumahnya. Tetapi kalu diluar rumah ia juga tidak memperoleh peranan maka ia akan
mungkin sekali melakukan perbuatan-perbuatan tertentu untuk menarik perhatian masyarakat,
yang biasanya bersifat negatif. Misalnya berlagak seperti seorang pahlawan, suka berkelahi,
kebut-kebutan dijalan umum, dan kenakalan lainnya.

Menurut penulis seorang remaja biasanya ingin menarik perhatian dari sekitar
lingkungannya, denan tujuan remaja itu ingin memperoleh status dan peranan dalam
lingkungannya. Seorang remaja ingin selalu memdapat peranan penting baik dilingkungan
keluarga maupun dilingkungan masyarakatnya.

7. Terikat erat dengan kelompoknya

Dalam kehidupan social, biasanya remaja itu sangat tertarik dengan kelompok sebayanya.
Bila ia telah diterima sebagai anggota kelompok sebaya itu, ia akan merasa terikat erat dalam
kelompoknya tidak jarang peranan orang tua kemudian dinomor duakan. Sedang yang nomor
satu adalah kelompoknya. Orang tua yang kurang mengerti biasanya akan marah-marah, karena
orang tua yang memberi makan, membesarkan dan membiayai sekolahnya, justru perkataan-
perkataan atau perintahnya dinomor duakan. Ia merasa dianggap remeh, sedang pimpinan
kelompoknya yang sebenarnya hanyalah kawan dalam pergaulan, semua perintahnya
diindahkan. Apa yang dilakukan oleh ketua kelompoknya ditiru padahal belum tentu kalau
benar. Remaja yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya dirumah, seakan merasa
tidak betah tinggal dirumahnya. Ia kemudia bergabung dengan kelompok sebaya itu, karena ia
ingin memperoleh sesuatu yang sangat penting. Seperti : dianggap, dimengerti, diperhatikan,
dan sebagainya. Kelompok atau gang yang dibentuk oleh para remaja itu sebenarnya tidak
perlu dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan, asal saja orang dewasa dapat
mengarahkan kepada hal-hal yang bersifat positif.

Untuk memahami ciri-ciri khusus dan masalah-masalah psikologis remaja secara lebih
terperinci, seringkali diadakan pembagian nasa remaja menjadi beberapa periode.

Secara teoritis masa remaja dapat dibagi menjadi dua periode, ialah : remaja puber, dan
remaja adolesen. Remaja puber terdiri atas tiga periode, ialah : prapubertas, pubertas, dan akhir
pubertas. Sedang masa yang mendahului pra pubertas yang merupakan akhir masa anak
sekolah sebagai transisi menuju masa pra pubertas ini disebut masa pueral.

Pada bagian yang berikut, secara berturut-turut akan kita bicarakan :

a. Masa pueral

b. Masa pra pubertas

c. Masa pubertas

d. Masa akhir pubertas

e. Masa adolesen.

5. Menurut penulisnya remaja biasanya sangat tertarik dengan kelompok sebayanya, bahkan
peranan orang tua seringkali dinomor duakan, sedangkan kelompoknya dinomor satukan,. Alas
an remaja itu ikut dalam suatu kelompok karena remaja itu ingin dianggap, dimengerti,
diperhatikan, dan sebagainya. Pada masa remaja dapat dibagi menjadi 2 periode yaitu : remaja
puber, dan remaja adolesen. Remaja puber juga dapat dibagi menjadi 3 periode yaitu : pra
pubertas, pubertas, dan akhir pubertas.

Perkembangan fisik remaja sangat cepat dimana masa-masa remaja itu masa-masa
muncul hormone-hormon dan tanda-tanda kelamin sekunder serta banyak sekali perubahan-
perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Pada masa remajalah seorang remaja tertarik pada
lawan jenisnya, apapun kegiatan lawan jenisnya pasti diikuti, dan pada saat remajalah
seseorang mengenal pacaran, tetapi para orang dewasa tidak menyukai pacaran, karena
menurut mereka pacaran dapat menimbulkan kenakalan remaja, tetapi seringkali orang dewasa
tidak memberikan sebab dan akibatnya, karena itu remaja seringkali mersa dibohongi oleh
orang dewasa karena cara berfikir remaja bersifat kausalitas atau dengan berfikir sebab dan
akibat. Seorang remaja juga tidak bias berfikir yang realistis karena remaja lebih menguasai
tindakan-tindakannya. Kartena remaja mempunyai emosi yang sering kali meluap-luap atau
tiodak stabil. Sikap seorang remaja cenderung ingin menarik perhatian dari lngkungan
masyarakatnya, karena itu remaja sangat tertarik dengan kelompok sebayanya, bahkan peranan
orang tuanya seringkali dinomor duakan sedangkan kelompoknya selalu dinomor satukan.

Perkembangan Masa Remaja


Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun sedang berada
dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja adalah masa yang sangat
menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan
fisiknya. Adapula ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau diperlakukan sebagai anak-
anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Saat
anak mengalami masa remaja tidak sama waktunya ditiap-tiap Negara waktunya berbeda-beda
menurut norma kedewasaan yang berlaku setempat, misalnya di daerah pedesaan yang agraris,
anak usia 12 tahun sudah ikut melakukan perkejaan yang seharusnya dilakukan orang dewasa
seperti mengelola sawah dan ladang orang tuanya. Dalam keadaan seperti ini berarti anak yang
belum dewasa itu sudah dituntut orang tuanya untuk bertanggung jawab.dengan demikian masa
remaja akan lebih cepat berakhir didaerah pedesaan.

Ciri-ciri remaja
Ada beberapa ciri-ciri yang harus diketahui, diantaranya:
1. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan
masa anak-anak dan dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja makan
dan tidur yang lebih banyak. Perkembangan fisik mereka jelassterlihat pada tungkai dan
tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan
bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.

2. Perkembangan seksual
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat reproduksi
sperma mulai berproduksi, mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan
sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah
mendapat menstruasi (dating bulan) yang pertama. Ciri-cir lainnya yang ada pada anak laki-
laki ialah pada leher menonjol buah jakun yang mebuat nada suaranya menjadi pecah.
Sedangkan pada anak perempuan,karena produksi hormon dalam tubuhnya, di wajahnya
bertumbuhan jerawat. Terjadinya penimbunan lemak yang membuat buah dada membesar,
pinggulnya mulai lebar,dan pahanya membesar.

3. Cara berpikir kausalitas


Cara berpikir kausalitas yaitu,menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja
duduk didepan pintu, kemudian orang tuanya melarang sambil berkata pantang. Remaja
sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan masih
menganggap sebagai anak kecil.

4. Emosi yang meluap-luap


Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan kadaan hormon. Suatu
saat bisa sedih, dilain waktu ia bisa marah sekali.

5. Mulai tertarik pada lawan jenis


Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam
kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya dan mulai berpacaran.
Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang dari pada anak laki-laki.

6. Menarik perhatian lingkungan


Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan
status dn peranan separti kegiatan remaja dikampung-kampung yang diberi peranan.
7. Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan social sangat tertarik dengan kelompok sebayanya sehingga tidak
jarang orang tua di nomor duakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan.
Masa perkembangan
Bila di tinjau dari segi perkembangan boiologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang
berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang
gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang bulan) yang pertama.
Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi pemuda ketika mengalami masa
mimpi yang pertama yang tanpa disadari mengeluarkan sperma. Biasanya pada gadis
perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun dibandingkan dengan perkembangan
biologis pemuda karena gadis lebih dahulu mengawali remaja yang akan berakhir pada usia
sekitar 19 tahun, sedangkan pemuda baru mengakhiri masa remajanya pada sekitar usia 21
tahun. Ditinjau secara teoritis, masa remaja terdiri dari remaja puber dan remaja adolesen.

1. Masa pubertas
Masa pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan
kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yang
tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu
a. Pendapat lama ditinggalkan
b. Keseimbangan jiwanya terganggu
c. Suka menyembunyikan isi hati
d. Masa bangunnya perasaan kemasyarakat.
e. Perbedaan sikap pemuda dan sikap gadis

2. Masa adolesen
Masa adolesen berada dengalami antara usia 17dan 20 tahun. Atau mengambil betas-batas
permulaan pada saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang sangat menonjol,
sedanngkan batas-batas akhir pada saat berakhirnya perkembangan jasmani. Beberapa
diantaranya sifat-sifat adolesen yaitu:
a. Mulai tampak garis-garis perkembangan yang dikutinya di kemudian hari
b. Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup
c. Jika masa pubertas menngalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai tampak
tenang
d. Sekarang ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah tapi sulit
melaksanakannya
e. Ia menunjukan perhatiannya kepada masalah kehidupan sebenarnya

Analisis dari internet

Pada usia 12-19 tahun adalah usia dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja.
Masa remaja adalah dimana anak mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya atau masa
peralihan dari masa anak kemasa dewasa, dengan demikian dapat disimpulkan cirri-ciri remaja
yaitu :

1. Pertumbuhan fisik

2. Perkembangan seksual

3. Cara berfikir kausalitas

4. Emosi yang meluap-luap

5. Mulai tertarik pada lawan jenis

6. Menarik perhatian lingkungan

7. Tertarik dengan kelompok

Usia 12 tahun awal pubertas bagi wanita, dimana biasanya seorang wanita mendapat
menstruasi (dating bulan) yang pertama, sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas
bagi laki-laki dimana pada usia ini laki-laki mengalami masa mimpi yang pertama tanpa
disadari atau mengeluarkan sperma. Wanita perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun
disbanding pemuda, karena wanita terdahulu mengawali remaja dan akan berakhir pada usia
19 tahun, sedangkan pemuda akan berakhir pada usia 21 tahun. Masa remaja dilihat scara
teoritis terdiri dari masa remaja puber dan masa remaja adolesen.

Kesimpulan dari internet


. Masa remaja adalah dimana anak mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya
atau masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa, dengan demikian dapat disimpulkan cirri-
ciri remaja yaitu :

1. Pertumbuhan fisik

2. Perkembangan seksual

3. Cara berfikir kausalitas

4. Emosi yang meluap-luap

5. Mulai tertarik pada lawan jenis

6. Menarik perhatian lingkungan

7. Tertarik dengan kelompok

Usia 12 tahun awal pubertas bagi wanita, dimana biasanya seorang wanita mendapat
menstruasi (dating bulan) yang pertama, sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas
bagi laki-laki dimana pada usia ini laki-laki mengalami masa mimpi yang pertama tanpa
disadari atau mengeluarkan sperma. Wanita perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun
disbanding pemuda, karena wanita terdahulu mengawali remaja dan akan berakhir pada usia
19 tahun, sedangkan pemuda akan berakhir pada usia 21 tahun.

Kesimpulan keseluruhan:

Masa remaja adalah masa dimana anak mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya
atau masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa. Perkembangan fisik remaja sangat cepat
dimana masa-masa remaja itu masa-masa muncul hormone-hormon dan tanda-tanda kelamin
sekunder serta banyak sekali perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Pada masa
remajalah seorang remaja tertarik pada lawan jenisnya, apapun kegiatan lawan jenisnya pasti
diikuti, dan pada saat remajalah seseorang mengenal pacaran, tetapi para orang dewasa tidak
menyukai pacaran, karena menurut mereka pacaran dapat menimbulkan kenakalan remaja,
tetapi seringkali orang dewasa tidak memberikan sebab dan akibatnya, karena itu remaja
seringkali mersa dibohongi oleh orang dewasa karena cara berfikir remaja bersifat kausalitas
atau dengan berfikir sebab dan akibat. Seorang remaja juga tidak bias berfikir yang realistis
karena remaja lebih menguasai tindakan-tindakannya. Kartena remaja mempunyai emosi yang
sering kali meluap-luap atau tiodak stabil. Sikap seorang remaja cenderung ingin menarik
perhatian dari lngkungan masyarakatnya, karena itu remaja sangat tertarik dengan kelompok
sebayanya, bahkan peranan orang tuanya seringkali dinomor duakan sedangkan kelompoknya
selalu dinomor satukan. Perkembangan remaja putrid lebih cepat satu tahun disbanding remaja
putra, karena remaja putrid terdahulu mengawali masa remaja dan akan berakhir pada usia 19
tahun, sedangkan remaja putra akan berakhir pada usia 21 tahun.

4. pengaruh perubahan fisik pada remaja ketika memasuki masa puber


Beberapa pengaruh perubahan masa puber

Menurut Hurlock dalam Muhammad Al-Mighwar M.Ag (2006;31)

1) Pengaruh pada kondisi fisik

Pesatnya pertumbuhan dan perubahan-perubahan tubuh cenderung menimbulkan


kecapekan, kelesuan, dan gejala-gejala buruk lainnya. Dengan semakin bertambahnya tugas-
tugas dan tanggung jawab, sedangkan individu tidak dapat melaksanakannya dengan baik,
kondisi itu sering semakin memburuk.

Gejala yang terjadi antara lain gangguan pencernaan dan kurangnya nafsu makan.
Anemia juga sering terjadi akibat kebiasaan makan yang tidak menentu.

Sepanjang periode haid awal, gejala yang sering dialami anak perempuan adalah sakit
kepala, sakit punggung, kejang, dan sakit perut yang diiringi pingsan, muntah-muntah,
gangguan kulit, pembengkakan tungkai kaki dan pergelangan kaki. Akibatnya, timbullah rasa
lelah, tertekan dan gampang marah. Gangguan fisik dan psikologis itu akan hilang dengan
sendirinya saat haid datang lebih teratur.

Anak laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalami kondisi yang tidak


mengenakkan itu. Seberapa sering intens dan beratnya penderitaan itu sangat bergantung pada
seberapa cepat perubahan dan kondisi kesehatan pada saat dimulainya masa puber.

Menurut penulis, Pada masa remaja terjadi peubahan fisik secara cepat yang tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan. Perubahan yang cepat ini dapat membingungkan remaja
yang mengalaminya. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk mempelajari perubahan yang
terjadi setiap tahap kehidupan remaja agar mampu menerima perubahan-perubahan yang
terjadi pada tahap kehidupannya.

Menurut Hurlock dalam Muhammad Al-Mighwar M.Ag (2006;31)

2) Pengaruh pada sikap dan tingkah laku

Luasnya pengaruh perubahan fisik masa puber juga berpengaruh pada sikap dan
tingkah lakunya. Realita menunjukkan bahwa perubahan sikap dan tingkah lakunya saat itu
lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang
berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Bila orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-
teman kurang memberikan pengertian dan simpati pada anak puber yang harapan-harapan
sosialnya begitu besar, akibat psikologis yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan fisik itu
semakin besar.

Menurut penulis, Perubahan-perubahan fisik pada diri remaja menyebabkan adanya


rasa canggung pada dirinya karena ia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan
fisik yang terjadi pada dirinya. Perubahan fisik selalu diikuti dengan perubahan sikap dan
tingkah laku pada remaja karena sedang terjadinya perubahan dalam bentuk dan ukuran
tubuhnya seringkali sangat tidak nyaman.

Menurut Hurlock dalam Muhammad Al-Mighwar M.Ag (2006;32)

Secara umum, pengaruh perubahan paling serius dan kuat yang menimpa masa puber
adalah sebagai berikut;

1) Suka menyendiri

Terjadinya masa puber menyebabkan remaja menarik diri dari teman-teman dan berbagai
aktivitas keluarga, sering bertengkar dengan teman-teman dan anggota keluarga, sering
melamun dan mempertanyakan mengapa keinginannya tidak dimengerti dan ia diperlakukan
dengan kurang baik.

2) Jemu

Berbagai permainan yang dulu disenangi mulai ditinggalkan karena merasa jemu. Dia
juga merasa jemu pada tugas sekolah, aktivitas sosial dan kehidupan lainnya. Akibatnya dia
malas hingga prestasinya menurun. Semakin seringnya timbul perasaan fisik yang tidak normal
pada dirinya, kengganannya untuk berprestasi itu akan menjadi kebiasaannya.

Menurut penulis

Pada saat remaja mengalami rasa jemu, remaja ini seolah-olah sudah jemu dengan apa
yang selama ini ia lakukan. Dan pada saat itu pula remaja ingin melakukan hal-hal baru yang
lebih menarik.

3) Kontradiksi dengan sosial

Sering kali anak puber kontradiksi dengan orang-orang di sekitarnya, seperti enggan
bekerja sama, membantah dan menentang. Antara dua jenis seks yang berlainan sering terjadi
permusuhan terang-terangan yang diaplikasikan dalam bentuk kritik dan komentar yang
menjatuhkan. Akan tetapi, dia akan kembali menjadi lebih ramah, lebih bekerja sama, dan lebih
bekerja sama, juga lebih sabarr menghadapi orang lain seiring dengan perkembangan masa
puber selanjutnya.

4) Beremosi tinggi

Anak puber cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan
yang sangat kecil. Selama masa prahaid dan awal periode haid, sensitivitas emosi akan suasana
hati yang negatif ini sedang terjadi. Hal ini akan berkurang bila kondisi fisiknya semakin
matang dan ia telah mampu mengendalikan emosinya.
Menurut penulis, Pada saat masa puber remaja memiliki singkat emosi yang tinggi. Dia
merasa sudah dewasa dan tidak mau diatur. Dia lebih cepat emosi walaupun hanya dengan
persoalan yang sepele.

5) Inkoordinasi

Pesatnya pertumbuhan dan ketidakseimbangannya akan memengaruhi pola koordinasi


gerak sehingga selama beberapa waktu, anak puber akan merasa janggal dan kaku. Koordinasi
itu akan kembali membaik secara bertahap setelah masa puber berakhir.

6) Kurang percaya diri

Rasa percaya diri yang dulu dimilik anak puber, kini hilang akibat menurunnya daya
tahan fisik dan datangnya kritikan dari teman-teman dan orang tua. Tidak sedikit anak laki-laki
dan perempuan yang mengalami perasaan kurang percaya diri ini setelah puber.

Menurut penulis, Kurangnya rasa percaya diri pada remaja menimbulkan rasa malu
dan ingin selalu mengikuti mode pergantian zaman. Remaja yang kurang percaya diri sering
ikut-ikutan dengan apa yang dilakukannya teman ataupun lingkungan yang ada.

7) Sangat sederhana

Pada masa ini, penampilan anak puber menjadi sangat sederhana karena
khawatir akan perhatian dab komentar buruk tentang perubahan fisik yang dialaminya. Pengaru
itu lebih banyak terjadi pada anak laki-laki karena anak perempuan lebih cepat matang daripada
anak laki-laki dan banyaknya hambatan sosial yang dibebankan pada tingkah laku anak
perempuan ketika ia berusaha membebaskan diri dari beragam batasan.

Menurut penulis

Dengan lebih awalnya masa puber anak perempuan, maka ia lebih cepat
menunjukkan tanda-tanda tingkah laku yang mengganggu daripada anak laki-laki. Tetapi anak
perempuan akan lebih cepat stabil daripada anak laki-laki dan anak perempuan mulai
bertingkah laku seperti sebelum masa puber.

Jadi, pengaruh perubahan fisik terhadap remaja yaitu;

1. Pengaruh pada kondisi fisik

Perubahan masa puber menimbulkan kecapekan, kelesuan dan gejala-gejala buruk lainnya.
Dengan semakin bertambahnya tugas dan tanggung jawab, sedang individu tidak dapat
melaksanakannya dengan baik.
2. Pengaruh pada sikap dan tingkah laku

Realita menunjukkan bahwa perubahan sikap dan tingkah laku remaja saat itu
lebih merupakan akibat dari perubahan sosial.

a. Suka menyendiri

Remaja menarik diri dari teman-teman dan berbagai aktivitas keluarga, sering bertengkar
dengan teman-teman dan anggota keluarga, sering melamun dan mempertanyakan mengapa
keinginannya tidak dimengerti dan ia diperlakukan dengan kurang baik.

b. Jemu

Remaja mengalami rasa jemu atas apa yang selama ini ia lakukan.

c. Kontradiksi dengan sosial

Akibat dari kontradiksi ini remaja enggan bekerja sama, membantah dan menentang.

d. Beremosi tinggi

Pada masa puber, remaja lebih sensitiv daripada sebelumnya. Remaja mudah marah jika ia
merasa terganggu.

e. Inkoordinasi

Pada masa puber, remaja akan merasa janggal dan kaku atas perubahannya.

f. Kurang percaya diri

Remaja menjadi kehilangan kepercayaan diri.

g. Sangat sederhana

Pada masa ini, penampilan anak puber menjadi sangat sederhana karena khawatir akan
perhatian dan komentar buruk.

Pengaruh Perubahan Fisik

Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi para remaja karena ia


harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pertumbuhan
badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang terlalu cepat akan membuat
remaja merasa malu atau kurang percaya diri. Demikian pula dalam menghadapi haid dan
mimpi yang pertama. Anak-anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku dan
dukungan dari pihak lain orang tua.

Menurut penulis, perubahan fisik pada remaja cenderung mendapat kecanggungan dari
para remajanya, karena seiring perubahan fisik, remaja juga mengalami perkembangan psikis
sehingga harus atau memiliki perasaan untuk bisa menyesuaikan diri. Misalnya ia harus
menerima kodratnya yang mengalami haid (pada remaja perempuan) atau mimpi basah (pada
remaja laki-laki).

Perubahan fisik selalu disertai oleh perubahan sikap dan perilaku. Keadaan ini sering
menjadi sedikit parah karena perbedaan sikap orang-orang di sekelilingnya dan sikapnya
sendiri dalam menanggapi perubahan fisik tersebut. Dalam masa remaja, perubahan yang
terjadi sangat mencolok, sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah
terbentuk. Perilaku mereka mendadak semakin sulit diduga dan sering agak melawan nilai dan
norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu masa ini sering dinamakan sebagai masa negatif
atau masa pancaroba. Pada saat irama pertumbuhan sedikit lambat dan perubahan tubuhnya
telah sempurna maka akan terjadi keseimbangan kembali.

Menurut penulis, seiring berkembangnya fisik pada remaja, disertai pula dengan
perkembangan sifat dan perilaku, biasanya disinilah mulai penyesuaian dimana seorang remaja
belajar menguasai sifat-sifat yang berbeda dari remaja lain atau orang lain. Sifat yang dialami
biasanya sulit diduga dan dinilai agak melawan norma sosial yang berlaku, oleh karena itu pada
masa ini sering dinamakan masa negatif.

Meskipun pengaruh pubertas terhadap remaja berbeda-beda, cara mereka melampiaskan


gangguan ketidakseimbangan itu hampir sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat
terlihat adalah ia menjadi mudah tersinggung, sangat pemalu, ada kecenderungan menarik diri
dari keluarga atau teman, lebih senang menyendiri, menentang otorita orang tua dan guru,
mendambakan kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas di
rumah ataupun di sekolah, dan sangat tampak bahwa dirinya tertekan dan tidak bahagia.
(http://aejeongfithree.blogspot.com/2012/12/pertumbuhan-fisik-remaja.html)

Menurut penulis, perbedaan pengaruh pubertas terhadap remaja cenderung tidak


mempengaruhi cara pelampiasan ketidakseimbangannya. Bentuk pelampiasan yang terlihat
adalah sifatnya yang mudah tersinggung, pemalu, lebih senang menyendiri, menentang otoritas
orang tua atau guru, mendambakan kemandirian, sifat kritis terhadap orang lain, dan terlihat
tertekan.

Dari pembahasan ini penulis menyimpulkan, bahwa pangaruh perkembangan remaja


terhadap dirinya adalah dimana ia harus menerima kodratnya sebagai manusia yang sempurna,
dan harus mau belajar menguasai sifat remaja lain. Perkembangan remaja juga membawa
pengaruh yang cenderung dipandang sebagai masa negatif, karena sifatnya yang sulit diduga,
mudah tersinggung, sifatnya yang dinilai melanggar norma,dan senang menyandiri, sehingga
mengkhawatirkan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mengalami perubahan
tubuh yang sempurna dan ada saatnya pertumbuhan sedikit lambat, maka kemudian akan
terjadi keseimbangan kembali.
5. remaja ingin menonjolkan dirinya dengan lingkungannya

Menurut IKIP Semarang Press: 1990, 141 Selain sikap kompetisi dan komformitas, remaja
juga bersikap ingin menonjolkan dirinya, ingin menarik perhatian kelompoknya. Misalnya ,
memakai pakaian yang potonganya aneh, gelang akar yang besar, ketawa keras-keras, ngebut
di jalan, semua itu sering didorong oleh keinginan untuk menarik perhatian dan ingin di hargai
oleh kelompoknya.

Menurut penulis menonjolkan diri merupakan sikap kompetisi dan konformitas yang ingin
menarik perhatian dan di hargai dari kelompoknya.

1. Perkembangan Perasaan Diri(sense of self)

Menurt Eva Latipah: 2012, 243-248 Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
anak dalam berfikir pun semakin meningkat. Mereka akan mampu berfikir secara simbolis dan
akhirnya mampu bernalar secara abstrak. Dalam kondisi demikian, seseorang akan sering kali
menarik kesimpulan tentang siapa meraka dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain
anak akan mampu mendeskripsikan tentang siapa dirinya, apakah dia seorang siswa yang baik.
Menarik secara fisik, seorang pemarah, menyenangkan, pemurung, pintar, lucu dan
sebagainya. Kemampuan anak dalam mendeskripsikan dirinya adalah bentuk persepsi,
keyakinan, penilaian dan perasaanya tentang siapa dia sebagai seorang pribadi atau dalam
istilah psikologi di kenal sebagai perasaan diri. Perasaan diri selanjutnya melibatkan dua hal
yaitu konsep diri (self concept) dan harga diri (self esteem). Konsep diri merupakan penilaian
terhadap karakter, kekuatan dan kelemahan diri, sedang harga diri merupakan penilaian dan
perasaan tentang nilai dan harga diri. Dalam penggunaan sehari hari, keduanya saling
melengkapi dan terkadang digunakan secara bergantian (Byrne, 2002).

Menurut penulis perasaan diri merupakan kemampuan mendeskripsikandirinya atau


sering di istilahkan dengan perasaan diri. Perasaan diri mencakup dua hal antara lain konsep
diri dan harga diri. Konsep diri adalah penilaian penilaian tentang karakter, kekurangan dan
kelebihan dirinya sedangkan harga diri adalah penilaian tentang dirinya.

2. Masa Remaja Awal

Memasuki masa remaja, mereka telah mampu berfikir abstrak. Para siswa semakin
mampu mengdidentifikasikan dirinya dalam kerangka sifat-sifat yang umum dan relatif stabil.
Bagi sebagian besar remaja awal, penerimaan social dalam penampilan fisik jauh lebih penting
dibandingkan dengan kompetensi akademis (Harter, 1999).Namun demikian, konsep diri dan
harga diri siswa sering kali jatuh saat mereka mengalami masa transisi dari SD ke SMP atau
SMU, dan kejatuhan tersebut lebih besarterjadi pada anak perempuan di bandingkan pada anak
laki-laki (Cole, dkk, 2001). Perubahan fisologisseiring terjadinya pubertas menjadi faktir yang
mempengaruhi. Perubahan dalam lingkungan sekolah seperti putusnya persahabatan,
hubungan guru-siswayang bersifat supelfisial saja, atau tuntutan akademis yang semakin ketat
juga dapat memberikan dampak negatif.

Fenomena yang harus mendapat perhatian serius padda masa remaja karena dapat berdampak
pada perasaan diri adalah pemikiran yang berpusat pada diri (self centered) yaitu pemikiran
bahwa dalam segala situasi social, perhatian semua orang terpusat kepada mereka. Pemikiran
ini terkadang diistilahkan juga sebagai audiens imajiner (imaginary audience). Hal ini membuat
pikiran mereka di penuhi kepedulian atau kekhawatiran terhadap penampilan fisik, dan
karenanya sering kali mengkritik penampilan fisik dirinya. Kepekaan yang ekstrim terhadap
rasa malu, ditambah dengan keterampilan social yang kurang, menyebabkan mereka merespon
kata-kata yang kasar atau situasi-situasi memalukan lainnya melalui tindakan kekerasan yang
tidak perlu. Fenomena lainnya yang juga berdampak pada perasaan diri adalah munculnya fable
pribadi (personl fable) yaitu meyakini bahwa diri mereka betul-betul tidak memiliki pandangan
didunia ini. Mereka cenderung berfikir bahwa perasaan mereka unik, dan orang-orang
disekelilingnya tidak tidak pernah merasakan emosisepertiyang mereka rasakan. Dampaknya
mereka terkadang bersikap ngotot terutama terhadap orang tua dan guru mereka. Mereka juga
meyakini bahwa mereka aman dari bahaya-bahaya yang umumnya terjadidalam kehidupan
mereka. Akibatnya, mereka mngambil resiko yang tampak bodoh seperti mencoba-coba
mengkonsumsiobat-obatan dan alcohol, melakukan hubungan seks bebas, atau mengemudi
dengan kecepatan tinggi.

Menurut penulis memasuki masa remaja, mereka mampu berfikir abstrak serta telah
mengalami masa transisi. Remaja junga mengalami perubahan fisiologi seiring terjadinya
pubertas. Pada masa remaja akan muncul berbagai pemikiran yang timul dari perasaan dirinya,
seperti pemikiran berpusat pada diri sendiri atau istilahnya audiens imajiner dan muculnya
fable pribadi. Remaja memiliki sikap ngotot terhadap orang tua dan memiliki pemikiran bahwa
mereka aman dari bahaya yang terjadi dalam kehidupannya. Akibatnya , remaja sering
mengambil resiko yang besar.

3. Masa Remaja Akhir

Masa remaja akhir di awali ketika seseorang berada di kelas Sembilan (SMP kelas 3).
Pada masa ini siswa biasanya mampu menikmati konsep diri dan kesehatan mental secara
positif (Harter, 1999). Hal ini di sebabkan mereka telah melampaui masa-masa pubertas yang
sarat dengan kebingungan dan ketidakstabilan emosi. Selain itu mereka juga telah melewati
pengalaman bersekolah yang tidak selalu menyenangkan.

Dalam waktu bersamaan mereka juga semakin memikirkan berbagai karakterristik dan
keterampilannya dan mulai bergaulat dengan berbagai ketidakkonsistenan dalam persepsi
dirinya. Pada akhirnya ketika mereka mencapai kelas sebelas (SMA kelas 2), sebagian besar
dari mereka mampu mengintegrasikan beragam persepsi dirinya yang kompleks dan beraneka
segi (multi facet) sehingga mampu mendamaikan konflik yang dihadapi.
Dalam upaya mengintegrasikan beragam persepsi dirinya tersebut, kebanyakan remaja akhir
mulai membentuk suatu identitas (identity) umum yaitu sebuh definisi yang disusun secara
mandiri tentang siapa mereka, apa saja yang dianggap penting bagi mereka, dan apa saja tujuan
hidup mereka. Keterlibatan dalam sebuah kelompok, organisasi, atau komunitas yang ada di
sekitarnya akan memberikan peran penting dalam pembentukan identitas ( Wigfield, 2000).
Kelompok-kelompok tersebut tidak sekedar memperkenalkan remaja tentang siapa diri
mereka, namun juga memperkenalkan kepada mereka tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan
yang dapat di contoh oleh remaja.

Menurut penulis masa dimana remaja melewati masa pubertas dengan ketidakstabilan
emosi dan mereka mulai memikirkan karakteristik dan keterampilannya sehingga akan muncul
ketidakkonsistenan dalam persepsi dirinya tetapi mampu mengintegrasikannya. Dalam
mengintegrasikan persepsi diri, remaja membentuk identitas umum. identitas umum
merupakan definisi tentang siapa mereka , apa yang dianggap penting bagi merekan dan
menentukan tujuan hidup.

Menonjolkan diri merupakan sikap kompetisi dan konformitas. Remaja juga memiliki
sikap ingin menonjolkan dirinya, ingin menarik perhatian orang dan ingin di hargai oleh
kelompoknya.

Pada masa perkembangan perasaan diri, remaja mampu mendeskripsikan tentang


dirinya atau istilahnya dikenal sebagai perasaan diri. Perasaan diri melibatkan dua hal yaitu
konsep diri dan harga diri. Memasuki masa remaja, mereka mampu berfikir abstrak dan
mengalami masa transisi. Masa remaja, masa dimana akan muncul pemikiran yang timbuldari
perasaan diri. Mereka juga meyakini bahwa aman dari bahaya yang umumnya terjadi dalam
kehidupannya, sehingga remaja sering melakukan hal yang beresiko tinggi. Saat memasuki
remaja akhir, mereka mulai memikirkan karakter dan keterampilannya dan mampu
mengintegrasikannya beragam persepsi dirinya.. Dalam upaya mengintegrasikan beragam
persepsi dirinya mereka membentuk suatu identitas umum.

Masa remaja , masa ingin menonjolkan dirinya, menarik perhatian dan dihargai dari
kelompoknya serta masa dimana remaja mampu mendeskripsikan dirinya sendiri atau
istilahnya dikenal sebagai perasaan diri Perasaan diri melibatkan dua hal yaitu konsep diri dan
harga diri. Masa remaja merupakan masa transisi yang akan berdampak pada perasaan diri
sehingga menimbulkan pemikiran yang berpusat pada diri atau istilahnya audiens imajiner dan
munculnya fable pribadi. Remaja juga sering bersikap ngotot kepada orang tua dan sering
mengambil resiko yang sangat besar. Saat memasuki remaja akhir, remaja telah mengalami
masa pubertas serta mulai memikirkan karakter dan keterampilannya dan bergaulat dengan
ketidakkonsistenan dalam persepsi dirinya. Mereka juga berupaya mengintegrasikan persepsi
dirinya dengan mulai membentuk suatu identitas umum yaitu definisi tentang siapa mereka,
apa saja yang dianggap penting dan apa tujuan mereka. Keterlibatan dalam organisasi atau
kelompok member peranan penting dalam pembentukan identitas.
6. Pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya

Menurut Eva Latipah (2012: 249-250) bahwa keyakinan siswa tentang perilaku
bermoral dan tidak bermoral (yaitu keyakinan mana yang benar dan mana yang salah) akan
memengaruhi perilaku mereka disekolah. Sebagai contoh, jika siswa menghormati
keselamatan dan hak milik orang lain, mereka cenderung tidak terlibat dalam aksi agresi,
vandalisme, pencurian. Keyakinan moral siswa juga memengaruhi reaksi kognisi dan
emosional mereka terhadap berbagai materi pelajaran di sekolah. Misalnya terhadap deskripsi
mengenai genosida yang terjadi di berbagai tempat dalam sejarah atau terhadap pernyataan
yang bersifat rasis atau anti-Semitik dalam karya-karya sastra. Para siswa yang berpikir dan
bertindak secara bermoral memperoleh dukungan lebih besar dari guru dan teman-temannya,
dan sebagai hasilnya dalam jangka panjang meraih keberhasilan akademis dan social yang
semakin besar (Caprara dkk, dalam Omrod, 2008).

Menurut penulis pada dasarnya perilaku bermoral ataupun tidak, itu akan memengaruhi
perilaku mereka secara keseluruhan, misal saja seorang siswa yang menghormati keselamatan
dan hak milik orang lain, disini mereka telah mengetahui bahwa perilaku yang merugikan
orang lain merupakan perbuatan yang tidak baik, sehingga mereka cenderung menjauhinya.
Selain itu keyakinan moral juga memengaruhi reaksi kognisi dan emosional mereka terhadap
berbagai situasi, salah satunya dalam menerima pelajaran di sekolah.

Kebanyakan orang menunjukkan perilaku yang lebih bermoral seiring denagn


pertambahan usia mereka. Hal tersebut mencerminkan tren perkembangan sebagaimana di
uraikan berikut ini : sejak usia dini, anak mulai menggunakan standar-standar internal untuk
mengevaluasi perilaku. Anak-anak par sekolah sekalipun telah memiliki pemahaman bahwa
perilaku yang mengakibatkan gangguan fisik atau psikologis adalah salah (Kim & Turiel, 1996)

Menurut penulis pemahaman perilaku seseorang dimulai sejak dini, mereka tahu bahwa
perilaku seperti mengganggu merupakan perbuatan yang tidak baik sehingga pemahaman
seperti itu menjadi bekal yang penting bagi seseorang dalam meniti kehidupannya terutama
dalam aspek moralitas.

Seiring bertambahnya usia, penalaran mengenai isu-isu moral menjadi semakin


berbentuk abstrak dan fleksibel. Untuk mengetahui pemikiran anak mengenai isu-isu moral,
para peneliti terkadang menyajikan dilemma moral (moral dilemma), yaitu situasi saat hak atau
kebutuhan dua orang (atau lebih) saling bertentangan dan tidak terdapat respon benar-salah
yang tegas. Pada saat itu juga, anak-anak berperilaku semakin selaras dengan standar-standar
moral pilihan mereka sendiri. Perilaku moral berkorelasi dengan penalaran moral (Eisenberg,
2001). Sebagai contoh, anak-anak dan remaja yang berdasarkan perspektif Kohlberg
melakukan penalaran pada tahap yang lebih tinggi,cenderung jarang berbuat curang (seperti
mencontek saat ujian) atau mencemooh orang lain, umumnya lebih senang menolong orang
lain yang membutuhkan, dan lebih sering menolak mematuhi perintah yang akan menimbulkan
kerugian bagi orang lain (Miller, 1996). Meskipun demikian, korelasi antara penalaran moral
dan perilaku moral tidak termasuk korelasi yang kuat. Kemampuan anak-anak
mempertimbangkan perspektif orang lain dan emosi mereka (rasa malu, perasaan bersalah)
juga memengaruhi keputusan-keputusan untuk berperilaku secara moral dan sebaliknya (Zhou,
2001). Kebutuhan dan tujuan personal anak-anak biasanya juga turut berperan. Sebagai contoh,
meskipun anak-anak mungkin ingin melakukan hal yang benar, mereka mungkin juga
memikirkan apakah orang lain menyetujui tindakan mereka serta apa konsekwensi positif atau
negative yang mungkin terjadi.

Menurut penulis, bahwa penalaran anak-anak atau remaja terhadadp moral akan
semakin abstrak dan fleksibel sesuai dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya
para peneliti menyajikan sebuah dilemma moral,ini dilakukan untuk mengukur kesiapan
seorang anak dalam menghadapi situasi tertentu, dimana pada saat itu antara hak atau
kebutuhan 2 orang (lebih) saling bertentangan dan tidak terdapat respon benar-salah yang tegas.
Sehingga pada saat itu anak-anak cenderung berperilaku semakin selaras dengan standar-
standar moral pilihan mereka sendiri.

Jadi, dari beberapa analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perilaku
bermoral ataupun tidak, itu akan memengaruhi perilaku mereka secara keseluruhan. Selain itu
keyakinan moral seorang anak juga memengaruhi reaksi kognisi dan emosional mereka
terhadap berbagai situasi. Pemahaman perilaku seperti ini memang dimulai sejak dini,
penalaran anak-anak atau remaja terhadap moral akan semakin abstrak dan fleksibel sesuai
dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya para peneliti menyajikan sebuah
dilemma moral, ini dilakukan untuk mengukur kesiapan seorang anak dalam menghadapi
situasi tertentu, dimana pada saat itu antara hak atau kebutuhan 2 orang (lebih) saling
bertentangan dan tidak terdapat respon benar-salah yang tegas. Sehingga pada saat itu anak-
anak cenderung berperilaku semakin selaras dengan standar-standar moral pilihan mereka
sendiri.

Menurut Sarlito W. Sarwono (2012: 109-112)Moral dan religi merupakan bagian yang
cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa
mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-
hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi
lain tiadanya moral dan religi ini sering kali dituding sebagai factor penyebab meningkatnya
kenakalan remaja.

Menurut penulis moral menjadi pilar utama dari tingkah laku dari seorang individu,
khususnya ketika individu tersebut memasuki masa remaja. Pada fase ini remja mengalami
perkembangan yang pesat terutama terjadinya perubahna fisik, sehingga ini sangat
mempengaruhi sikap dan perilakunya. Oleh karena itu disini moral akan berperan sebagai
pengendali tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Sehingga dia tidak melakukan hal-hal
yang merugikan atau bertentangan dengan pandangan masyarakat.

Religi merupakan kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam
semesta ini adalah sebagian dari moral,sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu
dihindari. Agama juga mengatur tingkah laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam
moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan-santun, tata krama, dan norma-norma
masyarakat lain.

Menurut penulis, disamping moral, agama juga turut mengatur tingkah laku seorang
individu, sebab agama mengatur perbuatan yang dinilai baik-buruk dan secara psikologis itu
termasuk ke dalam moral. Sehingga moral dan agama berperan serta dalam membentuk pribadi
seseorang.

Aliaran psikoanalisis tidak membeda-bedakan anatara moral,norma dan nilai. Semua


konsep itu menurut Sigmund Freud menyatu dalam konsepnya tentang super ego. Super ego
sendiri dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan
tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat. Super ego dibentuk melalui
jalan internalisasi (penyerapan) larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar
(khususnya dari orang tua) sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri
(Bartens, 1979). Sekali super ego telah terbentuk, maka ego tidak lagi hanya mengikuti
kehendak-kehendak id (dorongan-dorongan naluri yang berasal dari alam ketidaksadaran),
akan tetapi juag mempertimbangkan kehendak super ego. Demikianlah dalam menghadapi
situasi tertentu, seorang remaja yang sudah terbentuk super egonya akan berbuat sedemikian
rupa sehingga tidak melanggar larangan atau perintah masyarakat. Termasuk jika tidak ada
petugas hokum atau tokoh masyaraakat disekitar itu.

Menurut penulis moral, norma dan nilai merupakan kesatuan yang saling berikatan,
dimana semua konsep tersebut menurut Sigmund Freud disebut sebagai super ego, sedangkan
super ego sendiri merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah
laku ego sehingga tidak bertentangan dengan aturan masyarakat. Jadi, apabila seorang remaja
sedang menghadapi situasi tertentu, ia tidak akan melanggar larangan atau aturan masyarakat
karena sudah memilki super ego yang kuat.

Menurut aliran psikoanalisis, orang-orang yang tak mempunyai hubungan yang


harmonis dengan orang tuanya di masa kecil kemungkinan besar tidak akan mengemabngkan
super egon yang cukup kuat sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma
masyarakat.

Sejalan dengan pemikiran psikoanalisis, penulis berpendapat bahwa hubungan yang


kurang baik antara orang tua dan anak tentu saja akan berdampak pada moral si anak itu sebdiri,
sebab dalam hal ini tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan orang tua sehingga
perilaku anak cenderung memberontak.

Tetapi teori-teori lain yang non psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan anak orang
tua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral. Para Sosiolog, misalnya, beranggapan bahwa
masyarakat sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral. W. G Summer (1907)
salah seorang sosiolog, berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan
oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat
pelanggar-pelanggarnya. Control masyarakat itu adalah :

1. Folkways yaitu tingkah laku yang lazim, misalnya makan dengan tangan kanan, bekerja atau
bersekolah, dan sebagainya.

2. Mores yaitu tingkah laku yang sebaiknya dilakukan, misalnya: mengucapkan terimakasih atas
jasa seseorang atau memberikan salam pada waktu berjumpa.

3. Law (Hukum) yaitu tingkah laku yang harus dilakukan atau dihindari: misalnya tidak boleh
mencuri, harus membayar hutang, dan lain-lain.
Seperti yang telah dipaparkan diatas, maka penulis berpendapat bahwa moral seseorang
tidak hanya dipengaruhi oleh orang tua, tetapi peran masyarakat juga sangat penting, karena
aturan-aturan yang ada di masyarakat juga ikut terlibat dalam pembentukan perilaku seeorang.
Dimana dalam aturan tersebut pasti ada sanksi bagi pelanggar-pelanggarnya. Sehingga itu
dapat dijadikan sebagai control bagi perilaku remaja yang pada dasarnya masih mencari jati
dirinya. Diantara control tersebut yaitu folkways, mores, dan law. Dimana masing-masing
control itu memiliki jenis sanksi yang berbeda.

Mores memang tidak mempunyai sanksi seketat hukum, tetapi mores ini merupakan
dasar dari moral menjadi tolok ukur dalam kita menilai seseorang. Von Magnis, seorang filsuf
Indonesia pernah mengemukakan sebuah contoh yang baik mengenai perbedaan antara
norma,moral dan norma hukum. Ia mengatakan bahwa merampok bank lebih berat
hukumannya daripada membunuh kucing kesayangan seorang kakek yang tak berdaya. Tetapi
secara moral, perbuatan yang terakhir dinilai lebih jahat (Von Magnis,1979). Sama halnya
dengan agama yang secara normative harus paling diagungkan, tetapi ketika sekelompok
radikais merampok bank dan membunuh satpamnya denga alasan faI (diperbolehkan
merampok harta milik kafir untuk membiayai perjuangan agama), apakah hal tersebut masih
bisa disebut bermoral?

Menurut penulis mores merupakan dasar dari moral yang menjadi tolak ukur kita dalam
menilai seseorang. Mores juga merupakan dasar dari tingkah laku yang sebaiknya dilakukan
sebagai contoh yaitu mengucapkan salam, mengucapkan salam memang terlihat sederhana
tetapi ini sangat penting karena mengucapkan salam merupakan salah satu dasar yang akan
membangun pribadi seseorang. Karena itu mores dikatakan landasan moralitas remaja.

Untuk remaja mores atau moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri karena mereka
sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya
sendiri. Pedoman atau petunjuk ini dibutuhkan juga untuk menumbuhkan identitas dirinya,
menuju kepribadian matang dengan unifying philosophy of life dan menghindarkan diri dari
konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. Dengan kurang aktifnya orang
tua dalam membimbing remaja (bahkan pada beberapa remaja hubungan yang tidak harmonis
denagn orang tua), maka pedoman berupa mores ini makin diperlukan oleh remaja.

Menurut penulis, mores atau moral sangat dibutuhkan remaja sebab di masa ini remaja
sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jati
dirinya.

Di Indonesia salah satu mores yang penting adalah agama. Seperti akan diuraikan dalam
bab-bab berikutnya (khususnya bab VI) agama bisa merupakan salah satu factor pengendali
terhadap tingkah laku remaja. Hal ini dapat dimengerti karena agama memang mewarnai
kehidupan masyarakat setiap hari. Tidak saja dalam peringatan dalam hari-hari besar atau
upacara-upacara pada peristiwa-peristiwa khusus (kelahiran, khitanan. Perkawinan, kematian
dll), tetapi juga dalam tingakah laku biasanya member salam waktu berjumap atau mengawali
pidato sambutan.

Menurut penulis, mores atau moral yang paling penting di Indonesia adalah
agama,karena merupakan salah satu factor pengendali perilaku remaja.
Namun, dipihak lain ada sementara remaja yang menganggap agama sebagai kult
(diambil dari kata kultus karena sangat memuja pemimpinnya) sebuah berita di media massa
misalnya melaporkan kisah tentang seorang pelajar SMKK Yogyakarta bernama Imansih dan
seorang pelajar lain bernama Johnny Setiawan Kristanto pelajar SMA N V di kota yang sama.
Kedua siswa itu tidak mau menghormat bendera dengan alasan bertentangan dengan agama.
Dengan mengutip Roma XII mereka mengatakan bahwa salut hanyalah untuk tuhan. Ternyata
kedua orang ini penganut Sekte Kristen Jehova yang sudah dilarang kejaksaan Agung tahun
1982 (Tempo, No. 41, tahun XV, 7 Desember 1985). Di era tahun 2000-an gejala kultisme
Islam yang radikal itu sudah menyusut dikalangan pelajar SMU (Hidayat, 2009).

Menurut penulis, bahwa pada dasarnya agama memang menjadi pegangan seseorang
teruma untuk mengontrol perilakunya. Tetapi sebaiknya kita juga perlu selektif terhadap agama
yang akan kita anut, apakah agama itu legal atau illegal, karena terlihat pada contoh kasus tadi
bahwa agama yang dianut remaja itu merupakan agama yang illegal atau dilarang oleh
pemerintah.

Jadi, dari beberapa analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa moral menjadi pilar
utama dari tingkah laku dari seorang individu, khususnya ketika individu tersebut memasuki
masa remaja. Disamping moral, agama juga turut mengatur tingkah laku seorang individu,
sebab agama mengatur perbuatan yang dinilai baik-buruk dan secara psikologis itu termasuk
ke dalam moral. Sedangkan menurut Sigmund Freud baik moral, nilai dan norma merupakan
satu kesatuan yang disebut dengan super ego. Super ego sendiri sangat memengaruhi
perkembangan individu karena super ego sendiri berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku
ego sehingga tidak bertentangan dengan aturan masyarakat. Hubungan yang kurang baik antara
orang tua dan anak tentu saja akan berdampak pada moral si anak itu sendiri, dimana perilaku
anak cenderung memberontak. Dan disinilah peran agama sangat diperlukan karena agama
dapat mengontrol perilaku remaja yang pada dasarnya mereka sedang mencari jati dirinya.
Tetapi ketika kita akan menganut sebuah agama hendaknya kita juga harus selektif dengan
agama tersebut, apakah agama tersebut legal atau illegal dan sudah sesuaikah dengan peraturan
pemerintah.

Dari kedua kesimpulan tersebut dapat disimpulkan bahwa moral adalah bagian dari
penalaran seseorang dimana moral mempunyai bagian yang cukup penting dalam
perkembangan jiwa remaja. Karena pada dasarnya perilaku bermoral ataupun tidak, akan
memengaruhi perilaku mereka secara keseluruhan. Pemahaman perilaku seperti ini memang
dimulai sejak dini, penalaran anak-anak atau remaja terhadap moral akan semakin abstrak dan
fleksibel sesuai dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya para peneliti
menyajikan sebuah dilemma moral, ini dilakukan untuk mengukur kesiapan seorang anak
dalam menghadapi situasi tertentu. Selain moral agama juga turut serta mengontrol perilaku
remaja khususnya ketika mereka memasuki masa pubertas yang ditandai dengan perubahan-
perubahan fisik yang terjadi pada individu tersebut, disinilah peran agama sangat dibutuhkan
terlebih jika individu tersebut memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tuanya, maka
pedoman atau petunjuk yang dapat menununtun mereka ke jalan yang benar bisa dikatakan ya
agama itu sediri, tetapi dalam memilih agama hendaknya kita harus selektif apakah agama yang
akan ita anut sudah sesuaikah dengan peraturan pemerintah atau tidak karena kita sebagai
warga Negara yang baik hendaknya mengikuti peraturan yang telah disepakati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian fisik remaja secara umum

Pertumbuhan merupakan perkembangan ukuran fisik sedangkan perkembangan merupakan


proses yang berhubungan dengan fungsi organ karena terjadi pematangan. Keduanya kadang
terjadi secara bersamaan, dan kadang juga tidak terjadi secara bersamaan.

a. Usia belum bisa menjamin kedewasaan seseorang.

b. Kedewasaan seseorang tidak hanya di ukur oleh faktor usia.

c. Pertumbuhan dan perkembangan idealnya harus bersinergi dalam tumbuh kembang baik fisik
maupun psikis.

d. Perkembangan fisik secara umum tidak hanya bisa di lihat kaca mata fisik. Namun, faktor
psikologis juga sangat berpengaruh dalam pembentukan perkembangan fisik secara umum.

e. Faktor lingkungan seperti berpengaruh dalam membentuk perkembangan fisik maupun


psikologis.

f. Pendidikan formal dan non formal mempunyai andil yang sangat penting dalam menjadikan
seorang mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik.

2. Fase-fase perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa.

Dari kedua pendapat yang sudah penulis ketahui, bahwa setiap orang mampu menilai
atau member pandangan pada orang lain tentang perkembangannya, seperti dua hal yang sudah
dikemukakan oleh Aristoteles dan Kretschmer yakni mereka memiliki pendapat yang berbeda
dalam memandang perubahan fisik yang dialami manusia dengan member alasan pada setiap
perkembangan usianya.

Aristoteles mengatakan bahwa masa anak kecil atau masa bermain dialami anak usia 0-
7, dan masa belajar dialami pada usia 7-14, kemudian masa puber dialami pada usia 14-21.
Kretschmer juga berpandangan pada usia 0-3 dilihatnya anak terlihat pendek dan gemuk, pada
usia 3-7 dilihatnya anak memiliki tubuh yang langsing, pada usia 7-13 dilihatnya anak kembali
terlihat pendek dan gemuk, dan pada usia 13-20 dilihatnya anak langsing kembali.

3. Ciri-ciri khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan fisik

Masa remaja adalah masa dimana anak mengalami banyak perubahan psikis dan
fisiknya atau masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa. Perkembangan fisik remaja sangat
cepat dimana masa-masa remaja itu masa-masa muncul hormone-hormon dan tanda-tanda
kelamin sekunder serta banyak sekali perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja.
Pada masa remajalah seorang remaja tertarik pada lawan jenisnya, apapun kegiatan lawan
jenisnya pasti diikuti, dan pada saat remajalah seseorang mengenal pacaran, tetapi para orang
dewasa tidak menyukai pacaran, karena menurut mereka pacaran dapat menimbulkan
kenakalan remaja, tetapi seringkali orang dewasa tidak memberikan sebab dan akibatnya,
karena itu remaja seringkali mersa dibohongi oleh orang dewasa karena cara berfikir remaja
bersifat kausalitas atau dengan berfikir sebab dan akibat. Seorang remaja juga tidak bias
berfikir yang realistis karena remaja lebih menguasai tindakan-tindakannya. Kartena remaja
mempunyai emosi yang sering kali meluap-luap atau tiodak stabil. Sikap seorang remaja
cenderung ingin menarik perhatian dari lngkungan masyarakatnya, karena itu remaja sangat
tertarik dengan kelompok sebayanya, bahkan peranan orang tuanya seringkali dinomor duakan
sedangkan kelompoknya selalu dinomor satukan. Perkembangan remaja putrid lebih cepat satu
tahun disbanding remaja putra, karena remaja putrid terdahulu mengawali masa remaja dan
akan berakhir pada usia 19 tahun, sedangkan remaja putra akan berakhir pada usia 21 tahun.

4. Pengaruh perubahan fisik pada remaja ketika memasuki masa pubertas.

Dari pembahasan ini penulis menyimpulkan, bahwa pangaruh perkembangan remaja


terhadap dirinya adalah dimana ia harus menerima kodratnya sebagai manusia yang sempurna,
dan harus mau belajar menguasai sifat remaja lain. Perkembangan remaja juga membawa
pengaruh yang cenderung dipandang sebagai masa negatif, karena sifatnya yang sulit diduga,
mudah tersinggung, sifatnya yang dinilai melanggar norma,dan senang menyandiri, sehingga
mengkhawatirkan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mengalami perubahan
tubuh yang sempurna dan ada saatnya pertumbuhan sedikit lambat, maka kemudian akan
terjadi keseimbangan kembali.

5. Alasan remaja ingin menonjolkan diri dengan lingkungannya.

Masa remaja , masa ingin menonjolkan dirinya, menarik perhatian dan dihargai dari
kelompoknya serta masa dimana remaja mampu mendeskripsikan dirinya sendiri atau
istilahnya dikenal sebagai perasaan diri Perasaan diri melibatkan dua hal yaitu konsep diri dan
harga diri. Masa remaja merupakan masa transisi yang akan berdampak pada perasaan diri
sehingga menimbulkan pemikiran yang berpusat pada diri atau istilahnya audiens imajiner dan
munculnya fable pribadi. Remaja juga sering bersikap ngotot kepada orang tua dan sering
mengambil resiko yang sangat besar. Saat memasuki remaja akhir, remaja telah mengalami
masa pubertas serta mulai memikirkan karakter dan keterampilannya dan bergaulat dengan
ketidakkonsistenan dalam persepsi dirinya. Mereka juga berupaya mengintegrasikan persepsi
dirinya dengan mulai membentuk suatu identitas umum yaitu definisi tentang siapa mereka,
apa saja yang dianggap penting dan apa tujuan mereka. Keterlibatan dalam organisasi atau
kelompok member peranan penting dalam pembentukan identitas.

6. Pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya.


moral adalah bagian dari penalaran seseorang dimana moral mempunyai bagian yang
cukup penting dalam perkembangan jiwa remaja. Karena pada dasarnya perilaku bermoral
ataupun tidak, akan memengaruhi perilaku mereka secara keseluruhan. Pemahaman perilaku
seperti ini memang dimulai sejak dini, penalaran anak-anak atau remaja terhadap moral akan
semakin abstrak dan fleksibel sesuai dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya
para peneliti menyajikan sebuah dilemma moral, ini dilakukan untuk mengukur kesiapan
seorang anak dalam menghadapi situasi tertentu. Selain moral agama juga turut serta
mengontrol perilaku remaja khususnya ketika mereka memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada individu tersebut, disinilah peran agama
sangat dibutuhkan terlebih jika individu tersebut memiliki hubungan yang kurang baik dengan
orang tuanya, maka pedoman atau petunjuk yang dapat menununtun mereka ke jalan yang
benar bisa dikatakan ya agama itu sediri, tetapi dalam memilih agama hendaknya kita harus
selektif apakah agama yang akan ita anut sudah sesuaikah dengan peraturan pemerintah atau
tidak karena kita sebagai warga Negara yang baik hendaknya mengikuti peraturan yang telah
disepakati.

B. Saran

1. Diharapkan pembaca dapat mengetahui proses perkembangan fisik.

2. Diharapkan pembaca dapat mengetahui pengaruh perkembangan fisik terhadap moral remaja.

3. Diharapakan remaja dapat mengambil pelajaran dari pembahasan makalah perkembangan


fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Padagogia.

Sarwono, W Sarlito. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hp, Mansyuri. Dan Ny Suprihatin MD. 1990. Psikologi Perkembangan. Semarang: IKIP

http // engineer_robi.blogspot.com/2012/02/cirri-ciri-perkembangan-fisik-anak-dan html.


02.58

Anda mungkin juga menyukai