Anda di halaman 1dari 25

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Hukum dan Metode Penelitian Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. BAHARUDDIN, M.Pd.I

Oleh:
Amir Fahmi Amrulloh

(13110020)

Nur Abdul Kholik Nugroho

(13110248)

Siti Rahmah

(13110)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ................................................................................................................ i
A. PENDAHULUAN ........................................................................................... ii
B. PEMBAHASAN ............................................................................................ 1
1. Pengertian Psikologi perkembangan ................................................. 1
2. Hukum perkembangan ..................................................................... 2
a) Hukum konvergerensi ................................................................. 2
b) Hukum tempo perkembangan ..................................................... 4
c) Hukum masa peka ....................................................................... 4
d) Hukum rekapitulasi ..................................................................... 5
e) Hukum bertahan dan mengembangkan diri ................................ 6
f) Hukum irama ( ritme ) perkembangan ........................................ 7
3.

Metode Penelitian Dalam Psikologi Perkembangan ......................... 7


a) pendekatan lebih umum .............................................................. 7
b) pendekatan lebih khusus .......................................................... 10

C. Kesimpulan ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20

KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapa tmenyelesaikan tugas
Makalah

ini

untuk

memenuhi

salah

satu

matakuliah

PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
akhir zaman, manusia terbaik yang di turunkan Allah kemuka bumi, satu-satunya
nabi dan rosul yang berhak memberi safaat, sang permata di antara batu karang,
yakni nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga
kita termasuk umat beliau dan berhak memperoleh safaatnya nanti di hari akhir,
amin..
Tak ada gading yang takretak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun selalu kami nantikan, untuk perbaikan pembuat makalah selanjutnya.
Wassalamualaikumwr.wb

Malang ,

September 2014

Penyusun

BAB IV
HUKUM DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Para ahli psikologi sering mempelajari laju perkembangan yang


khas pada usia berapakah anak pada umumnya mulai berbicara, berapa
cepatkah perbendaraan kata meningkat bersaman dengan meningkatnya
umur. Perkembangan menunjukkan adanya perubahan, adanya masa yang
dilalui, menunjukkan suatu proses. Proses yang terjadi sepanjang
kehidupan manusia. Perkembangan mengacu pada perubahan sepanjang
waktu selama manusia hidup (change long times). Perkembangan
menunjukkan perubahan yang sifatnya progresif.
Dalam ilmu hukum perkembangan kita mengenal adanya, berbagai
macam teori tentang hukum perkembangan. Oleh Karena itu, kita akan
mencoba mengurai satu persatu tentang hukum perkembangan yang ada
dalam ilmu psikologi.
Perlu diingat bahwa pada mulanya psikologi perkembangan
merupakan cabanag dari psikologi yang menitik beratkan pada
perkembangan anak. Oleh karena itu psikologi perkembangan sebelumnya
lebih dikenal dengan istilah psikologi anak. Akan tetapi pada
perkembangannya, mengalami pergeseran makna menjadi psikologi
perkembangan. Oleh karena itu yang akan kami bahas pun masih sekitar
tentang manusia di fase-fase awal atau anak-anak.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan hukum perkembangan dan
metode dalam penelitian psikologi perkembangan. Sehinga kita akan
mengetahui lebih detail bagaimana pembelajaran tersebut, diharapkan
setelah

mempelajaarinya

kita

akan

dapat

mengetahui

hukum

perkembangan dan metode dalam penelitian psikologi perkembangan.

Tak ada gading yang tak retak. Kritik dan saran kami tunggu untuk
perubahan makalah kami ke arah yang lebih baik. Psikologi perkembangan
kadang-kadang disebut juga psikologi anak atau psikologi genetik. Yang
dibahas ialah perkembangan rohani sejak manusia lahir sampai ia dewas.
Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan
perkembangan dari mulai lahir sampai meninggal dunia.

2. Rumusan masalah
a.

Apa itu psikologi perkembangan?

b.

Bagaiman Hukum-hukum didalam psikologi perkembangan?

c.

Bagaimana metode dalam psikologi perkembangan?

3. Tujuan masalah
a. Untuk mengetahui apa itu psikologi perkembangan
b. Untuk mengetahui Hukum-hukum didalam psikologi
perkembangan
c. Untuk mengetahui metode dalam psikologi perkembangan

B. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN TENTANG PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Psikologi

merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris,

yaitu psychology. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa
Yunani yaitu psyche, berarti, jiwa atau daya hidup, sedangkan logos berarti
ilmu. Jadi secara harafiah, psychology berarti ilmu yang memepelajari tentang
kejiwaan atau Ilmu Jiwa .
Sedangkan perkembangan, Chaplin mengartikan perkembangan sebagai
(1)Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir
hingga mati, (2)Pertumbuhan, (3)Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi
dari bagian-bagian jasmaniah ke bagian-bagian fungsional., (4)Kedewasaan atau
kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Sementara itu,
Reni Akbar Hawadi

menafsirkan,Perkembangan secara luas menunjuk pada

keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil
dalam kausalitas kemampuan ,sifat dan ciri-ciri yang baru.
Perkembangan itu menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang
menunjukkan kedepan dan tidak dapat diulangi kembali.dalam perkembangan
manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak
dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan perubahan dalam
suatu arah yang bersifat maju. Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan
factor-faktor umum yang memepengaruhi proses perkembangan yang terjadi di
dalam diri seseorang. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan
adalah relasi antara kepribadian dan perkembangan.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi
perkembangan adalah Ilmu yang lebih mempersoalkan factor-faktor umum yang
mempengaruhi proses perkembangan ( perubahan )dalam diri seseorang yang
menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan (Pendapat

Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P dan Prof. Dr. Siti Rahayu dalam bukunya
Psikologi Perkembangan).
Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang mulai periode masa bayi,
remaja, dewasa hingga lanjut usia (Pendapat Kartini Kartono dalam bukunya
Psikologi Anak)1
2.

HUKUM PERKEMBANGAN
Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus di alami, tetapi

ia tetap menjadi kesatuan. Perubahan berlangsung secara perlahan-lahan melalui


masa demi masa. Kadang kadang seseorang mengalami masa krisis pada masa
kanak-kanak dan masa pubertas. Menurut hasil penelitian para ahli ternyata bahwa
perkembangan jasmani

dan rohani berlangsung menurut

hukum-hukum

perkembangan tertentu. Hukum-hukum perkembangan itu terdiri dari:


a.

Hukum konvergerensi
Pandangan pendidikan di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan

yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan


orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat
lama itu dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer,
yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya. 2
Aliran ini lebih dikenal dengan istilah aliran pesimis.Paham nativisme tidak
berthan lama, karena pada abad ke-19 munculah paham baru yang dikenal
denghan faham

empirisme

yang dipelopori

oleh Jhon

Locke. Ia

memperkenalkan teori tabbularasa. Aliran ini sekrang lebih dikenal dengan


istilah aliran optimis.William Stern mencoba menggabungkan dua pendapat
di atas kedalam hukum konvergensi yang mengatakan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan
dan unsur bawaan. Proporsi dari ke dua unsur itu bervariasi. Pengaruh unsur

Muhammad Solehan dkk. Pendekatan Dan Metode Dalam Psikologi Perkembangan, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN )Salatiga, 2012
2
Sugeng Sholehudin, Psikologi Perkembangan dalam perspektif Pengantar, (Pekalongan: Gama
Media, 2008), hlm. 56

bawaan dan lingkungan bisa sama kuatnya, atau salah satu dari unsur itu lebih
kuat pengaruhnya terhadap perkembangan dibandingkan unsur yang lainnya. 3

1a

Hasil
Pendidikan

X
Gambar 1.

Dari gambar di atas menunjukkan jika pengaruh pembawaan (sumbu Y) sama


kuatnya dengan pengaruh lingkungan(sumbu X) , maka hasil pendidikannya baik
dan seimbang.

Hasil
pendidikan

X
Gambar 2
Dari gambar di atas menunjukkan jika faktor pembawaan (sumbu Y) lebih
kuat dari pengaruh lingkungan (sumbu X) , maka pendidikannya cenderung
kearah pembawaan.
3

Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm
24

Y
hasil
pendidikan

X
Gambar 3

Dari gambar di atas menunjukan bahwa pengaruh lingkungan( sumbu X)


lebih kuat dari pengaruh pembawaan (sumbu Y), maka hasil pendidikan lebih
mengarah kepada apa yang di kehendaki lingkungan. 4

b. Hukum tempo perkembangan


Hukum ini mengatakan bahwa perkembangan jiwa tiap anak itu berlainan
menurut temponya masing-masing. Setiap anak mempunyai tempo sendirisendiri, ada yang cepat (tempo singkat) ada pula yang lambat. Anak yang satu
lebih cepat berjalan dibandingkan anak lainnya, anak yang lainnya lebih
lambat berbicara dibandingkan lainnya. Ini menunjukkan bahwa setiap
perkembangan yang dialami individu berlangsung menurut tempo (kecepatan)
masing-masing.
Misalkan, bayi A mengalami pertumbuhan yang lebih dominan pada sisi
verbal, misal berbicara, sementara bayi B perkembanangan berbicaranya
relativ lebih lambat.
c. Hukum masa peka
Masa peka adalah suatau masa dimana sesuatu berfungsi sedemikian baik
perkembanganya. 5Masa peka merupakan suatu masa yang paling tepat untuk
berkembang, suatu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab
perkembangan suatu fungsi tidak berjalan secara serempak atau bersamaan
antara yang satu dengan yang lainnya, seperti halnya: masa peka untuk
4
5

Zulkifli, psikologi perkembangan. Remaja rosdakarya. Bandung 2005. Hlm 14


Sri Purnami . Psilogi perkembangan. Teras. Yogyakarta. 2008. Hlm 25

berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara
sekitar akhir tahun pertama. Hal ini kalau kita cermati hamper mirip dengan
hokum ritme perkembangan.
d. Hukum rekapitulasi
Hukum ini mencoba menguraikan dan menjelasakan bahwa psikis anak
adalah pengulangan dari sejarah singkat perkembangan manusia. Seluruh
umat manusia mengalami pengulangan sejarah dalam beberapa tahun saja dan
terjadi secara singkat dalam perkembangan anak.
Mengutip pendapat Zulkifli yang merumuskan pendapat Heckel (seorang ahli
biologi) bahwa asal mula hukum rekapitulasi ini diperkenalkan olehnya, dan
Heckel juga mengenalkan hukum biogenetis sebagaimana dalam kutipan
pendapatnya Zulkifli Ontogenesa dalah rekapitulasi dari Phylogenese adalah
kehidupan nenek moyang suatu bangsa. 6
Hukum rekapitulasi ini menerangkan bahwa perilaku anak merupakan
pengulangan sejarah secara singkat yang dilakukan oleh kehidupan suatu
bangsa yang berlangsung dengan lambat dan berabad-abad.
Jika rekapitulasi di alihkan dalam ilmu psikologi perkembangan, dapat
dikatakan bahwa perkembnagan jiwa anak mengalami pengulangan sejarah
kehidupan manusia secara singkat mulai dari bangsa-bangsa primitif sampai
pada masa dewasa ini.
Hukum ini kelanjutan dari teori rekapitulasi yakni, perkembangan jiwa
anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di
dunia dari masa dulu sampai sekarang.
Stanley Hall mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami seorang
anak merupakan ulangan (secara cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa yang
berlangsung dengan lambat selama berabad-abad. Seperti masa memburu dan
menyamun, masa ini dialami ketika anak berusia 8 tahun, yaitu anak senang
menangkap binatang, senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan. Masa
menggembala, masa ini dialami anak berusia sekitar 10 tahun, misalnya anak
senang memelihara binatang. Masa bercocok tanam, masa ini dialami anak
berusia sekitar 12 tahun, misalnya senang berkebun, menyiram tanaman.
6

Zulkifli, Psikologi Perkembangan,(Bandung : Rosda Karya, 2008) hlm. 15-16

Masa berdagang, masa ini dialami anak ketika berusia sekitar 14 tahun,
misalnya senang bertukar perangko, berkirim foto.7
Para psikolog membagi kehidupan anak dalam hukum rekapituasi sebagai
berikut :
1. Masa memburu dan menyamun
Masa-masa ini biasanya dilakukan oleh anak yang masih berusia 8 tahun,
tanda-tandanya : anak sering menangkap-nangkap permainanya, panahpanahan dan menembaki binatang, bermain kejar-kejaran dan perangperangan.
2. Masa mengembala.
Masa ini dialami ketika anak berusia 10 tahun, tanda-tandanya : anak
sering memelihara binatang seperti ayam, kambing, kelinci, merpati, itik,
angsa dan lain-lain
3. Masa bercocok tanam
Masa ini dialami anak saat berusia 12 tahun, tandanya : senang berkebun,
menyiram bunga, menoleksi tanaman hias
4. Masa berdagang
Masa ini dialami anak ketika ia berusia 14 tahun, tandanya : anak senang
tukar menukar perangko kirim foto kesahabat dan lain-lain.8
5. Hukum bertahan dan mengembangkan diri
Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian
disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan
diri

misalnya

mengembangkan

dorongan
diri

untuk

nampak

makan
pada

bila

hasrat

lapar,
anak

dan

dorongan

untuk

mengenal

lingkungannya, berusaha untuk berjalan, bermain dan lain sebagainya.


6. Hukum irama ( ritme ) perkembangan
Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama
berlaku untuk perkembangan setiapa orang, baik perkembangan jasmani
maupun rohani, tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urutan-urutan
7

Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm
27
8

Sri Purnami. Psiilogi perkembangan. Teras. Yogyakarta. 2008 hlm 34

melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih


berganti. Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Irama
perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami individu.

Gambar 4

Anak yang sedang giat-giatnya belajar berjalan, kegiatan belajar berbicaranya


mereda untuk sementara. Bila ia sudah dapat berjalan, kegiatan berjalan itu
mereda pula untuk sementara, kemudian seluruh perhatiannya dialihkan untuk
kegiatan berbicara.

3. METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Dalam buku Desmita (Psikologi Perkembangan) dan buku karya Prof. Dr.
F.J Monks dkk (Psikologi Perkembangan), ada beberapa pendekatan dalam
psikologi perkembangan.
a.

Pendekatan lebih umum

a) Pendekatan Cross-sectional
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang digunakan
untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka
waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan
terhadap orang-orang atau kelompok orang dari tingkat umur yang berbedabeda. Suatu studi Cross-sectional yang umum dapat mencakup sekelompok
anak berusia 5 tahun, 8 tahun, 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup
kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun, dan 45
tahun. Kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam
hal keberagaman variable terikat, seperti IQ, memori, relasi teman sebaya,
kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Semua ini
dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Dengan mengambil
kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini akhirnya dapat ditemukan

gambaran mengenai proses perkembangan satu atau atau beberapa aspek


kepribadian seseorang. Melalui pendekatan Cross-sectional dapat diperoleh
pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang kurang khas bagi
kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama menggunakan pendekatan Cross-sectional ini
adalah bahwa peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk
menunggu individu bertumbuh. Adapun Kelemahan pendekatan ini adalah
bahwa pendekatan ini tidak memberikan informasi tentang bagaimana
individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya. Naik turunnya
perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
b) Pendekatan Longitudional
Pendekatan longitudional adalah pendekatan dalam penelitian yang
dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama,
misalnya mengikuti perkembangan seseorang dalam jangka waktu tertentu,
seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Dengan
pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang
yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh
gambaran aspek perkembagan secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan, Diantara
kelebihan pendekatan ini adalah:
1. Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa
terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
2. Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan,
baik secara pribadi maupun dalam kelompok.
3. Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses
pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data
yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
4. Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap
perubahan tingkah laku dan kepribadian.

Sedangkan kelemahan dari pendekatan longitudional ini adalah:


1. Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
2. Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman
yang berbeda-beda.
3. Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang
sedang dilakukan,misalnya bila orang tersebut pindah tempat atau
meninggal dunia.
c) Pendekatan Sekuensial
Untuk mempelajari perkembangan rentang hidup, sejumlah pakar
psikologi perkembangan juga menggunakan kombinasi dari Pendekatan
Cross-sectional dan Pendekatan Longitudional. Kombinasi Pendekatan Crosssectional dan Pendekatan Longitudional inilah yang dinamakan Pendekatan
Sekuensial. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi crosssectional yang mencakup individu dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan
atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi
(ini merupakan aspek longitudional dari rancangan) pada waktu selanjutnya,
sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat usia. Kelompok
baru pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk
mengontrol perubahan yang (gugur) dari studi, atau pengujian ulang mungkin
telah meningkatkan kinerja mereka.
Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal, dan lama, namun benarbenar memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan
cross-sectional dan pendekatan longitudional. Pendekatan sekuensial sangat
berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor (generasi) pada
perkembangan rentang hidup.
d) Pendekatan Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian
yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak digunakan
untuk

mengetahui

perbedaan-perbedaan

atau

persamaan-persamaan

perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal


ini adalah karena dengan pendekatan ini akan diperoleh pengertian yang lebih

mendalam tentang proses perkembangan seseorang. Melalui pendekatan ini


bias dijelaskan hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang
diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor social,
ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup terhadap cirri-ciri kepribadian dan
perkembangan-perkembangan kognitif.
Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda
latar belakang kebudayaannya, baik melalui percobaan, maupun tes
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data
lainnya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaannya. Dengan
pendekatan ini suatu hipotesa mengenai tes, misalnya yang bebas budaya
(cultural-free) atau norma-norama yang dianggap universal (misalnya
kemampuan berbicara) dapat dibuktikan kebenarannya. Demikian pula
mengenai

urutan-urutan

dalam

perkembangan

pentahapan

dalam

perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada


suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas
budaya ini.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai
urtan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah
merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok
keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang
sangat berbeda.
b. pendekatan yang lebih khusus
a) Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap tingkah laku
peserta didik atau objek lainnya dalam situasi wajar, dilaksanakan dengan
berencana, kontinyu, sistematis, serta diikuti dengan pencatatan atau
perekaman secara lengkap. Dengan kata lain, seorang peneliti maupun
pendidik atau personal lainnya yang akan menggunakan metode observasi
dalam mengumpulkan data harus memperhatikan:

1. Situasi wajar, maksudnya keadaan peserta didik atau siapapun yang


dijadikan sebagai objeknya tidak dibuat-buat atau direkayasa, dan mereka
tidak mengetahui atau tidak menyadari bila sedang di observasi.
2. Berencana, maksudnya pihak peneliti, pendidik atau lainnya sebagai
subyek sebelum melaksanakan observasi hendaknya dipersiapkan yang
lebih matang terhadap segala sesuatu yang diperlukan sehubungan dengan
obyek yang diobservasi, sehingga memperoleh data yang memuaskan.
3. Kontinyu,

maksudnya

dalam

melakukan

observasi

hendaknya

dilaksanakan secara bersambung atau terus menerus antara priode satu


dengan

priode

berikutnya,

sehingga

data

yang

diperoleh

ada

keterkaitannya.
4. Sistematis, maksudnya beberapa hal yang terkait dengan data yang
diobservasi harus tersusun secara teratur, sehingga tidak sekedar catatan
atau hasil rekaman terhadap obyek yang diobservasi, namun perlu ditindak
lanjutinya dalam pembuatan laporan.
Sebagai hasil kesimpulan dalam menggunakan metode observasi, maka
pendidik, peneliti maupun personil lainnya hendaknya

berupaya

melakukan pencatatan atau perekaman terhadap obyek yang diamati,


sehingga data tersebut dengan mudah dipahami dan tidak mudah
dilupakan. Selanjutnya, data yang diperoleh akan menghasilkan kevalidan
untuk diuji siapapun juga.9
Metode observasi ini dapat dibedakan menjadi dua:
1. Observasi Alami
Adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi seharihari secara alamiah atau wajar. Jadi para peneliti melakukan semua
pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau
mengontrolnya. Misalnya: observasi yang dilakukan terhadap kehidupan
anak dari jam sekian hingga sekian, dan mencatat apa saja yang dilakukan
anak tersebut.
9

Romlah, Psikologi Pendidikan, Malang, UMM Press, 2010, hlm. 30

2. Observasi Terkontrol
Dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah
sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga bermacammacam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul. Misalnya
seorang anak yang ingin diketahui reaksi dan sikapnya terhadap
lingkungan pergaulannya, akan diobservasi pada lingkungan social yang
sudah direncanakan. Demikian juga untuk mengetahui sebab-sebab
seorang anak yang agresif, ia dimasukkan ke dalam ruangan main yang
sudah disusun sedemikian rupa (misalnya ruangan yang ada berbagai
macam boneka dan mainan) sehingga reaksi-reaksi dan perubahanperubahan yang akan diperlihatkan anak timbul karena rangsangan khusus
dari lingkungannya. Dengan demikian dalam observasi terkontrol ini bias
dilakukan terhadap sekelompok anak yang sama umurnya atau sama jenis
kelaminnya dan pada waktu tertentu.
Kedua jenis observasi ini bisa dilakukan dengan alat-alat modern
serta dengan kuantifikasi secara statistic dan pengolahan-pengolahan
dengan computer. Jenis observasi yang kedua dianggap lebih objektif dan
hasilnya lebih akurat dari pada yang pertama. Karena itu observasi
terkontrol dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan eksperimental dengan
pendekatan dan metode yang sesuai dengan lapangan psikologi
eksperimental. Misalnya untuk menyelidiki phobia anak-anak terhadap
anjing dapat dilakukan dengan observasi terkontrol dan dengan metodemetode yang ditinjau dari sudut eksperimental, seperti dengan membagi
sekelompok anak sebagai kelompok pengontrol.10

b) Metode Eksperimen
Eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
oleh eksperimenter (peneliti

yang bereksperimen) dalam

sebuah

laboratorium atau ruangan yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, apa
saja yang akan atau telah dilakukan oleh seorang eksperimen pasti ada
unsur kesengajaan untuk diciptakan situasi buatan dalam pendidikan.
10

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung, Rosdakarya, 2010

Sedangkan teknik pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan


diangkat, misalnya: data pendengaran siswa, penglihatan siswa, gerak
mata siswa ketika membaca, juga untuk mengukur kecepatan siswa
terhadap stimulus tertentu. Tentunya, alat paling utama yang sering
digunakan pada Jurusan Psikologi Pendidikan maupun Fakultas Psikologi
adalah komputer, dengan menggunakan berbagai programnya, seperti
program cognitive psychology test.
Secara tidak langsung, tujuan dari peneliti atau pendidik
menggunaka metode ini untuk menguji keabsahan dan kecermatan
kesimpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan menggunakan
metode lain. Sebagai contoh; suatu kesimpulan yang ditarik dari hasil
penelitian dengan menggunakan metode lain (misalnya obsevasi),
kemudian menimbulkan keragu-raguan atau masalah baru, maka
eksperimen

atau

percobaan

dapat

dilakukan.

Dengan

demikian,

eksperimen para psikolog dianggap sebagai metode pilihan yang utama


untuk digunakan dalam penelitian. Sebab data maupun informasi yang
dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih
saintifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang
dihimpun melalui penggunaan metode lainnya. Anggapan ini nampaknya
tidak terlalu benar, sebab sering terjadi prilaku subjek yang terekam dalam
eksperimen ternyata berlawanan dengan prilaku subjek dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain subjek berpura-pura ketika diteliti, betulbetul memenuhi syarat penelitian eksperimental.11
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka
rancangan eksperimen dibuat sebaik mungkin, sehingga semua unsur
penelitian baik pengguna laboratorium/ tempat dan subjek yang akan
diteliti, betul-betul memenuhi syarat penelitian eksperimental. Disamping
itu objek yang akan diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

11

Romlah, Psikologi Pendidikan, Malang, UMM Press, 2010, hlm. 31

1. Kelompok percobaan (eksperimental group), terdiri dari sejumlah orang


yang tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus, sesuai data yang
diinginkan.
2. Kelompok pembanding (control group), terdiri dari objek yang jumlah dan
karakteristiknya sama kelompok percobaan, tetapi tingkah lakunya tidak
diteliti atau diperlakukan seperti kelompok percobaan.
Setelah eksperimen selesai, hasil data dari kelompok percobaan
dibandingkan dengan hasil data kelompok pembanding. Selanjutnya, hasil
kedua data dianalisis, ditafsirkan dan disimpulkan dengan teknik statistik yang
sudah ditentukan.
c) Metode Tes
Metode ini dilakukan dengan memberikan tugas yang harus dilakukan oleh
subjek atau informen, baik berbentuk tulis maupun lisan. Metode ini ada
kemiripan dengan metode eksperimen, tetapi ada juga perbedaannya, seperti
dalam hal:
1. Eksperimen akan memperoleh prinsip umum yang berkenaan dengan
seluruh objek atau diperoleh suatu generalisasi, sedangkan tes akan
memperoleh perbedaan sifat-sifat individual setiap subjek.
2. Eksperimen dapat digunakan tes sebagai alat, sedangkan tes digunakan
item-item atau pola untuk dilakukan oleh para subjek dan tidak
memungkinkan tes menggunakan eksperimen.
Dengan demikian, maka ada beberapa macam tes, seperti: tes intelgensi,
tes sikap, tes situasi, tes kecepatan reaksi, tes hasil belajar dan lain
sebagainya.
d) Metode Studi Kasus
Case study merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologi peserta didik
atau sekelompok masyarakat (kecil) tertent. Metode ini selain digunakan oleh para
peneliti psikologi, juga para peneliti ilmu-ilmu sosial yang lebih memungkinkan
untuk melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran

yang lebih luas dan mendalam. Sedangkan instrumen atau alat pengumpul data
yang digunakan dapat berbagai macam, terutama yang dapat mengungkapkan
variabel yang sukar ditentukan dalam satuan jumlah tertentu. Selanjutnya, hasil
yang diperolehnya dianalisa dan disimpulkan. Sebaliknya, apabila kesimpulan
yang diperolehnya terjadi kesulitan untuk dujadiakan sebagai tolak ukur yang
berlaku secara umum, maka investigasi dan survei atau penelitian lain yang
berskala lebih besar dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Untuk itu, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para
peneliti dalam menggunakan metode studi kasus, antara lain:
1. Fenomena dan kejadian yang diselidiki hendaknya terus-menerus diikuti
perkembangannya selama kurun waktu yang sudah ditentukan.
2. Dalam

memanfaatkan

waktu

tersebut,

hendaknya

melakukan

penghimpunan bahan-bahan berupa data maupun informasi yang akurat.


3. Ketika melakukan penghimpunan bahan, hendaknya dilaksanakan secara
tepat dan cermat terhadap kelompok kecil yang dijadikan sebagai
informen.
4. Studi ini akan memakan waktu yang cukup lama, manakala digunakan
untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik keturunan) yang
dihubungkan dengan aktivitas pendidikan. Seperti penelitian diawali pada
usia anak balita (awal masuk Taman Kanak-kanak) sampai usia ditentukan
(tamat dari Sekolah Dasar). Untuk itu si peneliti akan memperhatikan
segala aspek perkembangan atau lainnya, sesuai dengan kepentingan data
yang diinginkan.
5. Metode ini lebih cocok untuk menangani orang-orang yang mengalami
persoalan psikis, karena terkait dengan permasalahan penyesuaian. Karena
itu dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara, mempelajari
catata harian,observasi atau lainnya.

e) Metode Penyelidikan Klinis


Metode ini dapat juga disebut dengan clinica method yang hanya
dimanfaatkan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Oleh karena itu,
dalam penggunaan metode ini harus melalui prosedur diagnosis dan
penggolongan penyakit kelainan jiwa, juga cara memberi perlakuan
pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut. Salah satu yang memanfaatkan
metode ini adalah Jean Piaget untuk kepentingan pendidikan, dengan cara
interaksi semu alamiah (quasi natral) antara peneliti dengan informannya.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan menggunakan metode ini para peneliti
harus menyediakan benda-benda, memberikan tugas dan pertanyaan tertentu
yang boleh diselesaikan oleh informan secara bebas menurut persepsi dan
kehendaknya. Sesudah itu, hasil data yang diperolehnya dianalisis (secara
sekilas) dan memberikan perlakuan khusus kepada responden. Pada
kesempatan ini, peneliti dapat memberikan pertanyaan atau tugas tambahan,
dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai pendukung data yang terhimpun
sebelumnya.
Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti dalam menggunakan metode ini
hanya diperuntukkan bagi responden atau anak didik yang mengalami
penyimpangan psikologis, termasuk juga penyimpangan perilaku. Oleh
karena itu, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan metode klinis harus
selalu memperhatikan batas-batas kesanggupan siswa. Dan tidak kalah
pentingnya, bahwa metode klinis selalu mementingkan intensitas dan
ketelitian yang sungguh-sungguh dari peneliti atau pendidik. Sedangkan
sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan menngunakan metode klinis
adalah untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku
responden atau peserta didik atau lainnya sebagai subjek. Selanjutnya
berdasarkan kepastian faktor penyebab tersebut, peneliti atau pendidik
berupaya memilih dan menentukan cara yang tepat untuk mengatasi
penyimpangan tersebut.

f) Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan angket ini kami bagi dalam tiga bagian, diantaranya
yaitu :
1. Metode Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau daftar isian
yang harus diisi berdasarkan kepada sejumlah subjek. dan berdasar atas
jawaban dan atau isian penyelidik mengambil kesimpulan mengenai subjek
yang diselidiki.
Bentuk angket dapat pula dipakai untuk menguji suaqtu hipotesis.
Bentuk angket berupa daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis
untuk mendapatkan data-data dan informasi dari objek yang dipelajari.
2. Metode Biografi
Secara etimologis metode biografis adalah metode yang menggunakan
bahan-bahan yang berwujud tulisan mengenai kehidupan subjek yang
diselidiki baik tulisan itu dibuat oleh subjek sendiri mupun oleh orang lain.
Biografi, yakni tulisan mengenai peri kehidupan yang dibuat oleh
orang lain sering sangat bermanfaat dalam pengungkapan kepribadian
sesorang hanya saja kiranya mudah dimengerti nahwa tulisan ini sanggat
dipengaruhi oleh sikap dan penilaian penulis terhadap orang yang ditulis
biografinya.
Jika menganalisis biografi/otobiografi perlu memperhatikan bahwa
tidak semua subjek bertindak dan menulis secara jujur mengenai dirinya.
Ada subjek dengan sengaja menutupi kelemahan dirinya. Untuk hal ini
diperlukan penelusuran yang sangat hati-hati agar diperoleh data yang
akurat dan jujur.

3. Buku Harian (diary).


Buku harian ditulis oleh seseorang, biasanya berisikan hal-hal yang
bersifat pribadi dan biasanya

yang dianggap rahasia oleh yang

bersangkutanBiasanya, diary dipakai sebagai tempat pencurahan hal-hal


yang positif dan negative serta tempat untuk mengemukakan pandanganpandangan.
Biasanya anak pubertas suka menulis buku harian. Buku itu sangat
bermanfaat untuk mengungkapkan kejiwaan. Buku harian yang dibuat anak
di masa pubertasnya harus hati-hati mempelajarinya. Alasan pertama karena
tidak memberikan kesan-kesan yang umum. Kedua, karena hanya sedikit
anak-anak yang suka membuat buku harian dalam jangka waktu yang lama.
Alasan lainnya, kalangan tertentu tidak menulis buku hariannya dengan
teratur dan sistematis sehingga tidak mungkin menjadikan buku harian itu
sebagai pedoman untuk memahami keadaan remaja.
Justru karena isinya yang demikian itulah maka buku harian dapat
merupakan sumber data yang sangat berharga untuk keperluan penyelidikan
psikologis. Hanya saja harus pula diingat bahwa buku harian itu belum tentu
memberi gambaran yang jujur mengenai penulisnya.

C. KESIMPULAN (di poin-poin yaaaaa... pake kata-katamu sendiri)


Metode penelitian dalam psikologi perkembangan dibedakan antara
pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik. Pendekatan yang
lebih umum memberikan pengertian akan keseluruhan proses perkembangan atau
beberapa aspeknya, misalnya perkembangan intelektual, atau pengertian akan
factor endogen dan eksogen bagi perkembangan seseorang. Termasuk metode
yang lebih spesifik adalah cara-cara khusus yang dipakai untuk mengetahui gejala
perkembangan yang sedang timbul.
Metode yang lebih umum mengandung dua pengertian, yaitu :memberikan
lebih banyak data mengenai keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya,
dan meninjau pengaruh factor endogen (bawaan) atau eksogen (lingkungan,
khususnya kebdayaan) bagi perkembangan seseorang. Yang dimana metode
umum ini terdapat 4 metode, yaitu : a. Metode Kros-seksional, b. Metode
Longitudinal, c. Metode Sekuensial, d. Metode Kros-budaya.
Metode yang spesifik adalah cara-cara khusus yang digunakan untuk
mengetahui gejala perkembangan yang sedang timbul. Di antara metode yang
spesifik yang digunakan dalam psikologi perkembangan adalah : a. Metode
Observasi, b. Metode Eksperimen, c. Metode Klinis, d. Metode Test, e. Metode
Pengumpulan Data.

DAFTAR PUSTAKA
Solehan Muhammad dkk., Pendekatan Dan Metode Dalam Psikologi
Perkembangan,Salatiga., Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN )Salatiga,
2012.
Sholehudin Sugeng, Psikologi Perkembangan dalam perspektif Pengantar,
(Pekalongan: Gama Media, 2008).
Munawar Sholeh, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2005.
Zulkifli, psikologi perkembangan. Remaja rosdakarya. Bandung 2005.
Sri Purnami . Psilogi perkembangan. Teras. Yogyakarta. 2008.
Romlah, Psikologi Pendidikan, Malang, UMM Press, 2010
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung, Rosdakarya, 2010

Anda mungkin juga menyukai