Teori humanistik dipandang sebagai third force (kekuatan ketiga) dalam psikologi, dan
merupakan alternative dari kedua kekuatan yang dewasa ini dominan (psikoanalisis dan
behavioristik). Kekuatan yang ketiga ini dinamakan humanistic karena memiliki minat yang
eksklusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai orientasi
teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will
(kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya
B.
Rogers adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang menekankan
perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan latihan
lainnyayang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang sehat. Dia
membangun teorinya berdasarkan praktik interaksi terapeutik dengan para pasiennya. Karena
dia menekankan teorinya kepada pandangan subjektif seseorang, maka teorinya dinamakan
person-centered theory
Aspek-aspek Kepribadian
Karena perhatian utama Rogers kepada perkembangan atau perubahan kepribadian, maka dia
tidak menekankan kepada struktuk kepribadian. Meskipun begitu, dia mengajukan dua
konstruk pokok dalam teorinya, yaitu: organisme dan self.
1)
Organisme
Organisme yaitu makhluk fisik (physical creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik
maupun psikis. Organisme ini juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan
pengalaman ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
diri sendiri dan juga di dunia luar (external world). Totalitas pengalaman, baik yang disadari
maupun yang tidak disadari membangun medan fenomenal (phenomenal field).
Medan penomena seseorang tidak diketahui oleh orang lain, kecuali melalui inferensi
empatik, itu pun tidak pernah diketahui secara sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa
perilaku itu bukan fungsi (pengaruh) dari realitas eksternal, atau stimulus lingkungan, tetapi
realitas subjektif atau medan fenomenal.
2)
Self
Self merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal
dengan self concept (konsep diri). Rogers mengartikannya sebagai persepsi tentang
karakteristik I atau me dan persepsi tentanmg hubungan I atau me dengan orang lain
atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut.
Diartikan juga sebagai Keyakinan tentang kenyataan, keunikan, dan kualitas tingkah laku
diri sendiri. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri sendiri.
Hubungan antara self concept dengan organisme (actual experience) terjadi dalam dua
kemungkinan, yaitu congruence atau incongruence. Kedua kemungkinan hubungan ini
menentukan perkembangan kematangan, penyesuaian (adjustment), dan kesehatan mental
(mental health) seseorang.
Apabila antara self concept dengan organisme terjadi kecocokan maka hubungan itu
disebut kongruen, tetapi apabila terjadi diskrepansi (ketidak cocokan) maka hubungan itu itu
disebut inkongruen.
Suasana inkongruen menyebabkan seseorang mengalami sakit mental (mental illness), seperti
merasa terancam, cemas, berperilaku defensif, dan berpikir yang kaku atau picik. Sedangkan
kongruensi mengembangkan kesehatan mental atau penyesuaian psikologis. Ciri orang yang
sehat psikologisnya adalah sebagi berikut :
1.
Dia mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di
lingkungannya secara objektif.
2.
Dia terbuka terhadap semua pengalaman karena tidak mengancam konsep dirinya.
3.
4.
atau tidak sehat (destruktif). Faktor-faktor yang diyakini mempengaruhi anak tersebut adalah
(Yusuf Syamsu, 2007: 145):
1.
2.
mencurahkan positive regard (penerimaan, dan cinta kasih) bahkan menampilkan sikap
penolakan terhadap anak, maka kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan
dirinya menjadi terhambat. Anak mempersepsi penolakan orang tua terhadap tingkah lakunya
sebagai penolakan terhadap perkembangan self concept nya yang baru. Apabila hal itu
sering terjadi, anak akan mogok untuk berusaha menngaktualisasikan dirinya.
Secara ideal, anak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang cukup pada setiap saat
dari orang lain (orang tua). Kondisi ini disebut unconditional positive regard. Kondisi ini
mengimplikasikan bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak diberikan secara konditional,
tetapi secara bebas dan penuh.
Mengingat pentingnya memperoleh kepuasan akan kebutuhan positive regard, khususnya
pada masa anak, maka seseorang akan menjadi sensitif akan sikap dan tingkah laku orang
lain. Melalui penafsiran terhadap reaksi yang yang diterima dari orang lain (baik penerimaan
maupun penolakan) seseorang mungkin mengubah atau memperhalus konsep dirinya. Hal ini
menunjukkan, bahwa perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi juga oleh upayanya
menginternalisasi sikap-sikap orang lain.
Orang tua tidak selalu mereaksi setiap tingkah laku anak dengan penghargaan yang positif
(positive regard), apabila tingkah laku anak ini mengganggu, menjengkelkan, atau
membosankan. Berdasarkan pengalaman ini, anak belajar bahwa cinta kasih atau penerimaan
orang tua bergantung kepada tingkah laku tertentu, yang disetujuinya mendapat penghargaan,
sementara yang ditolaknya tidak mendapat penghargaan.
Standar pertimbangan eksternal (dari orang tua) untuk mengahargai atau menolak suatu
perilaku menjadi mempribadi pada diri anak, sehingga dia akan menghukum dirinya apabila
dia melakukan sesuatu yang orang tua pun menghukumnya. Anak menginternalisasi norma
atau standar orang tua dalam mempertimbangkan apakah dirinya berharga atau tidak
berharga, baik atau buruk. Apabila orang tua mengembangkan kondisi yang tidak menghargai
anak, maka anak akan terhambat untuk mengembangkan aktualisasi dirinya.
Anak yang dikembangkan dalam suasana yang unconditional positive regard akan mampu
mengembangkan aktualisasi dirinya atau menjadi orang yang berfungsi penuh (fully
functioning person). Menurut Rogers fully functioning person ini merupakan tujuan dari
perkembangan seseorang. Orang yang telah mencapai fully functioning person ini memilki
karakteristik pribadi sebagai berikut (Yusuf Syamsu, 2007:148) :
1.
Memiliki kesadaran akan semua pengalaman. Tidak ada pengalaman yang ditolak,
semuanya disaring melalui self. Bersikap terbuka baik terhadap perasaan yang positif (seperti
keteguhan dan kelembutan hati), dan perasaan yang negatif (seperti rasa takut dan sakit).
2.
Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas pada setiap saat. Berpartisipasi dalam
kehidupan bukan sebagai pengamat.
3.
Memilki rasa percaya kepada dirinya sendiri, seperti dalam mereaksi atau merespon
sesuatu. Dalam arti, dia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan data pengalaman yang diperoleh.
4.
Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun. Dia memahami
bahwa masa depannya bergantung pada kegiatan atau aktivitasnya sendiri, bukan ditentukan
oleh orang lain atau masa lalu.
5.
Menajalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi
di lingkungan, serta berpikir kreatif.
C.
Abraham Maslow (Yusuf Syamsu, 2007: 152). adalah seorang psikolog terkenal yang teman
bekerja pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata
pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan
Hierarchy-nya Kebutuhan.
Abraham Harold Maslow (Jess Feist & Gregory Jess Feist, 2008 : 242) lahir pada 1 April
1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir
dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai
kunci untuk anak-anak mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua
anak-anak mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat keras karena
ia diakui sebagai seorang intelektual di usia muda.
Para ahli psikologi humanistik mempunyai perhatian terhadap isu-isu penting tentang
eksistensi manusia, seperti : cinta, kreativitas, kesendirian dan perkembangan diri. Mereka
tidak meyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi manusia melalui
penelitian terhadap binatang.
Para ahli humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Mereka
meyakini bahwa :
1.
2.
3.
Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran,
kebutuhan irrasional dan konflik.
Karena pembahasan mengenai teori kepribadian humanistik menurut Maslow (Koeswara,
E.1991:115), maka ajaran dasar psikologi yang akan dibahas antara lain :
1.
1.
pada manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor,
rasa seni, kecemburuan dan sebagainya yang dengan kesemua ciri yang dimilikinya itu
manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-pekerjaan khas manusia
lain-lainnya.
1.
1.
1.
terlalu mengutamakan studi atas orang-orang yang tidak sehat. Dengan tegas Maslow
menyebut teori psikoanalisa ortodoks sebagai teori yang berat sebelah dan kurang
komperhensif karena hanya berlandaskan pada bagian yang abnormal dari tingkah laku
manusia. Maslow juga merasa bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi negative
manusia dan mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif. Maslow yakin bahwa kita
tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental.
Karena itu Maslow mendesakkan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai
landasan bagi pengembangan psikologi yang universal.
C.1. Hierarki Kebutuhan Bertingkat menurut Maslow
Maslow (Koeswara E, 1991:118) melukiskan manusia merupakan makhluk yang tidak pernah
sepenuhnya merasakan kepuasan. Bagi manusia, kepuasan itu sifatnya sementara. Jika suatu
kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan-kebutuhan yang lain akan muncul dan menuntut
pemuasan, begitu seterusnya. Itulah yang dimaksud kepuasan sementara menurut Maslow.
Dan berdasarkan ciri yang demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang
ada pada manusia adalah merupakan bawaan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.
Konsep maslow tentang hierarki kebutuhan bahwa kebutuhan yang lebih rendah tingkatnya
harus dipuaskan atau minimal terpenuhi secara relatif sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
tingkatnya menjadi motivator tindakan. Lima kebutuhan yang membentuk hierarki kebutuhan
ini merupakan kebutuhan-kebutuhan konatif, artinya bercirikan daya juang atau motivasi.
Kebutuhan ini sering disebut dengan kebutuhan-kebutuhan dasar, dapat disusun dalam sebuah
hierarki atau tangga jenjang, dimana setiap anak tangga selalu mengarah pada anak tangga
yang ada di atasnya, mencerminkan adanya dorongan menuju kebutuhan di tingkatan lebih
tinggi sekaligus menjadi syarat utama untuk bisa bertahan hidup lebih jauh.
Menurut Maslow (Koeswara E, 1991:119) kebutuhan manusia itu ada lima tingkatan yaitu :
1.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak
pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan
hidup. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan makanan, air,
udara, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks dan kebutuhan akan stimulasi sensoris.
1.
1.
1.
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia
yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul setelah kebutuhankebutuhan yang ada di bawahnya telah terpenuhi atau terpuaskan dengan baik. Maslow
menandai kebutuhan aka aktualisasi diri sebagai hasrat indivdu untuk menjadi orang yang
sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau hasrat individu untuk
menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya.
Siapapun yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri berarti menjadi manusia seutuhnya,
sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bagi orang lain hanya terlihat samar-samar
atau bahkan tidak pernah dilihatnya sama sekali.
Sebagai tambahan bagi lima kebutuhan konatif ini, Maslow (Jess Feist & Gregory Jess Feist,
2008 : 247) juga mengidentifikasikan tiga kebutuhan dari kategori yang lain yaitu :
kebutuhan estetis, kebutuhan kognitif, dan kebutuhan neurotik.
1.
Kebutuhan estetis
Tidak seperti kebutuhan konatif, kebutuhan estetis tidak bersifat universal, karena hanya
segelintir orang disetiap budaya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalamanpangalaman yang menyenangkan secara estetis. Orang dengan kebutuhan estetis kuat
menginginkan lingkungan sekeliling yang indah dan teratur, dan jika kebutuhan-kebutuhan
ini tidak terpenuhi , mereka akan menjadi sakit karena kebutuhan konatifnya terhambat.
1.
Kebutuhan kognitif
Sebagian besar orang memiliki keinginan-keinginan untuk mengetahui sesuatu, memecahkan
misteri, memahami sesuatu, dan ingin menyelidiki sesuatu. Maslow (1970) menyebut
keinginan-keinginan ini dengan sebutan kebutuhan kognitif.
Maslow (1968, 1970), percaya bahwa pribadi yang sehat ingin tahu lebih banyak, berteori
sesuatu, menguji hipotesis, memecahkan misteri atau menemukan bagaimana sesuatu bekerja
hanya demi kepuasan mengetahui itu saja.
1.
Kebutuhan Neurotik
Khusus kebutuhan-kebutuhan neurotik, dia mengarah hanya kepada stagnasi dan patologi
tertentu ( Maslow,1976). Menurut devinisinya kebutuhan neorotik bersifat non produktif.
Kebutuhan ini hanya mendesakkan terus menerus gaya hidup tidak sehat dan tanpa nilai
dalam perjuangan mereka untuk aktualisasi diri.
C.2. Kepribadian yang sehat menurut Maslow
Maslow (Yusuf Syamsu, 2007:161) berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian
yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (selfactualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan
nama metamotivation, meta-needs, B-motivation atau being values (kebutuhan untuk
berkembang). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan dirinya dirinya tidak
termotivasi untuk mengejar sesuatu (tujuan) yang khusus, mereduksi ketegangan, atau
memuaskan suatu kekurangan. Mereka secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya,
memperluas kehidupannya dan mengurangi ketegangan melalui bermacam-macam
pengalaman yang menantang. Dia berusaha untuk mengembangkan potensinya secara
maksimal, dengan memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada dalam keadaan yang
menjadi baik yaitu spontan, alami, dan senang mengekspresikan potensinya secara penuh.
Sementara motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dia namai Dmotivation atau deficiency. Tipe motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus untuk
memenuhi kekurangan dalam dirinya, seperti mencari makanan untuk memenuhi rasa lapar.
Ini berarti bahwa kebutuhan khusus (lapar) untuk tujuan yang khusus (makanan)
menghasilkan motivasi untuk memperoleh sesuatu dirasakannya kurang (mencari makanan).
Motif ini tidak hanya berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa aman, cinta
kasih, dan penghargaan.
Terkait dengan metaneeds, Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam
memuaskan akan berdampak kurang baik individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan
kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapatologi yang dapat merintangi
perkembangannya. Metapalogi merintangi self-actualizers untuk mengekspresikan,
menggunakan, memenuhi potensinya, merasa tidak berdaya, dan depresi. Individu tidak
mampu mengidentifikasi sumber penyebab khusus dari masalah yang dihadapinya dan usaha
untuk mengatasinya
Peripheral (pinggir, luar) konstruk yang dapat dirubah tanpa modifikasi mendasar,
serius, dan konstruk inti.
Impermeable (tak tembus atau tertutup) konstruk ysng menolak element-element baru.
Verbal, konstruk yang mempunyai simbol kata yang konsisten atau ajeg.
D.3. Proses dinamika kepribadian
Dalam proses dinamika Kelly merumuskan suatu postulat/asumsi, bahwa proses seseorang
secara psikologis dijembatani oleh cara, dia mengantisipasi peristiwa. Postal tersebut
mengimplikasikan bahwa: