Anda di halaman 1dari 7

METODE INVESTIGASI JUNG DAN TERAPANNYA

Ade Novita Sari (3022019047)

Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Langsa

Adenovitasari249@gmail.com

Abstrak

Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswill, sebuah kota di
DanauConstance, Swiss. Kakeknya dari pihak ayah, Carl Gustav Jung tua, adalah seorang
fisikawanterkenal di Basel dan seorang yang dikenal baik di kota itu. Rumor yang
berkembang di daerah itumengatakan bahwa kakek Carl juga adalah anak tidak sah dari
sastrawan jerman yang terkenal,Goethe. Walaupun ayah Jung tidak pernah mengakui rumor
tersebut, kadang-kadang jugamempercayai bahwa ia adalah cicit dari Goethe
(Ellenberger,1970).Orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra, lahir
sebelum Carl, hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putrid yang usianya lebih
muda Sembilan tahun dariJung. Pada tahun-tahun awal kehidupannya, Jung merupakan
anak satu-satunya.Jung menggambarkan ayahnya sebagai seorang yang idealis sentimental
dengan karagu-raguan mengenai keyakinan agamanya. Terhadap ibunya, Jung melihatnya
sebagai orang yangmempunyai dua sisi. Sisi yang pertama, ibunya adalah orang yang
realistis, praktis, dan berhati hangat, namun di sisi lainnya, ibunya tidak stabil, prrcaya
padahal-hal mistis, spiritual,kuno, sankeji.

Jung, sebagai anak yang emosional dan sensitive, lebih mengidentifikasi ibunya
pada sisi yangkedua, yang disebutnya dengan kepribadian nomor dua, atau kepribadian
malam.Ketika Jung berusia 16-19 tahun, teori kepribadian yang dikemukakannya mengenai

kepribadian No.1 tampil lebih dominan dan secara bertahap “menekankan dunia
perasaanintuitif”. Ia mampu berkonsentrasi terhadap sekolahdan kariernya karena setiap
hari didukung.

oleh kesadaran akan keberhasilan kepribadiannya. Pada teori ini Jung mengenai


sikap, teorikepribadian No.1 adalah orang dengan kepribadian ekstrover dan bias menerima
dunainya secaraobjektif, sedangkan No.2 adalah orang yang intorver dan melihat dunianya

secara subjektif.Meskipun demikian, selama masa sekolahnya, Jung berkepribadian


inervor. Jung menjadi lebihektrovet pada waktu menjadi professional dan mulai

1
menemukan tujuan tanggung jawabhidupnya.Setelah memperoleh gelar kedoktorannya
dari Universitas Basel pada tahun 1990, Jungmenjadi asisten psikiater Eugane Bleuer di
Rumah Sakit Jiwa Burgholtzi di Zurich. Pada masa itumungkin rumah sakit tersebut
merupakan rumah sakit tempat magang bidang
psikiatri yang paling bergengsi di dunia. Pada tahun 1902-1903, Jung belajar Selama enam b
ulan di Paris bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Charcot.Ketika ia kembali ke
Swiss di tahun 1903, Jung menikahi Emma Rauschenbach, wanitamuda dari keluarga Swiss
yang terpandang. Dua tahun kemudian, Jung mulai mengajar diUniversitas Zurich dan
menerima pasien pada praktik kepribadiannya, sekaligus bertugas di rumah sakit.

kata kunci : Biografi, metode, terapan

METODE INVESTIGASI JUNG

Jung melihat jauh melewati batasan psikologi, dalam usahanya memperoleh data untuk
membangun konsepnya menegenai kemanusiaan. Ia tidak menyesali perjalanannya dalam
berbagai bidang mulai dari sosiolog, sejarah, antropologi, biologi, fisika, filologi, agama,
mitologi, hingga filosofi. Ia sangat percaya bahwa pembelajaran tentang kepribadian bukan
hanya hak progresif sebuah ilmu tertentu dan bahwa untuk memahami seorang secara
utuh, kitaharus mengejar pengetahuan di manapun ia berada, sama seperti freud, jung
secra konsisten menganggap dirinya sebagai peneliti sains, menghilangkan label mistis dan
filosofis.

Dalam suratnya kepada calvin Hall, tertanggal 6 oktober 1945, ia mengatakan bahwa  “jika
anda mengatakan pada saya bahwa saya dengan serius mempelajari kekuatan
gaib,magis,atau sihir(accultist) karena saya dengan serius mempelajari agama, mitologi,
cerita rakyat, serta fantasi filosofis pada individu modern dan naskah kuno, maka sama saja
kamu mengatakan bahwa freud adalah seseorang yg melakukan pelecehan seksual karena ia
melakukan hal yg sama melalui fantasi seksual(jung,1975,hlm186).

1.      Tes Asosiasi Kata

Jung bukanlah orang pertama yang menggunakan tes asosiasi kata, tetapi ia dianggap telah
membantu mengembangkan dan mendefinisikan ulang tes tersebut.

Ide awal penggunssn tes ini adalah untuk mendemonstrasikan validitas  totonomi.


Bagaimanapun, kegunaan utama tes ini dalam psikologi jung adalah untuk membuka
feeling-toned complexes. Seperti yg telah dibahas pada bagian tingkatan psike, kompleks
adalah berbagai hal individualis dan bersifat emosional yang bergabung dan membentuk
sekumpulan gambaran di sekitar pusat inti kepribadian.

2
Beberapa jenis reaksi mengindikasikan bahwa kata-kata yang menstimulus dapat
menyentuh kompleks. Respons kritis meiputi pernafasan yanga terbatas, perubahan dalam
konduktivitas listrik kulit, reaksi penundaaa, beragam respons, pengabaian intrusksi, dan
ketidakkonsistenan anatar hasil tes dan pengulangan tes. Respons signifikan lainnya
meliputi pipi yang bersemu mersh, gagap, tertawa, batuk, menghela nafas, mendehem,
menangis, gerakan badan yang berlebihan, dan pengulangan kata stimulus.

2.      Analisis Mimpi

Jung setuju dengan freud bahwa mimpi memiliki makna dan makna itu harus disikapi
dengan serius. Ia juga setuju dengan freud bahwa mimpi berangkat dari timbulnya
kedalaman kondisi ketidaksadaran dan maknanya kemudian akan diwujudkan dalam
bentuk-bentuk yg simbolis.

Maksud dari interpretasi mimpi jungian adalah untuk membuka elemen dari ketidaksadaran
personal dan kolektif serta mengintegrasikannya dalam sebuah kesadaran untuk
memfasilitasi proses realisasi diri. Terapis jungian harus dapat memhami bahwa mimpi
kerap kali merupakan kompensasi atau pengalihan, yaitu peraaan dan sikap yang tidak
diwujudkan dalam perjalanan hidup akan menemukan jalan nya melalui mimpi. Dengan
demikian, jika kesadran sesorang mendapatkan dirinya tidak sempurna, maka
ketidaksadaran orang itu akan mencoba jalan untuk memnuhi bagian yang tidak sempurna
lewat proses mimpi. Sebagai contoh, jika sebuah anima seseorang menerima perkembangan
kesadaran, maka ia akan menngekspresikan dirinya lewat proses mimpi yang penuh dengan
motif realisasi diri, yang nantinya akan menyeimbangkan sisi maskulin dan orang
tersebut(jung, 1916/1960).

Jung merasa yakin bahwa mimpi menawarkan bukti keberadaan ketidaksadaran kolelektif,
mimpi ini termasuk mimpi besar (big dreams), yang memiliki arti khusu bagi semua orang;
dan mimpi paling awal yang diingat (earliest dreams remembered).

Jung kemudian menerima mimpi tersebut sebagai sebuah bukti dari adanya tingkatan
kesadaran psiko. Lantai atas yang ia huni dalam mimpinya merupakan lapisan psike paling
atas. Lantai bawah merupakan lapisan pertama,kemudian lantai bawah tanah yang
ditemukan menjadi simbol bagi lapisan kesadaran psike yang terdalam. Pada bagian gua,
dimana jung menemukan dua tengkorak manusia, freud bersikeras bahwa itu merupakan
pertanda bahwa jung memiliki keinginan untuk mati. Akan tetapi,jung melihat ini sebagai
pertanda kedalaman dari ketidaksadaran kolektifnya.

Jenis yang kedua dari mimpi kolektif adalah mimpi biasa, yaitu mimpi yang biasa dialami
oleh kebanyakan orang. Mimpi ini meliputi gambaran arketipe, seperti
ibu,ayah,tuhan,iblis,atau orang tua bijak. Mimpi itu juga bisa berarti kejadian arketipe,
seperti kelahiran,kematian,perpisahan, dari orang tua,baptis,pernikahan,terbang,atau

3
menjelajahi gua. Mimpi-mimpi ini termasuk juga objek araktipe,seperti
matahari,air,ikan,ular atau binatang predator lainnya.

Kategori ketiga dari mimpi adalah mimpi paling awal yg diingat. Mimpi-mimpi ini dialami
saat kita berusia tiga atau empat tahun dan mengandung banyak unsur
mitologis,gambaran,dan motif simbol yang tidak dapat dijelaskan oleh anak-anak. Mimpi ini
bisa saja meliputi simbol, seperti pahlawan, orang tua bijak, pohon, iklan, dan mandala. Jung
(1948/1960b) menulis mengenai gambaran dan motif tersebut, yaitu “kemunculan mimpi ini
dalam material individu sama seperti distribusi universalnya, membuktikan bahwa psike
manusia itu unik,subjektuif,dan personal hanya pada beberapa bagian,sedangkan
selebihnya adalah kolektif dan objektif”hlm.291).

Jung  (1961) menunjukkan tentang gambaran samar dari mimpi awalnya, yang terjadi
sebelum ia berusaha empat tahun. Ia bermimpi sedang berada di sebuah padang rumput
ketika tiba-tiba ia melihat sebuah lubang sebuah lubang berbentuk persegi empat yang
gelap di tanah. Dengan takut, ia menghampiri dan masuk ke dalam lubang itu yang
ternayata adalah sebuah tangga.  Sampai di bawah, ia menemukan sebuah pintu yang
dinaungi sebuah patung melengkung dihiasi tirai bewarna hijau. Di balik tirai itu terlihat
adanya cahaya redup dengan karpet merah yang mengarah ke dalam pintu. Di atas
panggungnya terdapat sebuah mahkota dan di mahkota tersebut tampak sebuah objek
panjang yang tampak oleh jung seperti sebuah batang pohon besar yang panjang.
“Benda  itu sangat besar dan hampir menyentuh langit –langit. Bentuknya cukup aneh,
terbuat dari kulit an daging. Di atasnya terdapat, seperti sebuah kepala tanpa rambut dan
muka. Di bagian paling atas, ada sebuah mata yang terus menerus menatap ke atas tanpa
bergerak” (hlm.12).penuh dengan ketakutan, si anak kecil mendengar ibunya berteriak
“ya,terus saja tatap dia. Ia adalah pemakan manusia!”. Komentar ini sangat menakutkan
jung dan membuatnya terbangun dari tidur.

Jung kerap berpikir tentang mimpinya, tetapi baru setelah tiga puluh tahun ia menyadari
gambaran mengenai falus yang sangat jelas. Bebrapa tahun lagi dibutuhkan,sebelum ia
menerima mimpi itu sebagai ekpresi dari ketidaksadaran kolektifnya, bukan sebagai produk
dari jejak memorinya. Dalam interpretasinya sendiri, lubang berbentuk persegi empat itu
dipresentasikan sebagai simbol darah;pohon yang berdiri di atas sebuah mahkota sebagai
simbol penis yang digambarkan sangat detil.setelah menginterpretasikan mimpinya, jung
dipaksa untuk menyimpulkan bahwa tidak ada anak berusia 3,5 tahun yang dapat
menghasilkan sebuah simbol yang universal seperti itu hanya dari pengalaman pribadinya
sendiri. Sebuah ketidaksadaran kolektif, yang umum dialami spesies ini, merupakan
penjelasan terbaik yang bisa diberikan oleh Jung (Jung,1961).

3.      Imajinasi Aktif

4
Sebuah teknik yang digunakan Jung dalam melakukan analisis terhadap dirinya sendiri, sama
seperti yang dilakukannya terhadap pasiennya, adalah dengan menggunakan imajinasi aktif.
Metode ini dimulai dengan impresi berupa gambaran mimpi, visi, tampilan, atau fantasi
milik seseorang. Orang ini kemudian berkonsentrasi hingga impresinya “bergerak”. Orang ini
juga harus mengikuti gambaran tersebut kemananpun gambaran itu bergerak hingga
akhirnya berkomunikasi dengannya.

Tujuan dari imajinasi aktif adalah untuk membuka gambaran arketipe yang bermula dari
ketidaksadaran. Hal ini akan sangat berguna bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih
ketidaksadaran personal dan kolektifnya juga bagi mereka yang ingin mengatasi resistensi
dari komunikasi dengan ketidaksadarannya. Jung percaya bahwa gambaran ini diproduksi
pada fase sadar, yang membuatnya lebih jelas dan bisa diperbanyak. Perasaannya lebih
spesifik dan biasanya orang jarang memiliki kesulitan saat mereka harus mereproduksi visi
atau mengingat mood (Jung, 1937-1959).

Sebagai variasi dari imajinasi aktif kerap bertanya kepada pasiennya apakah mereka suka
menggambar, melukis, atau mengekspresikan fantasinya dalam bentuk nonverbal lainnya.
Jung mengandalkan teknikini selama ia menganalisis dirinya sendiri dan banyak dari
hasilnnya yang kaya akan symbol dan kerap menampilkan mandala, tergambar dalam buku-
bukunya. Man and His Symbols (1964), Word and Image (1979), Psychology and
Alchemy (1952-1968), dan ilustrasi Claire Dunne’s (2000) tentang biografi Carl
Jung: Wounded Healer of the Soul merupakan beberapa buku yang dapat dijadikan sumber
untuk melihat gambar-gambar dan fotonya.

Pada tahun 1961, selama masa pertengahan (paruh baya) Jung menulis tentang
pengalaman-pengalamannya dengan imajinasi aktif selama konfrontasi dengan
ketidaksadaran: Ketika aku menoleh ke belakang pada hari ini dan mempertimbangkan apa
yang terjadi pada saya selama periode bekerja di khayalan-khayalan, kelihatannya seolah-
olah suatu pesan telah dating kepada saya dengan kekuatan besar. Ada banyak hal di dalam
gambaran-gambaran itu yang terkait tidak hanya dengan diri saya, tetapi juga dengan hal
lainnya. Pada saat itulah, saya berhenti menjadi diri saya sendiri, berhenti untuk memiliki
hak untuk melakukannya. Sejak saat itu, hidup saya menjadi milik umum. … kemudian, saya
mendedikasikan diri saya untuk melayani psike: Saya mencintainya dan juga membencinya.
Akan tetapi, itu adalah kekayaan terbesar saya. Kembalinya diri saya menjadi diri saya
sebelumnya, merupakan satu-satunya cara agar saya dapat mempertahankan keberadaan
saya dan menjalani kehidupan saya sepenuh dan semampu saya.

4.      Psikoterapi

Jung (1931-1954) mengidentifikasi empat pendekatan dasar dalam terapi, mewakili empat
langkah pengembangan di dalam sejarah psikoterapi. Pertama adalah pengakuan rahasia
patogenik. Ini adalah metode menghilangkan emosi atau metode katarsis (chathartic

5
method) yang dipraktikkan oleh Josef Breuer pada pasiennya, Anna O. terhadap pasien yang
memiliki kebutuhan untuk berbagi rahasia-rahasia merek, katarsis adalah suatu langkah
yang efektif. Langkah kedua melibatkan penafsiran, penjelasan, dan teknik menerangkan.
Pendekatan ini digunakan oleh Freud, untuk memberi kesempatan pada pasien untuk
mencari sendiri pengertian mengenai penyebab neurosis mereka, tetapi pasien masih
memilik perasaan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan sosialnya. Langkah yagng
ketiga adalah pendekatan yang diadopsi oleh Adler, dengan memasukkan factor pendidikan
pasien-pasiennya sebagai makhluk sosial. Tetapi, menurut Jung, pendekatan ini sering kali
meninggalkan pasien-pasiennya hanya dalam keadaan mampu menyesuaikan diri secara
sosial dengan baik.

Untuk melampaui ketig pendekatan ini, Jung mengusulkan suatu tahap keempat,
yaitu transformasi. Transformasi adalah terapis harus menjadi orang pertama yang diubah
atau ditransformasi menjadi manusia yang sehat, terutama dengan melakukan proses
psikoterapi. Seorang terapis hanya mampu membantu pasien-pasien setelah melakukan
trasformasi dengan membangun falsafah hidup yang mapan melalui individuasi,
keseluruhan, atau realisasi diri. Tahap keempat ini terutama dilakukan pada pasien-pasien
yang sedang dalam tahap kedua hidupnya dan mempunyai perhatian terhadap kesadaran
dari dalam diri sendiri, dengan permasalah moral dan religius serta dalam menemukan
filosofi hidup (Jung, 1931-1954).

Jung tampak berwawasan luas di dalam teori dan praktik psikoterapinya. Perawatannya
memberikan variasi menurut usia, tahap perkembangan, dan permasalahan khusus dari
pasiennya. Sekitar dua pertiga dari pasien-pasien Jung berusia paruh baya dan banyak sekali
dari mereka menderita kehilangan arti, tujuan umum, dan takut akan kematian. Jung
mencoba untuk membantu pasien-pasiennya tersebut menemukan oreantasi filosofis
mereka sendiri.

Tujuan utama dari terapi Jungian adalah untuk membantu pasien-pasien penderita neurotic
menjadi sehat dan mendorong orang yang sehat untuk bekerja dengan mandiri melalui
teknik realisasi diri. Jung melihat kesempatan untuk mencapai tujuan ini melalui teknik-
teknik, seperti analisis mimpi dan imajinasi aktif untuk membantu pasien menemukan
ketidaksadaran kolektif dan pribadi serta menyeimbangkan gambaran ketidaksadarab
dengan sikap kesadaran mereka (Jung, 1931-1954).

Psikoterapi Jungian mempunyai pendekatan dengan sasaran-sasaran kecil melalui bemacam


teknik. Oleh karena itu, tidak ada uraian universal yang menggambarkan orang yang berhasil
menggunakan pendekatan anlitis. Untuk orang dewasa, bisa jadi tujuannya adalah untuk
menemukan makna kehidupannya dan berupa untuk meraih keseimbangan serta keutuhan.
Orang yang memiliki kesadaran diri mampu berasimilasi ke dalam kesadaran dirinya dengan
sebagian besar ketidaksadaran dirinya. Akan tetapi, pada waktu yang sama, tetap
menyadari sepenuhnya akan bahaya potensial yang tersembunyi di dalam ruang psikenya.
Jung memperingatikan supaya berhati-hati saat menggali terlalu dalam di tempat yang

6
belum dikenal. Ia membandingakan proses ini dengan proses orang yang menggali satu
sumur dengan adanya resiko mengaktifkan suatu lahar api dalam bumi.

Jung melihat jauh melewati batasan psikologi dalam usahanya memperoleh data untuk
membangun konsepnya mengenai kemanusiaan. Ia mengumpulkan data untuk teorinya
tidak hanya melaluipemahaman menyeluruh dari berbagai disiplin ilmu, tetapi juga dari
asosiasi kata, analisis mimpi,imajinasi aktif dan psikoterapi. Informasi ini kemudian
dikombinasikan dengan bacaan dari kimiaabad pertengahan (alchemy), fenomena kekuatan
ghoib (occult) atau subjek lainnya dalam usahanya
menginformasikan hipotesis dari psikologi analitis.

Daftar Pustaka

Feist, Jess., Gregory J Feist. 2009. Teori Kperibadian Buku 1 Edisi 7.

Schultz, Duane P, Teori kepribadian edisi 10, Jakarta: EGC, 2015, Halaman 116

 Schultz, DE & Schulz, SE. Sejarah Psikologi Modern-A history of Modern Psychology.


Bandung: Penerbit Nusa Media: 2015. Hal 541

 Schultz, Duane P, Theory of Personality, ed. 1, Canada: Nelson Education, Ltd., 2013, page
99

Anda mungkin juga menyukai