Anda di halaman 1dari 18

Mengenal :

Carl Gustav
Jung

Nama : Istianah
NIM : 22700001
Kebijakan
Tanpa
Diskrimina
si

Perlindungan pegawai
dari diskriminasi
Presentasi adalah alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai demo,
bahan kuliah, pidato, laporan, dan lainnya. Umumnya disajikan di
hadapan pemirsa untuk berbagai tujuan, menjadikannya alat yang
ampuh untuk mengajar dan meyakinkan orang. Untuk membuat
presentasi yang memukau, paling baik adalah menyederhanakan pikiran
Anda.
Biografi Carl Gustav Jung
Nama : Carl Gustav Jung
Lahir : 26 Juli 1875 di Desa Kesswill (Pinggir Danau Konstanz, Swiss)
Wafat : 06 Juni 1961 di Kusnacht, Zürich (Switzerland), Swiss
Latar Belakang Keluarga :
 Carl Gustav Jung seorang anak laki- laki tunggal dari Paul Jung dan Emilie
Preswerk Jung.
 Carl di besarkan dari keluarga yang sangat Religius dan status keluarganya
termasuk kelas menengah ke atas yang berpendidikan.
 Bapaknya adalah seorang Filolog dan Pendeta Protestan, sedangkan Ibunya
berasal dari keluarga tua yang menghasilkan banyak pendeta.

Masa Muda Carl Gustav Jung :


 Ketika Jung berumur empat tahun, keluarganya berpindah ke kota Basel,
tempat Jung memulai sekolah dasar sampai kuliah disana.
 Sebagai anak, Jung merasa kesepian dan terasingkan. Sehingga membuat
Jung kecil menutup dirinya, dan selalu suka bermain sendirian. Jung juga
memiliki sifat sangat sensitif, berperasaan halus, dan memiliki fantasi yang
hidup.
 Ketika Jung berusia enam tahun, Ayahnya mengajarinya bahasa Latin.
Pengajaran yang diberikan oleh Ayahnya inilah yang menjadi awal tumbuhnya
minat Jung dalam bidang bahasa dan sastra. Di samping itu, Jung juga
menerima warisan ajaran agama yang baik dari ayahnya, sehingga kemudian
Jung memiliki minat besar terhadap masalah keagamaan.
Masa Remaja :
 Carl Gustav Jung remaja adalah seorang yang penyendiri, tertutup dan tidak peduli
dengan masalah sekolah, apalagi dia tidak punya semangat bersaing. Kemudian
dimasukan di sekolah asrama Bassel, swiss.
 Awalnya bidang yang di pilihnya adalah arkeologi, namun dia masuk ke fakultas
kedokteran di University of Bassel. Sebelum Jung memutuskan untuk masuk
kedokteran ia belajar Biologi, zoologi, paleontologi, dan arkeologi. Adapun yang melatar
belakangi keinginannya untuk mempelajari semua cabang ilmu tersebut adalah
keinginan untuk memadukan antara ilmu humanisme dan eksakta yang jika keduanya
dipadukan maka akan lahir keilmuan yang menyatu.

Perjalanan Karir :
 Karir Jung di awali menjadi asisten dokter pada klinik psikitari di Burgholzli
pada Universitas di Zurich di bawah Eugen Bleuler tahun 1900. Tahun 1902 dia
memperoleh gelar dokter dengan desertasinya “Zur Psychologie und Phatalogy
of So-Called Occult Phanomane”. Dalam buku ini, Jung mengemukakan salah
satu konsep dasarnya yakni kesatuan dan keutuhan jiwa yang mendasari
semua gejala psikis. Dia juga mengajar di University of Zurich, membuka
praktik psikiatri.
 Pada tahun 1902 C. G. Jung mengawali kariernya di Paris, dengan menghadiri
kuliah pertama kalinya dari psikiater Pierre Janet di klinik Salpetriere, kemudian
ia melanjutkan pejalananya ke London. ada tahun 1903, Jung kemudian
menikah dengan Emma Rauschenbach yang berasal dari Schaffhausen
(Swiss) dan memiliki empat putri dan satu putra.
Perjalanan Karir :
 Setelah membaca tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai
melakukan korespondensi dengan Freud. Setelah sekian lama mengagumi Freud,
akhirnya mereka baru bertemu di rumah Freud di Vienna pada tahun 1907.
Perjumpaan itu menginspirasi Jung untuk berkarier dalam bidang psikologi.
 Pada awal pecah perang dunia I, mulailah sebuah peristiwa introspeksi yang
tergabung dengan penyelidikan empiris, suatu periode kosong (belum ada publikasi)
yang berakhir sampai diterbitkanya Psychologcal Types tahun 1921. Dari karyanya
ini, Jung membedakan diri posisinya dari Freud dan meletakan dasar psikologi
analitis. Pada tahun 1920, Jung pergi ke Tunisia dan Algaraia dari tahun 1924-1925.
 Pada tahun 1948, Institut C.G Jung didirikan di Zurich untuk meneruskan ajaranya
dan sebagai pusat latihan dan analis. Karya dilanjutkan di Inggris oleh “Society of
Analytical Psychology” (perkumpulan Psikologi Analitis), dan di beberapa
perkumpulan lain di New York, Sanfrancisco, Los Engeles dan beberapa negara
Eropa.
 Perang dunia pertama adalah masa menyakitkan bagi Jung. Akan tetapi masa ini
merupakan batu loncatan baginya untuk melahirkan teori-teori kepribadian yang tiada
duanya di dunia. Setelah perang berakhir, Jung melakukan perjalanan keberbagai
negara, misalnya, ke suku-suku primimitif di Amerika dan India. Dia pensiun pada
tahun 1946 dan mulai menarik diri dari kehidupan umum setelah istrinya meninggal
pada tahun 1955. C.G. Jung meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich.
Teori dan Pemikiran Jung
Dalam memandang manusia, Jung menggabungkan pandangan teleology dan kasualitas. Dia
memandang bahwa tingkah laku manusia itu ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu rasi
(kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi). Menurut Jung, masa
lampau individu sebagai akualitas maupun masa depan individu sebagai potensialitas sama-
sama membimbing tingkah laku individu (orang).

Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti
bahwa ia melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di
masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau sang pribadi.
Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab. Jung menekankan pada peranan tujuan
dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan Freud.
Bagi Freud, dalam hidup ini hanya pada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-
tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang
konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk
lahir kembali.
Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi
kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan
manusia primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic, halusinasi dan delusi para
penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.
Beberapa Hasil Karya Buku Jung
 About the conflicts of a child's soul (1910)
 Psychology of the Unconscious (1912)
 Psychological Types (1921)
 Modern Man in Search of a Soul (1933)
 Psychology and Religion: West and East (1938)
 Psychology and Alchemy (1944)
 Aion: Researches into the Phenomenology of the Self (1951)
 Symbols of Transformation (1952)
 Answer to Job (1954)
 Flying Saucers: A Modern Myth of Things Seen in the Skies (1959)
 Memories, Dreams, Reflections (1961)
 Analytical Psychology: Its Theory and Practice (1963)
 Man and His Symbols (1964)
 The Red Book: Liber Novus (2009)
 Black Books (2020)
Teori Psikoanalitik C.G Jung
 Struktur Kepribadian
1. Kesadaran (consciousness) dan Ego
Kesadaran (consciousness) muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum di lahirkan. Menurut
jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego.
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan
perasaan identitas dan kontinuitas seseorang.

2. Taksadar Pribadi (personal unconscious) dan kompleks (complexes)


Ketidak sadaran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidak sadaran pribadi terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian di represikan, disupresikan, di lupakan atau di
abaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang
pribadi. Kompleks adalah kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran,
persepsi-persepsi, dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidak sadaran pribadi.

3. Tak sadar kolektif (collective unconscious)


Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau
leluhur seseorang, masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai suatu spesies
tersendiri tetapi juga leluhur pra manusiawi atau nenek moyang binatangnya. Semua manusia kurang lebih
memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif itu
dengan kesamaan stuktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini sendiri disebabkan oleh evolusi
umum.
• Arkethipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar.
Asal usul arkhetipe merupakan suatu yang tertanam lama dalam jiwa dari suatu pengalaman yang
secara konstan terulang selama banyak generasi. Misalnya banyak generasi yang telah melihat
matahari terbit setiap hari. Pengalaman berulang yang mengesankan ini akhirnya tertanam dalam
ketidaksadara kolektif dalam suatu bentuk arkhetipe dewa matahari, badan angkasa yang kuat,
berkuasa dan pemberi cahaya.

• Persona
Persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan
kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta terhadap kebutuhan-kebutuhan arkhetipal sendiri
(Jung,1945). Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan
sering kali, meski tidak selalu, ia menyembunyikan hakikat sang pribadi yang sebenarnya.

• Anima dan Animus


Jung mengaitkan sisi feminine kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan
arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe fenimin pada pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita
disebut animus.

• Bayang-bayang (Shadow)
Jung mengartikan shadow sebagai bagian terdalam dan tergelap manusia. Shadow mencerminkan
insting hewani yang diwariskan oleh moyang pra-manusia.

• Diri (Self)
Diri adalah titik pusat kepribadian, disekitar mana semua sistem lain terkonstelasikan. Ia
mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan
kestabilan pada kepribadian.
4. Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian,yakni sikap ekstraversi dan sikap
introversi. Ekstrover adalah kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada
ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih banyak berbuat daripada merenung dan
berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal.
Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang introvert adalah orang yang
cenderung menarik diri dari kontak social. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dan
pengalamannya sendiri.

5. Fungsi
Ada empat fungsi psikologis fundamental:

 Pikiran (Thinking) : Berpikir melibatkan ide-ide dan intelektual. Dengan berpikir manusia berusaha
memahami hakikat manusia dan dirinya sendiri.
 Perasaan (Feeling) : Perasaan adalah fungsi evaluasi; Ia adalah nilai benda-benda,entah bersifat positif
maupun negatif,bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada manusia pengalaman-pengalaman
subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.
 Pengindraan (Sensing) : Pengindraan adalah fungsi perceptual atau fungsi kenyataan.Ia menghasilkan
fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia.
 Intuisi (Intuiting) : Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah ambang
kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-perasaan dan ide-ide dalam mencari
hakikat kenyataan.
 Tipologi Kepribadian
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi untuk mendeskripsikan tipe-tipe kepribadian. Dalam kombinasi
tersebut akan menghasilkan 8 macam tipe manusia. Setiap orang memiliki 2 kepribadian, satu di kesadaran
satulagi di ketidaksadaran. Kedua tipe ini saling bertentangan, jika orang yang kesadarannya ber-tipe pemikir,
maka ketidaksadarannya adalah perasa, orang yang kesadarannya ekstravers ketidaksadarannya bersifat
introvers, begitu selanjutnya.

Dengan pembicara ini, teranglah kiranya tipologi Jung itu, yang dapat diikhtisarkan sebagai label berikut :
 Dinamika Kepribadian
Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika kepribadian sukar dibuat formulanya.
Akhirnya, Jung mencoba mendekati dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan fungsi/tujuan penggunaan
enerji psikis.

• Energi Psikis
Energi yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis. Energi psikis merupakan menifestasi energi
kehidupan. Enerji itu tampak dari kekuatan semangat, kemauan, dan keinginan, serta berbagai proses seperti
mengamati, berfikir, dan memperhatikan.
• Nilai Psikis
Ukuran banyaknya enerji psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian, disebut: nilai psikis (psychic
value) dari unsur itu. Suatu ide atau perasaan tertentu dikatakan memiliki value psikis yang tinggi kalau ide atau
perasaan itu memainkan peran penting dalam mencetuskan dan mengarahkan tingkahlaku.
• Prinsip Kesamaan (Equivalence) dan Prinsip Keseimbangan (Entropy)
Enerji psikis bekerja mengikuti hukum termodinamika, yakni prinsip ekuivalen dan prinsip entropi. Prinsip
ekuivalen menyatakan, jumlah enerji psikis selalu tetap, hanya distribusinya yang berubah. Jika enerji pada
satu elemen menurun, enerji pada elemen lain akan menaik.
Prinsip entropi mengemukakan tentang kecenderungan enerji menuju ke keseimbangan. Jadi apabila dua nilai
psikis kekuatannya tidak sama, maka enerji yang lebih tinggi akan mengalir ke enerji yang lebih rendah, sampai
terjadi keseimbangan. Misalnya, ekstraversi yang tinggi akan mengalirkan enerjinya sehingga dalam taksadar
intoversinya juga semakin tinggi.
• Penggunaan Energi Psikis
Enerji psikis dipakai untuk dua tujuan utama, memelihara kehidupan (preservation of life) dan
pengembangan aktivitas kultural dan spiritual (development of cultural and spiritual activity). Ketika
manusia menjadi lebih efisien dalam memuaskan kebutuhan dasar dan kebutuhan biologisnya, mereka
mempunyai enerji lebih banyak untuk mengembangkan minat kultural.
 Perkembangan Kepribadian
• Mekanistik (Mechanistic), Purposif (Purposive), dan Sinkronisitas (Synchronicity)
Jung yakin bahwa dua pandangan ini, mekanistik dan purposif dibutuhkan untuk melengkapi pemahaman
terhadap kepribadian; masa kini ditentukan bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh masa depan.
Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena terpenjara masa lalu. Manusia tidak
bisa bebas menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu yang tidak dapat diubah itu yang
menentukan apa yang akan terjadi. Sebaliknya, prinsip purposif membuat orang mempunyai perasaan
penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja.

Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa
psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab
dari yang lain, karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini
dinamakan prinsip sinkronisitas (synchronicity) Jung menyimpulkan dari pengalaman-pengalaman dalam
telepati mental, pengindraan batin (clairvoyance), dan fenomena paranormal lainnya; bahwa ada jenis
aturan lain di alam semesta di samping aturan sebab-akibat, aturan itulah prinsip sinkronisitas.

• Individuasi (Individuation) dan Transendensi (Transcendent)


Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan yang disebut realisasi diri. Untuk mencapainya,
seluruh aspek kepribadian harus dikembangkan melalui proses individuasi, namun harus dijaga agar
perkembangan itu tetap dalam satu kebulatan-unitas melalui proses transendensi.

 Individuasi : Proses analitik, memilah-milah, memerinci, dan mengelaborasi aspek-aspek kepribadian.


 Ransendensi : Proses sintetik, mengintegrasikan materi taksadar dengan materi kesadaran,
mengintegrasikan aspek-aspek di dalam suatu sistem, dan mengintegrasikan sistem-sistem secara
keseluruhan agar dapat berfungsi dalam satu kesatuan secara efektif.
• Tahap-Tahap Perkembangan
Ada 4 tahap perkembangan, masa anak, remaja & dewasa awal, usia pertengahan, dan usia tua.

1. Usia Anak (Childhood)


Jung membagi usia anak menjadi tiga tahap. Tahapan-tahapan itu tidak memakai batasan usia secara kaku,
karena ketiganya berada dalam kontinum dan perubahannya terjadi secara perlahan/berangsur-angsur.
a) Tahap Anarkis (0-6 tahun): ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadis (kadang ada kadang
tidak). Mungkin muncul "pulau-pulau kesadaran" tetapi antar pulau satu dengan yang lain tidak saling
berhubungan. Pengalaman pada fase anarkis ini sering muncul kedalam kesadaran sebagai gambaran
primitif, yang tidak dapat dijelaskan secara akurat.
b) Tahap Monarkis (6-8 tahun): pada anak-anak ditandai dengan perkembangan ego, dan mulainya fikiran
verbal dan logika. Pada tahap ini anak memandang dirinya secara obyektif, sehingga sering secara tidak
sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga.
c) Tahap Dualistik (8-12 tahun): ditandai dengan pembagian ego menjadi dua, obyektif dan subjektif. Anak
kini memandang dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang
terpisah. Pada tahap dualistik ini kesadaran terus berkembang, pulau-pulau kesadaran menyatu, dihuni oleh
ego-kompleks yang menyadari diri sendiri baik sebagai obyek maupun sebagai subjek.

2. Usia Pemuda
Tahap pemuda berlangsung mulai dari pubertas sampai usia pertengahan. Pemuda berjuang untuk mandiri
secara fisik dan psikis dari orang tuanya. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan, kematangan
seksual, tumbuh-kembangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-
anak sudah hilang. Kesulitan utama yang dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup kesadaran
yang sempit pada masa anak. Kecenderungan untuk hidup seperti anak-anak dan menolak menghadapai
masalah kekinian, disebut prinsip konservatif (conservative principle). "Kelahiran Jiwa" terjadi pada awal
pubertas, mengikuti terjadinya perubahan- perubahan fisik dan ledakan seksualitas.
3. Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun Puncak perkembangan sudah lewat, tetapi periode ini justru
ditandai dengan aktualisasi potensi yang sangat bervariasi. Pada usia ini orang yang ingin tetap memakai
nilai-nilai sosial dan moral usia pemuda, menjadi kaku dan fanatik dalam mempertahankan postur dan
kelenturan fisiknya, mereka mungkin berjuang habis-habisan untuk mempertahankan tampang dan gaya
hidup masa mudanya. Menurut Jung kebanyakan orang tidak siap melangkah menuju usia pertengahan,
orang berada di usia pertengahan dengan menganggap nilai-nilai mudanya masih bisa berlaku sampai
sekarang.
Menurut Jung, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai kebutuhan yang selalu menjadi bagian
dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan karena pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai
materialistik. Pada usia pertengahan orang sudah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki
pekerjaan mantap, kawin, punya anak, ikut serta dalam kegiatan sosial.

4. Usia Tua
Tahap usia tua kurang mendapat perhatian Jung. Menurutnya, usia tua mirip dengan usia anak-anak; pada
kedua tahap itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja di taksadar. Pada anak-anak belum terbentuk fikiran dan
kesadaran ego, sedang pada orang tua mereka berangsur-angsur tenggelam dalam taksadar, dan akhirnya
hilang-masuk ke dalamnya. Jika pada awal kehidupan orang takut hidup (nanti kerja apa, rumahnya di
mana, dan seterusnya), pada usia tua hampir pasti orang takut mati. Takut mati mungkin sesuatu yang
normal, namun menurut Jung mati adalah tujan hidup. Hidup hanya benar- benar bermakna kalau kematian
dipandang sebagai tujuan hidup
Aplikasi
1. Tes Asosiasi Kata
Jung bukan orang pertama yang memakai teknik asosiasi, tetapi dia di hargai karena mengembangkan dan
menyempurnakan tes itu. Pada mulanya dia memakai teknik itu untuk menunjukkan validitas hipotesa Freud,
bahwa taksadar beroperasi sebagai proses otonom. Kini, tujuan tes Asosiasi Jung adalah untuk
mengungkap perasaan-perasaan yang bermuatan kompleks. Gambaran-gambaran yang terikat dalam
lingkaran kompleks mempunyai muatan emosi yang besar, dan ungkapan emosioanal itu dapat diukur. Jung
memakai 100 kata sebagai stimulus, yang dipilih/ disusun untuk memancing reaksi emosi. Klien diperintah
untuk merespon setiap kata dengan kata pertama yang muncul dalam fikirannya. Respon kata itu dicatat,
dilengkapi dengan pengukuran waktu reaksi, degub jantung, dan respon galvanik kulit. Dilakukan tes ulang
untuk memperoleh konsistensi jawaban. Reaksi-reaksi tertentu menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu
menyentuh kompleks.

2. Psikoterapi
Teori Jung tidak banyak berpengaruh dalam psikoterapi-psikoanalisis. Secara tidak langsung teori Jung justru
tampak pada pendekatan terapi dari Rogers (fenomenologi) dan dari Maslow (humanistik), keduanya
mengembangkan teori kepribadian memakai paradigma di luar paradigma psikoanalitik.
Ketika menjalani terapi, menurut Jung kliennya akan melewati empat tahapan, yakni Pengakuan
(confession) yaitu klien memuntahkan isi-isi taksadar yang mengganggunya, dengan memakai obyek
disekitarnya (terutama terapis) sebagai sarana, Pencerahan (elucidation) yairu tahap interpretasi dan
penjelasan, penyebab timbulnya tingkahlaku neurosis yang tidak dikehendaki, Pendidikan (education) yaitu
mendorong klien untuk mempelajari tingkahlaku baru, agar klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan menjawab tantangan-tantangan yang muncul, dan Perubahan (transformation) yaitu memberi jalan
klien mencapai realisasi-diri.
3. Analisis Mimpi
Pandangan Jung mengenai mimpi ada yang sama dengan Freud ada pula yang berbeda. Persamaannya;
mimpi itu mempunyai makna yang harus dicermati secara seksama, mimpi muncul dari dalam dunia
taksadar, dan makna mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik.
Perbedaannya, Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat (wish fullfilment) dan simbolisasi mimpi
berhubungan dengan dorongan seksual, sedang Jung memandang mimpi sebagai usaha spontan
mengetahui hal yang tidak diketahui dalam taksadar sebagai bagian dari pengembangan kepribadian. Mimpi
bisa merupakan proses kompensasi (perasaan dan sikap yang tidak dapat diekspresikan ketika terjaga,
menemukan celah untuk muncul pada waktu tidur), atau proses taksadar yang menggambarkan rencana
masa depan dan pemecahanan suatu masalah (membimbing fungsi sadar membuat adaptasi yang lebih
memuaskan). Jadi simbolisasi Jung bisa mewakili konsep apapun, bukan hanya representasi seksual.

Ada tiga metoda analisis mimpi dari Jung; yaitu:


a) Amplifikasi
Metoda ini merupakan pengembangan metoda asosiasi bebas. Pada asosiasi bebas orang diminta
merespon kata atau mimpi secara bebas - membuat asosiasi berlanjut dari respon satu ke respon yang lain -
sehingga asosiasi belakangan bisa bergeser dari stimulan pertamanya.
b) Rangkaian Mimpi
Kalau Freud hanya meneliti mimpi tunggal, Jung menganalisis komponen beberapa mimpi berturut-turut,
untuk melihat kecocokan yang berlanjut dan koreksi pengembangan lebih lanjut.
c) Imajinasi Aktif
Sejenis introspeksi yang materinya campuran, sebagian mimpi, sebagian tampakan/fantasi, atau gabungan
keduanya. Orang diminta memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang mengesankan tetapi tidak
dapat dimengerti, atau gambaran visual yang spontan dan mengamati apa yang terjadi dengan gambaran itu
ketika mereka bergerak sesudah digabungkan. Imajinasi aktif mirip melukis dalam pikiran. Semua ungkapan
orang itu dicatat tanpa disela, untuk menghasilkan rangkaian bahan tak sadar yang dapat dikaitkan dengan
sikap sadar pemimpi pada saat itu.
Terima kasih !

Anda mungkin juga menyukai