Anda di halaman 1dari 25

A.

BIOGRAFI CARL JUNG

Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di sebuah desa kecil si Swiss bernama Kessewil. Ayahnya bernama Paul Jung, seorang pendeta desa dan ibunya bernama Emilie Preiswerk Jung. Dia lahir di tengah keluarga besar yang cukup berpendidikan. Diantara anggota keluarga besar Jung senior ada yang menjadi pendeta dan punya pikiran yang eksentrik. Jung senior mulai mengajari Jung bahasa Latin ketika dia berumur 6 tahun, dan inilah yang menjadi awal minatnya pada bahasa dan sastra-khususnya sastra kuno. Di samping bahasa-bahasa Eropa Barat Modern, Jung dapat membaca beberapa bahasa kuno, termasuk sanskerta, bahasa asli kitab suci umat Hindu. Semasa remaja, Jung adalah seorang yang

penyendiri, tertutup dan sedikit tidak peduli dengan masalah sekolah, apalagi dia tidak punya semangat bersaing. Dia kemudian dimasukkan ke sekolah asrama di Basel, Swiss. Di sini dia merasa tertekan karena dicemburui oleh teman-temannya. Dia mulai sering bolos dan pulang ke rumah dengan alasan sakit, dan mulai hidup dalam perasaan tertekan.walaupun awalnya bidang yang ia pilih adalah arkeologi, namun ia masuk ke fakultas kedokteran di University of basel. Karena
1

bekerja bersama neurolog terkenal, Kraft-Ebing, dia kemudian menetapkan psikiatri sebagai bidang karir pilihannya. Setelah lulus, dia bekerja di Burghoeltzli Mental Hospital di Zurich di bawah bimbingan Eugene Bleurer, seorang pakar dan penemu Skizofrenia. Tahun 1903 dia menikahi Emma Rauschenbach. Dia juga mengajar di Universitas of Zurich, membuka praktek psikiatri dan menemukan beberapa istilah yang masih digunakan sampai sekarang. Setelah sekian lama mengagumi Freud, pada tahun 1907 dia baru dapat bertemu langsung dengan Freud. Kisah mereka berdua berlanjut setelah pertemuan pertama ini, bahkan Freud membatalkan kegiatannya hari itu dan mereka mengobrol selama 13 jam. Dampak pertemuan ini sangat luar biasa bagi kedua pemikir ini. Freud akhirnya menyadari bahwa Jung-lah putra mahkota psikoanalisis dan pewaris tahtanya. Tapi Jung tidak sepenuhnya berpegang pada teori Freud. Hubungan mereka merenggang pada tahun 1909, ketika keduanya pergi ke Amerika. Dalam sebuah pertemuan, keduanya berdebat panjang tentang mimpi masing-masing. Dan Freud mulai membantah analisis Jung dengan cara yang tidak cantik. Akhirnya dia menyerah dan mengusulkan agar perdebatan mereka

dihentikan, kalau dia tidak ingin otoritasnya hancur. Jung sangat kecewa dengan kejadian ini. Perang dunia pertama adalah masa-masa menyakitkan bagi Jung. Tapi masa ini juga menjadi batu loncatan baginya untuk melahirkan teori-teori kepribadian yang tiada duanya di dunia. Setelah Perang berakhir, Jung melakukan

perjalanan ke berbagai negara. Misalnya: ke suku-suku primitif di Afrika, Amerika dan India. Dia pensiun pada 1946 dan mulai menarik diri dari kehidupan umum dengan setelah istrinya meninggal pada tahun 1955. Carl Gustav Jung meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich. B. DASAR-DASAR TEORI ANALITIK JUNG Teori kepribadian Jung dipandang sebagai teori psikoanalitik karena tekanannya pada proses-proses tak sadar, namun berbeda dalam sejumlah hal penting dengan teori kepribadian Freud. Menurut Jung, tingkah laku manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi (kausalitas) tetapi juga oleh tujuantujuan dan aspirasi-aspirasi sama-sama (teleologi). Baik tingkah masa laku lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas membimbing orang sekarang. Pandangan Jung tentang kepribadian

adalah prospektif dalam arti bahwa ia melihat ke depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan retrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau. Bagi Freud, hanya ada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian ke arah keparipurnaan dan kepenuhan, serta kerinduan untuk lahir kembali. Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu sebagai produk dan wadah sejarah leluhur. pada Freud menekankan asal-usul Jung kepribadian kanak-kanak sedangkan

menekankan asal-usul kepribadian pada ras.

C. STRUKTUR KEPRIBADIAN 1. Ego Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsipersepsi,ingatan-ingatan,pikiran-pikiran dan perasaanperasaan sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan

kontinuitas seseorang,dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran. 2. Ketidaksadaran Pribadi Ketidaksadran pribadi adalah daerah yang

berdekatan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Kompleks-kompleks. Kompleks adalah kelompok

yang terorganisasi atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, yang terdapat atau dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik mengkonstelasikan berbagai pengalaman kearahnya. (Jung,1934) 3. Ketidaksadaran Kolektif Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang,masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik
5

perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi. Semua manusia kurang lebih memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan stuktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini sendiri disebabkan oleh evolusi umum. a. Arkhetipe-Arkhetipe. Arkhetipe adalah suatu bentuk pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi yang besar. Bentuk pikiran ini menciptakan gambarangambaran atau visi-visi yang dalam kehidupan sadar normal berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi. b. Persona. Persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai dan respon tradisi terhadap masyarakat, arkhetipal tuntutan-tuntutan serta terhadap sendiri(Jung,1945). kebiasaan

kebutuhan-kebutuhan

Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan sering kali, meski tidak selalu, ia menyembunyikan hakikat sang pribadi yang sebenarnya. Personal autonomous complex atau archetype

dipandang oleh Jung sebagai bagian dari dari kekuatan jiwa. Ia menyebutnya sebagai persona, bayang-bayang, anima, dan animus (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984:
6

87-88). Hal-hal inilah yang muncul dalam mimpi, dalam bentuk figur-figur yang dikenal atau tidak dikenal oleh orang yang bermimpi. Persona adalah wajah yang ditampilkan oleh individu. Persona merupakan kepribadian yang sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego-nya Freud. Dalam mimpi, ia muncul dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam suasana tertentu. Kadang-kadang, dapat berupa seorang tua yang keras, wanita bijak, orang gagah, badut, atau anak kecil. Inilah perilaku dari dari pikiran penghasil mimpi kita. Kadang kala, dalam mimpi, hal ini akan diimbangi dengan sebuah karakter yang memainkan peran yang berlawanan. Contohnya, seseorang yang dalam keadaan sadar sebagai sosok yang bermoral, ketika di dalam mimpi bisa jadi berupa seorang bajingan atau sebaliknya. c. Anima dan animus. Manusia pada hakikatnya

merupakan makhluk biseksual. Pada tingakat fisiologis, laki-laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan, demikian juga wanita.Pada tingkat psikologis,sifat-sifat maskulin dan feminin terdapat pada kedua jenis. Jung mengaitkan sisi feminine kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe fenimin pada pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus (Jung,1945,1945b).
7

Anima dan animus adalah istilah yang dibuat oleh Jung untuk menggambarkan karakteristik dari seks yang berlawanan, yang ada dalam setiap diri laki-laki dan perempuan. Anima adalah sifat kewanitaan yang tersembunyi di dalam diri laki-laki, sedangkan animus adalah sifat kelaki-lakian yang tersembunyi dalam diri perempuan (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984: 94-96). Anima adalah pusat kasih sayang, emosi, naluri, dan intuisi dari sisi kepribadian dikenali oleh seorang laki-laki. Archetype ini dalam hidupnya, merupakan bentuk kolektif dari seluruh perempuan yang laki-laki khususnya ibunya sendiri. Bergabungnya sifat tersebut ke dalam kepribadiannya memungkinkan seorang lakilaki untuk mengembangkan sisi sensitif dari tabiatnya, sehingga memungkinkannya untuk menjadi individu yang tidak terlalu agresif, baik hati, hangat dan penuh pengertian. Memungkiri atau menekan anima mengakibatkan timbulnya sifat keras kepala, keras, kaku, dan bahkan kejam secara fisik maupun emosi. Animus adalah sisi praktis, independen, percaya diri, dan keberanian mengambil resiko dari kepribadian wanita. Sebagai sebuah archetype, hal ini merupakan bentuk kolektif dari seluruh laki-laki yang dikenal oleh seorang wanita di dalam hidupnya, terutama ayahnya

sendiri. Bergabungnya sifat ini ke dalam memungkinkan dirinya untuk menjadi seorang pemimpin, pengelola yang baik, dan pencari nafkah. Namun, jika seorang wanita mengabaikan aspek-aspek ini dalam dirinya, maka ia menjadi cengeng, tergantung, cerewet, dan tidak aman. Dengan adanya kesepakatan terhadap archetype ini, memungkinkan lakilaki dan wanita dapat memahami dengan lebih baik terhadap lawan jenisnya. Hal ini juga akan memberdayakan mereka untuk memperluas dan mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal. Munculnya anima atau animus dalam mimpi seseorang menunjukkan integrasi kepribadian. Oleh Jung, integrasi ini disebut sebagai proses individuasi (Carl Gustav Jung, 1989 : 16-17). d. Bayang-bayang. Bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia. Sebagai arkhetipe ,bayang-bayang melahirkan dalam diri kita konsepsi tentang dosa asal; apabila bayang-bayang diproyeksikan keluar maka ia menjadi iblis atau musuh. e. Diri (Self). Arkhetipe yang mencerminkan perjuangan manusia kearah kesatuan (Wilhelm dan Jung 1931). Diri adalah titk pusat kepribadian, disekitar mana semua sistem lain terkonstelasikan. Ia mempersatukan sistemsistem ini dan memberikan
9

kepribadian

dengan

kesatuan, kepribadian. Dalam secara

keseimbangan

dan

kestabilan

pada

tulisan-tulisanya Akan

yang tetapi,

terdahulu, ketika ia

Jung mulai

memandang diri (self) sebagai psikhe atau kepribadian keseluruhan. menyelidiki dasar-dasar kepribadian dan menemukan arkhetipe-arkhetipe, ia menemukan satu arkhetipe yang mencerminkan perjuangan manusia kearah kesatuan. Arkhetipe ini mengungkapkan diri melalui lambang, dan lambang utamanya adalah mandala atau lingkaran magis. Dalam bukunya Psychology and alchemy (1994), Jung mengembangkan sejenis psikologi tentang totalitas yang didasarkan pada lambang mandala. Konsep pokok dari psikologi tentang kesatuan total ini adalah diri (self). Jung mempercayai bahwa setiap orang memiliki kecenderungan kesempurnaan, untuk dan bergerak kelengkapan menuju yang perubahan, diwarisi. Ia

menyebut disposisi bawaan ini sebagai diri (self), yang merupakan arketipe paling komprehensif dibandingkan yang lainnya. Sebagai sebuah arkhetipe, diri disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesenangan, keutuhan dan kelengkapan. Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang terus-menerus diperjuangkan orang tetapi yang jarang tercapai. Seperti semua arkhetipe, ia

10

memotivasikan tingkah laku manusia dan menyebabkan orang mencari kebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh agama. Pengalaman-pengalaman religius sejati merupakan pengalaman yang paling dekat dengan diri (selfhood) yang mampu dicapai oleh kebanyakan manusia, sedangkan tokoh-tokoh Kristus dan Buddha merupakan ungkapan arkhetipe diri paling jelas yang dapat ditemukan di dunia modern. Tidaklah mengherankan bahwa Jung menemukan diri dalam penelitian-penelitian arah kesatuan dan dan observasi-observasinya dengan dunia tentang agama-agama. Timur, dimana perjuangan ke kemanunggalan melalui berbagai praktik ritual keagamaan seperti Yoga jauh lebih maju dari pada dikalangan agama-agama Barat. Sebelum diri muncul, maka berbagai komponen kepribadian arkhetipe diri harus tidak terlebih akan dahulu berkembang orang sepenuhnya dan terindividuasikan, karena alasan ini, tampak sebelum mencapai usia setengah baya. Pada saat ini, orang mulai berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengubah pusat kepribadiannya dari ego sadar ke ego yang berada di antara kesadaran dan ketidaksadaran. Daerah pertengahan ini merupakan wilayah diri (self). Konsep tentang diri mungkin merupakan penemuan psikologis Jung yang terpenting dan merupakan puncak
11

penelitian-penelitiannya yang intensif tentang arkhetipearkhetipe. f. Simbolisasi (symbolization). Symbol adalah tanda yang dapat dilihat dari sesuatu yang tidak terlihat. Itu adalah sesuatu yang dapat mensugesti sesuatu yang lainnya. Untuk Jung, symbol merupakan sesuatu yang lebih dari ini, tulisannya di ( religion and alchemy) mengisi 5 dari 18 volume dalam koleksi pekerjaanya. Tentu saja, mungkin dua hal tersebut paling penting dalam konsep dari filosofi Jung, yaitu arkhetipe dan symbol. Symbol adalah ekspresi yang keluar dari arkhetipe. Karena pesannya mengubur dalam-dalam Mereka di ketidaksadaran kolektif. dapat

mempercepatdirinya sendiri hanya melalui symbol. Itu hanya melalui analisis dan interpretasi symbol ini, yang mana muncul di mimpi, fantasi, penglihatan (impian, bayangan), mendapatkan dongeng, seni, dan lain-lain, lain bahwa dari pengetahuan yang

ketidaksadaran kolektif dan arkhetipe. Figur-figur yang muncul didalam mimpi mewakili sifat-sifat yang tersembunyi di dalam diri kita. Ini dapat disimbolkan dengan benda atau tokoh. Misalnya, labalaba betina yang suka menyantap pejantannya ( jenis Black Widow ), menggambarkan aspek negatif dari ibu atau istri. Dongeng tentang pangeran dan puteri yang

12

hidup berbahagia sampai akhir masa, Cinderella, dan Putri Salju, adalah gambaran sifat-sifat romantis. Ketika kita sedang mencari pasangan lain jenis, citra-citra inilah yang menyamar di alam tidur kita, seperti kata ungkapan " pria dan wanita impian" (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984: 94 - 96). Bagi Jung mimpi adalah upaya memanipulasi reaksi terhadap lingkungan dengan persona sebagai pemeran subyek dalam mimpi. Persona dalam mimpi dapat berwujud dapat berbagai bentuk: figur ibu, arketif, laki-laki, berupa perempuan ataupun seribu wajah. Persona memang bersandiwara memerankan bayangbayang (the shadow). Mimpi adalah gambaran adanya arketif-araketif purbakala, seolah-olah mimpi merupakan arena menemukan kembali jati diri kuno sebelum berevolusi. Jika kita mengikuti pendapat Jung, maka boleh jadi seorang bayi yang tidur sambil tersenyum, menggambarkan ia sedang bermimpi hidup di surga, suatu alam sebelum ia lahir ke bumi, karena bagi Jung mimpi indah adalah bayang-bayang pengalaman surgawi. Terdapat pula bayang-bayang yang terbentuk dari insting hewani yang terproyeksikan dalam simbol-simbol tertentu. Sebagai misal: perasaan bersalah (dosa) diproyeksikan dalam bentuk mimpi tentang kejahatan atau musuh. Salah satu cara untuk mengenali figur yang
13

digambarkan oleh bayangan dalam mimpi, kita perlu memeriksa reaksi yang paling negatif atau positif perasaan kita pada orang dan lingkungan di sekitar kita, baik figur ayah maupun ibu. Pemilihan simbol-simbol mimpi dapat berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Simbol yang diperoleh dari luar merupakan simbol yang berhasil direkam oleh individu, simbol-simbol ini mudah untuk dimaknai karena terjadi dalam tataran yang kesadaran. dari Berbeda internal, akan dengan yakni simbol-simbol kumpulan diperoleh

kolektif-ketidaksadaran,

melahirkan

mimpi yang mistis, aneh, dan karena tidak biasa menganggapnya sebagai omong kosong. Kenyataannya, di dalam mimpi kita melakukan komunikasi dengan diri kita sendiri. Bahasa yang kita pergunakan tidaklah harus simbolik, melainkan imajinatif yang sangat kuno yang hanya dimengerti dengan bahasa sensasi, pikiran, emosi, dan memori kejiwaan arketif. Simbol-simbol arketif ini relatif sama bagi semua manusia, karena kita mengalami masalah kehidupan yang sama, kecemasan, kesulitan, ambisi, keinginan, frustasi, insting, dan dorongan yang kesemuanya diwakili oleh bahasa imajinasi yang sama.

14

Simbol beroperasi pada dua cara utama. Pada pengertian zaman dahulu kala, yang dibimbing oleh instink, symbol dengan mudah dapat merepresentasikan sebuah rangsangan yang untuk beberapa alasan tidak dapat terpuaskan atau terpenuhi. Contohnya, menari bisa saja merupakan sebuah symbol dari keinginan seksual. sublimasi. Menurut pengertian zaman sekarang, yang Dalam hal ini simbolisasi sama dengan

dibimbing oleh tujuan yang benar-benar ingin di capai manusia, symbol mengekspresikan kebijaksanaan yang tersimpan, baik rasial maupun individual, yang dapat di aplikasikan di masa depan. Lalu, mereka merepresentasikan tingkat-tingkat perkembangan yang menunjukkan status manusia. Jung berpegang pada takdir seseorang, bahwa evolusi tertinggi dari jiwa seseorang terlihat dari simbolnya: symbol sebuah analogi yang hanya dimilki oleh yang membuat analogi tersebut. (Jung, 1916, p.287).

D. ATTITUDE (SIKAP)

15

Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi dan sikap introversi. Sikap ektraversi mengarah sang pribadi ke dunia luar, dunia objetif; sikap introversi mengarahkan orang ke dunia dalam,dunia subjektif (1921). Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian tetapi biasanya salah satu diantaranya dominan dan sadar. Apabila ego lebih bersifat ekstavert dalam relasinya dengan dunia, maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert. E. FUNGSI JIWA Ada empat fungsi psikologis fundamental: a. Pikiran. Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek.

Dengan berpikir manusia berusaha memahami hakikat manusia dan dirinya sendiri. b. Perasaan. Perasaan adalah fungsi evaluasi; Ia adalah nilai benda-benda,entah subjek. bersifat positif maupun negatif,bagi Fungsi perasaan memberikan

kepada manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta. c. Pengindraan. Pengindraan adalah fungsi perceptual atau fungsi kenyataan. Ia menghasilkan fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia.

16

d. Intuisi. Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di bawah ambang kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan-perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan. Pikiran dan perasaan disebut fungsi rasio karena mereka memakai Mereka akal,penilaian,abstraksi memungkinkan dalam alam dan generalisasi. menemukan manusia semesta.

hukum-hukum

Pendirian dan intuisi dipandang sebagai fungsi irrasional karena mereka didasarkan pada persepsi tentang hal-hal yang konkret, khusus dan aksidental. Biasanya salah satu diantara keempat fungsi itu berkembang memainkan ketiga superior jauh peranan lainnya melampaui yang ketiga lainnya,dan dalam sebagai fungsi lebih menonjol bertindak otomatis

kesadaran.Ini disebut fungsi superior. Salah satu dari fungsi biasanya pelengkap terhadap fungsi superior. Apabila fungsi kerja terhambat maka secara pelengkap menggantikan fungsi superior. Fungsi yang paling kurang berkembang dari keempat fungsi itu disebut fungsi inferior.Fungsi itu direpresikan dan menjadi tidak sadar. Fungsi inferior mengungkapkan diri dalam mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi. Fungsi inferior itu juga memilki fungsi pelengkap. F. INTROVERSI DAN EKSTRAVERSI
17

Jung mengembangkan sebuah tipologi kepribadian yang kemudian sangat populer. Tipologi ini dimulai dengan pembagian introversi dan ekstroversi. Orang introvert adalah orang yang lebih mementingkan dunia internal pikiran, perasaan, fantasi, dan mimpi. Orang yang memiliki karakteristik introversi berorientasi terhadap pengalaman subjektif, dia fokus terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya. Sedangkan orang ekstrovert adalah orang yang lebih mementingkan dunia eksternal atau dunia luar yang terdiri dari segala benda, orang dan aktivitas-aktivitas luar. Orang yang mememiliki karakteristik ekstrovert lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya lebih banyak ditentukan oleh lingkungan. Pada umumnya, orang berkarakteristik introversi adalah introspektif dan sibuk dengan mereka sendiri, urusan internal. Mereka sering muncul menyendiri, pendiam, bahkan tidak sosial. Orang berkakteristik ekstroversi lebih perhatian dengan interaksi mereka dengan orang lain dan dunia di sekitar mereka. Mereka muncul keluar, aktif dan tertarik pada dunia luar. Pada bagian istilah ini kita akan dan lebih sering menggunakan "introvert" "ekstrovert".

Namun, perlu diketahui bahwa dengan masing-masing istilah kita berarti orang yang satu atau yang lain adalah

18

sikap dominan, tidak eksklusif. Sebagaimana akan kita lihat, dalam sistem Jung, baik introversi dan ekstroversi adalah bagian dari riasan setiap individu. Kedua sikap menentang satu sama lain, bagaimanapun, dan satu cenderung mengesampingkan kepribadian, yang lain cenderung tertekan dan tidak sadar dari ekstrovert adalah introvert. Mimpi itu jalan keluarnya atau sebagai jalan munculnya ekspresi aspek bawah sadar kepribadian. Dan tidak jarang, sikap bawah sadar seseorang dapat menemukan ekspresi dalam keadaan ekstrim. Perilaku dalam keadaan seperti itu mungkin agak primitif dan kasar, karena proses pingsan tidak juga dikembangkan sebagai terfokus meninggal. yang pada Dia sadar. Misalnya, seorang tiba-tiba pria yang biasanya "privasi," dilindungi, sangat terpelajar, dan pekerjaannya, mungkin istrinya dan mengejutkan teman

kenalan dengan berperilaku dengan cara yang "tidak seperti" dia, seperti menelepon mereka pada jam-jam aneh, mabuk atau teler, dan sejenisnya. G. TIPOLOGI JUNG Jung menekankan bahwa setiap orang memiliki pola nya sendiri yang unik dari sikap dan fungsi, dan dia bersikeras bahwa konsepsinya tentang delapan dasar "psychological types" itu dimaksudkan untuk membantu

19

dalam mengklasifikasikan data-nya. Sayangnya, Jung diperingatkan cenderung mengenai bahwa "jenis" saat dia sebagai memunculkannya, para psikolog dan orang-orang akan menganggap delapan kategori tetap ke mana semua orang-orang diharapkan untuk menyesuaikan. Interversi-Berpikir Jung menemukan introversi dan fungsi pemikiran yang dominan dalam, misalnya, para filsuf. Orang dengan kombinasi sikap yang dominan dan fungsi dapat menghasilkan emosi dan menimbulkan jarak karena mereka cenderung menilai secara abstrak ide-ide. Mereka ingin mengejar pikiran mereka sendiri dan tidak terlalu peduli tentang ide-ide mereka diterima oleh orang lain. Mereka mungkin keras kepala, tidak pengertian, sombong, dan angkuh.

Ekstraversi-Berpikir Orang dengan berpikir ekstrovert sangat

bergantung pada pemikiran yang nyata, tetapi mereka juga menggunakan ide abstrak jika ide tersebut dapat ditransmisikan kepada mereka secara langsung. Mereka

20

harus sangat objektif saat berhubungan dengan angka. Orang berpikir ekstrovert seperti ilmuwan, peneliti. Introversi Perasaan Orang-orang dengan perasaan introver

mendasarkan penilaian mereka sebagian besar pada persepsi subjektif dibanding dengan fakta objektif. Kritik terhadap berbagai bentuk seni membutuhkan perasaan introver karena membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan mengabaikan data opini individual tradisional subjektif. serta Mereka kepercayaan,

menjauhi dunia objektif, dan kerap kali menyebabkan orang disekitar mereka merasa tidak nyaman dan bereaksi dingin terhadap mereka.

Ekstraversi-Perasaan Orang-orang menggunakan data dengan objektif perasaan untuk ekstrover

melaksanakan

evaluasi. Mereka tidak banyak dipanddu oleh opini subjektif mereka, tetapi lebih oleh nilai eksternal dann penilaian standar yang diterima luas. Mereka dapat dimudahkan oleh situasi saat yang tepat cara untuk bagaimana sosial, dengan mengetahui mengatakan sesuatu dan Dalam kehidupan

mengatakannya.

sosial mereka tampak berpura-pura, dangkal, dan tidak

21

dapat dipeercaya. Penilaian mereka dapat dideteksi dengan mudah sebagai kebohongan. Orang-orang dengan kemampuan ini biasanya menjadi pebisnis atau politisi karena tuntutan profesi pekerjaan ini yang menghargai yang objektif. Introversi-Perasaan Orang-orang dengan perasaan introver biasanya sangat Mereka dipengaruhi dipengaruhi oleh sensasi subjektif akan penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan lainnya. oleh interpretasi mereka akan rangsangan perasaan dibanding dengan rangsangan itu sendiri. Seperti pelukis, terutama yang gambarannya dipersonalisasi, bergantung pada sikap sensing introver. Mereka juga memberikan interpretasi subjektif maknanya kepada kepada sebuah objek fenomenal, tetapi disaat yang bersamaan mampu mengomunikasikan orang lain. Saat sikap sensing subjektif terbawa secara ekstrem, bagaimanapun, hal ini dapat mengakibatkan halunisasi atau ketidakmampuan berbicara. proses penilaian berdasarkan informasi

Ekstrovert-Perasaan Orang-orang dengan perasaan ekstrover menerima rangsangan eksternal secara objektif, kurang lebih sama

22

seperti rangsangan ini eksis dalam kenyataan. Sensasi mereka tidak dipengaruhi secara signifikan oleh sikap subjektifnya. Hal ini menjadi sesuatu yang penting bagi pekerjaan, seperti pengecat rumah, pencicip anggur, pemeriksa salah cetak, atau dalam profesi hal lain yang (indra) mensyaratkan kepekaan sensori

dengan kebanyakan orang lain. Introversi-Intuisi Orang-orang dengan intuisi introver dipandu oleh persepsi ketidaksadaran terhadap fakta yang umumnya subjektif dan memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kesamaan dengan kenyataan eksternal. Persepsi subjektif intuisi mereka kerap digambarkan sangat kuat dan mampu memotivasi pengambilan keputuan dalam momen yang besar. Orang-orang introver yannng intuitif, seperti mistis, nabi, seniman surealis, atau para fanatik agamis, kerap digambarkan sebagai orang aneh dibanding dengan orang lain yang sedikit sekali mengerti tentang motivasi mereka. Sesungguhnya, Jung percaya bahwa orang introver intuitif mungkin tidak mengerti mereka. Ekstrover-Intuisi motivasi mereka sendiri dengan jelas, meskipun demikian mereka sangat terbawa oleh intuisi

23

Orang-orang berorientasi Dibanding mereka pada

dengan fakta

intuisi dalam

ekstraver dunia

selalu

eksternal. secara

melakukan suka

sensing

secara

keseluruhan, fakta

lebih

mengidentifikasi

subliminal. Oleh karena rangsangan sensori yang kuat kerap mengintervensi intuisi, maka orang yang intuitif menekan sensasi mereka dan dipandu oleh firasat dan perkiraan yang kontras jika dibandingkan dengan data dari indra. Sebuah contoh dari ekstrover yang intuitif adalah para penemu yang harus mencegah terjadinya distraksi data sensori dan berkonsentrasi pada solusi nyata untuk masalah objektif. Mereka dapat menciptakan benda yang dapat memenuhi kebutuhan sebagian kecil orang yang menyadari bahwa benda tersebut benar-benar ada. DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. S. Hall., Calvin dan Lindzey Gardner, Supratiknya A. (Ed.). 1995. Psikologi Kepribadian 1: Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Boeree, George. Personality Theories. 2008. Jogjakarta: Primasophie Hall, Calvin dan Lindzey Gardner. 1985. Canada: John Willey and Sons.
24

J. Feist, Gregory dan Feist Jess. 2011. Jakarta : Salemba Humanika. http://webspace.ship.edu/cgboer/jung.html http://psychology.about.com/od/personalitydevelopment /tp/archetypes.htm http://www.scribd.com/doc/13749301/Jungs-Theory http://www.slideshare.net/bemaguali/carl-jung-1546996

25

Anda mungkin juga menyukai