Anda di halaman 1dari 71

SISTEM REKAYASA DAN NILAI

Dr. Ir. Mawardi Amin, M.T.

TUGAS BESAR UAS


PENGEMBANGAN SMART CITY

KELOMPOK 1 :

1. Ismail Nur Ariyanto, S.T. NIM : 55719010001


2. Opyn Devinta Mauretta, S.T. NIM : 55719010002
3. Marsha Enrica, S.T. NIM : 55719010003
4. Melchior A.A Suarliak NIM : 55719010007

UNIVERSITAS MERCUBUANA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER TEKNIK SIPIL
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Smart City merupakan strategi baru pembangunan dan manajemen kota. Pengembangan
suatu kota menjadi sebuah smart city sejalan dengan program pemerintah melalui
Bappenas, yang telah menetapkan peta jalan pembangunan perkotaan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Adanya pengembangan
7 kawasan metropolitan yang sudah ada saat ini, 5 kawasan metropolitan baru, 10 kota
baru publik, 20 kota otonom, dan 39 pusat pertumbuhan baru. Pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi serta penerapan elektronifikasi merupakan aspek penting
menuju penerapan konsep smart city yang diharapkan dapat memperbaiki pelayanan
pemerintah kota untuk menghasilkan kerja yang lebih efektif dan efisien.

I.2 Perumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan Tugas Besar terdapat
permasalahan adalah bagaimana mengetahui analisa yang sesuai dengan teori dan
aplikasi pada rekayasa sistem dan nilai yang ada.

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan di tugas ini adalah :
1. Menganalisa dan mengidentifikasi system yang dibahas dari aspek management
dengan contoh benchmarking studi kasus penerapan sistem smart city di Kota X.
2. Mengkombinasi berbagai metode dan teknik yang ada dalam sistem rekayasa dan
design project pada penerapan sistem pengembangan smart city.
3. Merekomendasikan perbaikan atau alternatif melalui rekayasa skenario dan
memberikan solusi yang reliable.

I.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

1.4.1 Ruang Lingkup


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ruang lingkup
yang akan dibahas yaitu analisa pengembangan smart city dilihat dari:
1. Berdasarkan teori yang ada/digunakan.
2. Berdasarkan aplikasi yang ada/digunakan.

1
1.4.2 Batasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan memudahkan dalam menganalisa, maka
dibuat batasan-batasan masalah sebagai berikut ini :
1. Aspek analisa berdasarkan teori dan aplikasi pada rekayasa sistem dan nilai
yang ada ditinjau dari aspek manajemen pengembangan smart city.

I.5 Sistematika Penulisan


Berikut adalah sistematika penulisan yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah,


perumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan dasar teori yang


mendukung laporan seperti konsep dan
teori seputar pengembangan smart city.

BAB III DATA ANALYSIS Bab ini menguraikan tentang hasil analisa
dan identifikasi sistem pengembangan
smart city ditinjau dari aspek
management. Serta pembahasan
pengkombinasian berbagai metode dan
teknik yang ada dalam sistem rekayasa
dan design project pengembangan smart
city.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan dan saran


rekomendasi untuk perbaikan atau
alternatif melalui rekayasa skenario dan
berisikan solusi yang reliable dan solusi
yang mempunyai nilai tambah guna
memberi masukan dalam pengembangan
smart city pada benchmarking studi kasus
yang dipilih.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1Smart City
Di masa depan yang semakin urban, maju secara teknologi, dan sangat
kompleks, kemampuan kota kami untuk menang meskipun pertumbuhan
yang berkelanjutan dan tantangan ketahanan sebagian besar bergantung pada
interaksi yang berhasil antara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dan upaya pembangunan berkelanjutan (Bibri dan Krogstie 2017).

II.1.1 Pengertian Smart City


Smart city atau secara harfiah berarti kota pintar, merupakan suatu
konsep pengembangan, penerapan, dan implementasi teknologi yang
diterapkan disuatu daerah sebagai sebuah interaksi yang kompleks di antara
berbagai sistem yang ada di dalamnya (Pratama, 2014). Tujuan dari
pendekatan smart city untuk mencapai informasi dan pengelolaan kota yang
terintegrasi. Integrasi ini dapat melalui manajemen jaringan digital geografi
perkotaan, sumber daya, lingkungan, ekonomi, sosial dan lainnya.
“The structure of smart city includes perception layer, network layer
and application layer, which can make the future world increasingly
appreciable and measurable, increasingly interconnection and
interoperability and increasingly intelligent”(struktur dari smart city
meliputi lapisan persepsi, lapisan jaringan dan lapisan aplikasi, yang dapat
membuat masa depan dunia semakin cukup dan terukur, semakin
interkoneksi dan interoperabilitas dan semakin cerdas) (Su, Li, & Fu,
2011).

3
Application Layer.
Analyze and process massive data and information through
cloud computing fuzzy recognition and other intelligent
technologies.

Network Layer.
Make accurate transmission and processing of information
obtained in the perception layer through the integrated
grid of communication, network management center,
information center and intelligent processing center.

Perception Layer.
Identify the object and collect information through 2D-
Barcode, render, RFID, camera, GPS, sensor terminal,
sensor network, etc.

Gambar 2.1 Arsitektur Teknik Diagram dari Smart City

II.1.2 Pembagian Smart City


Amerika Serikat dan Eropa merupakan negara dan benua yang menjadi
pelopor smart city di dunia. IBM merupakan perusahaan yang mewadahi
berdirinya smart city, IBM membagi smart city menjadi enam jenis. Keenam jenis
pembagian smart city tersebut meliputi smart economy, smart mobility, smart
governance, smart people, smart living, dan smart environment. (Pratama, 2014).

Smart
Economy

Smart Smart
Living People

Smart
City
Smart Smart
Environ Governa
ment nce
Smart
Mobility

Gambar 2.2 Bagian-bagian Smary City menurut IBM

4
1. Smart Economy
Ekonomi merupakan salah satu pilar penopang daerah/kota/negara.
Pengelolaan ekonomi suatu daerah hendaknya perlu dilakukan dengan lebih
baik dan terkomputerisasi. Implementasi dan penilaian smart city pada bagian
(dimensi) smart economy meliputi dua hal, yakni proses inovasi (innovation)
dan kemampuan daya saing (competitives). Kedua hal tersebut berguna untuk
mencapai peningkatan ekonomi bangsa yang lebih baik dan pintar, sebab
inovasi dan kemampuan daya saing merupakan modal utama untuk kemajuan
bangsa serta peningkatan pembangunan sumber daya. Arah pembangunan
sumber daya disuatu wilayah diwujudkan melalui peningkatan akses,
pemerataan, relevansi, dan mutu layanan sosial dasar, peningkatan kualitas
dan daya saing tenaga kerja, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk serta peningkatan partisipasi masyarakat.

2. Smart People
Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi
(economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial
(social capital). Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang
harus dipenuhi dalam mewujudkan smart city. Pada bagian ini terdapat
kriteria proses kreatifitas pada diri manusia dan modal sosial. Berikut kriteria
penilaian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan
perguruan tinggi yang merata kepada masyarakat dan berbasiskan IT
seperti penerapan e-learning, pemanfaatan sistem informasi
sekolah/perguruan tinggi, pembelajaran dengan sarana komputer,
penyediaan akses internet untuk sumber informasi/ bahas
pembelajaran, dan lain-lain.
2. Adanya komunitas IT dan komunitas lainnya yang berkaitan dengan
pemanfaatan teknologi informasi.
3. Adanya peranan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi.
3. Smart Governance
Smart governance merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Adanya kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan
jalannya pemerintahan yang bersih, jujur, adil, dan demokrasi, serta kualitas

5
dan kuantitas layanan publik yang lebih baik. Smart governance terdiri atas
tiga bagian sebagai berikut:
1. Keikutsertaan masyarakat di dalam penentuan keputusan secara
langsung maupun online.
2. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan public. Penyediaan sistem
informasi berbasis web dan mobile untuk pelayanan publik
(pembuatan KTP, SIM dan lain-lain), penyediaan layanan administrasi
keuangan/pembayaran yang efektif, hemat waktu, dan otomatis
(pembayaran listrik, air dsb), dan adanya database yang terstruktur baik
di dalam penyimpanan data dan informasi terkait layanan publik.
3. Adanya transparansi di dalam pemerintahan, sehingga masyarakat
menjadi tahu dan cerdas.
4. Smart Mobility
Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart
mobility ini terdapat proses transportasi dan mobilitas yang smart, sehingga
diharapkan tercipta layanan publik untuk transportasi dan mobilitas yang lebih
baik serta menghapus permasalahan umum di dalam transportasi, misalkan
macet, pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.

5. Smart Environment
Smart Environment merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang
mengkhususkan pada bagaimana menciptakan lingkungan yang pintar.
Kriteria penilaian disini mencakup proses kelangsungan dan pengelolaan
sumber daya yang lebih baik. Untuk mewujudkan smart environment perlu
adanya beragam terapan aplikasi dan komputer dalam bentuk sensor network
dan wireless sensor network, jaringan komputer, kecerdasan buatan, database
sistem, mobile computing, sistem operasi, paralel computing, recognition(face
recognition, image recognition), image processing, intellegence transport
system, dan beragam teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.

6. Smart Living
Pada smart living terdapat syarat dan kriteria serta tujuan untuk proses
pengelolaan kualitas hidup dan budaya yang lebih baik dan pintar. Untuk
mewujudkan smart living, terdapat tiga buah sub bagian yang harus dipenuhi,

6
diataranya sebagai berikut:

1. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat dengan


memanfaatkan teknologi informasi seperti penyediaan sarana internet
gratis dan sehat (bebas dari konten pornografi, kekerasan, melalui
sistem filtering/proxy), CCTV yang terpasang ditempat umum dan lalu
lintas untuk menekan jumlah kriminalitas.
2. Penyediaan sarana, prasarana dan informasi terkait dengan potensi
pariswisata daerah dengan baik dan atraktif memanfaatkan teknologi
informasi seperti informasi geografis untuk pemetaan lokasi objek
wisata, pemesanan tiket masuk dan hotel secara online dan mobile.
3. Infrastruktur teknologi informasi yang memadai, sehingga semua
fasilitas dan layanan publik dapat berjalan dengan baik melalui
bantuan komputerisasi dan teknologi informasi seperti tersedianya
komputer publik di tempat-tempat umum, tersedianya jaringan
internet yang memadai, tersedianya tenaga IT/SDM yang kompeten.
II.1.3 Karakteristik Smart City
Ada empat dasar karakteristik dari smart city (Hao, Lei, & Yan, 2012), yaitu :

1. Interkoneksi antara bagian perkotaan, smart city menggabungkan antara


communication network, internet, sensor dan recognition untuk membantu
komunikasi antar orang, dengan demikian interkoneksi antara bagian
perkotaan akan terwujud.
2. Integrasi sistem informasi perkotaan, hal yang berkaitan dengan internet dan
cloud computing akan digunakan dalam setiap bidang bisnis dan
mengintegrasikan sistem aplikasi, data dan internet menjadi unsur-unsur inti
yang mendukung operasi perkotaan dan manajemen.
3. Manajemen perkotaan dan kerjasama layanan, interkoneksi komponen
perkotaan dan dukungan sistem aplikasi manajemen perkotaan serta layanan
dengan koordinasi sistem kritikan perkotaan dan peserta untuk membuat
menjalankan perkotaan terbaik.
4. Aplikasi ICT (Information and Communication Technology) terbaru, smart
city teori manajemen kota modern sebagai panduan yang menekankan
penerapan teknologi informasi canggih ke manajemen perkotaan dan
pelayanan, sehingga memotivasi pemerintah, perusahaan dan orang-orang untuk
membuat inovasi, gerakan pembangunan perkotaan.

7
II.1.4 Karakteristik Aplikasi Berbasis Smart City
Terdapat perbedaan aplikasi berbasis smart city dengan aplikasi lainnya. Hal ini
disebabkan oleh adanya karakteristik khusus yang terdapat pada aplikasi berbasis
smart city. Terdapat tujuh karakteristik utama aplikasi berbasis smart city
(Pratama, 2014). Berikut ke tujuh karakteristik dalam aplikasi berbasis smart city,
antara lain :
1. Sensible
2. Connectable
3. Accessible
4. Ubiquitous
5. Sociable
6. Sharable
7. Visible/ Augmented

2.1.4.1 Sensible
Karakteristik sensible menunjukkan kemampuan perangkat lunak untuk
dapat melakukan penginderaan (sensor) terhadap lingkungan sekitar
(environment). Data-data yang diperoleh di lapangan melalui pengindraan ini
kemudian dikirim secara langsung dan diolah menjadi informasi yang bermanfaat
dan dikembalikan lagi kepada pengguna maupun dibagikan ke pengguna lainnya.
Beberapa contoh di antaranya yaitu :

1. Penggunakan teknologi GIS (Geographic Information System) pada


layanan smart city di bidang tata kelola lingkungan kota berbasis web
untuk pemetaan lokasi suatu tempat secara online, dengan
memanfaatkan koordinat X dan Y dari lokasi bersangkutan. Aplikasi
tersebut mampu melakukan sensoring terhadap lingkungan sekitar yang
diterima kemudian diolah menjadi informasi, semuanya dilakukan secara
online dan real time.
2. Pemanfaatan Network Sensor dan Wireless Sensor Network untuk
mendeteksi adanya gempa, kebakaran, curah hujan, serangan musuh,
dan lain-lain. Sejumlah sensor berupa perangkat keras komputer dalam
ukuran kecil berserta aplikasi ditempatkan pada titik-titik tertentu.
Sensor ini memperoleh data di lapangan, untuk dikirim secara online
dan real time ke server. Dari server, data yang telah diolah menjadi
informasi disajikan kepada pengguna. Beberapa hasilnya dapat
8
menjadikan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan, baik secara
manual maupun dengan menggunakan sistem pengambilan keputusan.
Implementasi sensor network dan wireless sensor network sangat tepat
diterapkan pada kota yang memerlukan smart environment.
3. Pemanfaatan RFID (Radio Frequency Identification), Cloud
Computing, Machine to Machine/ Internet of Things.

2.1.4.2 Connectable
Connectable ialah perangkat lunak berbasis smart city memiliki
kemampuan untuk menghubungkan informasi penginderaan (sensor) yang
ditampilkan oleh perangkat lunak bersangkutan ke pengguna atau khalayak umum
melalui jaringan komputer. Karakteristik connectable juga dapat diartikan sebagai
kemampuan perangkat lunak untuk mudah terhubung ke dalam suatu jaringan
komputer, baik intranet, internet, maupun keduanya.

2.1.4.3 Accessible
Karakteristik accessible berarti bahwa aplikasi berbasis smart city ini akan
mampu menampilkan dan menyajikan hasil pengindraan ke dalam media online
berupa website ataupun aplikasi mobile, sehingga dapat diakses dari perangkat
apapun secara mudah melalui koneksi internet. Terdapat penyediaan hak akses
yang berbeda untuk setiap kelompok pengguna berdasarkan data dan
informasi mana saja yang berhak mereka akses.

2.1.4.4 Ubiquitous
Pada karakteristik ini, sebuah aplikasi yang berbasis smart city mampu
memudahkan pengguna untuk dapat mengakses informasi yang diperlukannya
kapanpun dan dimanapun secara online dan mobile. Tanpa terhalang dengan
kondisi, lokasi, perangkat yang digunakan, asalkan terhubung ke server layanan,
pengguna dapat segera memperoleh informasi yang diperlukannya.
Sebagai contoh, kemudahan bagi wisatawan untuk dapat mengakses
informasi terkini dari suatu objek wisata yang belum pernah mereka kunjungi
sebelumnya. Di dalamnya terdapat peta lokasi, beberapa foto lokasi, tarif masuk,
informasi mengenai beberapa lokasi penginapan terdekat.
2.1.4.5 Sociable
Sociable berarti kemampuan aplikasi yang berbasis smart city untuk
bersosialisasi melalui keterhubungannya ke jejaring sosial di internet. Sosialisasi

9
berupa interaksi dengan pengguna komputer lain melalui wadah jejaring sosial
tersebut, diharapkan dapat membantu menjadikan informasi lebih cepat tersebar
dan makin bermanfaat.
2.1.4.6 Sharable
Karakteristik sharable memiliki arti bahwa aplikasi berbasis smart city
memiliki kemampuan untuk mampu menyajikan objek, data dan informasi ke
dalam jaringan komputer, sehingga dapat diakses dan dibagikan ke pengguna
lainnya atau masyarakat umum. Teknologi jaringan komputer yang digunakan
dalam hal ini antara lain berupa peer to peer (P2P) dan social network.
Contohnya, sebuah aplikasi portal online berbasis web dan mobile, yang
mana konten di dalamnya disediakan oleh pengguna. Pengguna dapat berbagi
infomasi secara langsung melalui tombol share (misal tombol share pada jejaring
sosial facebook dan twitter).
2.1.4.7 Visible/ Augmented
Karakteristik visible/ augmented berarti aplikasi berbasis smart city
memiliki kemampuan untuk menjadikan informasi dapat diakses secara langsung
melalui lokasi fisik. Sebagai contoh, sebuah aplikasi berbasis smart city yang
memanfaatkan teknologi augmented reality untuk dijadikan sebagai virtual guide
bagi para wisata.
II.1.5 Konsep dan Benchmarking Smart City di Kota Bekasi
2.1.5.1 Konsep Smart City di Kota Bekasi
Konsep Smart City ini seolah menjadi trend dalam pengelolaan perkotaan.
Kota Bekasi memandang perlu untuk mengadopsi konsep ini, bukan hanya
sebagai bentuk gengsi untuk disebut sebagai Kota Cerdas, namun disebabkan oleh
keinginan untuk menyelesaikan persoalan perkotaan dengan cara yang tidak biasa
(Thinking Out Of The Box).
Solusi yang cerdas melibatkan minimal 3 komponen, yakni Teknologi,
Proses, dan Manusia. Teknologi berperan sebagai enabler yang mempercepat
terjadinya perubahan. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) adalah salah satu
contoh teknologi yang saat ini terbukti dapat memberikan perubahan gaya hidup
manusia diseluruh dunia. Solusi membutuhkan perubahan proses dalam
beraktifitas sehari-hari, komponen manusia dibutuhkan karena sebagai penggerak
utama perubahan proses dan yang memanfaatkan teknologi tersebut.
Kemajuan bidang teknologi informasi seringkali dipandang secara populer
sebagai basis smart city. Tetapi pemahaman secara luas tentang teknologi untuk
10
konteks smart city haruslah dipandang secara sistemik, terkait dengan kesiapan
sumberdaya manusia, energy, infrastruktur serta berkelanjutan pelaksanaan
program-program pembangunanya tidak terlepas dari karakteristik sosial budaya
masyarakatnya itu sendiri. Bila tidak bijak, teknologi bisa bersifat destruktif,
untuk itu pemerintah harus terus berlari menyesuaikan dan terus beradaptasi
terhadap perkembangan teknologi. Meskipun administrasi layanan publik tidak
akan berubah, tapi Pemerintah Kota Bekasi menyadari agar selalu adaptif
terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan zaman. Demikian pula dengan
individu masyarakat, harus selalu adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Disinilah peran dunia pendidikan, harus menciptakan manusia-manusia cerdas
yang tangguh, memiliki karakater kuat, bijak dan kreaktif dalam memanfaatkan
teknologi dikarenakan disruptif Teknologi Informasi (IT) tidak bisa dihindari.
Konsep smart city yaitu sebuah cara menghubungkan infrastruktur fisik,
sosial dan ekonomi menggunakan ICT, yang mengintegrasikan semua aspek
untuk membuat kota yang lebih efisien dan layak huni. Banyak hambatan atau
kendala pada saat konsep Smart city sudah berjalan di kota Bekasi, terkait
pemetaan terhadap permasalahan dari indikator atau kategori penataan kota.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sebab akibat mengenai kota Bekasi yang
sudah mengimplementasikan konsep Smart city di tiap bagian daerah Kota
Bekasi, dengan menggunakan metode cause effect atau yang biasa disebut
fishbone diagram. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor Man atau SDM,
Method atau Proses, Machine atau Teknologi, dan Infrastruktur berperan dalam
pemetaan permasalahan dari implementasi Bekasi Smart city. Dengan
ditemukannya permasalahan dari aspek SDM, Metode, Teknologi dan
Infrastruktur membuat Bekasi Smart city menjadi salah satu model kota pintar
yang mengimplementasikan komunikasi dan teknologi informasi di tanah air.
Cara menghubungkan infrastruktur fisik, sosial dan ekonomi dengan
teknologi ICT, yang mengintegrasikan semua elemen dan membuat kota menjadi
lebih efisien dan layak huni merupakan maksud dari konsep smart city.
Menurut Frost & Sullivan (2014) mengidentifikasi delapan aspek dari
smart city diantaranya smart governance, smart energy, smart building, smart
mobility, smart infrastructure, smart technology, smart healthcare, dan smart
citizen.

11
Platform Smart City Nusantara (SCN) siap meningkatkan kualitas adopsi
konsep smart city di Bekasi. Kota Bekasi, yang juga dikenal sebagai Kota Patriot
merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah menerapkan konsep smart city
sejak tahun 2016 dengan menghadirkan aplikasi Sorot yang terintegrasi dengan
Command Center. Menilik dari implementasi mengenai konsep Kota Pintar
Bekasi yang sedang berjalan, berkaitan dengan undang - undang mengenai
Pemerintah Daerah melalui inovasi dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Bab XXI bertajuk inovasi Daerah. Dari Pasal 386
hingga Pasal 390 UU 23/2014, menjelaskan bahwa dalam rangka peningkatan
kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat
melakukan inovasi. Inovasi yang dimaksud adalah semua bentuk pembaharuan
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada 2017, Kota Bekasi masuk
dalam Program Gerakan Menuju 100 Smart City. Pada 2018, Kota Bekasi
kembali menorehkan prestasi pada ajang The 3rd Indonesia Smart Nation Award
(ISNA).
Menurut Senior Manager Smart City Nusantara Wahyudi tantangan yang
dihadapi kota saat ini semakin kompleks, terlebih dengan semakin meningkatnya
pertambahan penduduk yang menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai
permasalahan ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Di sisi lain, seiring dengan
perkembangan teknologi, warga menuntut pelayanan yang semakin maksimal dari
penyelenggara pemerintahan kota, sementara sumber daya yang dimiliki
seringkali tidak memadai. Melalui situs webnya, Kota Bekasi menunjukkan
penerapan solusi aplikasi smart city eksisting yang berfokus pada sektor
manajemen pemerintahan, partisipasi masyarakat, dan sumber daya dan aset
daerah. Setidaknya ada sembilan produk aplikasi yang telah dikembangkan
Pemkot Bekasi hingga saat ini, di antaranya Sorot, Command Center, Aplikasi
Absensi, Sikerja, Aplikasi RapoRT RW, SILAT, POT, Bekasi Iconic, dan SIAP.
2.1.5.2 Benchmarking Smart City
Smart Transformation Group (STG) melakukan assessment terhadap
kesiapan masing-masing kota dengan menggunakan City Maturity Index dalam
menuju posisi yang dapat diakui sebagai kota yang cerdas (smart city). Hasil
assessment ini kemudian akan dijadikan sebagai City Ranking yang mana semua
kota akan dapat saling belajar (benchmarking) terhadap kota-kota lain yang pada
City Ranking memiliki tingkat kematangan (maturity) yang lebih tinggi.

12
Menurut Prof. Suhono Harso Supangkat (Guru Besar STEI ITB),
Parameter berhasilnya smart city di Indonesia ada pada faktor kepemimpinan,
komitmen dan peran serta. Infrastruktur pada Smart City yang paling dibutuhkan
adalah transportasi umum, air, energi, lingkungan hidup, dan teknologi
Broadband.

Tabel 2.1 Kriteria pada Index Sistem Smart City


Item Kriteria Keterangan

Smart Fasilitas Jaringan - Jumlah kepemilikan ponsel per-seratus orang.


Infrastructure (A) Informasi dan - Jumlah komputer per-seratus rumah tangga.
Komunikasi (A1) - TV Kabel tingkat transformasi digital dua arah.
- Kabel broadband dan tingkat akses fiber.
- Internet perkotaan per-tarif.
- Cakupan nirkabel yang luas.

Infrastruktur - Koordinasi dan berbagi jaringan komunikasi.


Berbagi Informasi - Pusat data pemerintah.
(A2) - Empat basis data dasar.
- Konstruksi keamanan informasi dari kesiapsiagaan bencana.

Smart Economy Kekuatan Ekonomi - Total produksi regional.


(B) (B1) - Tingkat pertumbuhan ekonomi.
- Pendapatan sekali pakai per-kapita.

Industri Pintar (B2) - Informasi investasi industri dan tingkat pengembangan.


- Nilai tambah industri ketiga PDB.
- Layanan perangkat lunak outsourcing produksi PDB.
- Penelitian dan pengembangan produksi PDB.
- Pengembangan industri berkembang strategis.
- Rata-rata setiap 10.000 Yuan konsumsi energi PDB.
- Rata-rata setiap staff menciptakan nilai tambah dari pertanian,
kehutanan, peternakan dan perikanan.
- Proporsi nilai tambah produksi ukuran sebelumnya yang
ditunjuk dan nilai tambah dari manufaktur teknologi tinggi.

Smart Perkiraan - Keakuratan prakiraan cuaca.


Environment (C) lingkungan dan - Penggunaan sistem prakiraan bencana alam.
manajemen (C1) - Tingkat pembuangan air pencemaran kehidupan kota.

13
- Tingkat pengolahan limbah rumah tangga yang bebas bahaya.
- Tingkat pemanfaatan komprehensif limbah padat industri.
- Penggunaan komprehensif dari tiga hasil produk limbah.

Indeks kualitas - Indeks kualitas udara.


lingkungan umum - Indeks kualitas air permukaan.
(C2) - Indeks pemantauan sumber polusi.

Penggunaan - Tingkat perhitungan penggunaan air.


sumber daya alam - Jumlah proyek pengiriman air.
yang cerdas (C3) - Tingkat pemanfaatan energi baru.
- Tingkat pemanfaatan energi terbarukan.

Smart E-Government (D1) - Cakupan platform e-government.


Management (D) - Level manajemen online untuk pemeriksaan administrasi dan
item-item persetujuan.
- Cakupan fungsi pelayanan pesan singkat.

Keselamatan Publik - Kemampuan dukungan informasi pertautan darurat social.


(D2) - Tingkat pemantauan transportasi bahan kimia berbahaya.
- Pengawasan keamanan makanan,
- Sistem tingkat konstruksi darurat.
- Tingkat kematian yang kejam.
- Kepuasan keselamatan pribadi.
- Tingkat kejahatan.

Smart Manajemen dan - Tingkat jangkauan kamera.


Transportation kontrol lalu lintas - Tingkat lalu lintas utama merasakan tingkat cakupan
(E) yang cerdas (E1) perangkat utama.
- Tingkat cakupan sistem pemantauan real-time sistem logistik
kendaraan.
- Tingkat pemrosesan kemacetan lalu lintas.
- Kapasitas jaringan jalan.
- Tingkat penanganan kecelakaan lalu lintas.

Layanan Informasi - Jaringan informasi jalan kota.


Transportasi Pintar - Tingkat transmisi informasi kemacetan.
(E2) - Tingkat cakupan sistem terminal informasi otomatis.
- Tingkat pemanfaatan ruang parkir yang efektif.
- Tingkat peningkatan informasi kendaraan registrasi.

14
Lalu lintas public - Pembangunan tingkat peningkatan fasilitas angkutan umum.
yang cerdas (E3) - Tingkat pemasangan terminal sensor pintar.
- Tingkat konstruksi stasiun bus pintar.
- Mengambil waktu orang.
- Waktu tunggu persimpangan lalu lintas.

Smart Living (F) Pendidikan (F1) - Per-juta orang dengan pendidikan yang tinggi.
- Jumlah tenaga ilmiah dan teknologi per-juta orang.
- Pekerja industri informasi penyumbang proposi pekerja di
seluruh masyarakat.
- Tingkat pembagian sumber daya pendidikan.
- Proporsi pengeluaran pendidikan per-kapita penduduk kota.
- Proporsi pengajaran jaringan.
- Tingkat kualitas pendidikan dan peningkatan manfaat.

Layanan Kesehatan - Cakupan jaringan kelas medis.


(F2) - Tingkat riwayat klinis listrik.
- Tingkat catatan kesehatan elektronik warga.
- Jumlah tempat tidur per-kapita.

Bangunan Pintar - Tingkat pemasangan meter pintar keluarga.


(F3) - Rumah pintar.
- Tingkat interaksi informasi keluarga.

Konsumsi Pintar - Transaksi E-commerce per-kapita.


(F4) - Koefisien konsumsi informasi per-kapita.
- RFID tag penggunaan barang.

(Anagnostopoulos et al. 2015). Metode penelitian literatur, pengalaman praktis para


ahli, dan metode Delphi digunakan untuk menyelidiki aspek-aspek kota cerdas.
Akhirnya, obyektif, indeks evaluasi manipulatif secara sistematis ditetapkan untuk
model galaksi kota pintar, yang meliputi enam dimensi:

1. Infrastruktur Pintar (A)


2. Ekonomi Pintar (B)
3. Lingkungan Pintar (C)
4. Manajemen Pintar (D)

15
5. Transportasi Pintar (E)
6. Hidup Pintar (F)

Pandangan para ahli tentang dampak kriteria evaluasi yang terdiri dari enam dimensi
pada pembangunan berkelanjutan kota pintar. Hasil dan penjelasannya kriteria evaluasi
sistematis kota pintar disajikan pada Tabel 2.1.
Infrastruktur pintar sangat penting untuk pengembangan yang berkelanjutan dari
kota pintar dan kemampuan terbaik untuk kinerja yang baik dan operasi yang aman dari
fungsi-fungsi masyarakat lainnya (Bellocchioetal.2016). Sesuai dengan kerangka kerja
yang sistematis, fungsi operasional, dan proses implementasi, seperti data pintar yang
dibutuhkan di komputer dan proyek, data ini dikelola oleh sistem komputer yang
diorganisir dengan baik, kemudian data tersebut dikelola oleh sistem komputer yang
diorganisir dengan baik dan proses, yang kemudian diolah dengan proses dan sistem
komputer yang terorganisasi dengan baik, kemudian data tersebut dikelola oleh sistem
komputer yang diorganisir dengan baik. data, akhirnya memungkinkan keputusan
manajemen yang cerdas dan tepat untuk dibuat. Oleh karena itu, perlu untuk mengatur
fasilitas komunikasi jaringan informasi dan infrastruktur berbagi informasi.
Ekonomi yang cerdas adalah fondasi material dari pembangunan berkelanjutan
lembaga pendidikan. Kecerdasan para pekerja telah menjadi faktor kunci untuk
mempromosikan pembangunan ekonomi, dan transformasi kecerdasan ekonomi adalah
tren saat ini dalam pengembangan kota pintar. Ini membutuhkan pengembangan
pertumbuhan ekonomi berkualitas tinggi, efisien, terkoordinasi, dan berkelanjutan, yang
meningkatkan inovasi dan kreativitas perusahaan. Hal ini juga memerlukan peningkatan
infrastruktur industri, yang mempromosikan integrasi yang lebih dalam dari
informalisasi dan industrialisasi dan memelihara industri baru yang muncul dengan daya
saing internasional (Tian 2012). Dengan demikian, dimensi ekonomi cerdas harus
mengandung dua kriteria: kekuatan ekonomi dan industri pintar.
Lingkungan cerdas adalah faktor pendukung penting untuk pengembangan kota
cerdas yang sehat; ia menentukan apakah konstruksi kota cerdas memenuhi kebutuhan
penduduknya dan berkelanjutan. Secara khusus, pembangunan lingkungan yang cerdas
mencakup lima sistem inti: (1) pemantauan kualitas lingkungan, (2) pemantauan sumber
polusi, (3) perlindungan ekologis, (4) lingkungan kedaruratan, dan (5) informasi
keselamatan nuklir dan manajemen radiasi. Sistem-sistem ini meningkatkan misi dan
tingkat polusi dan memungkinkan prakiraan lingkungan yang cerdas dan manajemen
sumber daya alam yang cerdas (Wen et al. 2015). Menurut indeks evaluasi sistematis
16
Uni Eropa (UE), tiga kriteria lingkungan cerdas diperiksa dalam makalah ini: peramalan
dan manajemen lingkungan, indeks kualitas lingkungan umum, dan penggunaan sumber
daya alam yang cerdas.
Manajemen cerdas mengacu pada layanan administrasi yang disediakan pemerintah
dan layanan publik yang bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan publik.
Berkembangnya teknologi informasi secara fundamental telah mengubah kehidupan
kerja dan gaya hidup masyarakat, serta manajemen layanan kota. Model tradisional
pemerintah tidak dapat mengimbangi revolusi informasi, yang membutuhkan
pengelolaan data kota yang berkelanjutan dan berkelanjutan. Dalam konteks ini,
acountry’sgovernment menggunakanmacroscopicpoliciestoguidethe pengembangan e-
government. Selain itu, praktik pembangunan kota pintar mengklarifikasi kebutuhan
manajemen cerdas. Interaksi saat ini antara kedua aspek menjanjikan untuk
pengembangan manajemen keuangan lebih lanjut (ZhaoandChen2013). Oleh karena itu,
manajemen yang cerdas harus mencakup e-governance dan keselamatan publik.
Transportasi pintar melibatkan konstruksi besar untuk mempromosikan pembangunan
ekonomi, dan melayani warga kota.
Perkembangan ekonomi sosial dan urbanisasi yang semakin dalam telah
menyebabkan pertumbuhan penduduk perkotaan yang eksplosif. Namun, peningkatan
jumlah kendaraan di kota-kota menyebabkan kemacetan lalu lintas yang serius, masalah
keselamatan lalu lintas, dan polusi berat; menyelesaikan masalah-masalah ini adalah
tantangan yang sulit bagi para gubernur yang berkuasa. Transpor pintar adalah bagian
penting dari pembangunan kota pintar (Sun et al. 2011) yang menggabungkan teknologi
elektronik, informasi, telekomunikasi, pengendalian, kendaraan, dan permesinan untuk
menyediakan solusi yang cepat, fleksibel, dan akurat untuk meningkatkan situasi lalu
lintas. Dengan demikian, transportasi cerdas harus mempertimbangkan tiga kriteria:
manajemen dan kontrol transportasi cerdas, layanan informasi transportasi cerdas, dan
lalu lintas publik yang cerdas.
Dan yang terakhir, kehidupan cerdas adalah dimensi penting yang harus dibenahi
karena menyediakan layanan publik yang nyaman adalah tujuan akhir dari kota pintar
(Gu dan Qiao 2012). Dimensi ini bertanggung jawab atas masalah kesehatan kesehatan,
pendidikan, dan kondisi kehidupan. Membangun sistem layanan informasi publik yang
menginformasikan publik tentang semua layanan menawarkan popularisasi dan
aksesibilitas untuk memungkinkan warga memanfaatkan sepenuhnya layanan
masyarakat. Oleh karena itu, empat kriteria evaluasi tingkat dua dimasukkan dalam

17
dimensi ini: pendidikan, perawatan kesehatan pintar, bangunan cerdas, dan konsumsi
cerdas.

18
BAB III

DATA ANALYSIS

(ANALISA, IDENTIFIKASI, KOMBINASI METODE DAN TEKNIK SISTEM REKAYASA


DAN DESIGN PRODUK SMART CITY)

3.1. Analisis Sistem Smart City dari Aspek Design, Finance, Management, Engineering, dan
Produksi

 Analisis Sistem Smart City Dari Aspek Desain


Definisi holistik dari istilah smart city mencakup enam karakteristik yang perlu bertindak cerdas
untuk mencapai Smart City yang “berkinerja baik dengan cara berwawasan ke depan dalam
ekonomi, orang, pemerintahan, mobilitas, lingkungan, dan kehidupan, dibangun di atas kombinasi
cerdas dari endowmen dan kegiatan warga yang menentukan diri, mandiri dan sadar ”. Para ahli
dari berbagai spesialisasi memberikan definisi yang lebih konkret, yang menekankan peran
pendekatan dan kegiatan mereka sendiri di lapangan. Dari prospek Teknologi Informasi (TI),
Smart City dapat didefinisikan sebagai “kota yang menghubungkan infrastruktur fisik,
infrastruktur TI, infrastruktur sosial, dan infrastruktur bisnis untuk meningkatkan kolektif
kecerdasan kota ”. Aspek-aspek TI utama dari Smart City adalah: Instrumented, Interconnected,
Interoperated and Intelligent City. Smart City mencakup empat aspek utama:
i) Infrastruktur Cerdas untuk menghubungkan objek fisik dan sensor melalui jaringan
komunikasi yang heterogen, mewujudkan interkoneksi antara manusia dan mesin (H2M)
dan antara mesin (M2M).
ii) Operasi Cerdas untuk meningkatkan kualitas hidup warga, dengan menawarkan layanan
inovatif di setiap sektor bisnis dan mengintegrasikan sistem aplikasi dan informasi, untuk
menjadi elemen inti yang mendukung operasi dan manajemen perkotaan.
iii) Smart Eco-System, di mana analisis informasi yang saling terkait harus menghasilkan
wawasan baru untuk mendorong keputusan dan tindakan yang meningkatkan hasil proses
sistem, organisasi, dan rantai nilai industri. Hasil tersebut harus secara fundamental
mengubah pengalaman pengguna akhir dan ekosistem, yaitu mereka harus menunjukkan
nilai tambah yang nyata.
iv) Tata Kelola yang Cerdas: Interkoneksi komponen perkotaan yang dipadukan dengan
sistem aplikasi terintegrasi perlu didukung oleh manajemen skala perkotaan dengan
koordinasi sistem kritis perkotaan untuk membuat Kota berjalan terbaik dan lebih cerdas.

19
Gambar 3.1 Main Smart City Aspects

Secara umum, subset umum dari tantangan yang dihadapi dalam analisis system Smart City dari
Aspek Desain dapat diringkas sebagai berikut:

1) Skalabilitas: Mengingat peningkatan cepat dalam jumlah perangkat pintar ditambah


dengan heterogenitas dalam jaringan sensor, skalabilitas adalah tantangan teknis utama
untuk memungkinkan akses di mana-mana termasuk mobilitas dan kontinuitas layanan
dalam penyebaran lingkungan pintar skala besar. Teknologi yang ada membuat konsep
IoT layak tetapi tidak cocok dengan persyaratan skalabilitas dan efisiensi di berbagai
tingkatan, termasuk: penamaan dan pengalamatan, komunikasi dan jaringan, manajemen
data, dan penyediaan layanan.
2) Tata Kelola: Layanan Smart City melibatkan banyak pemangku kepentingan yang
berbeda, seperti penyedia aplikasi yang berbeda, vendor perangkat, dan penyedia jaringan
radio dan inti. Agar dapat mengelola secara konsisten sistem keseluruhan, diperlukan
solusi horisontal fleksibel untuk berbagi keterampilan, infrastruktur jaringan, dan
perangkat di antara para pemangku kepentingan.
3) Kurangnya Testbeds: Untuk melakukan eksperimen skala besar yang dapat diandalkan
untuk validasi hasil penelitian, kebutuhan testbed skala kota muncul. Banyak testbeds
yang ada memberikan bukti konsep yang baik, namun mereka hanya menawarkan
eksperimen dan pengujian terbatas pada lingkungan spesifik atau penerapan khusus
aplikasi dan tidak memungkinkan eksperimen konklusif. Selain itu, penyebaran Smart
City melibatkan pemangku kepentingan non-teknis yang berbeda, maka banyak kendala
nonteknis harus dipertimbangkan seperti pengguna, administrasi publik, vendor,
pemerintah dll. Testbeds skala besar diperlukan untuk memberikan massa kritis yang
20
diperlukan dari bisnis eksperimental dan pengguna akhir. diperlukan untuk pengujian IoT
serta teknologi Internet Masa Depan lainnya untuk adopsi pasar. Internet tradisional hanya
menghubungkan perangkat cerdas melalui desain jaringan sederhana. Sebaliknya, Smart
City memiliki lapisan penginderaan tambahan, yang memungkinkan interkoneksi di antara
perangkat yang tidak cerdas atau lemah cerdas. Dengan demikian ia membawa banyak
persyaratan dan tantangan baru untuk pertukaran data, integrasi informasi dan layanan,
serta lebih banyak kompleksitas desain jaringan.

Secara umum, desain Smart City dapat dibagi menjadi empat lapisan seperti yang ditunjukkan
pada di bawah ini, untuk mengatasi kebutuhan dari Smart City yang Terinstalasi, Terinterkoneksi,
Dioperasikan dan Cerdas:
1. Lapisan penginderaan objek: Di mana menghubungkan objek penginderaan dengan jarak
dekat jaringan komunikasi ditangani. Perkembangan teknis dalam teknologi nirkabel
tingkat rendah daya rendah jarak pendek seperti IEEE 802.15.4 dan Wi-Fi berdaya
rendah telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tantangan utama dengan
evolusi jaringan sensor nirkabel (WSN) adalah sejumlah besar sistem berpemilik yang
mengarah pada solusi non-interoperable.
2. Lapisan akses dan kontrol: Lapisan ini berkaitan dengan pertukaran dan rekombinasi
informasi antara WSN yang heterogen dan platform pemberian layanan (SDP). Mayoritas
aplikasi M2M dan sistem Smart secara historis membutuhkan bandwidth rendah. Namun,
kemunculan teknologi konektivitas dan fitur Perangkat Pintar akan segera memunculkan
aplikasi baru yang membutuhkan kecepatan data tinggi, dan karenanya perutean yang
konsisten, Kualitas Layanan (QoS), transportasi dan teknik pemulihan jaringan.
Tantangan interkoneksi yang efisien di antara elemen-elemen jaringan heterogen berskala
besar diangkat sebagai masalah ilmiah utama dari tren IoT. Platform tambahan
diperlukan untuk mencukupi persyaratan paradigma komunikasi baru yang akan datang
dari skenario komunikasi IoT yang digerakkan oleh peristiwa. Desain jaringan
sebelumnya (mis., IP Multimedia Subsystem (IMS)) dibangun untuk berorientasi
koneksi, cocok untuk mendukung komunikasi Manusia-ke-Manusia (tanjakan) dan
Manusia-ke-Mesin (H2M). Namun, M2M menganggap komunikasi independen antara
sejumlah besar perangkat, sensor, dan aktuator - dan platform layanan, yang pada
gilirannya menganggap transmisi data dalam jumlah besar dari tipe dan ukuran heterogen
melalui jaringan. Misalnya beberapa perangkat M2M akan memiliki sumber daya
pemrosesan, memori, dan transceiver yang terbatas. Dan mereka akan ditempatkan di
lokasi yang kurang mudah diakses atau kritis.
21
3. Lapisan Pemberdayaan Layanan: Tujuan lapisan ini adalah untuk meningkatkan kerja
sama antara penyedia layanan dan konsumen, dengan menyediakan integrasi layanan dan
orkestrasi antara beberapa domain aplikasi. Dalam lingkungan sistem cerdas yang
dinamis, layanan harus disediakan saat menjadi sasaran ketidakpastian objek entitas
interaktif dan keacakan interaksi dengan lingkungan. Akibatnya, teori pemodelan
perangkat lunak baru, mekanisme dan metode perlu diatasi, untuk memperhitungkan
kendala platform runtime yang memenuhi persyaratan perubahan dalam lingkungan
tersebut. Menggunakan teknologi dan protokol interaksi agnostik dapat secara signifikan
mengurangi biaya dan waktu integrasi layanan. Akibatnya, prinsip-prinsip Desain
Berorientasi Layanan (SOA) dapat sepenuhnya digunakan dalam lapisan ini.
4. Lapisan aplikasi: Ini menyediakan layanan konten yang kompleks untuk berbagai
pengguna. Teknologi Web yang terbuka dan fleksibel telah memfasilitasi pengembangan
aplikasi inovatif di Internet di mana pengguna akhir menjadi produsen dan konsumen
konten dan layanan. Kami berasumsi bahwa teknologi ini bersama dengan kemungkinan
yang disediakan oleh sensor dan aktuator yang ditanamkan, komputasi awan [10] dan Big
data akan membuka jalan ke set aplikasi Smarter yang sama sekali baru.

Gambar. 3.2 The Smart City Four Layer Architecture

22
 Analisis Sistem Smart City Dari Aspek Finansial
Sebagian besar proyek Smart City memiliki karakteristik yang menantang pendekatan
konvensional untuk keuangan, investasi, dan pengadaan :
 Inovasi berarti risiko yang lebih tinggi
Sebagian besar solusi smart city didasarkan pada teknologi inovatif atau inovatif
komponen. Seringkali bukan teknologi itu sendiri yang penting, tetapi integrasi sejumlah
berbagai teknologi bekerja bersama dalam sistem yang dapat dioperasikan yang
memanfaatkan konektivitas dan Internet of Things (IoT) yang menjadi fokus Smart City .
Teknologi pintar seperti sensor, stasiun pengisian daya, jaringan listrik, meter dan
penerangan jalan (dan daftar berjalan) semuanya memiliki fungsi melampaui penggunaan
konvensional mereka saat mereka menjadi terintegrasi dengan teknologi lain untuk
membuat system lebih efisien dan cerdas. Inovasi seringkali bukan teknologi itu sendiri
tetapi integrasi beberapa teknologi berbeda (mis. sensor, ponsel pintar, mobil, stasiun
pengisian daya, jaringan listrik, smart meter, tiang lampu, dll.) dalam sistem yang dapat
dioperasikan menggunakan konektivitas dan IoT. Apakah itu teknologi baru atau rasi
bintang baru dari teknologi yang terbukti, solusi perkotaan pintar dari perspektif investor,
dipandang sebagai inovasi dan karena itu sebagai risiko. Untuk masyarakat potensial dan
investor swasta ada peningkatan risiko yang terkait dengan inovasi pembiayaan dan
perkotaan berbasis TIK infrastruktur; pengembalian tidak pasti, output sering merupakan
aset tidak berwujud, pendukungnya terbatas informasi pasar, dan sebagainya (lihat Bravo-
Biosca 2014). Pengembalian yang tidak pasti khususnya berisiko tinggi untuk investor
karena itu berarti bahwa harga akan dinaikkan karena hasil dari proyek tidak dapat
diprediksi. Proyek cerdas cenderung padat modal - setidaknya pada awalnya - karena ada
kebutuhan uji coba solusi pada skala yang cukup besar untuk menghasilkan hasil yang
diperlukan. Akibatnya, ada sejumlah faktor risiko yang harus dinilai investor ketika
berinvestasi di proyek cerdas. Risiko lebih tinggi juga dikaitkan dengan harga yang lebih
tinggi. Ini membutuhkan pengembalian yang lebih tinggi untuk mengamankan investasi.
Ini berarti bahwa modal swasta akan tertarik pada investasi Smart City hanya ketika ada
adalah peluang bagus untuk menghasilkan margin pengembalian tinggi (mis. 35% dalam
waktu 10 tahun atau lebih) atau ketika Proyek smart city hadir dengan pendekatan yang
kredibel atau terbukti untuk mengurangi risiko dan aman terhadap kerugian.
 Kompleksitas tinggi berarti biaya transaksi tinggi

23
Titik penjualan unik (USP) dari solusi perkotaan pintar adalah sifat yang saling terkait dan
terhubung sistem. Ini bukan tentang teknologi tunggal, melainkan serangkaian teknologi
yang bersama-sama menawarkan fungsi dan interaksi dengan pengguna / operator. Solusi
urban pintar adalah sistem sosio-teknis yang berinteraksi dengan cara yang cerdas untuk
memberikan manfaat ke jaringan penerima manfaat. Semakin banyak pelaku dalam suatu
transaksi, semakin tinggi biaya untuk mengatur dan mengatur transaksi. Artinya, semakin
banyak interaksi antara objek (mis. Sensor, panel PV, lampu jalan dll.), semakin tinggi
biaya untuk kalibrasi, pengujian, dan operasi / pemeliharaan. Proyek Smart City
membutuhkan organisasi dan tata kelola yang cerdas. Stakeholder dapat mencakup
penyedia produk yang berbeda, operator jaringan TI, pemilik infrastruktur dan bangunan,
mitra kota, pelanggan dan warga negara, dan investor. Proyek Smart City hanya akan
berhasil dalam jangka panjang jika masing-masing actor memahami manfaat yang
diberikan oleh solusi cerdas. Menegosiasikan perjanjian pemangku kepentingan yang
memberikan hubungan positif biaya-manfaat untuk semua pemangku kepentingan adalah
tugas yang sulit dan menghabiskan waktu dan sumber daya. Ini meningkatkan biaya
transaksi proyek Smart City selama pengembangan dan juga selama operasi. Kasus bisnis
yang mampu menghitung berbagai jenis pengembalian investasi untuk para pemangku
kepentingan yang terlibat sangat penting.
 Prioritas konteks lokal berarti pasar yang terfragmentasi
Solusi dan teknologi Smart City perlu beradaptasi dengan keadaan setempat. Ini banyak;
geografi, infrastruktur yang ada, ukuran kabupaten, dan jumlah pengguna, peraturan
nasional atau local dll. Ini menempatkan biaya yang lebih tinggi pada penyedia solusi
karena standardisasi hanya mungkin dilakukan secara modular cara - solusi smart city
terstandarisasi penuh yang berfungsi seperti "produk di luar rak" dan dapat dijual ke
beragam kota hampir tidak mungkin ditemukan. Selain itu, pengadaan dan pengembangan
proyek tunduk pada siklus politik lokal, sehingga menyulitkan untuk menyelaraskan
investasi dengan solusi dan produk. Kota juga mungkin ingin mendukung lokal mereka
ekosistem inovasi, misalnya melalui pengadaan inovasi dan keterlibatan local UKM.
Semua ini mengarah ke pasar yang terfragmentasi di mana efek skala langka dan solusi
tetap mahal. Mereka adalah alasan mengapa pasar Smart City sangat didorong oleh
inovasi tetapi belum terlalu menarik kepada investor.
Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan dan instrumen baru untuk membiayai dan pengadaan
barang pintar solusi diperlukan:

24
 Campuran kendaraan keuangan Smart City dapat membantu berbagi risiko dan
pengembalian untuk meningkatkan signifikan pendanaan swasta dengan mengambil
jaminan kerugian pertama dan menciptakan laba tinggi rendah hingga menengah
investasi.
 Model biaya-manfaat holistik membantu menghitung dan menangkap pengembalian yang
kompleks dan didistribusikan pada investasi Smart City . Melalui ini, otoritas publik
dapat menghitung dengan lebih baik manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan dari
investasi mereka dan bersedia untuk memberi menjamin dan menjadi investor inti dalam
kemitraan swasta publik.
 Standarisasi solusi - interoperabilitas produk yang terhubung dan antarmuka-TI secara
drastis mengurangi biaya transaksi untuk investasi menjadi solusi cerdas.
Dikombinasikan dengan yang baru platform pasar berbasis solusi seperti BABLE 1,
transparansi yang lebih tinggi dari Smart City UE pasar dapat dicapai dan fragmentasi
pasar akan berkurang.
 Diperlukan tata kelola yang lebih baik untuk investasi Smart City - model kontrak baru,
perjanjian kerja sama, dan kontrak kerangka kerja yang menstandarisasi berbasis
konsorsium atau pendekatan berbasis ekosistem untuk memberikan dan mengoperasikan
solusi perkotaan pintar. Ini memiliki berpotensi untuk mengurangi kompleksitas dan
meningkatkan keamanan untuk investasi bagi semua pemangku kepentingan. Kendaraan
investasi baru seperti obligasi Smart City atau dana Smart City dapat mengumpulkan
investasi dari berbagai sumber publik dan pribadi. Ini dapat membantu memastikan
sosial, ekonomi, keuangan dan laba atas investasi lingkungan sesuai dengan skema
pemantauan mereka.
 Pengadaan inovasi dan penerapan instrumen pengadaan alternatif membantu kota
berinvestasi dalam pemecahan masalah, alih-alih teknologi yang telah dijelaskan
sebelumnya yang mungkin tidak tercapai nilai terbaik untuk uang.
 Terakhir, sistem pembelian yang dinamis memungkinkan kota-kota untuk bergabung
dalam pengadaan barang pintar solusi, memberi mereka daya tarik yang lebih besar di
pasar.
Model Keuangan, instrumen dan mekanisme kolaborasi
Kunci untuk mendanai proyek Smart City yang kompleks terletak pada pencampuran ini adalah
model pendanaan yang menggabungkan berbagai sumber pendanaan dalam struktur modal yang
fleksibel untuk menarik modal swasta lebih lanjut. Keuangan campuran digunakan untuk
mendiversifikasi risiko investasi serta mengurangi ketergantungan investasi pada satu sumber

25
modal (sebagian besar anggaran kota). Memadukan dana dari berbagai sumber modal, mis.
hibah, nasional dana, Dana Pembangunan Regional Eropa (ERDF), serta modal swasta dapat
meningkatkan dampaknya anggaran kota dan meningkatkan pembagian risiko. Model ini banyak
digunakan di kota-kota seperti Manchester dan Eindhoven. Ada berbagai opsi pencampuran:
hibah, ekuitas junior, utang fleksibel, jaminan seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

Tabel 3.1 Blended Finance

Alasan utama untuk memadukan pendanaan adalah untuk meningkatkan dan meningkatkan
investasi swasta. Keuntungan-keuntungan termasuk:
1. Alokasi risiko antara keuangan publik dan swasta
2. Perluasan selera risiko investor
3. Kombinasi proyek untuk menghasilkan uang institusional internasional
4. Kerumunan dalam keuangan lokal, meningkatkan simpanan lokal
5. Penyederhanaan persiapan proyek – homogenisasi

Ada spektrum yang berkembang dari 5 kategori opsi pembiayaan untuk proyek Smart City :
1. Opsi Keuangan Berbasis Pemerintah
Contoh: Obligasi Hijau, Obligasi Dampak Sosial, Pinjaman Efisiensi Energi
Mempertahankan dana modal memisahkan dana dari dana operasionalnya. Dana modal
digunakan untuk membayar kembali pembiayaan investasi jangka panjang dengan umur
selama bertahun-tahun. Di bawah model keuangan publik, pemerintah mengeluarkan
instrumen utang dengan perjanjian untuk membayar kembali hutang, biasanya sepanjang
umur barang yang dibiayai pada tingkat bunga yang disepakati. Alat yang paling umum
digunakan untuk membayar biaya modal semacam ini dikeluarkan oleh pemerintah obligasi.
2. Tindakan Pengembangan

26
Contoh: Biaya Ketuk, Biaya Tautan, Biaya Dampak
Alat pembiayaan berbasis pemerintah adalah yang paling umum digunakan untuk pendanaan
yang tidak terbukti teknologi pintar dengan risiko tinggi. Seperangkat alat pembiayaan
lainnya, pengecualian pengembangan, menyoroti kekuatan peraturan pemerintah untuk
memaksa pengembang membayar layanan infrastruktur yang akan diakses perkembangannya.
3. Kemitraan Pemerintah-Swasta
Contoh: PPP Tradisional, Bayar untuk Kinerja, Sekuritisasi, dan Keuangan Terstruktur.
 PPP yang paling umum di Smart City adalah Energy Service Contracts (ESCOs) 3. Sini
otoritas publik mengontrak perusahaan jasa untuk berinvestasi, menginstal, dan
mengoperasikan yang efisien solusi smart city – menawarkan penghematan biaya yang
lebih besar daripada infrastruktur yang ada. Jangka panjang kontrak memastikan bahwa
investor memanfaatkan laba atas investasi (ROI) dan penawaran penghematan jangka
panjang kota.
 Bayar untuk kinerja berarti bahwa investor ke dalam teknologi tertentu mulai
menghasilkan pengembalian investasi itu setelah teknologi memberikan keuangan dan
operasihasil kinerja.
 Semakin banyak, investor publik dan swasta, mengurangi risiko mereka dengan
menggunakan pembiayaan instrumen yang mengamankan investasi mereka dan
mengurangi risiko mereka. Ini dapat dilakukan melalui instrumen kunci yang disebut
sekuritisasi melalui pembiayaan terstruktur. Keuangan terstruktur adalah transaksi
keuangan yang kompleks oleh entitas dengan kebutuhan pembiayaan yang tidak sesuai
dengan tradisional struktur pinjaman. Sekuritisasi adalah penyatuan berbagai aset yang
menghasilkan pendapatan dan penjualan mereka lepas melalui saham untuk berinvestasi.
Ini berarti bahwa investasi serupa dapat dikemas bersama-sama menjadi portofolio yang
lebih besar untuk menghasilkan pendapatan langsung dari pendapatan jangka panjang
stream serta diversifikasi risiko. Untuk investasi Smart City ini berarti risiko teknologi
inovatif dapat dimitigasi (diencerkan) dengan mengemasnya dengan konvensional
investasi.
4. Mekanisme untuk Meningkatkan Sektor Swasta
Contoh: Dana Cadangan Rugi Pinjaman (LRF), Jaminan Pinjaman, Pembiayaan Tagihan,
Pool Bond
 Pembiayaan, Pengambilan Nilai, Pendanaan Penambahan Pajak Dana cadangan Pinjaman
Rugi adalah dana yang ditujukan untuk perkuatan rumah yang menyediakan pasar di
bawah ini suku bunga pinjaman.

27
 Jaminan pinjaman menggunakan instrumen pembagian risiko khusus (RSI) untuk
memudahkan akses ke pembiayaan bagi UKM dan meningkatkan daya saing. Dana
Investasi Eropa (diatur oleh EIB dan BPCE Group in France) adalah upaya kolaboratif
untuk menyediakan dana bagi daerah berkembang.
 Pool Bond Financing menyarankan pembentukan badan hukum, yang dimiliki oleh
swasta dan aktor publik (Bank Pembangunan, Asosiasi Kota dan Komunitas
Kementerian, dll.) Ini entitas dapat meminjam dana dengan tingkat bunga yang lebih
rendah dan meminjamkan kepada bank lokal untuk mendistribusikan dana kepada proyek
tertentu.
 Value Capture - pungutan yang lebih baik adalah bentuk pajak atau biaya yang dipungut
atas tanah yang telah masuk nilai karena investasi infrastruktur publik. Ini dianggap
sebagai bentuk penangkapan nilai paling langsung. Sementara dampak biaya dan
Pengecualian pengembang bekerja dari sisi biaya anggaran, pungutan yang lebih baik
mencoba untuk menangkap bagian investasi infrastruktur yang sudah dikeluarkan oleh
pemerintah.
5. Alternatif Pendanaan Baru
Contoh: Crowdsourcing, Pinjaman Mikro, Modal Ventura, pendanaan filantropis
 Sebagian besar pengembangan dan uji coba solusi Smart City telah didorong oleh startup
dan UKM. Pendekatan berbasis cloud untuk mendanai start-up dan UKM melalui
platform crowdsourcing seperti Kick-starter, investasi modal ventura, atau pembiayaan
ekuitas telah dimainkan peran besar dalam mendorong pasar Smart City di Eropa selama
beberapa tahun terakhir. Ini model khas untuk pasar yang belum matang dan
terfragmentasi dan karena itu adalah taruhan di masa depan Pentingnya akan berkurang
ketika fragmentasi pasar berkurang.

Skema pendanaan alternatif lainnya, mis. investasi warga negara, koperasi berbasis IT dana
pengembangan dll., menawarkan alternatif yang lebih tahan masa depan untuk investasi lokal.
Warga, dermawan dan perusahaan lokal secara langsung mendapat manfaat dari investasi Smart
City setempat, tidak hanya secara finansial tetapi juga dengan cara lain. Ini membuat mereka
mitra investasi yang sempurna untuk local dana Smart City atau investasi koperasi.

 Analisis Sistem Smart City Dari Aspek Manajemen


Tantangan proyek Smart City meliputi tantangan proyek klasik dan tantangan spesifik lainnya
yang muncul dari kompleksitas dan sifat inovatif proyek Smart City . Tantangan-tantangan ini

28
menginspirasi para mitra, manajer dan pemimpin kota untuk datang dengan solusi inovatif.
Tantangan yang mungkin dihadapi manajer meliputi:
1. Tantangan teknologi
Proyek Smart City sangat bergantung pada teknologi. Namun, mengimplementasikan
infrastruktur digital merupakan tantangan karena kurangnya pengetahuan tentang sistem
TIK dan perangkat lunak yang kompatibel, masalah keamanan dan privasi di mana sistem
mungkin diretas atau terinfeksi oleh virus, dll., Tingginya biaya pemasangan,
pengoperasian dan pemeliharaan sistem TI dan biaya pelatihan dan perekrutan spesialis
TI.
2. Kendala keuangan
Proyek Smart City membutuhkan sumber daya keuangan yang signifikan untuk
mengadaptasi teknologi ke kota yang ada infrastruktur yang lebih mahal daripada
membangun Smart City baru. Tantangan utama adalah menemukan siapa yang dapat
mendanai proyek, memilih investasi yang tepat yang akan menciptakan efisiensi jangka
panjang, manfaat, dan pengembalian, kecenderungan untuk menghindari investasi besar
yang menghasilkan manfaat jangka panjang dan fokus pada jangka pendek, dan kebutuhan
untuk model bisnis, operasi dan keuangan yang inovatif untuk transisi dari proyek
percontohan ke proyek skala penuh.
3. Kurangnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dan pembatasan pemerintah
Proyek Smart City memerlukan kolaborasi antara organisasi swasta, lembaga publik,
LSM, warga negara, dll. Yang meningkatkan kompleksitas proyek ini. Tantangan utama
adalah komunikasi dan koordinasi yang buruk di antara para peserta ini, gaya
kepemimpinan, kurangnya kebijakan untuk data terbuka yang memungkinkan berbagi
lintas departemen dan organisasi, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dan
pemerintah kota, waktu yang diambil oleh organisasi yang terlibat dalam proyek untuk
membuat keputusan dan memecah silo yang menghambat keberhasilan proyek.
4. Tantangan manajerial dan organisasi
Salah satu tantangan proyek Smart City adalah ukuran dan ruang lingkupnya di mana dua
jenis proyek dapat didefinisikan; Proyek Greenfield yang besar, jangka panjang, dan
biasanya dimulai dari nol dan proyek Brownfield yang merupakan proyek berukuran lebih
kecil, jangka pendek dan cepat diimplementasikan biasanya dibangun di atas infrastruktur
yang ada dan lebih disukai oleh investor untuk menghasilkan pendapatan cepat. Tantangan
lain adalah gaya kepemimpinan dan keterampilan teknis dan sosial manajer. Demikian
pula dengan kurangnya pemahaman solusi yang mengarah pada keputusan yang buruk.

29
Juga, tidak adanya tim yang berpendidikan dan berkualifikasi yang dapat bekerja dalam
proyek-proyek yang rumit dan berteknologi tinggi ini, resistensi terhadap perubahan dan
pelatihan yang tidak memadai juga merupakan salah satu tantangan proyek kota pintar.
Selain itu, keragaman pemangku kepentingan terkait proyek menciptakan konflik tentang
siapa yang akan mengatur dan membiayai atau siapa yang akan menangkap nilai yang
diciptakan. Akhirnya, memiliki banyak tujuan yang tidak sejalan dengan visi proyek dapat
menjadi tantangan, juga, miskomunikasi tujuan proyek kepada masyarakat setempat.
5. Tantangan sosial
Proyek Smart City perlu melibatkan warga dan menciptakan pemahaman bersama tentang
tujuan, peluang, dan tantangan utama di antara semua peserta proyek kota pintar.
Tantangan utama terletak pada bagaimana memotivasi dan melibatkan warga dalam
proyek-proyek kota pintar, mengukur dan mengekspresikan nilai yang diciptakan oleh
proyek Smart City bagi warga negara, kesenjangan digital di kota dan mengubah perilaku
dan pemikiran warga menjadi apa yang disebut “pemikiran cerdas ”. Banyak faktor umum
yang diidentifikasi seperti TI yang memungkinkan transformasi ke Smart City , namun
faktor kunci lainnya harus dipertimbangkan seperti kebijakan dan elemen organisasi untuk
menjamin keberhasilan pelaksanaan proyek. Inisiatif (proyek) yang berhasil didefinisikan
sebagai "indikator yang dapat diamati melalui siklus hidup inisiatif: menarik dukungan
luas, memiliki tujuan yang jelas selaras dengan tujuan kebijakan dan masalah saat ini,
menghasilkan hasil dan dampak nyata dan ditiru atau ditingkatkan".
Inisiatif Smart City membutuhkan orang, lingkungan yang memungkinkan, manajemen dan
organisasi yang efektif untuk proses proyek. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
keberhasilan implementasi proyek meliputi:
a. Memiliki visi yang jelas tertanam dalam visi kota yang komprehensif, tujuan, sasaran dan
sistem pengukuran dasar dari awal inisiatif
b. Memiliki kepemimpinan yang kuat dan mendefinisikan struktur proyek dan metode
manajemen
c. Memiliki kasus bisnis yang baik dengan mempertimbangkan konteks lokal.
d. Memiliki kerangka realisasi manfaat yang dikembangkan oleh lembaga manajemen
proyek (PMI) bagi organisasi untuk mengidentifikasi manfaat dan menyelaraskannya
dengan strategi formal untuk memastikan bahwa manfaat proyek direalisasikan,
disampaikan selama pelaksanaan proyek dan berkelanjutan setelah proyek berakhir. Juga,
pemeriksaan di masa depan (mengembangkan metode meminimalkan efek kejutan dari
peristiwa di masa depan untuk mempertahankan nilai).

30
e. Memiliki mitra pemerintah daerah yang kuat sebagai mitra strategis dan pendiri bersama
dan membentuk kemitraan publik-swasta (PPP) di mana mitra swasta membantu dengan
keahlian, teknologi dan keuangan, keterlibatan warga negara dan pengguna akhir.
f. Manajemen pengetahuan yang sukses di mana data yang relevan diperlukan untuk
mengembangkan model bisnis.
g. Mengenai aspek manajerial dan operasional, kecepatan kerja, fleksibilitas pasar tenaga
kerja, ketersediaan tenaga kerja, produktivitas, manajemen konstruksi yang
dikembangkan, manajemen bencana dan pemodelan informasi bangunan (BIM).
h. Karena inovasi dan pembelajaran adalah aspek penting dari proyek Smart City , penting
untuk memiliki semangat inovatif, penelitian dan pengembangan, pikiran terbuka,
kemampuan untuk mengembangkan konten dan aplikasi.
i. Untuk fokus pada manusia daripada teknologi karena manusia adalah apa yang membuat
Smart City menjadi pintar.
j. Untuk fokus pada topik tertentu di mana mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kota
membantu dalam menciptakan strategi kota yang lebih kuat dan mirip dengan strategi
proyek.
k. Memiliki strategi cerdas di seluruh kota akan membuat proyek-proyek kecil berkontribusi
pada strategi Smart City umum.
l. Atur pekerjaan dan susun strategi proyek dengan menggunakan kerangka kerja strategi
Smart City untuk kota dan sesuaikan dengan proyek-proyeknya.
m. Satukan semua pemangku kepentingan dari pemerintah daerah, bisnis, dan lembaga
pengetahuan kepada warga di proyek Smart City .
n. Libatkan warga dalam proyek Smart City sejak awal pengembangan strategi dan dapatkan
dukungan dari para pemangku kepentingan karena itu akan mempengaruhi anggaran
proyek dan penerimaan selama implementasi. Sebuah “inisiatif Smart City yang berpusat
pada warga negara disarankan di mana warga negara dapat berpartisipasi,
mengembangkan solusi, dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
o. Pilih proyek Smart City berdasarkan program Smart City tingkat tinggi dan sesuai dengan
visi strategis yang efektif dan mengoordinasikan proyek Smart City secara efektif untuk
menghindari konflik antara proyek dengan penilaian berkelanjutan untuk portofolio
proyek.
p. Keterampilan dan keahlian tim penting untuk menyelesaikan masalah ukuran proyek dan
tantangan teknologi seperti kurangnya pemahaman tentang sistem baru yang saling
berhubungan.

31
q. Terapkan pelatihan yang sesuai.
r. Memiliki departemen hukum yang kuat untuk menghadapi tantangan hukum atau politik.
s. Komunikasi yang efektif dan rasa saling percaya dapat menyelesaikan konflik dan
penolakan terhadap perubahan.
t. Menganalisis proyek dan memperkirakan anggarannya untuk mendapatkan persetujuan
anggaran sebelum proyek dimulai. Manajer harus mengontrol sumber daya dan anggaran
proyek untuk memastikan pengembangan proyek yang berkelanjutan.
u. Karena proyek Smart City berbeda dari proyek tradisional lainnya, penting untuk
menggunakan pesan publik dan branding untuk strategi Smart City untuk mendukung dan
mengingatkan pemangku kepentingan dengan hasil dan manfaat dari proyek Smart City
Sub-dimensi penting lainnya untuk mempromosikan proyek Smart City adalah
membentuk tim khusus dan terampil yang diakui oleh semua lembaga di kota dan
mengawasi proses perencanaan, pengembangan dan manajemen serta pengukuran kinerja
dalam proyek Smart City .
v. Bertukar pengetahuan dan belajar dari pengalaman proyek lain selain penelitian dan
pengembangan.
w. Kembangkan indikator kinerja utama (KPI) untuk mengukur kinerja dengan cara yang
bermakna dan dapat dipahami oleh warga dan bisnis di kota.
x. Mengintegrasikan implementasi TIK dalam organisasi dengan strategi kota pintar dan
melibatkan semua pemangku kepentingan yang relevan dalam pengembangan strategi.
y. Tinjauan praktik dan peningkatan proses bisnis.
z. Sangat penting untuk merumuskan prinsip perencanaan kota pintar dan pengembangan
untuk digunakan oleh organisasi kota. Namun, budaya organisasi lokal dari setiap kota
dan bagaimana budaya ini mendukung atau menolak layanan inovatif harus
dipertimbangkan oleh manajer dan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, berbagai strategi
tersedia untuk inovasi kota pintar. Pertama, Arsitektur Perusahaan yang membantu
organisasi untuk merancang sistem dan mengembangkan cara untuk mencapai tujuan
masa depan mereka secara efektif dan mengubah birokrasi tradisional dengan infrastruktur
TI yang mendukung proses bisnis. Kedua, manajemen lintas organisasi yang tepat untuk
memungkinkan pertukaran informasi dan pengetahuan di dalam atau di berbagai
organisasi dan pemerintah yang penting untuk inovasi kota pintar. Ketiga, peran
kepemimpinan yang dalam konteks ini meluas ke memimpin tidak hanya tim atau
perusahaan tunggal tetapi jaringan organisasi. Peran kepemimpinan ini sangat penting
dalam keberhasilan inovasi dan implementasi inisiatif kota pintar di mana tata

32
pemerintahan terpusat direkomendasikan pada tahap awal pengembangan kota pintar dan
desentralisasi selama tahap pertumbuhan.
aa. Mengembangkan model kepemimpinan, mekanisme manajemen risiko dan manajemen
inovasi. Juga, merumuskan kebijakan organisasi yang jelas yang mendukung kerja lintas-
departemen / organisasi dan kebijakan data terbuka untuk memastikan keberhasilan
proyek kota pintar. melibatkan semua pemangku kepentingan yang relevan di dalamnya.

 Analisis Sistem Smart City Dari Aspek Engineering


Kategori Smart City menurut para ahli dari berbagai bidang ilmu :
Washburn merujuk tujuh komponen infrastruktur penting dan layanan yang dapat diartikan
sebagai domain aplikasi:
(1) administrasi kota,
(2) pendidikan,
(3) kesehatan,
(4) keselamatan publik,
(5) real estat,
(6) transportasi dan;
(7) utilitas.
Giffinger dan Gudrun mendefinisikan kecerdasan Smart City dengan enam karakteristik, di mana
kota harus berkinerja baik, yang dapat dianggap sebagai domain aplikasi kota pintar umum:
(1) ekonomi pintar,
(2) orang pintar,
(3) tata kelola yang cerdas,
(4) mobilitas pintar,
(5) lingkungan cerdas dan;
(6) hidup pintar.
Secara berlapis, Harrison dan Donnelly membagi berbagai subdomain menjadi lima kategori:
(1) sistem sosial,
(2) layanan,
(3) sumber daya,
(4) infrastruktur dan;
(5) lingkungan alam.
Neirotti membuat taksonomi domain yang dibagi menjadi dua kategori besar:
(1) domain keras dan;

33
(2) domain lunak.
Dalam domain keras, peningkatan keberlanjutan diberikan oleh penyebaran sistem TIK
(manajemen sumber daya alam, keamanan publik dan sebagainya), sedangkan dalam domain
lunak sistem TIK memiliki peran terbatas dan pengguna bebas untuk menggunakannya
(pendidikan , e-government dan sebagainya).
Liu dan Peng mengklasifikasikan penerapan SC ke dalam tiga area:
(1) pengayaan kehidupan (rumah, komunitas, layanan kesehatan dan pendidikan),
(2) administrasi dan layanan publik (pengawasan keamanan publik, pengawasan keamanan
pangan, lalu lintas yang cerdas dan perlindungan lingkungan) dan
(3) pengelolaan sumber daya berskala luas (air, listrik dan pertanian). Pendekatan mereka
mengacu pada definisi mereka tentang Kota Pintar: yang memperkaya kehidupan warga dan
meningkatkan manajemen perkotaan dan industri sambil melindungi lingkungan.
Yin berdasarkan definisi SC mereka, membuat empat cabang besar di mana mereka membagi
taksonomi yang digunakan dalam literatur:
(1) kategori yang terkait dengan bisnis,
(2) kategori yang berhubungan dengan warga negara,
(3) kategori yang berhubungan dengan lingkungan dan;
(4) kategori yang berhubungan dengan pemerintah.
Lombardi, setelah tinjauan literatur, mengumpulkan 60 indikator dari dua kelompok fokus dengan
para ahli. Ini dibagi antara lima kluster:
(1) tata kelola yang cerdas,
(2) ekonomi cerdas,
(3) indikator modal manusia yang cerdas,
(4) kehidupan yang cerdas dan;
(5) lingkungan yang cerdas.
Albino mengadaptasi taksonomi kemudian dan menghubungkan setiap kluster dengan aspek
kehidupan perkotaan:
(1) ekonomi cerdas dengan industri,
(2) orang pintar dengan pendidikan,
(3) pemerintahan yang cerdas dengan e-demokrasi,
(4) pintar mobilitas dengan logistik dan infrastruktur,
(5) lingkungan cerdas dengan efisiensi dan keberlanjutan dan
(6) kehidupan cerdas dengan efisiensi dan keberlanjutan.
Gharaibeh menyajikan taksonomi berdasarkan tinjauan pustaka mereka termasuk

34
(1) pencahayaan pintar,
(2) manajemen lalu lintas cerdas,
(3) smart grid,
(4) smart darurat dan
(5) kesehatan pintar.
Tekanan besar terhadap manajemen kota yang efisien telah memicu berbagai inisiatif Smart City
oleh pemerintah dan bisnis sektor swasta untuk berinvestasi dalam solusi berkelanjutan untuk
masalah yang berkembang. Internet of Things (IoT) juga telah mendapatkan perhatian yang
signifikan atas Internet dekade terakhir. IoT membayangkan untuk menghubungkan miliaran
sensor ke Internet dan mengharapkan untuk menggunakannya secara efisien dan efektif
manajemen sumber daya di Smart City. Infrastruktur, platform, dan aplikasi perangkat lunak saat
ini ditawarkan sebagai layanan menggunakan teknologi cloud. Tujuannya adalah untuk
menyelidiki konsep penginderaan sebagai model layanan dalam teknologi, ekonomi, dan social
perspektif dan mengidentifikasi tantangan dan masalah terbuka utama lainnya.

Gambar 3.3 Hubungan antara teknologi dan model lainnya, SC dan IOT

Chourabi et al.72 memisahkan tantangan menjadi delapan kategori, memberikan tantangan di


dalamnya masing-masing dan beberapa strategi terpisah untuk mengatasinya:
 Tantangan manajerial dan organisasi: termasuk ukuran proyek; sikap dan perilaku
manajer; keragaman pengguna atau organisasi; kurangnya keselarasan antara tujuan dan
proyek organisasi; beberapa tujuan yang saling bertentangan; bertahan untuk tidak
berubah; dan wilayah dan konflik.
 Tantangan teknologi: termasuk keterampilan TI (kurangnya karyawan dengan
keterampilan integrasi) dan tantangan terkait organisasi (kurangnya kerjasama lintas-

35
sektoral dan koordinasi antar-departemen, visi yang tidak jelas tentang manajemen TI,
masalah politik dan budaya).
 Pemerintah: termasuk kolaborasi; kepemimpinan dan juara; partisipasi dan kemitraan;
komunikasi; pertukaran data; integrasi layanan dan aplikasi; akuntabilitas; dan
transparansi.
 Konteks kebijakan: termasuk tantangan yang terkait dengan integrasi TIK dengan
komponen politik dan kelembagaan, karena masing-masing memiliki agenda sendiri.
 Orang dan komunitas: termasuk pembagian digital; penjaga gerbang informasi dan
komunitas; partisipasi dan kemitraan; komunikasi; pendidikan; kualitas hidup; dan
aksesibilitas.
 Ekonomi: termasuk faktor-faktor seputar daya saing ekonomi seperti inovasi,
kewirausahaan, produktivitas, dan sebagainya.
 Infrastruktur yang dibangun: termasuk infrastruktur TI (pembatasan sistem internal;
kurangnya pengetahuan tentang interoperabilitas; ketersediaan dan kompatibilitas sistem
dan aplikasi perangkat lunak); keamanan dan privasi (ancaman dari virus, worm dan
Trojan; privasi dan data pribadi); dan biaya operasional (biaya tinggi TI, profesional dan
konsultan TI; biaya pemasangan dan pemeliharaan).
 Lingkungan alami: termasuk semua tantangan yang terkait dengan keberlanjutan
pengenalan TIK.
Selain itu, pengenalan TIK datang dari segi domain, yaitu, diterapkan untuk domain tertentu
(layanan kesehatan, transportasi, pendidikan, dan sebagainya). Berdasarkan taksonomi literatur,
beberapa aplikasi dapat ditugaskan ke beberapa domain, yang akan menarik untuk dihindari.
Solusi yang kami usulkan di sini adalah membangun hierarki domain untuk menghindari masalah.
Domain atom adalah domain yang terkait dengan warga (antara lain hiburan, pariwisata atau
layanan kesehatan), domain terkait sumber daya alam (pengelolaan air dan limbah, pengelolaan
limbah makanan, smart grid, energi terbarukan dan sebagainya) dan infrastruktur (bangunan,
perumahan , ruang publik dan sebagainya). Ini tergantung pada pemerintah kota, yang mengelola
mereka. Kami berpendapat bahwa domain ini harus dipertimbangkan dari sudut pandang
keberlanjutan dan perlindungan serta promosi lingkungan. Dalam sebagian besar taksonomi yang
diusulkan dalam literatur, perlindungan dan kelestarian lingkungan dianggap sebagai kategori
spesifik. Namun, domain lain juga mempertimbangkan langkah-langkah lingkungan akun, yang
menciptakan masalah beberapa kemungkinan penugasan subdomain ke berbagai kategori.
Meskipun demikian, jika keberlanjutan dan perlindungan lingkungan dianggap sebagai
persyaratan dan bukan domain, masalah penugasan berganda tidak lagi menjadi tantangan.

36
Selanjutnya, semua tantangan yang muncul dalam literatur harus dipesan berdasarkan prioritas;
pekerjaan di masa depan harus mencakup cara menangani tugas ini dan memberikan panduan
untuk pergi dari kota dasar yang mencakup kebutuhan dasar dan layanan ke komite sekolah.

Gambar 3.4 Government Managed

Untuk mengatasi tantangan ini, ada berbagai solusi potensial yang dapat digunakan untuk
membakukan arsitektur. Pertama, pembentukan komite untuk mengatur praktik terbaik untuk
menerapkan struktur teknis dasar di setiap kota dan menyediakan alat dasar untuk mengumpulkan
data dari berbagai perangkat IoT dan memanfaatkannya. Komite ini akan membuat konvensi
untuk menyatukan interoperabilitas komunikasi antara perangkat IoT, sensor, aktuator dan
sebagainya dengan lapisan penyimpanan seperti yang disajikan oleh Kafle et al.202 Kedua,
kesepakatan antara perusahaan perangkat keras yang berbeda untuk membuat sistem komunikasi
terpadu untuk menggabungkan proses ekstraksi dan penyimpanan data. Perjanjian ini akan sangat
penting untuk memastikan bahwa perangkat yang berbeda mampu mengirim informasi dan
menyimpannya dengan cara yang sama, menyediakan format representasi data yang terpadu.
Ketiga, definisi eksploitasi data, membuat keputusan tentang granularitas data yang dimungkinkan
untuk dikonsumsi berdasarkan peran yang berbeda, misalnya, pemerintah, perusahaan, dan
peneliti. Ini akan memastikan bahwa solusi pihak ketiga yang diusulkan akan secara eksklusif
menggunakan data yang telah mereka akses.
Mengenai bagaimana paradigma SC diterapkan saat ini, setelah menganalisis beberapa kota, kami
menganggap perlu memperhatikan bahwa sebagian besar kota belum dapat melangkah lebih jauh
daripada membuat portal data terbuka, menyediakan Wi-Fi gratis dan beberapa aplikasi
smartphone untuk menerima umpan balik dari warga. Dengan demikian, sangat sedikit kota yang
dapat menggunakan data mereka sendiri untuk menawarkan utilitas baru ke kota dan warganya
dengan cara mereka sendiri atau melalui perusahaan swasta. Oleh karena itu, kami percaya bahwa
SC harus berhasil menggunakan semua data yang dikumpulkan untuk menawarkan layanan

37
inovatif kepada warga mereka. Ini dapat dipromosikan baik menggunakan investasi publik atau
mendorong perusahaan swasta melalui insentif untuk menggunakan data atau infrastruktur yang
tersedia untuk publik untuk menciptakan utilitas kota pintar.
Selain itu, kami juga percaya bahwa sangat penting bagi kota untuk menentukan peta jalan SC di
mana langkah-langkah masa depan yang harus diambil kota direncanakan dan dirancang dengan
jelas. Ada beberapa kota yang telah melakukan beberapa inisiatif menarik yang tidak terkait satu
sama lain dan tanpa perencanaan jangka panjang. Namun, pendekatan ini tidak memungkinkan
pemeliharaan inisiatif dalam jangka panjang dan mencegah kolaborasi antara berbagai kelompok
yang mengerjakannya.
Oleh karena itu, salah satu kesimpulan utama yang ditarik adalah bahwa kota-kota yang ingin
menjadi SC harus merancang peta jalan jangka panjang dan membuat departemen khusus yang
ditugaskan untuk mengoordinasikan tugas itu, seperti yang disebutkan sebelumnya di bagian ini
Penerapan teknik sipil dalam pembangunan infrastruktur Smart adalah fondasi untuk semua
elemen kunci lainnya di Smart City seperti properti Smart, ekonomi Cerdas, kehidupan Cerdas,
tata kelola Cerdas, dan lingkungan Cerdas. Prinsip yang mendasari di balik sebagian besar elemen
ini adalah bahwa mereka terkait dengan baik dan menghasilkan data, yang dapat digunakan untuk
memastikan penggunaan sumber daya yang optimal dan meningkatkan kinerja.
Ketika mencoba untuk memilih bagian-bagian yang saling menguntungkan dari semua interpretasi
yang dapat diakses, kota Smart adalah kota yang mengawasi dan memadukan kondisi semua
infrastruktur kritisnya, termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara,
pelabuhan, komunikasi, air, listrik , bahkan bangunan utama, dengan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), untuk mengoptimalkan sumber dayanya dengan lebih baik, merencanakan
kegiatan pemeliharaan preventifnya, dan memantau aspek keamanan sambil memaksimalkan
layanan kepada warganya. Peran teknik sipil dalam beberapa komponen utama infrastruktur Smart
City dibahas dalam artikel ini.
1. Transportasi yang Cerdas
Smart City adalah segala hal tentang konektivitas dan aksesibilitas serba. Penyimpanan dan
transfer data yang efisien oleh dan di antara jalan, kendaraan, jalan raya, jembatan, lampu lalu
lintas dan bahkan bangunan yang relevan mampu membantu masyarakat serta manajemen
transportasi komersial, sistem informasi rute, kontrol dan keselamatan kendaraan, dan lalu
lintas kemacetan. Meskipun sistem transportasi Intelligent telah ada untuk sementara waktu,
solusi generasi terbaru hadir dengan fitur-fitur seperti prediksi lalu lintas, analisis dan
dukungan keputusan, informasi perjalanan, layanan konsultasi, pengumpulan tiket dan tarif
yang mampu meningkatkan sistem saat ini secara keseluruhan tingkat baru. Banyak sensor

38
yang perlu ditanamkan ke jalan raya, gedung, jembatan, pos dan rambu yang baru dan sudah
ada yang secara terus menerus mengumpulkan data dari kendaraan yang melintas. Semua jenis
kendaraan yang berbeda di jalan harus dapat berinteraksi satu sama lain dan infrastruktur tanpa
gangguan. Perencana kota, oleh karena itu, diminta untuk bekerja lebih keras dan bekerja
dengan insinyur Sipil untuk meningkatkan infrastruktur perkotaan mereka untuk
menggabungkan sensor dan perangkat IOT
2. Bangunan Cerdas
Di kota yang cerdas, insinyur Sipil harus merencanakan pembangunan gedung dengan
mempertimbangkan instalasi sistem manajemen gedung cerdas. Dengan munculnya IoT dan
AI, mekanisme kerja untuk sistem pencahayaan, sistem perlindungan kebakaran, sistem
keamanan, CCTV, HVAC telah mengalami perombakan total. Hari ini, sensor gerak dapat
merasakan ketika suatu daerah kosong atau ditempati dan mematikan atau menyalakan lampu
dan menurunkan suhu; kru dapat dipantau menggunakan RFID pasif saat mereka check in;
Jaringan IP memungkinkan pengguna menyesuaikan pengaturan HVAC bangunan di atas
ponsel cerdas atau tablet mereka sehingga suhu yang diinginkan tercapai pada saat mereka tiba.
Teknologi penting lainnya adalah adopsi sensor beton pintar. Sensor-sensor ini tertanam di
dalam beton pada saat penempatan dan mampu menyampaikan informasi yang diperlukan
seperti kesehatan beton, suhu dll. Yang pada akhirnya membantu dengan peningkatan
keberlanjutan dan umur infrastruktur - manfaat besar bagi insinyur Sipil.
3. Sistem Air dan Irigasi Cerdas
IoT telah merevolusi sistem irigasi dan air konvensional juga. Sekarang, sistem ini
menggunakan teknologi digital untuk membantu menghemat air, mengurangi biaya dan
meningkatkan keandalan dan transparansi distribusi air. Jaringan pipa fisik tertanam dengan
sensor yang membantu menganalisis aliran dan data tekanan yang tersedia untuk menentukan
penyimpangan (seperti kebocoran) secara real time untuk mengelola aliran air. Informasi waktu
nyata dapat diberikan kepada pelanggan untuk membantu menghemat air yang mengarah ke
tagihan air yang lebih rendah. Di bidang irigasi, sistem irigasi otomatis diatur untuk
menggantikan sistem irigasi tradisional. Sekali lagi, konjungsi IOT dan sensor digunakan untuk
mengendalikan mekanisme switching dasar motor dengan merasakan kelembaban yang ada di
tanah. Selain itu, sistem irigasi otomatis memungkinkan untuk mengidentifikasi jumlah air
yang akan dikirim yang akan membantu menjaga tingkat kelembaban tanah dan memantau
tingkat tangki air yang menyimpan air yang akan membantu dalam sistem irigasi.

39
4. Manajemen Pembuangan Limbah Cerdas
Sistem pengelolaan air limbah yang cerdas diperlukan untuk mengelola aliran limbah melalui
volume rendah dan periode volume tinggi dan, kadang-kadang, pada saat curah hujan tinggi
yang membawa masuknya air yang deras, membuat jalan masuk ke saluran pembuangan.
Sistem sewerage yang pintar memungkinkan infrastruktur saluran pembuangan kota untuk
menyimpan luapan dalam tangki besar (pencegat) yang dibangun di berbagai bagian sistem.
Penambahan sensor pintar untuk mendeteksi dan memantau tingkat aliran memungkinkan
sistem saluran pembuangan pintar untuk mengelola gerbang dan katup yang mengarahkan air
limbah ke lokasi di mana ada ruang penyimpanan yang cukup. Sensor juga digunakan untuk
memantau saluran pembuangan untuk segala kelemahan atau kerusakan yang mungkin
memerlukan perhatian yang menyediakan waktu untuk memungkinkan penjadwalan perjalanan
dan rutinitas perawatan yang nyaman.

 Analisis Sistem Smart City Dari Aspek Produksi


Tantangan untuk perencanaan, pengembangan, dan pengoperasian kota mendorong pemikiran
baru dalam berbagai profesi. Para profesional lintas arsitektur, perencanaan kota, teknik,
konstruksi, teknologi informasi, sistem dan ilmu lingkungan, pengembangan properti, keuangan,
dan pemerintah kota memperoleh pemahaman yang lebih kuat dari para pemangku kepentingan
dan menerima wawasan tentang cara terbaik untuk melibatkan mereka. Model sistem yang
mampu melihat secara mendalam ke dalam bagaimana kota bekerja, bagaimana orang
menggunakan kota, bagaimana perasaan mereka tentangnya, di mana kota menghadapi masalah,
dan jenis perubahan apa yang dapat diterapkan dapat digunakan untuk pengembangan kota pintar.

Infrastruktur yang sama digunakan 24 jam sehari, tujuh hari seminggu oleh berbagai pemangku
kepentingan - warga negara, pekerja, mahasiswa, peneliti, investor atau pengusaha. Sebuah kota
dapat dipandang sebagai sistem pemangku kepentingan yang lebih luas dalam komunitas dan
organisasi komunitas, komunitas bisnis dan pengusaha, masyarakat dan penduduk lokal, otoritas
lokal dan pemerintahan lokal, organisasi sipil, komunitas akademik, dan lembaga pendidikan -
dengan kepentingan mereka yang saling bersaing. Solusi kota pintar harus memenuhi persyaratan
lokal dalam keadaan lokal dan dengan aktor lokal. Pemain karakteristik di kota pintar termasuk
kepemimpinan kota, IT dan perusahaan telekomunikasi, utilitas, layanan teknis kota, dan
penyedia layanan infrastruktur jaringan. Kepentingan masyarakat dapat diakui di banyak tingkat
kelembagaan: rumah tangga, lingkungan, kota, industri dan layanan, publik atau swasta. Menilai
sikap-sikap ini akan membantu mengatur tingkat minat dan pengaruh para pemangku kepentingan
dalam kaitannya dengan proyek yang diusulkan, memasukkan banyak pemangku kepentingan ke

40
dalam proses perencanaan kota pintar dan menyeimbangkan kepentingan. Diperlukan kemitraan
dan strategi kolaborasi serta taktik yang kuat di antara para pemangku kepentingan utama untuk
berbagi aset penelitian dan inovasi seperti alat TIK yang muncul, metodologi dan pengetahuan,
platform teknologi eksperimental, dan komunitas pengguna untuk eksperimen pada aplikasi
layanan elektronik dan teknologi internet masa depan.

Karena sistem informasi telah menjadi lazim di lingkungan perkotaan, mereka telah membentuk
peluang untuk menangkap informasi yang sebelumnya tidak dapat diakses. Gambar 1
memberikan gambaran umum tentang sistem kota dan aspek yang relevan. Tinjauan umum ini
diperlukan untuk memahami tautan yang ada. Sejumlah besar data yang menggambarkan apa
yang terjadi di kota tersedia dan dapat digunakan untuk membuat dan mengubah solusi cerdas
dalam bidang terkait aplikasi e-layanan.

Ada berbagai data dan informasi yang diperoleh dari manajemen kota dan pemangku kepentingan
lainnya seperti data publik tentang transportasi, konsumsi energi, kondisi air, data yang
dimasukkan pada sumber oleh pengirim dan berbagai informasi lainnya. Mengetahui data apa dan
sistem informasi apa yang dimiliki kota akan membantu memahami sistem kota. Tetapi
kenyataannya adalah bahwa “tidak ada yang memiliki gambaran keseluruhan yang komprehensif
tentang data dan sistem informasi kota mereka. Ada banyak data berbeda tentang kota: statistik,
publikasi, model simulasi, rekaman video, gambar, peta, informasi geografis, dan model 3D.
Viljanen merekapitulasi bahwa “bahkan City sendiri tidak memiliki gambaran lengkap tentang
semua sistem informasi yang dimilikinya dalam lusinan departemen dan perusahaan layanan
publik yang berbeda. Perluasan daya komputasi dan algoritma baru memungkinkan informasi ini
dianalisis dalam waktu dekat (real-time) untuk menyediakan basis untuk semua aplikasi yang
dikembangkan.

Gambar 3.5 Data, City Systems, and their relation to the sensing and control city subsystems

41
Aplikasi dan Layanan Kota Cerdas
Penyediaan informasi real-time tentang lingkungan perkotaan penting untuk menjalankan
berbagai aplikasi dan layanan bermanfaat. Gambaran singkat tentang berbagai area aplikasi kota
pintar direkap dalam Gambar 2. Jelas bahwa spektrum area aplikasi sangat luas. Misalnya,
informasi perjalanan waktu nyata sangat penting untuk aplikasi yang memungkinkan orang
merencanakan perjalanan dengan transportasi umum. Pengguna dapat memiliki informasi waktu
nyata tentang kapan bus atau kereta berikutnya datang. Contoh lain adalah aplikasi, yang
mengumpulkan dan mendistribusikan informasi waktu nyata tentang tempat parkir dapat diakses
sehingga pengemudi dapat segera menemukan ruang kosong. Akses ke data yang sesuai
merupakan peluang bagi pengembang untuk membuat aplikasi. Dengan cara ini para pemangku
kepentingan dapat mengakses layanan online yang luas, dengan portal untuk informasi dasar,
layanan warga, bisnis, dan pariwisata, semua berdasarkan pada infrastruktur umum. Kota pintar
menyebarkan layanan online di berbagai sektor kota.

Gambar 3.6 Areas of Smart City Applications

Tujuannya adalah untuk menyebarkan infrastruktur pemantauan dan menghasilkan jaringan


terdistribusi node sensor cerdas yang dapat mengukur banyak parameter untuk manajemen kota
yang lebih efisien. Kemajuan terbaru dalam jaringan sensor nirkabel telah ditentukan oleh
berbagai kemajuan teknologi yang mendasarinya, terutama kemajuan dalam teknologi sensor
MEMS (sistem mikro-elektro-mekanis), dan cara-cara inovatif untuk mengelola konsumsi daya.
Jaringan-jaringan ini yang bertanggung jawab untuk penginderaan serta untuk tahap pertama
pemrosesan mampu melakukan pemantauan fleksibel dan berbiaya rendah untuk berbagai
parameter dan fenomena lingkungan pada tingkat detail spasial dan temporal yang sangat halus.

42
Solusi kota pintar yang diusulkan untuk deteksi peristiwa berdasarkan Jaringan Sensor Nirkabel
akan menghasilkan pertumbuhan penting di arena ini. Jaringan sensor nirkabel (WSN) terdiri dari
sekelompok sensor otonom heterogen dan tersebar secara spasial yang ditempatkan dalam jumlah
besar baik di dalam fenomena atau sangat dekat dengannya. WSN dibangun dari sejumlah besar
"node" yang diorganisasikan ke dalam jaringan kooperatif, di mana setiap node terhubung ke satu
atau beberapa sensor. Gambar 3.6 memberikan gambaran skematis dari arsitektur tipikal sensor
node. Node sensor ini memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan mengolah data, setiap
node mampu merasakan, memproses, dan mengomunikasikan data secara langsung tentang
lingkungan terdekatnya ke node dan komputer terdekat lainnya.

Zheng at al memperhatikan bahwa ada karakteristik dan kendala unik untuk jaringan sensor:
deploymend node padat, node sensor bertenaga baterai, energi parah, komputasi, dan kendala
penyimpanan, konfigurasi sendiri, persyaratan desain khusus aplikasi, node sensor tidak dapat
diandalkan, perubahan topologi yang sering, perubahan topologi yang sering , pola lalu lintas
banyak-ke-banyak, redundansi data, dan tidak adanya skema pengalamatan global. Tujuan dari
jaringan ini adalah memantau dan merekam kondisi fisik atau lingkungan, seperti suhu, suara,
tekanan, dll., Dan untuk secara kooperatif melewatkan data terkait melalui jaringan ke lokasi
utama. Sama seperti Internet memungkinkan akses ke informasi digital di mana saja, jaringan
sensor akan menyediakan array besar interaksi real-time dan jauh dengan dunia fisik . Kecerdasan
terdistribusi dari sensor ke jaringan akan menjadi sama pentingnya dengan Internet - jaringan
sensor nirkabel memberikan peluang untuk pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan
mendukung penciptaan kota pintar.

Masing-masing dari beberapa hingga beberapa ratus atau bahkan ribuan node dalam jaringan
terdiri dari kemampuan pemrosesan yang diberikan oleh satu atau lebih mikrokontroler yang
dapat diprogram untuk mengendalikan perilaku simpul dan memproses data. Teknologi canggih
memungkinkan komputer format kecil, bertenaga baterai, dan sensor diaktifkan, yang mampu
melakukan fungsi simpul sensor, yang dapat dibangun dengan biaya rendah. Node sensor ini
karena itu dapat dibentuk dari perangkat terintegrasi kecil ini, yang berfungsi sebagai sarana untuk
merasakan, memproses data, dan berkomunikasi, memanfaatkan gagasan jaringan sensor yang
dibangun pada upaya kolaborasi dari sejumlah besar node. Subsistem ini mencakup beberapa jenis
memori, transceiver radio (RF) untuk komunikasi dengan antena internal atau koneksi ke antena
eksternal, sirkuit elektronik untuk berinteraksi dengan sensor dan paket baterai terpasang untuk
daya.

43
Gambar 3.7 Hardware Architecture of Sensor Node

Banyak penelitian sebelumnya telah disertai dengan jaringan sensor, dan satu set spesifikasi
lengkap telah diselesaikan untuk lapisan fisik, lapisan tautan, dan lapisan jaringan. Hal yang sama
berlaku untuk protokol routing yang diperlukan untuk mengatur jalur atau jalur dari node sensor
ke data sink. Routing adalah masalah penting dan karena node sensor memiliki sumber daya yang
terbatas, protokol routing harus memiliki overhead yang kecil. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 5 banyak protokol routing telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir dan
banyak mekanisme routing inovatif telah diusulkan.

Gambar 3.8 WSNs Routing Protocols

Teknologi komunikasi terkait jaringan sensor representatif mencakup Wireless Fidelity (Wi-Fi),
ZigBee, IQRF, Ultra-Wide Band (UWB), dan Wireless Hart. Meskipun belum digunakan secara
luas dalam skala besar, jaringan sensor nirkabel (WSNs) menawarkan teknologi substansial yang
membantu menutupi kebutuhan pemantauan kondisi kota. Teknologi ini memberikan kemampuan
untuk secara efisien dan cepat mendeteksi berbagai peristiwa spasial seperti masalah daerah
dengan konsentrasi polutan yang tinggi dengan memproses data waktu nyata.
44
Polusi udara atau pemantauan lingkungan perkotaan dapat didukung oleh WSN node yang padat
dengan kemampuan pemantauan. Sistem real-time canggih ini adalah nirkabel, sangat
terdistribusi, juga digunakan sebagai tambahan pada sensor aktuator sebagai antarmuka yang
digunakan di area geografis yang luas.

Kecerdasan jaringan sensor sebagian besar tercermin dalam penyediaan informasi waktu nyata
dan pada kenyataan bahwa data sensor waktu nyata dapat diintegrasikan dengan pemodelan dan
kontrol lingkungan. Konsep utama yang esensial untuk kapabilitas distribusi informasi waktu
nyata dan menggunakannya dalam layanan kota terletak pada pembangunan infrastruktur digital
untuk pemrosesan data WSN dan video pengawasan yang menghasilkan deteksi peristiwa yang
lebih efisien. Beberapa aspek dari akuisisi data waktu nyata ini dirangkum dalam Gambar 6.
Penetrasi jaringan tetap dan nirkabel yang terus berkembang memungkinkan sensor dan sistem
tersebut untuk dihubungkan ke pusat pemrosesan terdistribusi. Kota pintar menghubungkan
sensor untuk merasakan sistem kota, dan memproses informasi penginderaan dengan komputasi
awan dan seterusnya untuk mengintegrasikan ruang cyber dan hal-hal internet.

Gambar 3.9 Real Time Data Acquisition

Jaringan sensor nirkabel kontemporer pada dasarnya diperlakukan hanya sebagai sumber data
baru untuk integrasi dengan sistem informasi data spasial dan terbuka konvensional lainnya.
Contohnya termasuk sensor yang menghubungkan bangunan, infrastruktur, transportasi, jaringan
dan utilitas, menawarkan ruang fisik untuk eksperimen dan validasi fungsi Internet of Things
(IoT). Data dikirimkan secara real-time melalui cloud ke penyedia layanan, pengguna, dan
pemangku kepentingan lainnya.

45
Diagram usulan platform komunikasi untuk pengembangan layanan kota dan untuk integrasi dan
penggunaan teknologi rendering dan actuating ditunjukkan pada Gambar 3.9. Bantuan
instrumentasi dan interkoneksi perangkat dan sensor ponsel, yang mengumpulkan dan
menganalisis data dunia nyata, menciptakan lingkungan yang dinamis dengan banyak grup
pengguna yang peduli pada berbagai peristiwa kota. Kami dapat menggunakan perjalanan cerdas
sebagai contoh. Penyediaan informasi real-time tentang lingkungan perkotaan dapat memberikan
informasi perjalanan real-time untuk penumpang, seperti waktu berjalan saat ini bus atau kereta
api. Pemantauan lalu lintas dapat didukung oleh pemantauan sarana transportasi, cuaca dan
kondisi lalu lintas.

Meluasnya penggunaan sensor digital dan sistem kontrol digital untuk kontrol dan pengoperasian
infrastruktur perkotaan meliputi sensor lalu lintas dan aktuator, membangun sistem manajemen
dalam solusi rumah pintar, meter utilitas digital di area utilitas pintar, dan sebagainya. Ada banyak
peluang untuk layanan baru dengan menghubungkan dunia fisik dan virtual dengan sejumlah
besar node nirkabel yang didistribusikan di rumah, kendaraan, jalan, gedung, dan banyak
lingkungan publik lainnya. Mungkin komponen yang akan diterapkan di bidang terminal
kendaraan bermotor, pembacaan meter nirkabel, lampu jalan (penerangan pintar), transportasi
(parkir pintar), peralatan rumah tangga (energi pintar), dan kamera industri (rumah pintar).
Kecerdasan spasial ambient untuk kota-kota yang berkelanjutan mengandung potensi untuk
menambah jaringan seperti itu dengan kemampuan untuk tidak hanya menangkap, tetapi juga
memproses, meminta, dan bahkan menggunakan data spasial dalam jaringan itu sendiri.

Berkat jaringan terdistribusi node sensor cerdas, koleksi parameter yang luas dapat diukur untuk
pengelolaan kota yang lebih baik, dan data dikirimkan secara nirkabel dan secara real-time ke
warga atau otoritas yang sesuai . Dengan menggunakan jaringan dan sensor untuk mengukur dan
mengontrol proses, dan cloud untuk berbagi informasi, para pemangku kepentingan dapat
membuat diagnosa segera dan memperbaiki masalah dengan tindakan yang tepat jika terjadi
kecelakaan atau insiden lain. Prinsip dari Smart Earth adalah bahwa, sensor tertanam di mana-
mana: di jalur kereta api, jembatan, terowongan, jalan, bangunan, sistem air, bendungan, peralatan
komersial dan peralatan medis, dan kemudian fasilitas fisik dapat dirasakan, sehingga teknologi
informasi meluas ke dunia fisik, membangun "Internet of Things". Mashup penting untuk
membuat data yang ada lebih berguna sebagai kombinasi dari dua atau lebih sumber untuk
membuat layanan baru. Ini dapat mencakup beragam penggunaan mulai dari identitas dan
manajemen akses hingga server aplikasi, web, dan portal yang mendukung layanan pemangku
kepentingan dan situs web untuk memastikan pandangan warga dan pembaruan informasi terkini
di seluruh sistem kota.
46
Portal e-government memungkinkan komunikasi yang lebih baik dengan para pemilih. Misalnya,
data yang dikumpulkan diakses melalui peta berbasis web yang dapat diakses oleh konstituen.
Dasbor waktu nyata untuk memantau sistem kota menawarkan solusi untuk membantu otoritas
kota mengelola kebijakan kota cerdas dan menjamin kontrol dan prosedur yang diperlukan
tersedia untuk tata kelola yang lebih baik. Kesadaran terkait erat dengan peningkatan metode
pemantauan dan peringatan dini dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Lapisan aplikasi dapat mencakup modul interaktif yang memberi tahu pengguna acara atau
peringatan dan memungkinkan mereka untuk memicu tindakan lebih lanjut. Para responden
darurat berbagi pandangan yang sama tentang situasi dan membuat keputusan sehubungan dengan
tindakan yang diambil oleh lembaga lain.

 Analisis Biaya Siklus Hidup / Life cycle cost analysis engineering


Life Cycle Cost Analysis (LCCA) adalah metode untuk menilai total biaya kepemilikan fasilitas.
Ini memperhitungkan semua biaya untuk memperoleh, memiliki, dan membuang infrastruktur
atau sistem. LCCA sangat berguna ketika alternatif proyek yang memenuhi persyaratan kinerja
yang sama, tetapi berbeda sehubungan dengan biaya awal dan biaya operasi, harus dibandingkan
untuk memilih salah satu yang memaksimalkan penghematan bersih. Misalnya, LCCA akan
membantu menentukan apakah penggabungan HVAC berkinerja tinggi atau sistem kaca, yang
dapat meningkatkan biaya awal tetapi mengakibatkan biaya operasi dan pemeliharaan yang
berkurang secara dramatis, hemat biaya atau tidak. LCCA tidak berguna untuk alokasi anggaran.
Lowest life-cycle cost (LCC) atau Biaya siklus hidup terendah adalah ukuran evaluasi ekonomi
yang paling mudah dan mudah diinterpretasikan. Beberapa tindakan lain yang biasa digunakan
adalah Penghematan Bersih (atau Manfaat Bersih), Rasio Penghematan terhadap Investasi (atau
Rasio Manfaat Terhadap Penghematan), Tingkat Pengembalian Internal, dan Periode Payback.
Mereka konsisten dengan ukuran evaluasi LCC Terendah jika mereka menggunakan parameter
yang sama dan lamanya masa studi. Ahli ekonomi bangunan, spesialis nilai bersertifikat, insinyur
biaya, arsitek, surveyor kuantitas, peneliti operasi, dan lainnya mungkin menggunakan salah satu
atau beberapa teknik ini untuk mengevaluasi proyek. Pendekatan untuk membuat pilihan yang
hemat biaya untuk proyek-proyek yang terkait dengan infrastruktur bisa sangat mirip apakah itu
disebut estimasi biaya, rekayasa nilai, atau analisis ekonomi.
Tujuan dari LCCA adalah untuk memperkirakan biaya keseluruhan alternatif proyek dan untuk
memilih desain yang memastikan fasilitas akan memberikan biaya keseluruhan kepemilikan
terendah yang konsisten dengan kualitas dan fungsinya. LCCA harus dilakukan di awal proses
desain sementara masih ada peluang untuk memperbaiki desain untuk memastikan pengurangan
biaya siklus-hidup.
47
Tugas pertama dan paling menantang dari LCCA, atau metode evaluasi ekonomi apa pun, adalah
untuk menentukan efek ekonomi dari desain alternatif dan sistem infrastruktur dan untuk
mengukur efek ini dan mengekspresikannya dalam jumlah mata uang.
Ada banyak biaya yang terkait dengan memperoleh, mengoperasikan, memelihara, dan
membuang atau sistem infrastruktur. Biaya terkait infrastruktur biasanya termasuk dalam kategori
berikut:
- Biaya Awal — Biaya Pembelian, Akuisisi, Konstruksi
- Biaya Bahan Bakar
- Biaya Operasi, Pemeliharaan, dan Perbaikan
- Biaya Penggantian
- Nilai Sisa — Nilai Penjualan Kembali atau Keselamatan atau Biaya Pembuangan
- Biaya Keuangan — Pembayaran Bunga Pinjaman
- Manfaat atau Biaya Non-Moneter
Hanya biaya-biaya dalam setiap kategori yang relevan dengan keputusan dan jumlah yang
signifikan diperlukan untuk membuat keputusan investasi yang valid. Biaya relevan ketika
berbeda untuk satu alternatif dibandingkan dengan yang lain; biaya signifikan ketika mereka
cukup besar untuk membuat perbedaan yang kredibel dalam LCC dari alternatif proyek. Semua
biaya dimasukkan sebagai jumlah tahun dasar dalam mata uang; metode LCCA meningkatkan
semua jumlah ke tahun terjadinya mereka di masa depan dan mendiskon kembali ke tanggal dasar
untuk mengubahnya menjadi nilai sekarang.
 Biaya Awal
Biaya awal dapat mencakup biaya investasi modal, konstruksi, atau renovasi dan untuk
peralatan yang diperlukan untuk mengoperasikan fasilitas. Perkiraan terperinci dari biaya
konstruksi tidak diperlukan untuk analisis ekonomi awal dari desain atau sistem bangunan
alternatif. Perkiraan seperti itu biasanya tidak tersedia sampai desain cukup maju dan peluang
untuk perubahan desain pengurangan biaya telah terlewatkan. LCCA dapat diulangi sepanjang
proses desain jika informasi biaya yang lebih rinci tersedia. Awalnya, biaya konstruksi
diperkirakan dengan mengacu pada data historis dari fasilitas serupa. Sebagai alternatif, mereka
dapat ditentukan dari panduan dan basis data estimasi biaya pemerintah atau sektor swasta.
Sistem Estimasi Parametrik Tri-Layanan (TPES) mengembangkan model dari berbagai jenis
fasilitas dengan menentukan parameter biaya kritis (yaitu, jumlah lantai, luas dan volume,
panjang perimeter) dan menghubungkan nilai-nilai ini melalui rumus aljabar untuk
memprediksi biaya berbagai macam sistem bangunan, subsistem, dan rakitan.

48
Perkiraan biaya terperinci disusun pada tahap pengajuan desain (biasanya pada 30%, 60%, dan
90%) berdasarkan pada perhitungan lepas landas kuantitas. Perkiraan ini bergantung pada
database biaya seperti Buku Harga Unit Komersial (C-UPB) atau Database Biaya Konstruksi
Bangunan Sarana dan Prasarana.
Organisasi penguji seperti ASTM International dan organisasi perdagangan memiliki data
referensi untuk bahan dan produk yang mereka uji atau wakili.
 Biaya Energi
Pengeluaran operasional untuk energy dan utilitas lain didasarkan pada konsumsi, tarif saat ini,
dan proyeksi harga. Karena energi, dan sampai batas tertentu, dan konfigurasi bangunan serta
selubung bangunan saling bergantung, biaya energi biasanya dinilai untuk bangunan secara
keseluruhan daripada untuk sistem atau komponen bangunan individu.
Penggunaan energi: Biaya energi seringkali sulit diprediksi secara akurat dalam fase desain
proyek. Asumsi harus dibuat tentang profil penggunaan, tingkat hunian, dan jadwal, yang
semuanya berdampak pada konsumsi energi. Pada tahap desain awal, data tentang jumlah
konsumsi energi untuk suatu bangunan dapat berasal dari analisis teknik atau dari program
komputer seperti eQuest. EnergyPlus ™ (DOE) dan DOE-2 membutuhkan input yang lebih
rinci yang biasanya tidak tersedia sampai nanti dalam proses desain. Paket perangkat lunak
lain, seperti program kepemilikan TRACE (Trane), ESPRE (EPRI), dan HAP (Carrier) telah
dikembangkan untuk membantu dalam pemilihan dan pengukuran peralatan mekanis dan
sering didistribusikan oleh produsen.
Saat memilih program, penting untuk mempertimbangkan apakah Anda memerlukan angka
konsumsi energi tahunan, bulanan, atau jam dan apakah program tersebut cukup melacak
penghematan konsumsi energi ketika perubahan desain atau tingkat efisiensi yang berbeda
disimulasikan.
Harga energi: Kutipan dari harga energi saat ini dari pemasok lokal harus mempertimbangkan
jenis tarif, struktur tarif, perbedaan musim panas dan musim dingin, tarif blok, dan biaya
permintaan untuk mendapatkan perkiraan sedekat mungkin dengan biaya energi aktual.
Proyeksi harga energi: Harga energi diasumsikan naik atau turun pada tingkat yang berbeda
dari inflasi harga umum. Peningkatan harga energi diferensial ini perlu diperhitungkan ketika
memperkirakan biaya energi di masa depan. Proyeksi harga energi dapat diperoleh dari
pemasok atau dari tingkat kenaikan harga energi yang diterbitkan setiap tahun pada 1 April
oleh DOE dalam Faktor Diskon untuk Analisis Biaya Siklus Hidup, Suplemen Tahunan untuk
Buku Pegangan NIST 135.
 Biaya Operasi, Pemeliharaan Dan Perbaikan

49
Biaya pengoperasian non-bahan bakar, dan biaya pemeliharaan dan perbaikan (OM&R)
seringkali lebih sulit diperkirakan daripada pengeluaran bangunan lainnya. Jadwal operasi dan
standar pemeliharaan bervariasi dari gedung ke gedung; ada variasi besar dalam biaya ini
bahkan untuk bangunan dengan tipe dan umur yang sama. Oleh karena itu sangat penting untuk
menggunakan pertimbangan teknik ketika memperkirakan biaya-biaya ini. Kutipan pemasok
dan panduan perkiraan yang dipublikasikan terkadang memberikan informasi tentang biaya
perawatan dan perbaikan. Beberapa panduan estimasi data memperoleh data biaya dari
hubungan statistik data historis (Berarti, BOMA) dan laporan, misalnya, biaya kepemilikan dan
pengoperasian rata-rata per kaki persegi, berdasarkan usia bangunan, lokasi geografis, jumlah
cerita, dan jumlah kaki persegi di gedung. Referensi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
Fasilitas Penelitian Whitestone memberikan biaya tahunan untuk sistem dan elemen bangunan
serta perkiraan masa pakai untuk komponen bangunan tertentu.
 Biaya Penggantian
Jumlah dan waktu penggantian modal sistem bangunan tergantung pada perkiraan umur sistem
dan lama periode studi. Gunakan sumber yang sama yang memberikan perkiraan biaya untuk
investasi awal untuk mendapatkan perkiraan biaya penggantian dan masa manfaat yang
diharapkan. Titik awal yang baik untuk memperkirakan biaya penggantian di masa mendatang
adalah menggunakan biayanya pada tanggal dasar. Metode LCCA akan meningkatkan jumlah
tahun dasar ke waktu terjadinya di masa depan.
 Nilai Residual
Nilai residu dari suatu sistem (atau komponen) adalah nilai yang tersisa pada akhir periode
penelitian, atau pada saat itu diganti selama periode studi. Nilai residu dapat didasarkan pada
nilai yang ada, nilai jual kembali, nilai sisa, atau nilai sisa, bersih dari biaya penjualan,
konversi, atau pembuangan. Sebagai patokan, nilai residu sistem dengan sisa masa manfaat
dapat dihitung dengan secara linear menghitung biaya awalnya. Misalnya, untuk sistem dengan
masa manfaat yang diperkirakan 15 tahun, yang dipasang 5 tahun sebelum akhir periode
penelitian, nilai residu akan menjadi sekitar 2/3 (= (15-10) / 15) dari awal biaya.
 Biaya Lainnya
Biaya keuangan dan pajak: Untuk proyek federal, biaya keuangan biasanya tidak relevan. Akan
tetapi, biaya keuangan dan pembayaran lainnya berlaku jika suatu proyek dibiayai melalui
Kontrak Kinerja Penghematan Energi (ESPC) atau Kontrak Layanan Energi Utilitas (UESC).
Biaya keuangan biasanya termasuk dalam pembayaran kontrak yang dinegosiasikan dengan
Perusahaan Layanan Energi (ESCO) atau utilitas.

50
Manfaat atau biaya non-moneter: Manfaat atau biaya non-moneter adalah efek terkait proyek
yang tidak ada cara obyektif untuk menetapkan nilai dolar. Contoh efek nonmoneter mungkin
adalah manfaat yang diperoleh dari sistem HVAC yang sangat tenang atau dari ekspektasi,
tetapi kenaikan produktivitas yang sulit diukur karena pencahayaan yang lebih baik. Secara
alami, efek-efek ini bersifat eksternal bagi LCCA, tetapi jika signifikan, efek tersebut harus
dipertimbangkan dalam keputusan investasi final dan dimasukkan dalam dokumentasi proyek.
Lihat Hemat Biaya — Pertimbangkan Manfaat Non-Moneter seperti Estetika, Pelestarian
Historis, Keamanan, dan Keselamatan.
Untuk memformalkan penyertaan biaya atau manfaat non-moneter dalam pengambilan
keputusan Anda, Anda dapat menggunakan proses hierarki analitis (AHP), yang merupakan
salah satu dari serangkaian metode analisis keputusan multi-atribut (MADA) yang
mempertimbangkan atribut non-moneter ( kualitatif dan kuantitatif) di samping langkah-
langkah evaluasi ekonomi umum ketika mengevaluasi alternatif proyek. ASTM E 1765 Praktik
Standar untuk Menerapkan Analytical Hierarchy Process (AHP) ke Multiattribute Decision
Analysis of Investments Terkait dengan Proyek, Produk, dan Proses yang diterbitkan oleh
ASTM International menyajikan prosedur untuk menghitung dan menafsirkan skor AHP dari
total keseluruhan keinginan proyek ketika membuat bangunan- keputusan investasi modal
terkait. Sumber informasi untuk memperkirakan biaya produktivitas, misalnya, adalah Cabang
Produktif WBDG.

Parameter Untuk Analisis Nilai Sekarang


 Nilai Diskon/Suku Bunga
Agar dapat menambah dan membandingkan arus kas yang terjadi pada waktu yang berbeda
selama siklus hidup suatu proyek, mereka harus dibuat setara dengan waktu. Untuk membuat
arus kas setara dengan waktu, metode LCC mengkonversikannya ke nilai sekarang dengan
mendiskontokannya ke titik waktu yang sama, biasanya tanggal dasar. Suku bunga yang
digunakan untuk mendiskontokan adalah suku bunga yang mencerminkan biaya peluang uang
investor dari waktu ke waktu, yang berarti bahwa seorang investor ingin mencapai
pengembalian setidaknya setinggi investasi terbaik berikutnya. Oleh karena itu, tingkat
diskonto menggambarkan tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima investor.
Tingkat diskonto untuk proyek-proyek konservasi energi dan air federal ditentukan setiap tahun
oleh FEMP; untuk proyek-proyek federal lainnya, yang tidak terutama berkaitan dengan
konservasi energi atau air, tingkat diskonto ditentukan oleh Kantor Anggaran Manajemen.
Tingkat diskonto ini adalah tingkat diskonto riil, tidak termasuk tingkat inflasi umum.

51
 Periode Biaya
Lama masa studi: Periode studi dimulai dengan tanggal dasar, tanggal di mana semua arus kas
didiskontokan. Periode studi mencakup setiap periode perencanaan / konstruksi / implementasi
dan periode layanan atau hunian. Periode studi harus sama untuk semua alternatif yang
dipertimbangkan.
Periode layanan: Periode layanan dimulai ketika bangunan yang selesai ditempati atau ketika
suatu sistem digunakan. Ini adalah periode di mana biaya dan manfaat operasional dievaluasi.
Dalam analisis FEMP, periode layanan dibatasi hingga 40 tahun.
Periode kontrak: Periode kontrak dalam proyek ESPC dan UESC berada dalam periode studi.
Ini dimulai ketika proyek diterima secara resmi, penghematan energi mulai bertambah, dan
pembayaran kontrak mulai jatuh tempo. Periode kontrak umumnya berakhir ketika pinjaman
dilunasi.
 Konvensi Diskon
Dalam studi OMB dan FEMP, semua arus kas berulang setiap tahun (mis., Biaya operasional)
didiskontokan dari akhir tahun saat terjadinya; dalam studi MILCON mereka didiskon dari
pertengahan tahun. Semua jumlah tunggal (mis., Biaya penggantian, nilai residu) didiskon dari
tanggal terjadinya.
 Pemeliharaan Inflasi
LCCA dapat dilakukan dalam mata uang konstan atau mata uang saat ini. Analisis mata uang
konstan mengecualikan tingkat inflasi umum, dan analisis mata uang saat ini mencakup tingkat
inflasi umum dalam semua jumlah dolar, tingkat diskonto, dan tingkat kenaikan harga. Kedua
jenis perhitungan menghasilkan biaya siklus hidup nilai saat ini yang identik.
Analisis mata uang konstan direkomendasikan untuk semua proyek federal, kecuali untuk
proyek yang dibiayai oleh sektor swasta (ESPC, UESC). Metode mata uang konstan memiliki
keuntungan karena tidak memerlukan perkiraan tingkat inflasi selama bertahun-tahun dalam
periode penelitian. Studi pembiayaan alternatif biasanya dilakukan dalam mata uang saat ini
jika analis ingin membandingkan pembayaran kontrak dengan penghematan biaya operasional
atau energi aktual dari tahun ke tahun.

Perhitungan Biaya Siklus Hidup


Setelah mengidentifikasi semua biaya berdasarkan tahun dan jumlah dan mendiskontokannya ke
nilai sekarang, mereka ditambahkan untuk sampai pada total biaya siklus hidup untuk setiap
alternatif:

52
LCC = I + Repl - Res + E + W + OM&R + O

LCC = Total LCC dalam nilai sekarang (PV) mata uang dari alternatif yang diberikan
I = Biaya investasi PV (jika terjadi pada tanggal dasar, mereka tidak perlu didiskon)
Repl = Biaya penggantian modal PV
Res = Nilai sisa PV (nilai jual kembali, nilai sisa) dikurangi biaya pembuangan
E = PV biaya energi
W = PV biaya air
OM&R = PV biaya operasi, perawatan dan perbaikan non-bahan bakar
O = PV biaya lain (mis., Biaya kontrak untuk ESPC atau UESC)

Tindakan Tambahan
Langkah-langkah tambahan dari evaluasi ekonomi adalah Net Savings (NS), Savings-to-
Investment Ratio (SIR), Tingkat Pengembalian Internal yang Disesuaikan (AIRR), dan Simple
Payback (SPB) atau Discounted Payback (DPB). Terkadang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan peraturan khusus. Sebagai contoh, aturan LEM FEMP (10 C.F.R. § 436, Subbagian
A) mensyaratkan penggunaan SIR atau AIRR untuk menentukan peringkat proyek independen
yang bersaing untuk pendanaan terbatas. Beberapa program federal memerlukan Periode Payback
untuk dihitung sebagai ukuran penyaringan dalam evaluasi proyek. NS, SIR, dan AIRR konsisten
dengan LCC terendah dari alternatif jika dihitung dan diterapkan dengan benar, dengan nilai input
dan asumsi yang disesuaikan dengan waktu yang sama. Tindakan pengembalian, baik SPB atau
DPB, hanya konsisten dengan LCCA jika dihitung selama seluruh periode penelitian, tidak hanya
untuk tahun-tahun periode pengembalian.
Semua tindakan tambahan adalah tindakan relatif, mis., Tindakan tersebut dihitung sebagai
alternatif relatif terhadap kasus dasar.
NS = Tabungan Bersih: penghematan operasional dikurangi selisih biaya investasi modal
SIR = Savings-to-Investment Ratio: rasio tabungan operasional dengan selisih biaya
investasi modal
AIRR = Tingkat Pengembalian Internal yang Disesuaikan: hasil tahunan dari suatu alternatif
selama periode studi, dengan mempertimbangkan investasi kembali dari pengembalian
sementara pada tingkat diskonto
SPB = Payback Sederhana: waktu yang diperlukan untuk tabungan kumulatif dari alternatif
untuk memulihkan biaya investasi awal dan biaya yang masih harus dibayar lainnya,
tanpa memperhitungkan nilai waktu dari uang

53
DPB = Discounted Payback: waktu yang diperlukan untuk tabungan kumulatif dari alternatif
untuk memulihkan biaya investasi awal dan biaya yang masih harus dibayar lainnya,
dengan mempertimbangkan nilai waktu dari uang

Kriteria Evaluasi
LCC terendah (untuk menentukan efektivitas biaya)
NS > 0 (untuk menentukan efektivitas biaya)
SIR > 1 (untuk proyek pemeringkatan)
AIRR > tingkat diskonto (untuk proyek peringkat)
SPB, DPB < dari masa studi (untuk proyek penyaringan)
Penilaian Ketidakpastian Dalam Analisis Biaya Siklus Hidup
Keputusan tentang membangun terkait investasi biasanya melibatkan banyak ketidakpastian
tentang biaya dan potensi penghematan mereka. Melakukan LCCA sangat meningkatkan
kemungkinan memilih proyek yang menghemat uang dalam jangka panjang. Namun, mungkin
masih ada beberapa ketidakpastian terkait dengan hasil LCC. LCCA biasanya dilakukan pada
awal proses desain ketika hanya perkiraan biaya dan penghematan yang tersedia, daripada jumlah
mata uang tertentu. Ketidakpastian dalam nilai input berarti bahwa hasil aktual mungkin berbeda
dari hasil yang diperkirakan.
Ada teknik untuk memperkirakan biaya memilih alternatif proyek yang "salah". Teknik
deterministik, seperti analisis sensitivitas atau analisis titik impas, mudah dilakukan tanpa
memerlukan sumber daya atau informasi tambahan. Mereka menghasilkan estimasi titik tunggal
tentang bagaimana data input yang tidak pasti mempengaruhi hasil analisis. Teknik probabilistik,
di sisi lain, mengkuantifikasi eksposur risiko dengan menurunkan probabilitas untuk mencapai
nilai ekonomi yang berbeda dari distribusi probabilitas untuk nilai input yang tidak pasti. Namun,
mereka memiliki persyaratan informasi dan teknis yang lebih besar daripada teknik deterministik.
Apakah satu atau teknik lain dipilih tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran proyek,
kepentingannya, dan sumber daya yang tersedia. Karena analisis sensitivitas dan analisis titik
impas adalah dua pendekatan yang mudah dilakukan, mereka harus menjadi bagian dari setiap
LCCA.
 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah teknik yang direkomendasikan untuk proyek konservasi energi
dan air oleh FEMP. Analisis sensitivitas berguna untuk mengidentifikasi mana dari sejumlah
nilai input yang tidak pasti yang memiliki dampak terbesar pada ukuran spesifik evaluasi
ekonomi, menentukan bagaimana variabilitas dalam nilai input mempengaruhi rentang

54
ukuran evaluasi ekonomi, dan menguji berbagai skenario untuk menjawab pertanyaan
"bagaimana jika". Untuk mengidentifikasi parameter kritis, sampai pada perkiraan batas atas
dan bawah, atau jawab pertanyaan "bagaimana jika", cukup ubah nilai setiap input naik atau
turun, pertahankan semua yang lainnya konstan, dan hitung ulang ukuran ekonomi yang akan
diuji.
 Analisis Break-Even
Pembuat keputusan kadang-kadang ingin mengetahui biaya maksimum input yang akan
memungkinkan proyek tetap impas, atau sebaliknya, manfaat minimum apa yang dapat
dihasilkan proyek dan masih menutupi biaya investasi. Untuk melakukan analisis titik impas,
manfaat dan biaya ditetapkan sama, semua variabel ditentukan, dan variabel titik impas
diselesaikan secara aljabar. Analisis sensitivitas dan analisis impas, dan sejumlah pendekatan
lain untuk penilaian risiko dan ketidakpastian, baik deterministik dan probabilistik, dijelaskan
secara rinci dalam Teknik untuk Mengatasi Ketidakpastian dan Risiko dalam Evaluasi
Ekonomi Investasi Bangunan, oleh Harold Marshall, NIST Special Publikasi 757, September
1988.

III.2 Identifikasi System Smart City dari Aspek Design, Finance, Management,
Engineering, dan Produksi

 Identifikasi Sistem Smart City Dari Aspek Desain

 Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,


pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
 Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk jalan,
jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air, listrik,
dan pengelolaan gedung. Dengan begitu dapat mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya
serta merencanakan pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan
kepada penduduknya.
 Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur social, dan
bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota.
 Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni
 Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya meliputi pendidikan,
kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih cerdas, saling berhubungan dan efisien.

55
Adapun contoh di Indonesia beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta
dan Malang memiliki masalah pertambahan penduduk yang signifikan, kemacetan, penumpukan
sampah dan masalah kependudukan lainnya yang memerlukan pemecahan masalah yang tepat.
Berkat sentuhan teknologi beberapa kota besar tersebut mulai mengarah kepada penerapan konsep
Smart City, yakni dengan lahirnya e-government, eprocurement, e-budgeting, e-delivery, e-
controlling, dan e-monitoring

Dapat diambil garis besar dari mengartikan Konsep Smart City sebagai konsep yang telah melalui
penyempurnaan-penyempurnaan dari konsep yang telah terlebih dahulu berkembang dengan
menambal kekurangan-kekurangan yang ada dan mempertimbangkan aspek-aspek yang mungkin
belum ada pada konsep-konsep berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang telah
muncul sebelumnya. Konsep ini pada akhirnya tidak hanya mendasarkan pembangunan dan
pengelolaan kota dalam dimensi teknologi, namun juga mencakup dimensi manusia dan dimensi
institusional.

Dibeberapa literatur penelitian lainnya terkait dimensi dalam konsep Smart City juga merujuk
pada ke tiga dimensi tersebut, yaitu :

1. Dimensi teknologi, diperlukan pembangunan kota yang digital dan terintegrasi dengan
dukungan infrastruktur fisik, teknologi pintar, perangkat mobilitas tinggi dan jaringan
komputer yang memadai.
2. Dimensi Sumber Daya Manusia, diperlukan kreatifitas, pengetahuan, pendidikan dan
pembelajaran sebagai pendorong utama terbentuknya kota yang cerdas, dimana permasalahan
yang bersifat manual ditransformasi dengan pengetahuan ke model sistem digital melalui
kratifitas dan disajikan dalam bentuk pembelajaran yang sepenuhnya perlu konsisten untuk
dilaksanakan.
3. Dimensi Institusional, diperlukan dukungan dari pemerintah dan kebijakan untuk
pemerintahan sebagai dasar dari desain dan implementasi kota yang cerdas. Kebijakan tidak
hanya mendukung tetapi juga berperan, dimana terbentuk hubungan antara lembaga
pemerintah dan pihak non-pemerintah, dan sektor lainnya dalam membangun lingkungan
administratif yang terintegrasi.

 Identifikasi Sistem Smart City Dari Aspek Finansial


Sasaran dari dimensi Smart City dari aspek finansial adalah mewujudkan ekosistem yang
mendukung aktifitas ekonomi masyakat yang selaras dengan sektor unggulan daerah yang
adaptif terhadap perubahan yang terjadi di era informasi saat ini, serta meningkatkan financial
56
literacy masyarakat melalui berbagai program diantaranya mewujudkan less-cash society.
Sasaran tersebut diwujudkan dengan smart city dilakukan pada beberapa indikator sebagai
berikut:

o Opsi Keuangan Berbasis Pemerintah


Obligasi Hijau, Obligasi Dampak Sosial, Pinjaman Efisiensi Energi Mempertahankan dana
modal memisahkan dana dari dana operasionalnya. Dana modal digunakan untuk membayar
kembali pembiayaan investasi jangka panjang dengan umur selama bertahun-tahun.
Di bawah model keuangan publik, pemerintah mengeluarkan instrumen utang dengan
perjanjian untuk membayar kembali hutang, biasanya sepanjang umur barang yang dibiayai
pada tingkat bunga yang disepakati. Alat yang paling umum digunakan untuk membayar
biaya modal semacam ini dikeluarkan oleh pemerintah obligasi.
o APBN dan APBD Sumber pendanaan ini merupakan pendanaan yang sudah dilakukan
selama ini dalam membangun kota, yaitu dari Anggaran Pemerintah termasuk dari
Anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang cukup terbatas, dengan pola
perencanaan pembangunan tiap tahun dan dieksekusi pada tahun berikutnya. Kekurangan
dari pola ini adalah sulit menciptakan program pembangunan yang berkelanjutan.
o Obligasi Daerah Pendanaan bersumber dari obligasi daerah merupakan pendanaan
dengan melibatkan masyarakat untuk bisa menjadi shareholder pada pembangunan di
kotanya. Sumber dana dari capital market yang cenderung memilki kemampuan sebagai
sumber dana tanpa batas. Obligasi daerah bisa menjadi potensi pendanaan masa depan
untuk mewujudkan Kota Pintar dengan melibatkan masyarakat dan pelaku bisnis di
daerah untuk aktif sebagai shareholder.
o PPP atau Kemitraan Pemerintah Swasta menjadi alternatif pendanaan yang cukup mudah
diterapkan untuk pembangunan kota, yaitu melibatkan swasta untuk membantu mendanai
program-program pemerintah dengan diberikan hak kelola pada swasta dalam durasi
konsesi kerjasama tertentu.
o Foreign Direct Investment (FDI) Foreign Direct Investment adalah sumber pendanaan
yang secara langsung datang dari investor asing, untuk mendanai program-program
pembangunan perkotaan. FDI akan membutuhkan dukungan kemudahan administrasi
dari Pemerintah Kota untuk mencairkan dana dari asing tersebut. FDI bisa untuk
mendanai program pemerintah atau kerjasama langsung dengan swasta.
o Specific Purposed Bonds (SPB) Specific Purposed Bonds juga merupakan sumber
pendanaan masa depan yang sangat baik. Program pemerintah yang sangat besar
misalnya membangun MRT (Mass Rapid Transport) atau membangun system
57
transportasi massal yang memerlukan investasi yang sangat besar, dimana terjadi situasi
Pemerintah tidak sanggup mendanai dan Swasta juga tidak berani mendanai, sehingga
SPB bisa menjadi solusi dengan menerbitkan bonds/saham yang khusus untuk
membangun MRT dan saham ditawarkan pada masyarakat. Masyarakat yang memahami
arti penting adanya transport masal yang efektif di sebuah kota akan dengan senang hati
akan membeli saham tersebut dan akan ikut aktif berpartisipasi agar program tersebut
dapat terealisasi dan terjaga dengan baik.

 Identifikasi Sistem Smart City Dari Aspek Manajemen


 Fungsi Manajemen
Dilakukan oleh pengelola layanan yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak, Perangkat
Daerah terkait di Pemerintah Daerah Kota maupun pihak lain (stakeholder).
 Manajemen SDM
Untuk menjawab tantangan kebutuhan dan kondisi SDM di Kota, dapat diterapkan prinsip
Pemilahan Tugas. Prinsip pemilahan tugas harus dilakukan pada kondisi keterbatasan
SDM pada organisasi pengelola TI, yakni dengan tujuan untuk:
o Mendapatkan kinerja yang optimal;
o Menghindari kemungkinan bertumpuknya tanggung-jawab beberapa fungsi kritis TI
pada seorang personel; dan
o Mengurangi peluang terjadinya penyalahgunaan asset sistem informasi.

Contoh: Aplikasi ITC (Information and Communication Technology) terbaru, smart city teori
manajemen kota sebagai panduan yang menekankan penerapan teknologi informasi canggih ke
manajemen perkotaan dan pelayanan, sehingga memotivasi pemerintah, perusahan dan orang-
orang yang membuat inovasi, gerakan pembangunan kota.

 Identifikasi Sistem Smart City Dari Aspek Engineering


 Perumahan dan Gedung Perkantoran
Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan
konstruksi, di beberapa kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta sertifikasi
bangunan untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan “smart metering” dan “smart
building” teknologi membantu memaksimalisasi kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam
proses pembangunan, standarisasi dan sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk
menciptakan bangunan yang ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program
pengawasan kodeetik dan standar dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.

58
Konsep bangunan yang cerdas :
o Adanya kewajiban bagi setiap bangunan untuk memiliki sertifikasi keberlanjutan
o Adanya konsep rumah cerdas

Pada area konsep pembagunan yang cerdas, terdapat dua indikator sebagai tolak ukurnya yakni,
pendekatan konsep rumah cerdasdan adanya sertifikasi keberlanjutan terhadap sebuah
pembangunan (Allwinkle, 2011).

Pendekatan rumah cerdas ini adalah konsep yang mencoba memperlihatkan bagaimana produk
teknologi bisa diaplikasikan untuk membantu penghuni rumah dalam melakukan pekerjaan rumah
dimanapun mereka berada (Setyaningsih, 2017; Afrizal, 2018). Contoh sederhananya adalah
mampu memonitor kondisi rumah dari kantor bahkan menyalakan atau mematikan alat-alat rumah
tangga. Sebuah rumah cerdas antara lain terdapat fasilitas hiburan rumah (home entertainment),
layanan kesehatan (healthcare services) sampai keamanan rumah (home security). Sebuah ciri
khas rumah modern yang sangat canggih yang diharapkan bisa memberikan kenyamana,
keamanan penghuninya. Dengan semakin pesatnya jaringan berkecepatan tinggi (broadband), baik
tetap (fixed-line) maupun bergerak memungkinkan terwujudnya gagasan ini tanpa perlu
mengeliminir yang sudah ada.

Selanjutnya, terkait kebutuhan setifikasi keberlanjutan dari sebuah bangunan juga diperhitungkan
dalam area pembangunan cerdas, dalam indikator ini Analsisi Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) akan menjadi instrumen untuk memberikan standar bagi banguna sudah aman dan
ramah lingkungan atau sebaliknya. AMDAL adalah suatu proses studi formal yang digunakan
untuk memperkirakan dampak terhadap lingkungan oleh rencana kegiatan proyek yang bertujuan
memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang perlu dianalisis pada tahap awal
perencanaan dan perancangan proyek sebagai bahan pertimbangan pembuat keputusan (Rosiana,
2016). Menurut PP No. 27 Tahun 1999, pengertian AMDAL adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang
diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya

 Identifikasi Sistem Smart City Dari Aspek Produksi


 Jaringan Komputer kota pintar di Provinsi/Kabupaten/Kota.
Infrastruktur jaringan merupakan teknologi dan fasilitas yang berkaitan dengan perangkat
keras, sistem operasi, sistem manajemen jaringan dan lingkungan yang mendukung proses
yang berjalan dalam aplikasi yang digunakan Teknologi jaringan komputer berkembang
59
sangat pesat seiring dengan kemajuan dan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Dalam bidang jaringan, saat ini telah berkembang jaringan tanpa kabel atau
yang dikenal dengan istilah Wireless LAN (WLAN). Wireless LAN semakin banyak
digunakan untuk digunakan sebagai jalur fisik komunikasi data, suara maupun gambar
sebagai pengganti jaringan menggunakan kabel.

Perkembangan jaringan wireless LAN juga dipicu oleh perangkat keras yang semakin
murah mulai dari notebook dan perlengkapan wireless lainnya. Pengimplementasian
teknologi wireless dalam lembaga pemerintahan mutlak diperlukan sebagai media akses
informasi bagi setiap pegawai dilingkungan pemerintah daerah dimana lokasi
Badan/Dinas/Kantor yang saling terpisah, serta sebagai media akses antar
Provinsi/Kabupaten/Kota.

Jaringan intranet antar OPD ini akan digunakan untuk komunikasi data, suara dan gambar
sehingga dengan adanya blueprint jaringan maka pengembangannya dapat dilakukan
secara bertahap, realistik dan terukur dan tidak terjadi pemborosan. Persyaratan teknis
arsitektur jaringan e-Government, baik jalur intern (Intranet) maupun jalur keluar
(Internet), harus sesuai dengan suatu standar yang ditentukan. Untuk itu perlu ada suatu
panduan untuk memenuhi standar-standar kualifikasi arsitektur Jaringan, biasanya untuk
mendokumentasikan arstektur jaringan perlu disusun sebuah dokumentasi cetak biru pada
pemerintah setempat dimana tujuan pembuatan dokumen cetak biru infrastruktur jaringan
ini adalah:
1. Sebagai pedoman dalam perencanaan pengembangan infrastruktur
jaringan komputer masing-masing instansi
2. Sebagai pedoman dalam pengelolaan sistem jaringan komputer khususnya
keamanan jaringan komputer
3. Memberikan landasan berpikir bagi pengembangan infrastruktur jaringan
e-Government yang komprehensif, efisien dan efektif

 NOC dan Data Center

Untuk menjamin keterhubungan serta interoperabilitas dari seluruh informasi yang


tersebar di berbagai unit kerja, dibutuhkan suatu unit yang bertanggung jawab untuk
mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan operasional dari jaringan intranet
pemerintah provinsi/kota/kabupaten kota pintar. Kegiatan operasional tersebut antara lain
untuk memfasilitasi penyimpanan/pemrosesan data dan aplikasi yang dibutuhkan dalam
intranet serta menjamin fasilitas sistem keamanan yang berlapis. Unit ini disebut sebagai
60
Pusat Manajemen Jaringan dan Pusat Data atau sering disebut NOC dan Data Center. Unit
ini berfungsi sebagai fasilitator dan enabler, yang dapat dipergunakan oleh semua unit
kerja. Untuk menjalankan fungsi tersebut, unit ini bertugas untuk:
o mengelola kelancaran layanan dan infrastruktur jaringan informasi e-
government;
o mengelola penyimpanan dan kelancaran lalu lintas data dan informasi;
o mengatur akses informasi sesuai dengan kewenangan masing-masing unit
kerja. Pada topologi jaringan NOC dan Data Center dibagi menjadi dua subnet
jaringan, yakni subnet yang digunakan untuk mengelola keseluruhan jaringan
intranet Pemerintahan dan subnet internal yang digunakan untuk kebutuhan
internal unit kerja yang menangani jaringan tersebut. Pada subnet pertama
dilengkapi juga dengan beberapa server dan komputer personal digunakan oleh
administrator jaringan dan administrator basis data untuk mengawasi dan
merawat jaringan serta basis data resume yang digunakan oleh manajemen
dalam pemerintahan kota pintar dalam pembuatan keputusan.
Selain itu dengan adanya data center yang digunakan sebagai backup data
seluruh SKPD secara terpusat (backup center) akan memudahkan dalam
mengkoordinasikan pendataan antar SKPD yang tentunya dibarengi dengan
adanya sentralisasi sistem aplikasi perangkat lunak yang berbasis opensource
dan web.

61
Gambar 3.10 Contoh ilustrasi contoh arsitektur Data Center dan NOC
 Ruang Kendali (COC)

Kebutuhan sebuah kota pintar adalah bagaimana pemerintah dapat mengawasi dan
memantau aktivitas masyarakat, dan aktivitas kegiatan masing-masing SKPD serta dapat
memantau laporan kinerja SKPD dalam melayani masyarakat. Untuk itu diperlukan
sebuah instrumen TIK terpusat dan terintegrasi yang harus dimiliki sebuah kota pintar
yang disebut sebagai city operation center (COC) atau dalam beberapa praktik sering
disebut sebagai command center, war room atau situation room.

Prasarana ruang Kendali akan digunakan oleh kepada pemerintahan dan staffnya untuk
melakukan pengawasan dan digunakan untuk memantau aktivitas masyarakat tanpa harus
menuju lokasi hingga pemerintah kota dapat menghemat anggaran mobilisasi dan
kunjungan. Command Center dapat di wujudkan dalam sebuah kota pintar jika sudah
tersedianya kedua infrastruktur di poin a dan b diatas, yaitu adanya jaringan komputer
perkotaan dan tersedianya NOC dan Data Center, namun yang paling penting selain dua
hal diatas adalah penguasaan bidang TIK dari SDM pemerintahan yang menjalankan
command center tersebut.

62
Gambar 3.11 Diagram Analisis

3.3. Kombinasi Metode dan Teknik dalam Sistem Rekayasa dan Design
Produk Smart City
Sebuah kota bisa disebut sebagai kota pintar atau smart city jika sudah mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi hingga level tertentu dalam proses tata kelola dan operasional sehari-
hari. Integrasi teknologi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, membagikan
informasi kepada publik, hingga memperbaiki pelayanan kepada masyarakat ataupun
meningkatkan kesejahteraan warga.
Peran internet of things (IoT) dalam mewujudkan konsep smart city sangatlah vital. Perangkat IoT
mampu mengirim informasi dan melakukan tindak lanjut melalui jaringan dengan campur tangan
manusia yang minimal, sehingga mampu melakukan beragam fungsi secara otomatis.

Gambar 3.12 Tiga Elemen Utama IoT

Menurut Solution Architect Ericsson Indonesia, Hilman Halim, untuk operasional perangkat IoT
hanya memerlukan tiga elemen utama, yakni:
1) Perangkat fisik,
63
2) Jaringan internet, dan
3) Aplikasi.

Jika tiga elemen ini sudah terpenuhi, maka sejumlah perangkat bisa dikustomisasi sesuai
kebutuhan pengguna.

Gambar 3.13 Contoh implementasi IoT

Implementasi IoT dalam mewujudkan smart city bisa beraneka ragam, dibatasi hanya oleh
imajinasi dan kemampuan dari para pengembangnya. Hilman menyebutkan lima contoh
penerapan IoT yang lazim ditemui dalam konsep smart city akhir-akhir ini:

 Smart lighting. Tak hanya bisa diterapkan pada lampu penerangan jalan, namun juga untuk
lampu lalu lintas. “Dengan smart lighting, bisa dipantau mana lampu yang sedang rusak. Bisa
juga dimatikan atau dinyalakan dari jarak jauh,” jelas Hilman saat ditemui di acara Selular
Congress 2018.
 Smart parking. Solusi ini bisa digunakan warga untuk mempermudah mencari tempat parkir.
Pengguna bisa memesan lebih dulu tempat parkir sebelum tiba di lokasi. Di Indonesia, ada
beberapa startup yang menyediakan solusi seperti ini seperti Smark Parking dan Parkiran.

64
 Waste management. Volume sampah di suatu tempat penampungan bisa dipantau dari jarak
jauh. Petugas kebersihan tak perlu mendatangi satu per satu tempat sampah untuk
memeriksanya.
 Connected manhole. Solusi ini berguna untuk memantau temperatur gorong-gorong yang
berada di bawah tanah. Karena gorong-gorong tersebut tak hanya berfungsi sebagai saluran
air, namun juga untuk menyimpan kabel hingga tempat jalur pipa gas.
 Smart electricity. Penyedia layanan listrik bisa mengetahui langsung data pemakaian listrik
pengguna tanpa harus mengirim petugas untuk memeriksa di tempat.

Hingga saat ini, PemKot Bekasi telah mengembangkan 9 produk Aplikasi Smart City, di
antaranya :
1. Sorot (Smart Online Reporting and Observation Tool).
2. Command Center.
3. Aplikasi Absensi.
4. Sikerja.
5. Aplikasi RapoRT RW.
6. SILAT.
7. POT (Pelaporan Online Terpadu).
8. Bekasi Iconic.
9. SIAP.
Aplikasi tersebut berfungsi bagi masyarakat memberikan informasi kepada pemerintah.
Penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah. Karena,
pemanfaatan teknologi informasi menjadi sebuah keharusan dalam rangka memberikan
kemudahan, kecepatan, dan keakuratan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Masyarakat yang sudah registrasi bisa langsung memberikan informasi, Semua informasi tersebut
akan langsung masuk ke ruang kerja Wali Kota Bekasi. Cukup di ruang kerjanya, lewat satu
aplikasi, kepala daerah bisa langsung mengakses segala keluhan dan informasi yang disampaikan
warganya.Pemerintah Bekasi sendiri dapat melihat semua laporan masyarakat lewat dashboard
Patriot Operation Centre (POC).
Aplikasi-aplikasi pada Smart City tersebut tentunya hasil kombinasi Teknik serta Metode
pengembangan perangkat lunak untuk mempermudah dalam menemukan objek-objek yang
berkaitan dengan Web yang akan di bangun, serta mempermudah dalam perancangan alur sistem
yang akan berjalan dan siapa saja yang bersangkutan selama proses sistem berlangsung.
ICONIX Process digunakan sebagai panduan untuk membantu dalam pembangunan serta
perancangan Web pendukung menuju konsep Kota Pintar (Smart City) untuk menghasilkan
65
aplikasi yang baik dan cepat dari segi waktu yang dibutuhkan untuk pembangunannya. Dalam
penggunaan UML pada ICONIX Process pun tidak berlebihan, karena hanya membutuhkan
beberapa diagram saja yang dianggap sudah cukup untuk melakukan analisa perancangan berbasis
objek.
Pemodelan ini diawali dengan pembuatan model abstrak sesuai dengan dunia nyata berupa objek-
objek yang bersangkutan dengan Web pendukung menuju konsep Kota Pintar (Smart City) yang
akan dibangun. Hingga pemodelan menjadi sebuah Web dengan analisa perancangan berbasis
objek menggunakan ICONIX Process yang digambarkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.14 ICONIX Process

Dari gambar tersebut nampak terdapat beberapa proses yang yang harus dilakukan secara
berurutan untuk memembangun serta perancangan Web Tertib Berlalu Lintas, maka tahap tersebut
terdiri dari proses berikut ini :
1. Functional Requirement Analysis
Tahap pertama dalam perancangan Web pendukung menuju konsep Kota Pintar (Smart City)
dilakukan analisis kebutuhan fungsional secara detail untuk menentukan fungsi-fungsi yang
akan tersedia pada applikasi. Kebutuhan Fungsional yang sudah ditetapkan diberikan kode dan
nomor untuk membuat dokumen perancangan menjadi lebih tersetruktur dan rapi. Hal tersebut
sangat penting dilakukan karena dengan kode dan nomor membuat deskripsi kebutuhan
fungsional yang detail dan besar akan menjadi lebih mudah untuk melanjutkan ke tahap-tahap
berikutnya secara berurutan.
2. Domain Modelling Perancangan
Web pendukung menuju konsep Kota Pintar (Smart City) pada tahap kedua ini adalah dengan
membuat model dengan domain diagram dimana domain model ini menjadi awal dari
66
permodelan secara statis yang menggambarkan objek-objek yang saling berkaitan dengan
aplikasi dan dunia nyata. Dari kebutuhan fungsional dan domain model yang telah terbentuk
diharapkan pembangunan Web pendukung menuju konsep Kota Pintar (Smart City) tetap
berada pada ruang lingkupnya, dalam arti ruang lingkup tidak meluas dan tidak terlalu kecil
sehingga konsep Kota Pintar (Smart City) terwujud dengan baik dan jelas.
Dalam membangun Domain model terdapat pedoman berupa prinsip-prinsip membangun
domain model, yaitu :
a) Analisa diharapkan untuk tetap fokus terhadap objek yang ada di dunia nyata yang
berhubungan dengan permasalahan.
b) Gunakan generalisasi (is-a) dan agregasi (has-a) untuk menggambarkan hubungan antar
model dimana hubungan tersebut menggambarkan mana yang termasuk komponen dan
mana yang termasuk atribut.
c) Dalam memodelkan domain model harus membatasi waktu pengerjaan, agar tidak terlalu
lama untuk beranjak ke langkah selanjutnya karena domain model akan berkembang
disetiap prosesnya.
d) Mengelola kata kunci abstract atau kandidat domain objek sebagai domain objek untuk
dijadikan domain model.
e) Pada saat membuat Domain Model jangan menganggap bahwa domain objek merupakan
class objek.
f) Pembuatan domain model hanya berfokus untuk mencari kata kunci yang dapat dijadikan
domain objek yang berhubungan dengan permasalahan bukan pembuatan database yang
berisi kumpulan beberapa hal dengan beberapa atribut.
g) Gunakan domain model sebagai glossary proyek, yang memberikan penjelasan yang
mudah dimengerti sekaligus berhubungan dengan permasalahan.
h) Domain model bisa dikatakan untuk menghindari ambiguitas nama agar dapat
melanjutkan ke tahap selanjutnya, maka dari itu harus dilakukan di awal.
i) Jangan pernah berharap bahwa domain model yang dibuat sama persis dengan Class
diagram nantinya, namun setidaknya pasti ada sedikit kemiripan.
j) Pastikan membuat domain yang berhubungan dengan permasalahan bukan yang
berhubungan dengan implementasi GUI.
3. Story Board The User Interface
ICONIX Process menganjurkan untuk tetap membuat gambaran berupa antarmuka pengguna,
dengan desain secara kasar memberikan kemudahan untuk menentukan aktifitas pengguna dan
di gambarkan dengan Use Case diagram.

67
4. Use Case Modelling
Memodelkan Use Case merupakan tahapan dimana membentuk sebuah diagram yang
menggambarkan aktifitas yang dapat dilakukan dengan Web pendukung konsep Kota Pintar
(Smart City) dan siapa saja aktor yang terlibat. Berikut adalah tahapan dalam memodelkan Use
Case yang di tawarkan ICONIX Process :
a) Membuat kerangka kerja skenario Use Case yang berisi normal flow dan alternate flow.
b) Menanyakan, “Apa yang akan terjadi?” pertanyaan ini akan menjadi pertanyaan yang
menjawab tindakan awal yang akan dilakukan.
c) Menanyakan, “Lalu apa yang terjadi?” terus menerus menanyakan apa yang akan terjadi
sehingga mendapatkan detail dari aktifitas yang diinginkan.
d) Menanyakan, “Apa lagi yang bisa terjadi?” lebih detailnya lagi untuk memunculkan
aktifitas-aktifitas yang tidak terduga.

Mendefinisikan aktor menjadi langkah pertama yang harus dilakukan untuk memodelkan Use
Case. Setelah aktor dan istilahnya telah ditetapkan tahap berikutnya adalah mendefinisikan
aktifitas-aktifitas yang dilakukan aktor yang sudah ditetapkan. ICONIX Process menganjurkan
untuk membuat desain antar muka pengguna atau GUI Story Board yang membantu memudahkan
pemodelan Use Case.

5. Robustness Analysis
Robustness analysis menjadi tahap yang menggambarkan detail setiap kalimat dari skenario
use case yang sudah terbentuk, setiap use case memiliki skenario yang berbeda-beda, dengan
robustness analysis maka didapatkan dengan mudah objek-objek yang berhubungan dengan
aplikasi yang akan di bangun. Robustness analysis menjembatani apabila terjadi kekurangan
atau kesenjangan pada deskripsi skenario use case sehingga di buat menjadi lebih baik untuk
tahap yang selanjutnya.
6. Sequence Diagramming
Setelah melalui robustness analysis tahap selanjutnya adalah membuat sequence diagram,
diagram ini menggambarkan secara rinci proses yang terjadi sesuai objek dengan skenarionya.
Tidak boleh terdapat proses yang 29 terlewati saat membuat sequence diagram, sequence
diagram mengacu pada skenario setiap use case mulai dari normal flow hingga alternate flow.
7. Updated Domain Model
Pada tahap ini memastikan apakah design robustness dan sequence diagram menampilkan
objek baru atau terdapat objek yang hilang. Domain model akan mengalami perubahan jika
terdapat objek yang seharusnya dihilangkan atau di tambahkan.

68
8. Finalize the Class model
Perancangan class diagram menjadi lebih rinci dibandingkan domain diagram, diagram ini
adalah gambaran mengenai database yang saling berkaitan. Class diagram memiliki informasi
yang lebih detail karena mempunyai atribut dan operasi-operasi yang di dapatkan setelah
menggambarkan sequence diagram untuk masing-masing use case.

Desain perancangan yang sudah lengkap dengan beberapa use case beserta skenarionya hingga
class diagram yang sudah dilengkapi dengan beberapa atribut dan operasi yang didapatkan dari
pemodelan robustness diagram dan sequence diagram maka perancangan diimplementasikan
dengan memulai menyusun menjadi kode program untuk membangun Web pendukung menuju
konsep Kota Pintar (Smart City).

a) Black-box Testing
Pengujian perangkat lunak dilakukan setelah kode program disusun untuk membangun
aplikasi, pengujian yang digunakan adalah Black-Box Testing, pengujian ini dilakukan untuk
memeriksa fungsionalitas dari aplikasi tanpa harus mengujikan kode program. Black-box
Testing juga digunakan untuk mengetahui setiap detail dari proses input dan output berjalan
dengan normal dan sesuai dengan deskripsi yang sudah di tentukan.
b) User Acceptance Testing (UAT)
merupakan cara formal yang dilakukan untuk menegaskan bahwa Web Tertib Berlalu-lintas
benar-benar sudah memenuhi kebutuhan pengguna. UAT dilakukan berdasarkan kebutuhan
fungsional dan dilakukan kepada pengguna yang bersangkutan dengan lalu lintas, seperti
pengendara kendaraan bermotor, dan pejalan kaki yang menggunakan trotoar dan
penyeberangan jalan.

69
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 KESIMPULAN
 Faktor utama dan tren pengembangan smart city diidentifikasi dengan model galaksi
lengkap, sistem indeks evaluasi diusulkan berdasarkan faktor dan apakah digunakan
kembali untuk menentukan pembangunan berkelanjutan di era IoT dapat dicapai.
 Kota harus mengembangkan industri strategis baru serta memberikan bantuan
teknologi dan material untuk mengembangkan kelemahan secara terkoordinasi.
 Faktor yang paling berpengaruh dari pengembangan smart city ditemukan menjadi
fasilitas komunikasi jaringan informasi dan infrastruktur informasi-berbagi smart
infrastructure (A), diikuti oleh faktor-faktor dengan dimensi ekonomi (B). Kemudian
diikuti, dalam urutan kepentingan, oleh lingkungan pintar (C), manajemen cerdas ( D),
transportasi pintar (E), dan hidup pintar (F).
 Lingkungan yang cerdas dan transportasi yang cerdas dipengaruhi tidak hanya oleh
manajemen yang cerdas dan kehidupan yang cerdas, tetapi terutama oleh infrastruktur
yang cerdas dan ekonomi yang cerdas.
 Dengan demikian, selama pembangunan infrastruktur terkait, lebih banyak perhatian
harus fokus pada pembangunan kota pintar. Selain itu, industri yang relevan harus
didistribusikan secara masuk akal dan menciptakan terobosan dalam lingkungan dan
transportasi.

IV.2 SARAN

Pada intinya, Dengan melihat permasalahan pada implementasi smart city di


Indonesia adalah melakukan perluasan pemanfaatan TIK dalam berbagai bidang layanan
pemerintah, keterbatasan layanan saat ini menjadi kendala yang harus diselesaikan.
Seharusnya pemerintah lebih memperluas layanan internet di daerah-daerah yang akan
mengimplementasikan smart city di Negara Indonesia. Selain itu, penyiapan masyarakat
dalam teknologi informasi perlu terus dilakukan secara masif dan terstruktur dalam
upaya perubahan perilaku masyarakat menuju smart city.

70

Anda mungkin juga menyukai