Anda di halaman 1dari 17

GREENSHIP NEIGHBORHOOD

Kelompok 3
GREENSHIP NEIGHBORHOOD
Konsep „Green Architecture’ atau arsitektur hijau menjadi
topik yang menarik saat ini. Salah satunya karena kebutuhan
untuk memberdayakan potensi tapak/site dan menghemat
sumber daya alam akibat semakin menipisnya sumber
energi tak terbarukan. Selain itu juga mengakibatkan
peningkatan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya
kualitas lingkungan menjadi lebih baik. Hal ini dimulai sejak
deklarasi Stockholm tahun 1972, dengan diselenggarakannya
konferensi internasioanal PBB di Rio de Jenairo Brazil

yang akhirnya menghasilkan sebuah rumusan yang memuat


prinsip-prinsip dan pedoman bagi penyelenggaraan
pembangunan yang berwawasan lingkungan yang tercantum
dalam Protokol Kyoto tahun1997.
TUJUAN

GREENSHIP untuk Kawasan merupakan perangkat penilaian untuk menyebarkan dan


menginspirasi dalam penerapan dan perwujudan kawasan yang
berkelanjutan.menurut chairperson GBcl ( Green Building council Indonesia ) NANING
ADIWOSO tolak ukur “ greenship “ di keluarkan untuk menjadi tolak ukur bagi para
pelaku inustri bangunan dalam menerapkan best practice dan mencapai standar yang
terukur dan bisa di pahami oleh masyarakat umum. Standar yang ingin di capai melalui
greenship ini terwujud konsep green building sejak dalam tahap perancanaan ,
pengoprasian, hingga pemeliharaan sehari-hari
MANFAAT
Manfaat Penerapan GREENSHIP Kawasan

1. Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan GREENSHIP


Kawasan:
2. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan,
serta
3. meningkatkan kualitas lingkungan kawasan yang sehat
4. Meminimalkan dampak pembangunan terhadap lingkungan
5. Meningkatkan kualitas iklim mikro
6. Menerapkan asas keterhubungan, kemudahan pencapaian,
keamanan, dan kenyamanan pada jalur pejalan kaki
7. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber
daya di masa mendatang
JENIS-JENIS
Jenis Sertifikasi GREENSHIP Kawasan terdiri dari :

1. PLAN
Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan
perencanaan berdasarkan perangkat penilaian GREENSHIP. Jenis
sertifikasi ini untuk kawasan yang masih dalam tahap perencanaan.

2. BUILT PROJECT
Untukk proyek yang telah terbangun dan/atau telah beroperasi. Proyek
dinilai secara menyeluruh baik dari aspek desain, konstruksi maupun
operasional; untuk menentukan kinerja kawasan secara menyeluruh.
Kategori – Kriteria – Tolok Ukur dalam
GREENSHIP

Kategori merupakan isu utama yang relevan dengan kondisi Indonesia dalam
mewujudkan kawasan yang berkelanjutan. Dalam perangkat penilaian
GREENSHIP Kawasan Berkelanjutan dikelompokkan dalam enam kategori
(GBCI, 2013), yaitu:

1. Peningkatan Ekologi Lahan (Land Ecological Enhancement);


2. Pergerakan dan konektivitas (Movement and Connectivity);
3. Manajemen dan Konservasi Air (Water Management and Conservation);
4. Manajemen Siklus Material (Material Cycle Management);
5. Strategi Kesejahteraan Masyarakat (Community Wellbeing Strategy);
6. Bangunan dan Infrastruktur (Buildings and Infrastructures).
Kelayakan/Eligibility

Kelayakan/eligibility merupakan standar minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik kawasan untuk
mengikuti proses sertifikasi

GREENSHIP. Standar minimum ini memiliki lima kriteria kelayakan yang terdiri atas:

1. Masterplan kawasan atau Rencana induk kawasan

2. Minimum luas kawasan yang diajurkan adalah 1 Ha

3. Minimum terdiri atas 2 (dua) bangunan

4. Kesedian data gedung untuk diakses

5. GBCI terkait proses sertifikasi

6. Izin lingkungan atau surat kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL/UPL (GBCI, 2013)
Hal-hal yang dinilai dalam GREENSHIP Kawasan adalah:

1. Land Ecological Enhancement (Peningkatan Ekologi Lahan)


2. Movement and Connectivity (Pergerakan dan Konektivitas)
3. Water Management and Conservation (Manajemen dan
Konservasi Air)
4. Solid Waste and Material (Limbah Padat dan Material)
5. Community Well-being Strategy (Strategi Kesejahteraan
Masyarakat)
5. Buildings and Energy (Bangunan dan Energi)
6. Innovations and Future Development (Inovasi dan
Pengembangan)
A. GREENSHIP Neighborhood/Kawasan (NH) Versi 1.0

GREENSHIP untuk Kawasan merupakan perangkat penilaian untuk


menyebarkan dan menginspirasi dalam penerapan dan perwujudan
kawasan yang berkelanjutan.

Dengan adanya perangkat penilaian ini, diharapkan dapat mendorong


para pelaku industri dan pemangku kepentingan untuk menerapkan
konsep keberlanjutan pada kawasan. Perangkat penilaian GREENSHIP
Kawasan ini dapat segera diaplikasikan, dan bermanfaat bagi
masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Mari kita wariskan tanah, air dan udara yang bersih dan sehat untuk
generasi mendatang karena bumi adalah milik kita semua, saat ini dan
masa depan.
GREENSHIP Kawasan

Kategori Nilai Bobot

Land Ecological Enhancement 19 15%

Movement and Connectivity 26 21%

Water Management and Conservation 18 15%

Solid Waste and Material 16 13%

Community Wellbeing Strategy 16 13%

Building and Energy 18 15%

Innovation and Future Development 11 9%

Total Nilai Keseluruhan Maksimum 124


KELAYAKAN (ELIGIBILITY) BUILT
PLAN
PROJECT

A. Dua kriteria terkait peraturan pembangunan kawasan di Indonesia, yaitu:


1 Rencana induk (Masterplan) kawasan. √ √

Izin lingkungan atau surat kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi


2 √
UKL/UPL dan izin terkait.
3 Ijin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). √

4 Ijin Pemanfaatan Ruang dari Pemda. √

B. Tiga kriteria terkait persyaratan GBC Indonesia, yaitu:


1 Minimum luas kawasan adalah 5000 m2 dan maksimum 60 Ha* √ √

Untuk kawasan industri:


(1) Luas lahan Kawasan Industri paling rendah 50 Ha.**
(2) Luas lahan Kawasan Industri Tertentu untuk Usaha Mikro, Kecil, dan √ √
Menengah paling rendah 5 Ha.** Maksimal 400 Ha. ***

2 Minimum terdiri atas 2 (dua) bangunan. √ √

3 Satu pengelola. √ √

Kesediaan data kawasan untuk diakses GBC Indonesia terkait proses sertifikasi.
4 √ √

Ket. :
*) Penentuan luas dan batasan kawasan dapat didiskusikan lebih lanjut dengan GBC Indonesia
**) PP No.24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri
***) PerMen Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015
tentang Izin Lokasi
GREENSHIP New Building Versi 1.1

GREENSHIP New Building Versi 1.1 merupakan hasil revisi dari GREENSHIP New Building Versi 1.0 yang
akan berlaku mulai tanggal 23 Februari2012.

Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari :


1. Design Recognition (DR), dengan maksimum
2. Final Assessment (FA), dengan maksimum nilaI

Peringkat pada GREENSHIP Versi 1.1 tahap FA terdiri dari:

Platinum Minimum persentase 73% dengan 56 poin


Platinum Minimum persentase 73% dengan 74 poin
Gold Minimum persentase 57% dengan 33 poin
Gold Minimum persentase 57% dengan 58 poin
Silver Minimum persentase 46% dengan 35 poin
Silver Minimum persentase 46% dengan 47 poin
Bronze Minimum persentase 35% dengan 27 poin
Bronze Minimum persentase 35% dengan 35 poin
Kelayakan (Eligibility )

Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan


yang ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan tersebut antara lain:
1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2
2. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan
RTRW/K setempat
3. Kepemilikan rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
4. Mesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa
5. Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran
6. Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas penyandang cacat
7. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses
sertifikasi
GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2

GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2 merupakan pengembangan dari perangkat penilaian
GREENSHIP NB versi 1.0 dan Ringkasan tolok ukur GREENSHIP NB versi 1.1

Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari :

1. Tahap Rekognisi Desain (Design Recognition - DR)

Dengan maksimum nilai 77 pon Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan sementara untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan
perangkat penilaian GREENSHIP. Tahap ini dilalui selama gedung masih dalam tahap perencanaan.

2. Tahap Penilaian Akhir (Final Assessment - FA)

Dengan maksimum nilai 101 poinPada tahap ini, proyek dinilai secara menyeluruh baik dari aspek
desain maupun konstruksi dan merupakan tahap akhir yang menentukan kinerja gedung secara
menyeluruh.
STUDI KASUS
Berdasarkan data dari Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor
(DIWASBANGKIM Kota Bogor, 2012),

terdapat sekitar 294 Perumahan yang ada di Kota Bogor, dan berdasarkan data yang
diperoleh juga dari Badan Pengolahan Lingkungan Hidup (BPLH Kota Bogor, 2014) sampai
dengan 2014, terdapat beberapa perumahan yang yang telah memiliki izin lingkungan atau
surat kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL/UPL. Adapun lokasi yang dipilih
sebagai studi kasus yaitu perumahan yang terdapat di wilayah Bogor Barat yang memiliki
kepadatan penduduk terpadat (BPS Kota Bogor, 2013) dan merupakan daerah
pengembangan untuk kawasan perumahan setelah Kecamatan Bogor Utara (BAPPEDA Kota
Bogor, 2014), hal ini dipastikan bahwa permintaan akan perumahan lebih banyak
dibandingkan di wilayah yang penduduknya sedikit. Lokasi terpilih yaitu perumahan Sinbad
Green Residence dengan luas ± 68,96 Ha. Pengambilan contoh perumahan yang dijadikan
objek penelitian ditentukan melalui

metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara sengaja,
menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu yang ada dalam
eligibilitas kawasan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 sampai
September 2015.
Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (sumber : www.google.co.id/maps /diakses 8
Juni 2016 dengan modifikasi)

Anda mungkin juga menyukai