Anda di halaman 1dari 59

CURRENT ISSUE

Kelompok 2
Anggota Kelompok 2
1.Chorida Dita Rahmania (R0218028)

2.Darin Ayu Linda (R0218030)

3.Denny Anwar Ramadhan (R0218032)

4.Dyas Ika Irma Riani (R0218040)

5.Furi Handayani (R0218050)


7.Muhammad Rizal Maulana (R0218078)
6.Khairani Nurhasanah (R0218060)
8.Rizky Ayu Mukharomah (R0218100)

9.Rosy Sasmita (R0218102)

10.Salsabilla Deslinda Amara Putri (R0218104)

11.Wahyu Pamungkas (R0218122)

12.Yulia Istiqomah (R0218128)


DISKUSI 1 DISKUSI 2

● Peraturan Terkait K3 Konstruksi ● Kronologi Singkat


● Update Data KAK/ PAK Konstruksi ● Faktor Kemungkinana Penyebab
● Update Teori / Hasil Penelitian Kecelakaan
Konstruksi ● Upaya Pengendalian
● Update Informasi Dari Berbagai ● Kesimpulan
Media Massa
DISKUSI 1
PERATURAN TERKAIT K3
KONSTRUKSI
UNDANG-UNDANG

● Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

● Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

● Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


PERATURAN MENTERI

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Konstruksi Bangunan
• Peraturan Menteri PU No 07/PRT/M/2011 tentang standar dan pedoman pemilihan penyedia barang/jasa pekerjaan
konstruksi dan jasa konstruksi
• Peraturan Menteri PU No. 05 Tahun 2014 Tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang PU
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.9 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam
Pekerjaan Pada Ketinggian
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
• Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum KEP.174_MEN_1986 No.104_KPTS_1986
Tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi Beserta Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
PERATURAN PEMERINTAH

• Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa


Konstruksi
• Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan
pembinaan jasa konstruksi
• Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Bangunan Gedung
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
UPDATE DATA KAK/PAK
TERKAIT K3 KONSTRUKSI
BPJS Ketenagakerjaan

Keterangan Satuan 2019 2018

Jumlah Kecelakaan Kerja Kasus 182.835 173.415

BPJS Ketenagakerjaan mencatat jika jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2018 ke 2019 mengalami
peningkatan kasus. Namun, data kecelakaan kerja tersebut tidak secara khusus memuat informasi
kecelakaan kerja sektor konstruksi, namun BPJS ketenagakerjaan menyebutkan bahwa sektor konstruksi
menjadi penyumbang angka kecelakaan kerja tertinggi yaitu sekitar 31,9% dari setiap 100.000 tenaga kerja.
BPJS Ketenagakerjaan

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan kasus kecelakaan kerja


mengalami peningkatan. Dia mencatat pada 2019 jumlah kecelakaan kerja 114.000 kasus
kecelakaan. Sementara di 2020 menjadi 177.000 kasus kecelakaan.

Merujuk pada data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2019 terdapat 114.000 kasus kecelakaan kerja,
tahun 2020 terjadi peningkatan pada rentang Januari hingga Oktober 2020 BPJS
Ketenagakerjaan mencatat terdapat 177.000 kasus kecelakaan kerja (Selasa (12/1/2021))

Sumber : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4454961/jumlah-kecelakaan-kerja-meningkat-di-2020-capai-
177000-kasus
SAFE WORK AUSTRALIA

Data di atas merupakan data kompensasi pekerja di Australia atas kasus kecelakaan dan MSDs tahun 2018-2019
yang tercatat pada https://www.safeworkaustralia.gov.au/collection/australian-workers-compensation-statistics
SAFE WORK AUSTRALIA

Data tersebut merupakan data kompensasi pekerja di Australia atas kasus Penyakit Akibat Kerja tahun 2018-2019
yang tercatat pada https://www.safeworkaustralia.gov.au/collection/australian-workers-compensation-statistics
UPDATE TEORI/HASIL
PENELITIAN PADA SEKTOR
KONSTRUKSI
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 telah melemahkan berbagai sektor usaha di Indonesia maupun negara
lain. Salah satu sektor yang terhambat pelaksanaannya adalah sektor konstruksi. Pembatasan
interaksi sosial dan perkumpulan manusia di tempat umum membuat berbagai pekerjaan
termasuk pekerjaan konstruksi berhenti dan tertunda sementara. Kementerian PUPR
mengeluarkan Instruksi Menteri PUPR No 02 Tahun 2020 Tentang Protokol Pencegahan
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
ditandatangani pada 27 Maret 2020. Hal ini merupakan langkah awal untuk memberikan
perlindungan terhadap penyelenggaraan jasa konstruksi yang tengah berlangsung. Agar tetap
menjamin kualitas para tenaga kerja konstruksi di tengah masa pandemi Direktur Jenderal Bina
Konstruksi mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 17/SE/Dk/2020
tentang Pedoman Pembinaan Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Dalam Periode Normal Baru.
Pembinaan kompetensi harus tetap berjalan di tengah masa pandemi dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan dan meminimalisir potensi penularan Covid-19.
Pendahuluan
Terdapat 100 proyek komersial di Jawa Timur terpaksa dihentikan sementara
akibat penyebaran/wabah virus Covid-19. Meski proyek komersial terganggu, tetapi
sektor konstruksi masih bisa mengandalkan segmen perumahan atau residensial yang
masih mampu berjalan karena ada kebutuhan tempat tinggal masyarakat. Jumlah
proyek residensial di Jawa Timur yang masih dapat dilanjutkan di tengah wabah Covid-
19 sepanjang kuartal I tahun 2020 ini sebanyak 107 proyek dengan nilai mencapai
US$305,77 juta. Dari jumlah tersebut, kontribusi segmen real estate sekitar 60 persen,
apartemen 20 persen dan personal house 20 persen. Di Indonesia kemampuan
masyarakat untuk memahami dalam pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19
dinilai sangat rendah. Konsep keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang merupakan
salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap
tenaga kerja seringkali diabaikan oleh perusahaan konstruksi (Endriastuti dan
Adawiyah, 2018).
Pendahuluan
Berdasarkan hasil riset pada pekerja konstruksi, tingkat pendidikan pekerja konstruksi di
Surabaya tergolong rendah (Helda dalam Fariz, 2014), yaitu tidak sekolah 38%, lulusan SD
26%, Lulusan SMP 29%, dan sisanya merupakan lulusan SMA 9%. Pendidikan pekerja
konstruksi merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan kesadaran akan arti
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja , namun demikian sosialisasi dan edukasi dari
pihak perusahaan merupakan kunci utama disiplin K3 dilakukan dalam kegiatan bekerja dalam
kondisi wabah Covid-19 ini. Mengingat semakin meluasnya korban Covid 19 , maka edukasi
K3 terkait pencegahan wabah COVID-19 sangat urgen untuk dilakukan yang dikhususkan bagi
pekerja yang masih bekerja di Site pada perusahaan konstruksi yang belum melakukan
sosialisasi K3 sehingga terhindar dari penularan virus tersebut. Diharapkan dengan adanya
edukasi terkait protokol K3 versi pencegahan Covid 19 ini, pekerja mendapatkan pemahaman
untuk mencegah penularan dan dapat dengan tenang melakukan pekerjaannya tanpa
hambatan apapun terkait dengan keselamatannya.
HASIL PENELITIAN
Virus sistem pernapasan Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang . Pada banyak kasus, virus ini
hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu. Namun, virus ini juga
menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti infeksi paru-paru (pneumonia) hingga
menyebabkan komplikasi yang berakibat penderita meninggal dunia. Adanya pandemi Covid-
19 menyebabkan dampak pada berbagai sektor industri, tidak terkecuali pada sektor
konstruksi. Kelompok orang yang rentan terhadap virus corona dibagi menjadi 6 kelompok
yaitu petugas kesehatan, orang yang serumah dengan penderita, orang yang bepergian
dalam satu alat angkut, orang yang merawat atau menunggui pasien corona, tamu yang
berdekatan dengan penderita dan orang yang bekerja sama dengan orang bervirus corona. 3
diantaranya berpotensi terdapat dan bisa terjadi di tempat kerja terlebih di site konstruksi.
HASIL PENELITIAN
Penempatan dan pengelompokan orang dalam jumlah besar sangat tidak disarankan karena
semakin meningkatkan interaksi. Selain yang berkepentingan, yaitu seperti pekerja, supervisor,
dan manager, tidak diperbolehkan memasuki area site proyek. Hal ini untuk meminimalisir
kontaminasi dengan orang luar. Siapapun yang masuk dalam kategori berikut, tidak diizinkan
masuk site konstruksi, sebagai berikut :

1. Ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang sedang karantina atau positif Covid-19

2. Menunjukkan satu atau lebih gejala Covid-19

3. Orang yang rentan (faktor usia, kondisi klinis, hamil)

Berbagai alat pelindung diri yang wajib dikenakan guna meminimalisir penyebaran Covid-19 di
site. Beberapa APD yang wajib dipakai oleh pekerja yaitu masker, sarung tangan, helm proyek,
gunakan pelindung mata, dan gunakan wearpack.
HASIL PENELITIAN
Protokol K3 Anti-Covid 19 di Site Konstruksi Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi ketika pekerja memasuki dan memulai
bekerja di site meliputi tiga tahapan berikut ini :

Ketika akan memasuki site Ketika didalam site proyek Ketika meninggalkan site proyek
proyek

- SOP Kendaraan Pengangkut - Penyemprotan ke Seluruh Area - Pembersihan Area Kerja


- Pengaturan Antrian - Desinfektan peralatan Masing-Masing
- Pengecekan Suhu Tubuh - Zona kerja : Memisahkan lokasi - Pembersihan Hand Tools Pribadi
- Mencuci Tangan menjadi zona kerja agar kelompok - Melepas wearpack
pekerja yang berbeda terpisah - Membersihkan diri sebelum
secara fisik bertemu dengan keluarga
- Mengurangi banyaknya
pergerakan
- Mengurangi Rotasi kerja
- Physical distancing
KESIMPULAN
Kemampuan masyarakat indonesia dalam memahami akan pentingnya penanganan covid-19 masih dinilai sangat rendah.
Karena rendahnya tingkat sumber daya manusia sehingga dibutuhkan nya sosialisasi dan edukasi dari perusahaan
mengenai disiplin K3 dalam bekerja saat di masa pandemi. Sehingga diterapkan aturan bagi seluruh pekerja tidak boleh
memasuki site konstruksi jika:

1. Jika kerabat atau anggota keluarga sedang dalam masa karantina atau positif covid-19

2. Menunjukkan satu atau lebih gejala covid-19

3. Orang yang rentan (faktor usia, kondisi klinis, hamil)

Setiap orang wajib menggunakan APD berupa masker, sarung tangan, pelindung mata, wearpack, safety footwear dan
helm proyek. Peraturan- peraturan yang harus di patuhi ketika pekerja memasuki dan memulai bekerja di site meliputi 3
tahapan berikut ini :

1. Ketika akan memasuki site proyek

2. Ketika di dalam site proyek

3. Ketika meninggalkan site proyek


UPDATE INFORMASI DARI
BERBAGAI MEDIA MASSA
#BERITA 01 “PEKERJA BANGUNAN TEWAS JATUH DARI LANTAI 3 PONPES
KUDUS”

Kudus - Seorang pekerja bangunan tewas setelah jatuh dari lantai tiga sebuah pondok pesantren (ponpes) di
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Korban bernama Nur Agus Triyanto (49) jatuh saat sedang memperbaiki atap
yang bocor.

"Iya betul, ada orang meninggal dunia karena jatuh yang terjadi pada tadi pukul 9.30 WIB di ponpes Sirajul
Hanan Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo," kata Kapolsek Jekulo, AKP Supartono, saat dimintai konfirmasi
detikcom lewat pesan singkat, Senin (22/2/2021).

Dia menjelaskan korban merupakan warga Kecamatan Jekulo. Pada saat kejadian, kata Supartono, korban
sedang bekerja bersama anaknya.

Saat kejadian korban hendak memperbaiki atap yang bocor di lantai tiga. Namun nahas tali tambang yang
digunakan untuk naik ke lantai putus dan menyebabkan korban terjatuh dari lantai tiga setinggi 10 meter.

"Setelah mendapatkan kabar tersebut, kepolisian, Puskesmas datang ke lokasi kejadian. Berdasarkan
keterangan dokter korban meninggal dunia akibat luka di bagian tulang temporal dan mastoid dan tidak ada
tanda-tanda penganiayaan," jelasnya

Kini jenazah korban sudah dievakuasi dan diserahkan kepada pihak keluarga. "Keluarga korban sudah
menerimakan kejadian tersebut," tandasnya.
Dian Utoro Aji - detikNews
Senin, 22 Feb 2021 12:36
WIB
#BERITA 02 “CRANE TERGULING DAN TIMPA PROYEK, DISNAKER CIUM UNSUR
KELALAIAN ”

SuaraBanten.id - Kecelakaan kerja terjadi di proyek milik PT Mitsubishi Chemical Pet Film Indonesia (MFI) di
Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon.

Alat berat berupa crane terguling dan jatuh menimpa proyek yang tengah dikerjakan PT Taisei Pulau Intan.

Insiden membahayakan itu diduga terjadi karena crane kelebihan muatan, dan perusahaan terindikasi
mengabaikan prosedur keselamatan kerja.

Pengawas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Tuti mengatakan,
berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), tidak ditemukan korban jiwa dalam peristiwa tersebut.

“Penyebab lagi kita teliti,” ujar Tuti dikutip dari Bantennews --jaringan Suara.com, Jumat (5/3/2021).

Tuti mengatakan pihak Disnaker Provinsi Banten masih akan mendalami persitiwa ini, sehingga belum bisa
memutuskan ada tidaknya pelanggaran prosedur keselamatan kerja yang dilakukan perusahaan.Kasie lembaga
hubungan industrial dan penyelesaian perselisihan pada Disnaker Kota Cilegon, Zarwan menuturkan, pihaknya
tidak bisa turun tangan dalam menyikapi kecelakaan kerja di proyek milik PT MFI tersebut.

“Pengawasan kecelakaan kerja ada di provinsi, jadi kita tidak bisa bertindak,” ujarnya.

Terkait kasus kecelakaan kerja ini belum ada satupun pihak MFI maupun PT Taisei Pulau Intan yang memberikan
Arief Apriadi Jum'at, 05
konfirmasi atau keterangan kepada wartawan. Maret 2021 | 10:19 WIB
#BERITA 03 “Kecelakaan Kerja, Pekerja Proyek Penunjang MotoGP
Mandalika Tewas ”

VIVA – Seorang pekerja proyek penunjang MotoGP Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, meninggal diduga
akibat kecelakaan kerja, Selasa, 20 April 2021.

Korban bernama Ardiansah (28) warga Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah,
meninggal diduga akibat kecelakaan kerja di areal proyek pembangunan Bypass BIL-Mandalika.

"Benar, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.00 wita," kata Kapolres Lombok Tengah, AKBP Esty Setyo Nugroho.

Dia menjelaskan, kecelakaan kerja yang dialami korban terjadi tepatnya di lokasi pengerjaan jalan Bypass Sta
4700 yakni di Dusun Lamban, Desa Segala Anyar, Kecamatan Pujut.

Menurut keterangan saksi Kaharudin (Operator Excavator), saat kejadian korban sedang melakukan pekerjaan
mengangkat gulungan terpal yang akan digunakan sebagai alas timbunan jalan untuk dinaikan ke bucket
Excavator.
Namun setelah berhasil menaikkan gulungan terpal ke bucket excavator, tiba-tiba
gulungan terpal yang diangkat menggunakan excavator itu terjatuh dan menimpa korban.
Kemudian saksi membantu mengangkat korban, dan membawa korban menuju
puskesmas Desa Sengkol.

Korban meninggal saat dibawa menuju puskesmas. Saat ini polisi tengah melakukan
penyelidikan penyebab korban meninggal, untuk mengetahui ada tidaknya unsur
kelalaian.

Rabu, 21 April 2021 | 02:34 WIB


Oleh : Daurina Lestari dan Satria Zulfikar (Mataram)
DISKUSI KE DUA
KRONOLOGI SINGKAT
Kecelakaan Kerja, Pekerja Proyek Penunjang MotoGP
Mandalika Tewas

Pada Selasa, 20 April 2021. Pekerja proyek penunjang MotoGP Mandalika,


Lombok, Nusa Tenggara Barat, meninggal diduga akibat kecelakaan kerja.
Korban bernama Ardiansah (28) warga Desa Penujak, Kecamatan Praya
Barat, Kabupaten Lombok Tengah. Kecelakaan kerja pada pukul 11.00
WITA. lokasi pengerjaan jalan Bypass Sta 4700 yakni di Dusun Lamban.

Menurut keterangan Kaharudin sebagai operator Excavator, saat


kejadian korban sedang melakukan pekerjaan mengangkat gulungan
terpal yang akan digunakan sebagai alas timbunan jalan untuk dinaikan ke
bucket Excavator. Namun setelah berhasil menaikkan gulungan terpal ke
bucket excavator, tiba-tiba gulungan terpal yang diangkat menggunakan
excavator itu terjatuh dan menimpa korban dan korban segera di larikan
menuju Puskesmas Desa Sengkol.
FAKTOR KEMUNGKINAN
PENYEBAB KECELAKAAN
1. Kelalaian Pekerja

Pada pekerjaan konstruksi, kerap kali terjadi


kecelakaan khususnya saat pengoperasian alat
berat, dan mayoritas angka cedera atau bahkan
kematian di tempat kerja sering kali dihubungkan
dengan kesalahan manusia atau Human Error.

Meskipun tidak sepenuhnya kesalahan


faktor kelalaian manusia, sebab bisa saja
akibat dari kerusakan alat yang digunakan
pada pekerjaan tersebut.
Pada kasus kecelakaan di proyek mandalika ini, terdapat 1
pekerja yang meninggal dunia akibat tertimpa gulungan terpal saat
proses pengangkatan ke bucket excavator.

Dalam kecelakaan ini, diduga terdapat kelalaian dari pekerja yang


menjadi korban tersebut, pekerja tersebut tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri berupa Safety Vest sehingga operator alat berat
(Excavator) tidak melihat keberadaan dari pekerja yang menjadi
korban tersebut, dan saat pengangkatan pun pekerja tersebut masih
berada dekat dengan excavator tersebut sehingga pada saat terpal
terjatuh tidak dapat terhindarkan.
2. Kurangnya Pengawasan SOP Angkat-
angkut
Mayoritas cedera atau kematian terkait alat berat yang terjadi di tempat kerja dihubungkan dengan
kesalahan manusia (human error), meskipun banyak juga yang diakibatkan oleh kerusakan pada alat atau alat
yang tidak berfungsi dengan baik.

Sering kali dua faktor tersebut mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal. Dalam hal ini pengusaha dan
pengurus memiliki kewajiban untuk memastikan pekerja yang mengoperasikan alat berat bekerja dengan
aman dan selamat

Kesalahan pekerja menjadi faktor terjadinya kecelakaan dan PAK disebabkan


karena pekerja tidak mentaati SOP atau sulit memahami SOP. SOP harus disusun ideal
dengan pembentukan team penyusun SOP yang terdiri dari penulis SOP, pelaksana di
lapangan, pengawas lapangan dan Manager. Terkadang SOP sudah dibuat baik namun
masih terjadi kecelakaan kerja dan PAK, hal ini bisa terjadi karena buruknya penerapan
dan pengawasan SOP, sehingga perlu upaya meningkatkan kesadaran pekerja akan
pentingnya menaati SOP dan meningkatkan sistem pengawasan ditaatinya SOP oleh
petugas (Tambunan, 2013).
Kasus terjungkalnya excavator diduga karena digunakan
untuk mengangkat gulungan terpal berukuran besar sehingga
excavator kehilangan keseimbangan yang mengakibatkan jatuh
terjungkal.
Melihat keterangan tersebut kita dapat melihat bahwa
excavator digunakan tidak sesuai dengan fungsinya.
Seharusnya untuk mengangkat gulungan terpal pekerja
menggunakan alat berat forklif. Disamping itu kurangnya
pengawasan SOP penggunaan alat angkat angkut menjadi
salah satu faktor penyebab kecelakaan.
3. Kelebihan Muatan (Overload)

Mayoritas kecelakaan kerja terkait alat berat mengakibatkan cedera


serius hingga kematian pada pekerja. NIOSH menyatakan sebagian
besar kecelakaan terjadi akibat tabrakan kendaraan, alat berat
terguling, operator tertimpa beban, atau operator jatuh dari alat berat.

Area konstruksi jalan raya dan jembatan menyumbang hampir


80 persen kematian pekerja akibat kecelakaan alat berat setiap
tahunnya. Kecelakaan kerja fatal yang berhubungan dengan
alat berat juga banyak terjadi di industri lainnya, seperti
pertambangan, pertanian, manufaktur, dan kehutanan.
Kasus terjungkalnya excavator diduga karena beban muatan yang
berlebihan (overload) sehingga excavator kehilangan keseimbangan
yang mengakibatkan jatuh terjungkal. Selain daripada itu kontur
tanah yang tidak stabil juga berpengaruh pada keseimbangan
excavator.

Sumber: Ismara, Ketut Ima dkk. (2016). Tuntutan Analisis Kecelakaan Kerja di
Pertambangan Berdasarkan Zerosicks. Http://staffnew.uns.ac.id diakses pada 3 Juni
2021.
UPAYA PENGENDALIAN
SUBSTITUSI

- Substitusi berarti mengganti sesuatu yang berbahaya dengan sesuatu


yang lebih aman.
- Dalam kasus kecelakaan proyek mandalika, excavator merupakan
alat berat yang berbahaya bila digunakan untuk mengangkat terpal
- Excavator dapat diganti dengan alat berat lain yaitu telehandler
SUBSTITUSI - PENGGUNAAN TELEHANDLER
Telehandler memiliki 4 fungsi yaitu :

1. Untuk material handling, seperti membawa dan mengangkat material dengan


menggunakan attachment garpu (fork)
2. Untuk Elevated positioning, telehandler menempatkan beberapa material di ketinggian
3. Untuk pekerjaan loading & unloading dengan menggunakan attachment bucket
4. Untuk perawatan atau pembersih jalan yaitu dengan menggunakan attachment sweeper
(penyapu)
Pengawasan SOP K3 (Peralatan Angkat dan
Angkut)
Tujuan :

1. Menjamin keselamatan tenaga kerja (operator) dan tenaga kerja lain


2. Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan dan sesuai dengan
fungsinya
3. Menjamin proses kerja berjalan dengan aman

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012


tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 13
ayat (1) menjelaskan bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa
informasi K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait
di luar perusahaan.

Pengawasan penerapan prosedur K3 tersebut dilakukan oleh petugas safety yang


berada pada area kerja. Dalam hal ini sebagai petugas safety bertanggungjawab untuk
melakukan penyesuaian fungsi peralatan angkat-angkut yang akan digunakan. Apabila
ditemukan ketidaksesuaian penggunaan alat, petugas safety diperkenankan untuk
memberhentikan proses tersebut, dan kemudian akan ditinjau ulang penggunaan alat yang
akan digunakan (sesuai prosedur).
Surat Ijin Operasi (SIO)
SIO (Surat Ijin Operator) merupakan sejenis Sertifkat yang diberikan menyangkut Ijin Perorangan di
dalam sebuah perusahaan dalam hal kelayakan mengoperasikan Alat Angkat dan Alat Angkut.

Tujuan penerapan SIO pada operator Excavator di perusahaan adalah :


1. Melaksanakan Ketentuan dan perundang-undangan sesuai dengan keselamatan kerja pada excavator
2. Mengoperasikan excavator dengan benar sesuai standar dan peraturan yang berlaku serta syarat-syarat
keselamatan kerja
3. Mengenal dan membaca daftar beban
4. Melakukan pemeriksaan dan perawatan harian
5. Mengenal dan mengetahui fungsi Komponen excavator

Secara terperinci mengenai Sertifikat SIO termasuk kriteria yang sesuai dengan Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan Permennaker no. PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat / Alat
Angkat dan Alat Angkut (Forklift, Backoe, Loaders, Truck, Excavators, Cranes, Dll ).
Contoh Surat Ijin Operasi (SIO)
Izin Kerja Pengangkatan / Lifting Permit
Ijin Kerja (Permit to Work) adalah sebuah sistem ijin bekerja tertulis formal yang digunakan
untuk mengontrol jenis pekerjaan tertentu yang berpotensi bahaya. Ijin Kerja (Permit to Work)
diperlukan untuk mengendalikan dari potensi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan. Ijin Kerja
(Permit to Work) juga biasanya dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti JSA (Job Safety
Analysis) dan Tool Box Checklist

Berdasarkan Studi Kasus yang dipilih kelompok kami yang berjudul “Kecelakaan Kerja,
Pekerja Proyek Penunjang MotoGP Mandalika Tewas ” dilakukan analisis bahwa upaya pengendalian
administrasi dapat berupa adanya : IJIN PENGANGKATAN (Lifting Permit). Lifting Permit sendiri
adalah ijin kerja untuk pengangkatan yang kritikal, beban yang diangkat diatas 10 Ton atau
pengangkatan dengan menggunakan 2 crane atau lebih dan pengangkatan material yang mahal
harganya dan material lebar ukurannya yang kategorikan berbahaya.
Pekerjaan lifting merupakan salah satu pekerjaan yang sering ditemui di lapangan.
Pekerjaan jenis ini merupakan pekerjaan dengan katagori risiko tinggi (high risk job) akan
kecelakaan pada saat pengoperasiannya. Gagalnya pengangkatan beban, rusaknya alat
peralatan, putusnya tali sling pengikat, rusaknya material yang diangkat, dan kerusakan pada
struktur bangunan disekitarnya, serta cidera atau bahkan terjadinya kematian adalah bagian
dari rangkaian risiko yang mungkin saja terjadi saat proses pekerjaan pengangkatan dengan
melibatkan mobile crane dan peralatan angkat (lifting gear).

Menurut ketentuan undang-undang keselamatan kerja dan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia, orang-orang yang mengoperasikan mobile crane adalah orang yang telah lulus uji kompetensi dan
memiliki surat izin operasional (SIO) untuk mengoperasikan mobile crane sesuai dengan kelas pesawat angkat yang
dioperasikan. Begitu juga dengan orang-orang yang bekerja untuk membantu proses pekerjaan pengangkatan tersebut
seperti Juru Ikat (Rigger) dan Personal Pemberi Isyarat (Dogsman), yang merupakan orang-orang yang telah mendapatkan
pelatihan dan sertifikasi untuk pekerjaan lifting.
BERIKUT PROSEDUR IJIN KERJA
Berikut contoh dokumen Lifting Permit
SAFETY TALK
Safety talk adalah pertemuan yang dilakukan rutin antara supervisor dengan
para pekerja atau karyawan untuk membicarakan hal-hal mengenai K3, entah
tentang isu terbaru, regulasi, prosedur kerja, alat pelindung diri, potensi bahaya.

Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja maka HSE


ataupun petugas K3 dapat melakukan safety talk/safety briefing
kepada seluruh pekerja sebelum melakukan pekerjaan. Dapat
disampaikan potensi bahaya apa saja yang dapat terjadi, dan
bagaimana cara mencegah dan menangani potensi bahaya yang
dapat terjadi.
RAMBU K3
Rambu K3 adalah sebuah media komunikasi visual berupa piktogram/simbol dan
teks/pesan yang berguna untuk menyampaikan informasi bahaya atau pesan-pesan K3
kepada pekerja, kontraktor, dan tamu yang berada di area perusahaan. Selain itu,
rambu-rambu K3 merupakan bagian penting dalam penerapan K3 di lingkungan proyek
konstruksi dan harus dipasang pada tempat-tempat yang strategis, dalam arti mudah
dilihat.
APD (Alat Pelindung Diri)
Menerapkan aturan yang jelas terkait standar APD dan menyediakan APD yang perlu
digunakan sesuai kebutuhan pada aktivitas pekerjaan tertentu.

APD yang diperlukan antara lain:


KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan analisis berita kecelakaan kerja pada proyek penunjang motoGP
yang menyebabkan adanya pekerja yang tewas , dapat diketahui beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan
tersebut yaitu :

1. Kelalaian Pekerja

Pekerja yang menjadi korban tidak menggunakan APD berupa safety vest sehingga operator excavator tidak terlalu jelas untuk melihat
keberadaan posisi pekerja saat akan melakukan pengangkatan material dan ketika material tersebut terjatuh terdapat pekerja yang masih
di dekat alat berat tersebut dan berdampak pekerja tersebut kejatuhan terpal sehingga tewas.
2. Kurangnya Pengawasan SOP Angkat-angkut

Penggunaan alat berat excavator untuk mengangkat gulungan terpal berukuran besar tidak sesuai dengan fungsinya

3. Kelebihan Muatan (Overload)

Kasus terjungkalnya excavator diduga karena beban muatan yang berlebihan (overload) dan dalam pengangkatan material berada pada
kontur tanah tidak stabil yang mempengaruhi keseimbangan excavator sehingga alat berat tersebut kehilangan keseimbangan yang
mengakibatkan jatuh terjungkal.
KESIMPULAN
Berkaitan dengan penyebab kecelakaan kerja tersebut, upaya yang dapat dikendalikan secara hierarki pengendalian yaitu :

1. Eliminasi : tidak dapat dilakukan , karena apabila menghilangkan faktor bahaya tersebut akan menghambat proses
keberjalanan proyek konstruksi
2. Substitusi : Pergantian alat berat excavator dengan alat berat yang lebih sesuai yaitu Telehandler
3. Engineering Control : Alat berat yang digunakan tidak dapat dilakukan modifikasi tambahan
4. Administrasi :

-Pengawasan SOP K3 (Peralatan Angkat dan Angkut)

-Peninjauan ulang mengenai Surat Izin Operasi (SIO)

-Peninjauan ulang mengenai izin kerja pengangkatan/lifting permit

-Pelaksanaan Safety Talk secara rutin

-Pemasangan rambu K3 dengan jelas dan mudah dipahami dan harus dipasang pada tempat-tempat yang strategis

5. Alat Pelindung Diri (APD) : adanya aturan yang jelas terkait standar APD dan menyediakan APD yang perlu digunakan
sesuai kebutuhan
KESIMPULAN

Sebelum terjadinya kecelakaan kerja, perusahaan dapat melakukan beberapa pencegahan


yang dapat dilakukan melalui program K3. Penerapan program tersebut diharuskan untuk
dilakukan secara maksimal dan benar agar nantinya angka kecelakaan kerja di tempat kerja
dapat ditekan sehingga berkurang dan harapannya menuju zero accident Adanya dukungan
top manajemen dan kesadaran pekerja memahami pentingnya budaya K3 akan

mewujudkan lingkungan kerja yang aman.


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai