Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Produktivitas Kerja


Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output)
dengan keseluruhan sumber daya (input) yang dipergunakan per satuan waktu.
Produktivitas kerja sebagai perbandingan antara totalitas output pada waktu tertentu
dibagi dengan totalitas input selama periode tersebut. Produktivitas kerja juga
diartikan sebagai perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, perbedaan
antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-
satuan (unit) umum.
Dewan Produktivitas Nasional Indonesia telah merumuskan definisi
produktivitas secara lengkap, antara lain:
a. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
b. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara
hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input).
c. Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu efektivitas yang mengarah
pada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua efisiensi yang
berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi
penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Kesimpulan dari uraian diatas bahwa produktivitas kerja merupakan suatu


ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang dibutuhkan. Karyawan memegang
peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan
teknologi pada hakikatnya merupakan hasil karya manusia. Produktivitas karyawan
mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai karyawan dengan jangka
waktu tertentu.

2.2 Pengukuran Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per
satuan waktu (time). Menurut Permenakertrans Nomor : PER. 21/ MEN/ IX/ 2009
tentang Pedoman Pelayanan Produktivitas, dinyatakan bahwa Pengukuran
Produktivitas meliputi :

a. Produktivitas Individu
Produktivitas Individu dilakukan pada orang per orang yang bekerja di
perusahaan, intansi pemeritahan, atau kelompok masyarakat
b. Pengukuran Produktivitas mikro
Pengukuran Produktivitas Mikro dilakukan pada skala perusahaan, instansi
pemerintah, atau kelompok masyarakat

c. Pengukuran Produktivitas Makro


Pengukuran Produktivitas Makro dilakukan pada skala nasional, sektoral,
provinsi, atau kabupaten/ kota

Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan menghitung produktivitas


total, yaitu perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan
waktu. Hal ini semua faktor masukan terhadap total keluaran diperhitungkan.
Menghitung produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis
masukan seperti upah tenaga kerja, bahan energi, beban kerja, skor keluhan subjektif
dan lain-lain. Produktivitas dihitung secara parsial dari sudut pandang ergonomi.
Manuaba (2000) secara umum produktivitas dapat diformulasikan adalah sebagai
berikut.

Output (O)
Produktivitas Kerja =
Input ( I ) ×Time (T )

Sedangkan Rasio Produktivitas Kerja data hitung dengan rumus sebagai


berikut:
P=
Produktivitas Tenaga Kerja Setelah Perbaikan (P' k)
Produktivitas Tenaga Kerja Sebelum Perbaikan( Pk)

P= (M/M+β) (K±X/K)
Produktivitas dikatakan meningkat apabila P’k > Pk, jika P’k = Pk. Maka
produktivitas setelah perbaikan adalah sama dengan produktivitas sebelum perbaikan.
Keterangan :
 Sebelum perbaikan : Pk = K/M
 Setelah Perbaikan ; P’k = K’/ M’ , dimana

Pk = produktivitas tenaga kerja sebelum perbaikan

M = masukan per orang per satuan waktu

K = Keluaran (rerata hasil kerja per orang per satuan waktu)

P’k = P roduktivitas tenaga kerja setelah perbaikan


M’ = masukan per orang per satuan waktu setelah perbaikan (M + β
),dimana β biaya perbaikan

K’ = keluaran (rerata hasil kerja) per orang per satuan wakt (K±X), dimana
X adalah kenaikan atau penurunan hasil kerja rerata per orang per satuan
waktu

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja


1. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan
tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.
2. Kedisiplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap
peraturan yang berlaku.
3. Keterampilan
Setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama dalam perubahan mutakhir.
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan karena penggunaan teknologi
tidak hanya membutuhkan ketrampilan saja, melainkan membutuhkan
pengetahuan juga.
5. Etos kerja
Etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu
pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan.
6. Sikap dan etika kerja
Sikap seseorang atau sekelompok orang dalam membina hubungan yang serasi
sangat mempengaruhi produktivitas kerja.
7. Gizi dan kesehatan
Gizi yang baik akan dapat meningkatkan kesehatan seseorang, apabila seseorang
mempunyai derajat kesehatan tinggi, maka akan dapat meningkatkan
produktivitas.
8. Tingkat penghasilan
Dengan penghasilan yang cukup, akan memberikan kepuasan terhadap karyawan
sehingga menambah semangat bekerja.
9. Lingkungan kerja dan iklim kerja
Lingkungan kerja termasuk hubungan antar karyawan dan hubungan karyawan
dengan atasan, sangat berpengaruh terhadap produktivitas, karena karyawan
enggan bekerja jika tidak ada kekompakan baik antar karyawan atau dengan
atasan.
10. Teknologi
Peralatan kerja yang semakin canggih dapat meningkatkan produktivitas kerja.
11. Sarana produksi
Produktivitas akan meningkat apabila faktor – faktor penunjang proses produksi
terpenuhi.
12. Jaminan sosial
Dengan adanya perhatian dan pelayanan perusahaan kepada karyawannya, maka
karyawan akan semakin semangat dalam bekerja.
13. Manajemen
Apabila manajemen dikelola dengan baik, maka seluruh karyawan dapat
terorganisasi dengan baik pula.
14. Kesempatan berprestasi
Setiap orang mempunyai potensi dalam dirinya, apabila perusahaan memberikan
kesempatan untuk berprestasi mengembangkan potensinya maka hal tersebut akan
dapat meningkatkan produktivitas.

2.4 Cara Meningkatkan Produktivitas


Peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat sebagai masalah
keperilakuan, tetap juga dapat mengandung aspek-aspek teknis. Untuk
mengatasi hal itu perlu pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor
penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja. Adapun faktor-
faktor tersebut ialah :
1. Perbaikan terus menerus
Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu impikasinya ialah
bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terus
menerus. Pentingnya hal ini dikarenakan bahwa suatu organisasi selalu
dihadapkan kepada tuntutan yang secara terus menerus berubah, baik secara
internal maupun eksternal. Secara internal, perubahan yang terjadi ialah perubahan
strategi organisasi, perubahan pemanfaatan teknologi, perubahan kebijaksanaan,
dan perubahan dalam praktik-praktik SDM. Perubahan eksternal, perubahan yang
terjadi dengan cepat karena dampak tindakan suatu organisasi yang dominan
perannya dimasyarakat.
2. Peningkatan mutu hasil kerja
Mutu menyangkut semua jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan
kerja, baik pelaksanaan tugas pokok maupun pelaksanaan tugas penunjang dalam
organisasi. Peningkatan mutu ini tidak hanya berkaitan dengan produk yang
dihasilkan dan dipasarkan saja akan tetapi peningkatan mutu ini baik berupa
barang maupun jasa, maupun segala jenis kegiatan dimana organisasi terlibat.
3. Pemberdayaan SDM
SDM merupakan unsur yang paling strategis dalam organisasi. Karena itu,
memberdayakan SDM merupakan etos kerja yang mendasar yang harus
diperteguh oleh semua eselon manajemen dalam hierarki organisasi.
Memberdayakan SDM mengandung berbagai kegiatan seperti mengakui harkat
dan martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan penerapan gaya manajemen
yang partisipasif melalui proses demokratis dalam kehidupan berorganisasi.

2.5 Manfaat Penilaian Produktivitas Kerja


Menurut Muchdarsyah Sinungan (2005: 126) manfaat dari pengukuran
produktivitas kerja adalah sebagai beikut:

1. Umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja


karyawan.
2. Evaluasi produktivitas kerja digunakan untuk penyelesaian

misalnya: pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

3. Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya: promosi, transfer dan


demosi.
4. Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan.
5. Untuk perencanaan dan pengembangan karier.
6. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing.
7. Untuk mengetahui ketidak akuratan informal.
8. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil.

2.6 Definisi Cost Benefit Analysis (CBA)


Cost benefit analysis merupakan suatu analisis ekonomi yang digunakan untuk
mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber daya ekonomi yang
langka tersebut dapat digunakan dengan efisien. Penambahan alat kerja berupa meja
dan kursi kerja diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pemilik lahan sehingga
alat tersebut bisa digunakan secara terus-menerus.
Cost Benefit Analysis atau  Benefit-Cost Analysis merupakan metode yang
umum digunakan pada proses evaluasi manajemen. Tidak menutup kemungkinan juga
analisis ini digunakan dalam tahap perencanaan. Analisis ini digunakan untuk menilai
beberapa alternatif sumber daya maupun program yang memiliki manfaat lebih besar
atau lebih baik dari alternatif lainnya.
Cost Benefit Analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat
suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil
perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat cocok untuk alokasi beberapa bahan jika
keuntungan ditinjau dari  perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada
kondisi antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah.
Tujuan dari metode Cost Benefit Analysis yaitu menentukan apakah
merupakan suatu investasi yang baik. CBA juga bertujuan untuk memberikan dasar
untuk membandingkan suatu  proyek. Termasuk membandingkan biaya total yang
diharapkan dari setiap pilihan dengan total keuntungan yang diharapkan, untuk
mengetahui apakah keuntungan melampaui biaya serta  berapa banyak.
Cost Benefit Analysis digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau
kerugian serta kelayakan suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan biaya serta
manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan program. Perhitungan manfaat dan
biaya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Cost Benefit Analysis
juga digunakan untuk mengetahui seberapa  baik atau seberapa buruk tindakan yang
akan direncanakan akan berubah. Analisis ini sering digunakan oleh pemerintah dan
organisasi lainnya, seperti perusahaan swasta, untuk mengevaluasi kelayakan dari
kebijakan yang diberikan.
Manfaat Cost Benefit Analysis yaitu memasukkan keuntungan dan biaya
sosial. Juga sebagai dasar yang kuat guna mempengaruhi keputusan legislatif atau
sumber dana dan meyakinkan untuk menginvestasikan dana dalam berbagai proyek.
Jadi, Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses sistematis yang
digunakan untuk menghitung serta membandingkan biaya dan manfaat dari suatu
proyek, keputusan maupun kebijakan pemerintah. CBA mengukur biaya dan manfaat
dengan menggunakan beberapa ukuran moneter dan berguna untuk memilih alternatif
terbaik atau mengevaluasi alternatif dan intervensi yang sudah diterapkan

2.7 Langkah – Langkah CBA


1. Buat daftar program K3 yang akan diusulkan
2. Identifikasi seluruh biaya dan benefit
3. Tetapkan suatu rangking untuk menjelaskan total biaya dan benefit dari suatu
program K3 yang diusulkan. Misalnya 1: rendah, 2: sedang, 3:tinggi
4. Hitung Benefit Cost Ratio (BCR), hasilnya dapat di analisa sebagai berikut:
a. BCR ˃ 1 (benefit lebih tinggi daripada manfaat), maka usulan program K3
diberikan penilaian prioritas tinggi
b. BCR = 1 (benefit sama dengan biaya), maka usulan program K3 diberikan
penilaian dengan prioritas rendah
c. BCR ˂ 1 (benefit lebih rendah daripada biaya), maka usulan program K3
hanya dapat diimplementasikan pada pekerjaan dengan risiko tinggi dan faktor
finansial dapat diabaikan
5. Buat rangkaian secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah

2.8 Menentukan Komponen Biaya dan Benefit


1. Komponen Biaya
Fokus utama K3 dalam menilai CBA yaitu memastikan bahwa semua biaya yang
sesuai telah dimasukkan dalam menghitung kelayakan implementasi suatu
program K3, secara rinci adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan biaya instalasi, biaya operasi, biaya pelatihan, biaya perawatan
alat kerja, dan biaya kerugian.
b. Seluruh biaya klaim ditanggung oleh pemegang tanggung jawab.
c. Pengabaian biaya tidak langsung.
d. Biaya yang dipertimbangkan hanya biaya yang dibutuhkan dan sesuai dengan
tujuan penerapan tindakan untuk penurunan risiko.
e. Kerugian produksi yang sedang berlangsung sebagai akibat dari tindakan
perbaikan, maka dapat dihitung.
f. Hasil upaya perbaikan tidak dihitung sebagai manfaat, namun dihitung sebagai
biaya penghematan.
g. Biaya klaim hanya yang berhubungan dengan tindakan perbaikan yang sedang
dilaksanakan untuk keselamatan.
2. Komponen Benefit
Fokus utama K3 ergonomi adalah untuk memastikan bahwa seluruh benefit dari
penerapan perbaikan K3 telah disertakan dalam analisis, dengan rincian sebagai
berikut:
a. Benefit mencakup semua bentuk penurunan risiko terhadap semua karyawan
dan masyarakat terkait, yang dapat diuraikan dalam bentuk upaya pencegahan
sebagai berikut:
1) Kecelakaan fatal
2) Kecelakaan yang menyebabkan cedera ringan dan berat
3) Penyakit akibat kerja
4) Kerusakan lingkungan
b. Benefit dapat juga mencakup penghindaran penyebaran layanan keadaan
darurat dan penghindaran penanggulangan seperti evakuasi dan pasca
kecelakaan.
c. Seluruh benefit dari suatu penilaian perbaikan harus dimasukan.
d. Biaya pemulihan proses mungkin dapat dihitung sebagai benefit.

2.9 Rasio Benefit terhadap Biaya dan Periode Payback


Terdapat banyak cara untuk mengetahui apakah suatu program K3 yang
diusulkan dapat menguntungkan atau sebaliknya. Maka diperlukan suatu
perbandingan yang dapat membandingkan komponen biaya dan komponen benefit.
Benefit to Cost Ratio dapat digunakan untuk membandingkan biaya dan manfaat.
Rumus Benefit to Cost Ratio:

Benefit to Cost Ratio (BCR) = Benefit/ Cost

Apabila hasilnya melebihi 1, maka dapat disimpulkan pengembalian biaya


yang positif, jadi program K3 yang diusulkan mempunyai manfaat yang lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan program K3 tersebut. Lama
pengembalian biaya yang dikeluarkan (payback period) dapat dihitung dengan rumus:

Payback Period = 1 (tahun)/ BCR

2.10 Metode Nilai Bersih Sekarang (NPV: Net Present Value)


NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah
didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon
faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang
akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan
data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta
perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.  Jadi perhitungan NPV
mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan.
NPV dapat dihitung menggunakan rumus:

NPV = I0 + I1/ (1+r) + I2/ (1+r)2 + I3/ (1+r)3 +…..+ In/ (1+r)n
Keterangan :
I0 adalah investasi tahun ke-0
In merupakan net income tahun ke-1, 2, 3, …., n
r merupakan discount rate
NPV > 0, proyek diterima
NPV < 0, proyek ditolak

Dari rumusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan:

 Makin tinggi income, Makin tinggi NPV


 Makin lebih awal datangnya income, Makin tinggi NPV
 Makin tinggi discount rate, Makin rendah NPV

Untuk membandingkan dua proyek yang mana akan dipilih dapat dilakukan dengan
membandingkan kedua nilai NPV proyek, dimana NPV proyek yang lebih besar
yang akan diambil.

2.11 Metode Tingkat Pengembalian Internal (IRR: Internal Rate Of Return)


Metode tingkat pengembalian internal juga merupakan metode yang
memperhatikan nilai waktu dari uang. Pada metode NPV tingkat bunga yang
diinginkan telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita akan
menghitung tingkat bunga tersebut. Tingkat bunga yang akan dihitung ini
merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap
procced yang di diskontokan dengan tingkat bunga tersebut sama besarnya dengan
nilai sekarang dari nilai proyek atau program.

Untuk memperoleh suatu  hasil akhir dari  sebuah perhitungan IRR, maka kita
harus mencari  terlebih dahulu nilai dari discount rate yang akan  menghasilkan NPV
positif. kemudian  kita  cari discount rate yang  akan menghasilkan NPV negatif.
Berikut ini adalah Rumus IRR:
Keterangannya :

IRR = Internal Rate of Return

I1  = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (+)

I2  = Tingkat Diskonto yang akan  menghasilkan NPV bernilai (-)

NPV1 =Net Present Value yaitu bernilai positif

NPV2 = Net Present Value yaitu bernilai negatif

IRR > tingkat keuntungan yang diisyaratkan, proyek diterima


IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan, proyek ditolak

2.12 Alasan Menggunakan CBA


CBA dapat membantu di dalam penentuan metode yang paling efektif untuk
tujuan keselamatan dan menentukan biaya yang paling murah dan benefit yang
paling besar. Dengan menghubungkan CBA dengan metode lain, contohnya analisis
potensi bahaya pekerjaan (Job Hazard Analyis) data menguraikan berbagai opsi atau
pendekatan untuk membuat pekerjaan lebih aman dan lebih murah. CBA juga dapat
membantu tugas tugas dalam upaya membuat penilaian, apakah langkah langkah
upaya penurunan tingkat risiko cukup efektif dan mempunyai nilai profitabilitas
yang positif.
Suatu hal yang beralasan untuk diterapkan, kecuali apabila biaya tidak proporsional
dengan benefit, sebagaimana :
COST : BENEFIT > 1 × DF
DAFTAR PUSTAKA

Wartana, I Made Hedy. 2011. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Karyawan Pada Como Shambala Estate At Begawan Giri Ubud Bali. Jurnal Perhotelan
dan Pariwisata. 1(1), 14-34.

Sunyoto, Danang. 2015. Penelitian Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Buku Seru. Jakarta.

Roshifanni, Shofa dkk. 2013. Organisasi dan Metode Manajemen Pelayanan Kesehatan Cost
Benefit Analysis dan Cost Effectiveness Analysis. Makalah.

Tarwaka. 2017. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Ergonomi (K3E) dalam Perspektif
Bisnis. Surakarta: Harapan Press

Rahmiyati, Ayu Laili dkk. 2018. “Cost Benefit Analysis (CBA) Program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Susu Pada Karyawan di PT. Trisula Textile Industries Tbk
Cimahi Tahun 2018” dalam Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Volume 3 No 1.

Azqia. 2017. Produktivitas Kerja. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai