Anda di halaman 1dari 38

Sistem Tata Kelola

Lingkungan Transportasi
Darat
Kelompok 1 & 2
Anggota Kelompok
Alyza Imens (R0218008) Khairani Nurhasanah (R0218066)

Andika (R0218010) Muhammad Rizal Maulana (R0218078)

Anya Shafira Al C. (R0218016) Okda Tianasari (R0218088)

Ar Rizqu Firdaus A (R0218018) Pipit Handayani (R0218090)

Denny Anwar Ramadhan (R0218032) Rosy Sasmita (R0218102)

Dian Kartika S (R0218036) Salsabilla Deslinda Amara Putri (R0218104)

Finisa Putri Maharuta (R0218048) Syafrina Ossawanda (R0218112)

Furi Handayani (R0218050) Syifa Farida Ashaar (R0218114)

Henny Dwi Agustien (R0218052)

Julia Aisyah Nur (R0218064)


Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009
Perlindungan Kelestarian Lingkungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

[ Pasal 209 ayat 1 ] :

“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan
pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pencegahan dan Penanggulangan Dampak Lingkungan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

[ Pasal 210 ayat 1 ] :

“Setiap Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan
tingkat kebisingan.”
Kewajiban Pemerintah
[ Pasal 213 ] :
(1) “Pemerintah wajib mengawasi kepatuhan Pengguna Jalan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.”
(2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah wajib:
a. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi, dan program pembangunan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
ramah lingkungan
b. Membangun dan mengembangkan sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang ramah lingkungan
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Perusahaan Angkutan Umum, pemilik, dan/atau Pengemudi
Kendaraan Bermotor yang beroperasi di jalan
d. Menyampaikan informasi yang benar dan akurat tentang kelestarian lingkungan di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Hak dan Kewajiban Perusahaan Angkutan Umum
[ Pasal 214 ] :
(1) Perusahaan Angkutan Umum berhak memperoleh kemudahan dalam penyelenggaraan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan yang ramah lingkungan.
(2) Perusahaan Angkutan Umum berhak memperoleh informasi mengenai kelestarian lingkungan di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

[ Pasal 215 ] :
a. Melaksanakan program pembangunan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang ramah lingkungan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
b. Menyediakan sarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang ramah lingkungan
c. Mematuhi baku mutu lingkungan
[ Pasal 216 ] :

“Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan ruang lalu lintas yang ramah lingkungan dan informasi
tentang kelestarian lingkungan bisang lalu lintas dan angkutan jalan.”

[ Pasal 217 ] :

“Masyarakat wajib menjagaga kelestarian lingkungan bidang lalu lintas dan angkutan jalan.”

[ Pasal 218 ] :

“Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai dampak lingkungan lalu lintas dan angkutan jalan akan
dikenai, peringatan tertulis, denda administratif, pembekuan izin dan/atau pencabutan izin.”
[ Pasal 221 ] :

“Pengembangan industri dan pengembangan teknologi lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan
dengan sumber daya nasional dan menerapkan keamanan dan keselamatan serta memerhatikan
kelestarian lingkungan.”

[ Pasal 229 Ayat 5 ] :

“Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklaikan kendaraan serta
ketidak laikan jalan dan/atau lingkungan.”
[ Pasal 256 ] :

“Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, salah
satunya yaitu pendapat dan pertimbangan kepada instansi pembina dan penyelenggara Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan di tingkat pusat dan daerah terhadap kegiatan penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang menimbulkan dampak lingkungan.”

[ Penjelasan atas UU RI No. 22 Tahun 2009 ] :

“Untuk menjamin terwujudnya penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang memenuhi
standar keselamatan dan keamanan, UndangUndang ini mengatur persyaratan teknis dan uji berkala
kendaraan bermotor. Setiap jenis Kendaraan Bermotor yang berpotensi menyebabkan Kecelakaan Lalu
Lintas dan menimbulkan pencemaran lingkungan wajib dilakukan uji berkala.”
Peraturan Presiden No. 55
Tahun 2019
PERPRES NO. 55 TAHUN 2019
 Percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai untuk transportasi jalan dengan
memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup.
[Pasal 3] :
"Percepatan program KBL Berbasis Baterai untuk transportasi jalan diselenggarakan melalui:
a. percepatan pengembangan industri KBL Berbasis Baterai dalam negeri;
b. pemberian insentif;
c. penyediaan infrastruktur pengisian listrik dan pengaturan tarif tenaga listrik untuk KBL Berbasis Baterai;
d. pemenuhan terhadap ketentuan teknis KBL Berbasis Baterai; dan
e. perlindungan terhadap lingkungan hidup."

 Penelitian, pengembangan, dan inovasi teknologi industri Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai
yang memenuhi standar teknis dan ramah lingkungan.
[ Pasal 7 ayat (3) ] :
"Penelitian, pengembangan, dan inovasi teknologi industri KBL Berbasis Baterai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan untuk mendukung:
a. pengembangan komponen utama KBL Berbasis Baterai;
b. pengembangan SPKLU yang efisien;
c. pengembangan industri KBL Berbasis Baterai sesuai dengan perkembangan teknologi terkini;
d. industri KBL Berbasis Baterai dengan capaian TKDN yang tinggi; dan
e. pengembangan KBL Berbasis Baterai yang memenuhi standar teknis dan ramah lingkungan.”
PERPRES NO. 55 TAHUN 2019

 Pengendalian Penggunaan Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Minyak Fosil Dalam Negeri

[Pasal 16]

(1) Dalam rangka percepatan penggunaan KBL Berbasis Baterai, Pemerintah Pusat dapat
melakukan pengendailan penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak fosil secara
bertahap
(2) Pengendalian penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak fosil secara bertahap
dilakukan berdasarkan peta jalan pengembangan industri kendaraan bermotor nasional

Hal tersebut diatas dilakukan untuk menekan jumlah penggunaan bahan bakar minyak fosil yang mana
intensitasnya semakin lama semakin berkurang dan bahan bakar minyak fosil sendiri dapat
mengakibatkan pencemaran pada udara melalui hasil pembakarannya.
PERPRES NO. 55 TAHUN 2019
3. Perlindungan Terhadap Lingkungan Hidup

[Pasal 32]

(1) Penanganan limbah Baterai dari KBL Berbasis Baterai wajib dilakukan dengan daur ulang dan/atau
pengelolaan.

(2) Penanganan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh lembaga, industri KBL Berbasis
Baterai, dan/atau industri komponen KBL Berbasis Baterai dalam negeri yang memiliki izin pengelolaan limbah
Baterai dari KBL Berbasis Baterai yang berizin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan limbah.

[Pasal 33]

(1) Lembaga, industri KBL Berbasis Baterai, dan/atau industri komponen KBL Berbasis Baterai dalam negeri yang
melakukan penanganan limbah Baterai dari KBL Berbasis Baterai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
dapat diberikan apresiasi terhadap kontribusi lingkungan hidup.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian apresiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11
Tahun 2017
PERMENHUB RI NO 11 TAHUN 2017
[ Pasal 7 ] :
(1) Rencana pengembangan pusat kegiatan dan permukiman dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) lebih besar 30% dari
kondisi awal wajib dilakukan Analisis Dampak Llalu Lintas

(2) Rencana pengembangan infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) lebih dari 50% dari fasilitas

utama atau pokok wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas

(3) Perubahan terhadap fungsi peruntukan bangunan dari fungsi awal wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas

[ Pasal 13 ] :

Menjelaskan bahwa dalam usaha memperoleh persetujuan, pengembang diwajibkan menyampaikan dokumen hasil

Analisis Dampak Lalu Lintas terhadap pejabat yang berwenang dengan format yang telah dicontohkan. Terdapat jangka

waktu terhadap pemberian pesetujuan serta biaya yang dikenakan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak.
PERMENHUB RI NO 11 TAHUN 2017
[ Pasal 20 ] :
(1) Direktur Jenderal melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas.
(2) Pembinaan teknis sebagaimana pada ayat (1) meliputi :
(a) Penetapan sistematika penyusunan Dokumen Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas;
(b) Penetapan Standar Operasional Prosedur Analisis Dampak Lalu Lintas;
(c) Pemberian bimbingan teknis dalam penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas.
(3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
(a) Kegiatan penilaian, pemantauan dan evaluasi hasil Analisis Dampak Lalu Lintas;
(b) Kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan Persetujuan Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas;
(c) Kegiatan dalam Penanganan Dampak Lalu Lintas.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017
Peraturan tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N dan Kategori O.

[ Pasal 1 ] :

Terdapat definisi Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Jenis Kategori Kendaraan Bermotor

• Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh
dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor.

• Kendaraan Bermotor Kategori M adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang.

• Kendaraan Bermotor Kategori N adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang.

• Kendaraan Bermotor Kategori O adalah kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel.
[Pasal 8]

Untuk Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi dengan kategori M, kategori N, dan kategori O,
wajib memenuhi baku mutu emisi gas buang paling lambat:

a. 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan, untuk kendaraan bermotor berbahan bakar bensin, CNG dan LPG; dan

b. 4 (empat) tahun, untuk kendaraan bermotor berbahan bakar diesel.


Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 2014
a. [ Pasal 3 huruf a ] :
“Mewujudkan transportasi yang dapat meningkatkan dan menjaga kualitas lingkungan hidup.”

b. [Pasal 22 ayat (2) huruf g dan i] :

“Rencana kebutuhan Terminal harus memperhatikan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan kelestarian lingkungan
hidup.”

c. Pemerintah Daerah menyediakan fasilitas Pejalan Kaki yang aman dan nyaman di setiap ruas Jalan

[ Pasal 46 ayat (1) dan (3) ] :

“Pemerintah Daerah menyediakan fasilitas Pejalan Kaki yang aman dan nyaman di setiap ruas Jalan dan memelihara fasilitas Pejalan
Kaki dalam setiap kegiatan pembangunan dan/atau pemeliharaan Jalan.”

d. Dilakukan pembatasan masa pakai Kendaraan Bermotor Umum, guna menjamin ketersediaan layanan Angkutan Jalan
umum yang laik Jalan dan ramah lingkungan.

[ Pasal 51 ayat (1) dan (2) ] :

“Untuk menjamin ketersediaan layanan Angkutan Jalan umum yang memenuhi aspek laik Jalan dan ramah lingkungan, dilakukan
pembatasan masa pakai Kendaraan Bermotor Umum. Masa pakai Kendaraan Bermotor Umum dibatasi dengan ketentuan:
a. Mobil Bus besar paling lama 10 tahun

b. Mobil Bus sedang paling lama 10 tahun

c. Mobil Bus kecil, Mobil Penumpang Umum dan Angkutan lingkungan paling lama 10 tahun

d. taksi paling lama 7 tahun

e. mobil barang paling lama 7 tahun”

e. Setiap Kendaraan Bermotor Umum dan Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah wajib menggunakan bahan bakar
yang ramah lingkungan.

[Pasal 53 ayat (1) dan (2)] :

“Setiap Kendaraan Bermotor Umum dan Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib
menggunakan bahan bakar ramah lingkungan. Bahan bakar ramah lingkungan dapat berupa bahan bakar gas, listrik, hybrid,
biofuel atau bahan bakar minyak berstandar paling sedikit euro-3.”

f. [Pasal 55]

“Setiap pemilik Kendaraan Bermotor perseorangan yang beroperasi di Daerah wajib memenuhi ketentuan lulus uji emisi gas
buang.”
g. Setiap pemilik Kendaraan Bermotor wajib memenuhi ketentuan laik jalan untuk perlindungan
lingkungan hidup.

[ Pasal 56 ayat (1) ] :

“Setiap pemilik Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di jalan wajib memenuhi ketentuan laik jalan untuk
menjamin keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan perlindungan lingkungan hidup.”

h. [ Pasal 67 ayat (2) huruf h ]

"Pelaksanaan manajemen dan rekayasa Lalu Lintas untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan
gerakan Lalu Lintas dilakukan dengan perlindungan terhadap lingkungan.”

i. [ Pasal 76 ayat (1) ]

"Dalam rangka mendukung terwujudnya pengurangan polusi udara akibat emisi gas buang Kendaraan
Bermotor, Pemerintah Daerah menyelenggarakan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.”
j. Pemerintah Daerah menyelenggarakan manajemen kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria kualitas lingkungan guna
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

[ Pasal 78 ayat (1) huruf c ] :

“Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang Lalu Lintas Jalan dan mengendalikan Lalu Lintas Jalan, Pemerintah
Daerah menyelenggarakan manajemen kebutuhan Lalu Lintas berdasarkan kriteria kualitas lingkungan.”

k. Pemerintah Daerah melakukan pembatasan Kendaraan Bermotor perseorangan yang dioperasikan di Jalan dan pergerakan
Lalu Lintas.

[ Pasal 78 ayat (2) huruf a, f, dan h ] :

“Untuk melaksanakan pengendalian Lalu Lintas Jalan, Pemerintah Daerah dapat melakukan pembatasan Kendaraan Bermotor
perseorangan yang dioperasikan di Jalan dan/atau pergerakan Lalu Lintas dengan cara :

a. memberlakukan sistem satu arah pada jam tertentu dan/atau jaringan Jalan tertentu dan/atau di pusat kegiatan;

f. mewajibkan setiap kegiatan umum yang menimbulkan dampak kemacetan untuk melakukan upaya mengatasi kemacetan secara
segera melalui penyediaan Kendaraan Bermotor bersama dan/atau upaya lainnya;

h. membatasi Lalu Lintas sepeda motor pada kawasan tertentu dan/atau waktu dan/atau jaringan Jalan tertentu;”
l. Pengendalian Lalu Lintas Jalan berbayar harus memperhatikan kualitas lingkungan.

[ Pasal 81 ayat (6) ] :

“Selain memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) , pemberlakuan pengendalian Lalu Lintas Jalan berbayar
harus memperhatikan kualitas lingkungan.”

m. Pemegang izin Angkutan barang wajib bertanggung jawab apabila terjadi gangguan lingkungan di sekitarnya yang
diakibatkan pengoperasian kendaraan pengangkut barang.

[ Pasal 126 ayat (3) huruf e ] :

“Pemegang izin penyelenggaraan Angkutan barang, wajib memberikan pertanggungjawaban apabila terjadi kerusakan Jalan, jembatan
dan gangguan lingkungan di sekitarnya yang diakibatkan pengoperasian kendaraan pengangkut barang.”

n. Pemegang izin Angkutan barang wajib bertanggungjawab apabila terjadi gangguan lingkungan di sekitarnya yang
diakibatkan pengoperasian kendaraan pengangkut barang.
[ Pasal 126 ayat (3) huruf e ] :
“Pemegang izin penyelenggaraan Angkutan barang, wajib memberikan pertanggungjawaban apabila terjadi kerusakan Jalan, jembatan
dan gangguan lingkungan di sekitarnya yang diakibatkan pengoperasian kendaraan pengangkut barang.”
Peraturan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 7
Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Pasal 3 Ayat 1-3:

Penyusunan perencanaan aksi daerah penurunan emisi gas rumah kaca berlaku sampai dengan tahun 2030
yang memuat lima elemen yaitu :

a. Sumber dan potensi penurunan emisi gas rumah kaca dengan melakukan identifikasi bidang dan
kegiatan yang berpotensi sebagai sumber atau serapan emisi gas rumah kaca, verdasarkan pada
cakupan, kondisi, wilayah, kegiatan, dan produksi emisi sektoral dan karakteristik daerah.
b. Baseline Business As Usual (BAU) memperkirakan tingkat emisi dan proyeksi gas rumah kaca
dengan skenario tanpa intervensi kebijakan dan teknologi mitigasi dari bidang-bidang yang telah
diidentifikasi dalam kurung waktu tertentu.
c. Usulan rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca atau aksi mitigasi didukung dengan kegiatan
usulan kegiatan mitigasi yang berpotensi dapat menurunkan gas rumah kaca, memperkirakan biaya
mitigasi yang diusulkan per ton emisi gas rumah kaca untuk setiap aksi yang diusulkan.
d. Memiliki skala prioritas dalam penentuan aksi kegiatan mitigasi.
e. Lembaga pelaksana dan pendanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi pengukuran dan pemantauan
program rencana aksi daerah penurunan emisi gas rumah kaca.
Dengan melibatkan beberapa bidang, yaitu:
a. Penggunaan lahan, kehutanan dan lahan gambut
b. Pertanian dan peternakan
c. Energi dan transportaso
d. Pengelolaan limbah.

Pasal 4 Ayat 2:

“Penyusunan rencana aksi daerah penurunan emisi gas rumah kaca berisikan upaya yang bersifat multi
sektoral dengan mempertimbangkan kewenangan, potensi, dan karakteristik daerah serta terintegrasi
dengan rencana pembangunan daerah.selain itu penyusunan rencana aksi daerah penurunan emisi gas
rumah kaca bersifat partisipatif dan berdasar pada ketentuan perundangan yang berlaku.”
[ Pasal 8 ayat 2 ] :
menjelaskan bahwa dalam rangka penurunan emisi gas rumah kaca pada Dokumen RAD-GRK, dicantumkan
target sebesar 11,79% dari angka Business As Usual (BAU) emisi gas rumah kaca pada tahun 2030
[ Pasal 11 ayat 1 ] :
“Bahwa dalam rangka efektivitas capaian target RAD-GRK diperlukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, dibentuk Tim Kelompok Kerja yang terdiri dari perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Kebijakan yang dilaksanakan untuk menurunkan GRK:


1. Pemanfaatan teknologi bersih untuk sarana transportasi
2. Pengembangan transportasi massal yang berkelanjutan
Strategi:
3. Mengurangi kebutuhan akan perjalanan terutama daerah perkotaan (trip demand management) melalui
penatagunaan lahan mengurangi perjalanan dan jarak perjalanan yang tidak perlu
4. Menggeser pola penggunaan kendaraan pribadi (sarana transportasi dengan konsumsi energi yang lebih
tinggi) ke pola transportasi rendah karbon seperti saran transportasi tidak bermotor dan transportasi publik
5. Mengurangi pengeluaran karbon pada kendaraan bermotor pada sarana transportasi
Berikut merupakan contoh Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dapat
dilakukan, antara lain :
No. Rencana Aksi Kegiatan/Sasaran Penanggung Jawab

1 Penerapan Congestion Penerapan Congestion road/Road pricing: Dinas Perhubungan dan


road/Road pricing - Mengurangi moda share mobil di pusat LLAJ
kota
- Mengurangi kemacetan di area
pembatasan lalu lintas

2 Penerapan Car and motorcycle Penerapan Car and motorcycle Free Day Dinas Perhubungan dan
Free Day untuk mengurangi jumlah perjalanan LLAJ
kendaraan

3 Pembangunan Dry Port Terwujudnya transportasi multimoda Dinas Perhubungan dan


angkutan barang dari kawasan ke pelabuhan LLAJ
No. Rencana Aksi Kegiatan/Sasaran Penanggung Jawab

4 Parkir Management Plan Terlaksananya penerapan manajemen parkir Dinas Perhubungan dan
untuk: LLAJ
- Mengurangi moda share di pusat kota
- Mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi

5 Pembangunan ITS (Intelligent Terlaksananya pembangunan dan penerapan Dinas Perhubungan dan
Transport System) ITS dapat mengurangi penggunaan kendaraan LLAJ
pribadi sehingga dapat mengurangi kemacetan
lalu lintas

6 Non Motorized Transportation Terbangunnya fasilitas pedestrian bagi pejalan - Dinas Perhubungan dan
kaki dan jalur sepeda di jalan raya wilayah LLAJ
perkotaan - Dinas PU Bina Marga
No. Rencana Aksi Kegiatan/Sasaran Penanggung Jawab

7
Sistem Transit – Bus Rapid Pembangunan dan pengembangan Sistem - Dinas Perhubungan dan
Transit (BRT) /Semi BRT Transit – Bus Rapid Transit (BRT) / Semi BRT LLAJ
dapat mengurangi penggunaan kendaraan - Dinas PU Bina Marga
pribadi dan sepeda motor sehingga
mengurangi kemacetan

8
Pembangunan angkutan massal - Pembangunan Kereta Api Komuter 1. Kementerian
berbasis jalan rel - Pembangunan kereta listrik komuter Perhubungan
2. Dinas Perhubungan
dan LLAJ
No. Rencana Aksi Kegiatan/Sasaran Penanggung Jawab

9 Smart/ Eco Driving Terlaksananya pelatihan dan sosialisasi smart Dinas Perhubungan dan
driving untuk 5000 orang (650 Orang/Tahun) LLAJ

10
Peningkatan Aksesibilitas dan - Peningkatan kesadaran masyarakat untuk Dinas Perhubungan dan
Pelayanan Angkutan LLAJ menggunakan angkutan umum LLAJ
- Pengembangan keterpaduan
transportasi dan tata guna lahan dan demand
management
- Penataan untuk menciptakan
kemudahan akses transportasi antar-moda ke
pelabuhan, bandara, terminal dan stasiun
No. Rencana Aksi Kegiatan/Sasaran Penanggung Jawab

11 Pengendalian Pencemaran dan - Sosialisasi penggunaan teknologi Dinas Perhubungan dan


Perusakan Lingkungan Hidup bersih dan eko-efisiensi di berbagai LLAJ
kegiatan transportasi
- Pengujian seluruh kendaraan bermotor
termasuk kendaraan pribadi dan
sepeda motor
Instruksi Gubernur Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
No.66 Tahun 2019
Regulasi ini berfokus pada pengendalian kualitas udara di daerah Ibukota Jakarta. Dalam Instruksi Gubernur Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No.66 Tahun 2019 terdapat empat bagian. Dimana program pengendalian kualitas udara dimuat
dalam bagian kesatu dari instruksi gubernur ini. Berikut ini program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta ;
1. Memastikan tidak ada angkutan umum yang berusia di atas 10 tahun dan tidak lulus uji emisi beroperasi di jalan
serta menyelesaikan peremajaan seluruh angkutan umum melalui program Jak Lingko pada tahun 2020
2. Mendorong partisipasi warga dalam pengendalian kualitas udara melalui perluasan kebijakan ganjil genap dan
peningkatan tarif parkir di wilayah yang terlayani angkutan umum massal mulai pada tahun 2019, serta penerapan
kebijakan congestion pricing yang dikaitkan pada pengendalian kualitas udara pada tahun 2021
3. Memperketat ketentuan uji emisi bagi seluruh kendaraan pribadi mulai pada tahun 2019 dan memastikan tidak ada
kendaraan pribadi berusia lebih dan i 10 (sepuluh) tahun yang dapat beroperasi di wilayah DKI Jakarta pada tahun
2025
4. Mendorong peralihan ke moda transportasi umum dan meningkatkan kenyamanan berjalan
kaki melalui percepatan pembangunan fasilitas pejalan kaki di 25 (dua puluh lima) ruas jalan
protokol, arteri dan penghubung ke angkutan umum massal pada tahun 2020

5. Memperketat pengendalian terhadap sumber penghasil polutan tidak bergerak khususnya


pada cerobong industri aktif yang menghasilkan polutan melebihi nilai maksimum baku mutu
emisi yang berada di wilayah DKI Jakarta mulai pada tahun 2019

6. Mengoptimalisasikan penghijauan pada sarana dan prasarana publik dengan mengadakan


tanaman berdaya serap polutan tinggi mulai pada tahun 2019, serta mendorong adopsi prinsip
green building oleh seluruh gedung melalui penerapan insentif dan diinsentif

7. Merintis peralihan ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan


bakar fosil dengan menginstalasi solar panel rooftop pada seluruh gedung sekolah, gedung
pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah
THANK YOU
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai