Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MEMBUAT FORMULIR

DOKUMENTASI DAN IMPLEMENTASI PADA AUDIT


TIER MANAGEMENT

Ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Armada


yang diampu oleh Bapak Ajie Setiawan,S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Wahyu Dzuriyatul Fauzi 20021057 TRO B
Wahyu Hafidh Puryanto 20021058 TRO B
Wijaya Eka Pratama 20021059 TRO B
Wildan Surya Lazuardi 20021060 TRO B

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN TEGAL
2023
A. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ( ANGKUTAN BARANG &
ANGKUTAN PENUMPANG )
No Uraian Ya Tidak Keterangan

Pasal 6 ayat 3 & 4

(3) Urusan pemerintah provinsi dalam 


melakukan
pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dalam pemberian bimbingan, pelatihan,
sertifikasi, dan izin
kepada perusahaan angkutan umum di
provinsi

(4) Urusan pemerintah kabupaten/kota 


dalam melakukan pembinaan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dalam pemberian
bimbingan, pelatihan, sertifikasi, dan izin
kepada perusahaan angkutan umum di
kabupaten/kota;

Pasal 7 ayat 1

(1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan 


Angkutan Jalan dalam kegiatan pelayanan
langsung kepada masyarakat dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan
hukum, dan/atau masyarakat

Pasal 9 ayat 1

(1)Penyelenggaraan di bidang sarana dan 


Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
mealkukan perizinan angkutan umum
(1) penyidikan terhadap pelanggaran 
perizinan angkutan umum, persyaratan
teknis dan kelaikan Jalan Kendaraan
Bermotor yang memerlukan keahlian
dan/atau peralatan khusus yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini.

Pasal 96 ayat 1,2,3,4,5,6

(1) Menteri yang membidangi sarana dan 


Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
bertanggung jawab atas pelaksanaan
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
mengenai kegiatan
rencanaan,pengaturan,perekayasaan,pembe
rdayaan dan pengawasan untuk jaringan
jalan nasional

(2) Menteri yang membidangi Jalan 


bertanggung jawab atas pelaksanaan
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
mengenai kegiatan perencanaan dan
perekayasaan untuk jalan nasional

(3) Kepala Kepolisian Negara Republik 


Indonesia
bertanggung jawab atas pelaksanaan
manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
mengenai kegiatan perencanaan
perekayasaan dan pengawasan

(4) Gubernur bertanggung jawab atas 


pelaksanaan
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas untuk
jalan provinsi setelah mendapat
rekomendasi dari instansi terkait.

(5) Bupati bertanggung jawab atas 


pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas untuk jalan kabupaten dan/atau jalan
desa setelah mendapat rekomendasi dari
instansi terkait

(6) Walikota bertanggung jawab atas 


pelaksanaan
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas untuk
jalan kota setelah mendapat rekomendasi
dari instansi terkait

Pasal 64 ayat 3

(3) Registrasi Kendaraan Bermotor untuk 


perencanaan, operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 97 ayat 1,2, dan 3

(1) Dalam hal terjadi perubahan arus Lalu 


Lintas secara
tiba-tiba atau situasional, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dapat melaksanakan
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
kepolisian
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas 
kepolisian
menggunakan Rambu Lalu Lintas, Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas, serta alat
pengendali dan pengaman Pengguna Jalan
yang bersifat sementara.

(3) Kepolisian Negara Republik Indonesia 


dapat memberikan rekomendasi
pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas kepada instansi terkait

Pasal 98 ayat 1

Penanggung jawab pelaksana Manajemen 


dan Rekayasa Lalu Lintas wajib
berkoordinasi dan membuat analisis,
evaluasi, dan laporan pelaksanaan
berdasarkan data dan kinerjanya.

Pasal 133 ayat 4

Manajemen kebutuhan Lalu Lintas 


ditetapkan dan dievaluasi secara berkala
oleh Menteri yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
lingkup kewenangannya dengan melibatkan
instansi terkait.

Pasal 203 ayat 1

Pemerintah bertanggung jawab atas 


terjaminnya
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
meliputi manajemen Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 204 ayat 1

Perusahaan Angkutan Umum wajib 


membuat,
melaksanakan, dan menyempurnakan
sistem manajemen keselamatan dengan
berpedoman pada rencana umum nasional
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 254 ayat 2

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib 


melakukan pembinaan terhadap
manajemen Perusahaan Angkutan Umum
untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

B. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN


2O21 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN ( ANGKUTAN BARANG & ANGKUTAN PENUMPANG )

Y
No Uraian Tidak Keterangan
a
1 Pasal 7
Hasil analisis dampak Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) harus mendapat persetujuan dari:
a. Menteri, untuk Jalan nasional;
b. Gubernur, untuk Jalan provinsi;
c. Bupati, untuk Jalan kabupaten
dan/atau Jalan desa; atau
d. Walikota, untuk Jalan kota.
2 Pasal 12
Terhadap pelaksanaan pemenuhan
kewajiban pengembang atau pembangun
yang tercantum dalam
persetujuan hasil analisis dampak Lalu
Lintas sebagaimana dimaksud daiam Pasal
11 dilakukan monitoring dan evaluasi
secara berkala.
Monitoring dan evaluasi secara berkala
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh tim monitoring dan
evaluasi yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan
kewenangannya.
Tim monitoring dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diketuai oleh
instansi pembina di bidang sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
serta beranggotakan unsur dari instansi
pembina di bidang Jalan dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
3 Pasal 13
Tim monitoring dan evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3)
mempunyai tugas:
a. Melakukan pemantauan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan
persetuju€rn hasil analisis dampak Lalu
Lintas baik pada masa kontruksi
maupun operasional kegiatan usaha;
dan
b. Melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan dan pemenuhan atas
persetujuan hasil analisis dampak Lalu
Lintas yang telah ditetapkan.
4 Pasal 16 Ayat 1
Pengujian Kendaraan Bermotor hanya
dapat dilakukan oleh unit pelaksana
pengujian Kendaraan Bermotor
yang memiliki:
a. Fasilitas dan peralatan pengujian yang
akurat, sistem dan prosedur pengujian,
dan system informasi manajemen
penyelenggaraan pengujian; dan
b. Tenaga penguji yang memiliki
Sertifikat Kompetensi penguji
Kendaraan Bermotor.
5 Pasal 17 Ayat 1
Uji tipe sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 121 ayat (3) huruf a Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2Ol2 tentang
Kendaraan dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat melalui unit pelaksana pengujian
tipe KendaraarL Bermotor dan dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha milik
nega-ra, badan usaha milik daerah, badan
usaha milik desa. dan swasta.
6 Pasal 17 Ayat 3
Uji tipe Kendaraan Bermotor yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, badan
usaha milik desa,
dan swasta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa kegiatan:
a. Pembangunan, pemeliharaan,
perawatan, dan perbaikan fasilitas
pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
dan/atau
b. Pengadaan, pemeliharaa.n, perawatan,
perbaikan, penggantian, dan kalibrasi
peralatan uji tipe Kendaraan Bermotor.
7 Pasal 22 Ayat 1
Kendaraan Bermotor, kereta gandengan,
kereta tempelan, dan Kendaraan Bermotor
yang dimodifikasi yang telah dilakukan
registrasi uji tipe diberikan sertifikat
registrasi uji tipe oleh Menteri.
8 Pasal 23 Ayat 6
Unit pelaksana uji tipe harus
menyelenggarakan sistem informasi
dan komunikasi pengujian Kendaraan
Bermotor
9 Pasal 25 Ayat 1
Unit pelaksana pengujian berkala
Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dapat
menyelenggarakan pengujian berkala
Kendaraan Bermotor setelah mendapat
akreditasi dari Menteri,
10 Pasal 27 Ayat 1
Pengesahan pengembangan rancang
bangun Kendaraan Bermotor dan
pengembangan riset dan rancang bangun
Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 dilakukan
melalui uji tipe Kendaraan Bermotor
11 Pasal 28 Ayat 3
Penyelenggaraan bengkel umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi Perizinan Berusaha dan
memiliki sertifikasi bengkel umum dari
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian.
12 Pasal 28 Ayat 4
Persyaratan teknis bengkel umum
Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan
tingkat pemenuhan terhadap persyaratan
sistem mutu, mekanik, fasilitas dan
peralatan, serta manajemen informasi.
13 Pasal 29 Ayat 1
Pengawasan terhadap bengkel umum
Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
sesuai dengan norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri
yang menyelqnggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian.
14 Pasal 30 Ayat 1
Penetapan bengkel umum Kendaraan
Bermotor menjadi unit pelaksana uji
berkala Kendaraan Bermotor dilakukan
oleh Menteri.

Anda mungkin juga menyukai