Anda di halaman 1dari 23

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

PROGRAM DIPLOMA IV TRASNPORTASI DARAT


TAHUN AKADEMIK 2020- 2021
PTDI - STTD

Ujian TengahSemester : Peraturan Perundangan Transdar


Program : D-IV TRANSPORTASI DARAT
Waktu : 2 jam ( 8.00 – 10.00 WIB )
Kelas : 1.1, 1.2 DAN 1.3
Dosen : SAHAR ANDIKA P, SH, MH
SifatUjian : ONLINE dan BEBAS BUKA BUKU
Petunjuk : Kerjakan dengan kejujuran
Hari/Tanggal : Senin, 8Juni 2021

Perhatikan : Baca terlebih dahulu soal ujian secara Teliti.

1. Uraikan dengan jelas Instansi mana saja sebagai pemangku kepentingan pelaksanaan UU
LLAJ yang sekarang berlaku, dan bagaimana Koordinasi dilakukan oleh Instansi
tersebut ?
2. Uraikan bagaimana UU LLAJ dan Peraturan pelaksanannya mengatur jalan, ruang Lalu
Lintas dan Lalu Lintas Angkutan Jalan ?
3. Uraikan apa saja yang harus diperhatikan saat orang akan berlalu lintas di ruang Lalu
Lintas sesuai UU LLAJ yang berlaku saat ini ?
4. Uraikan apa saja yang harus dipenuhi jika kendaraan bermotor akan melakukan
pergerakan di ruang Lalu Lintas ?
5. Uraikan bagaimana harus diperhatikan jikaakan melakukan pemeriksaan Kendaraan
bermotor dijalan, melakukan penyidikan dan investigasi kecelakaan Kendaraan Bermotor
di jalan ?

SELAMAT MENGERJAKAN DAN SUKSES

UJIAN TENGAH SEMESTER

DOSEN PENGAMPU
SAHAR ANDHIKA PUTRA ,SH.MH.

1
OLEH :
EZHA ALVIONITA
20.01.114
TD 1.3

PROGRAM STUDI D-IV TRANSPORTASI DARAT


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD BEKASI
2021

1. INSTANSI SEBAGAI PEMANGKU KEPENTINGAN PELAKSANAAN UULLAJ


DAN KOORDINASI INSTANSI TERSEBUT

A. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas angkutan Jalan Raya
b. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan

2
Jalan Raya.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 Tata cara pemeriksan kendaraan Motor
Di jalan Dan Penindakan pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya

B. Pengertian
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 Angka (1, 2, dan 3)
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta
pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.

C. Substansi Pengaturan
1. Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan LLAJ
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat Negara bertanggung jawab atas Lalu
Lintas dan oleh Pemerintah. UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat 2
1. Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. pengendalian; dan
d. pengawasan.
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat 1
Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan oleh instansi pembina sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang
meliputi:
a. urusan pemerintahan di bidang Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung
jawab di bidang Jalan;
b. urusan pemerintahan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri Lalu Lintas dan Angkutan

3
Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang industri;urusan
pemerintahan di bidang pengembangan teknologi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
oleh kementerian negara ya ng bertanggung jawab di bidang pengembangan
teknologi; dan urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 8
Penyelenggaraan di bidang Jalan meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan,
dan pengawasan prasarana Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a,
yaitu:
a. inventarisasi tingkat pelayanan Jalan dan permasalahannya;
b. penyusunan rencana dan program pelaksanaannya serta penetapan tingkat pelayanan
Jalan yang diinginkan;
c. perencanaan, pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas Jalan;
d. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan Jalan;
e. penetapan kelas Jalan pada setiap ruas Jalan;
f. uji kelaikan fungsi Jalan sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan berlalu
lintas; dan
g. pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang prasarana Jalan.
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 9
Penyelenggaraan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b meliputi:
a. penetapan rencana umum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;
c. persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor;
d. perizinan angkutan umum; pengembangan sistem informasi dan komunikasi
dibidang
e. sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
f. pembinaan sumber daya manusia penyelenggara sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan; dan
g. penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan teknis dan
kelaikan Jalan Kendaraan Bermotor yang memerlukan keahlian dan/atau peralatan
khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

4
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 10
Penyelenggaraan di bidang industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c
meliputi:
a. penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan industri Kendaraan
Bermotor;
b. pengembangan industri perlengkapan Kendaraan Bermotor yang menjamin
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
c. pengembangan industri perlengkapan Jalan yang menjamin Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 11


Penyelenggaraan di bidang pengembangan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf d meliputi:
a. penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan teknologi Kendaraan
Bermotor;
b. pengembangan teknologi perlengkapan Kendaraan Bermotor yang menjamin
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
c. pengembangan teknologi perlengkapan Jalan yang menjamin Ketertiban dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 12
Penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,
serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e
meliputi:
a. pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor;
b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
c. Pengumpulan pemantauan pengolahan dan enyajian data lalu lintas dan
angkutan jalan
d. Pengaturan penjagaan pengawalan dan patroli lalu lintas

2. UULAJ DAN PERATURAN PELAKSANAAN MENGATUR JALAN,RUANG


LALU LINTAS DAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

A. Dasar Hukum
5
1. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. PP No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

B. Pengertian
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 1 angka 12. Jalanadalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecualijalan rel dan jalan kabel.Menurut Peraturan
Pemerintah No. 79 Tahun Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkitan Jalan 2013 Pasal 1
angka 5. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagiLalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanahdan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan reldan jalan kabel.

C. Substansi Pengaturan
Ruang Lalu Lintas
Jalan dikelompokan dalam berbagai kelas menurut UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1)
berdasarkan :
a. fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan
Bermotor.
Berikut adalah pengelompokan jalan menurut kelasnya :
a. Jalan kelas I :jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu
dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
b. Jalan kelas II :jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;
c. Jalan kelas III : jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui

6
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton; dan
d. Jalan kelas khusus : yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Mengenai penetapan kelas jalan diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 20 ayat (1) yakni
ditetapkan oleh :
a. Pemerintah, untuk jalan nasional
b. Pemerintah provinsi, untuk jalan provinsi
c. Pemerintah kabupaten, untuk jalan kabupaten
d. Pemerintah kota, untuk jalan kota.
Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan yang ditetapkan secara
nasional, batas kecepatan paling tinggi sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan
kawasan permukiman, kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas
hambatan.dimana ini diatur dalam PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 23 ayat (4) yaitu :
a. paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan
paling tinggi 100 (seratus)kilometer per jam untuk jalan bebas hambatan
b. paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antarkot
c. paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untukkawasan perkotaan
d. paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untukkawasan permukiman. Dimana
batas kecepatan paling tinggi dan paling rendah harus dinyatakan dengan rambu lalu
lintas diman ini diatur dalam PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 23 ayat (5).Nantinya jalan
yang akan dioperasikan harus memenuhi persyaratan laik fungsi Jalan secara teknis dan
administratif. Dimana ini diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 24, para
penyelenggara jalan wajib melaksanakan uji kelaikan fungsi Jalan sebelum
pengoperasian jalan. Jalan yang sudah beroperasi secara berkala dalam jangka waktu
paling lama sepuluh tahun atau sesuai dengan kebutuhan wajib melakukan uji
kelaikan fungsi jalan (Pasal 24 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009),uji kelaikan fungsi jalan
ini dilakukan oleh tim uji laik fungsi jalan yang dibentuk oleh penyelenggara jalan itu
sendiri dimana ini diatur dalam UU No 22 Tahun 2009 Pasal 22 ayat 5 yaitu :
a. Penyelenggara jalan.

7
b. Instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
c. Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hasil uji kelaikan fungsi Jalan wajib dipublikasikan dan ditindaklanjuti oleh
penyelenggara Jalan, instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU
No. 22 Tahun 2009 Pasal 22 ayat (6)).

Apakah boleh Sepeda Motor Melintas di Ruang Lalu Lintas Jalan Tol?
Tidak boleh sepeda motor melintas dijalan tol, sesuai dengan PP No. 44 Tahun 2009.
Adapun jalan tol diperbolehkan untuk dilewati oleh sepeda motor harus memiliki jalur
terpisah antara kendaraan bermotor roda dua dengan bermotor roda empat atau lebih,
sesuai dengan PP No 44 Tahun 2009:

Pasal 38
(1) Jalan tol diperuntukkan bagi pengguna yang menggunakankendaraan bermotor roda
empat atau lebih.
a. Pada jalan tol dapat dilengkapi dengan jalur jalan tol khusus bagi kendaraan
bermotor roda dua yang secara fisik terpisah dari jalurjalan tol yang
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih.Berikut adalah
penerapan Jalan Tol yang bisa dilalui kendaraan motor

(2) Penggunaan dan Perlengkapan Jalan


Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan Jalan, dimana ini diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 25 ayat
(1) yaitu:
1. Rambu Lalu Lintas
2. Marka Jalan
3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
4. Alat Penerangan Jalan
5. Aalat pengendali dan pengaman pengguna jalan
6. Alat pengawasan dan pengamanan jalan
7. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat
8. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas Angkutan Jalan yang berada di
Jalan dan di luar badan Jalan.

8
Perlengkapan jalan harus disesuaikan dengan dengan kapasitas, intensitas, dan volume
Lalu Lintas. Penyediaan perlengkapan jalan ini diselenggarakan oleh :
1. Pemerintah untuk jalan nasional
2. Pemerintah provinsi untuk jalan provinsi
3. Pemerintah kabupaten/kota untuk jalan kabupaten/kota dan jalan desa
4. Badan usaha jalan tol untuk jalan tol.
Diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 26 ayat (1).
Kondisi Jalan harus dipertahankan untuk mendukung pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar. Maka diperlukan Dana
Preservasi Jalan, dana ini digunakan khusus untuk kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi,
dan rekonstruksi Jalan.Dana Preservasi Jalan bersumber dari Pengguna Jalan dan
pengelolaannya dikelola oleh unit pengelola Dana Preservasi Jalan yang bertanggung
jawab kepada Menteri di bidang Jalan. (Diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 29
dan Pasal 31).
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 29 ayat (1) Rambu lalu lintas terdiri atas
:
a. rambu peringatan :digunakan untuk memberi peringatankemungkinan ada bahaya
di jalan atau tempat berbahayapada jalan dan menginformasikan tentang sifat
bahaya.
b. rambu larangan :digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan
oleh Pengguna Jalan.
c. rambu perintah :digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh
Pengguna Jalan.
d. rambu petunjuk :digunakan untuk memandu Pengguna Jalan saatmelakukan
perjalanan atau untuk memberikan informasilain kepada Pengguna Jalan.
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 32Rambu lalu lintas dapat berupa :
a. Rambu Lalu Lintas konvensional :berupa rambu dengan bahan yang mampu
memantulkan cahaya atau retro reflektif.
Rambu Lalu Lintas elektronik :berupa rambu yang informasinya dapat f diatur
Marka Jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau menuntun
Pengguna Jalan dalam berlalu lintas dalam PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 33 ayat (1)
berupa :
a. Peralatan :paku jalan;alat pengarah lalu lintas; danpembagi lajur atau jalur.

9
b. Tanda :marka membujur;marka melintang;marka serong;marka lambang;marka
kotak kuning; danmarka lainnya.
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 34 Marka dibagi menurut warnanya yaitu :
a. Putih menyatakan bahwaPengguna Jalan wajib mengikuti perintah atau larangan
sesuai dengan bentuknya.
b. Kuning menyatakan bahwa Pengguna Jalan dilarang berhenti pada area tersebut.
c. Merah menyatakan keperluan atau tanda khusus.
b. Warna lainnya menyatakan daerah kepentingankhusus yang secara elektronik.
c. harus dilengkapi dengan rambu dan/ataupetunjuk yang dinyatakan dengan tegas.
Alat penerangan jalan merupakan lampu penerangan jalanyang berfungsi untuk
memberi penerangan pada RuangLalu Lintas.Lampu penerangan jalan harus memenuhi
persyaratan teknis danpersyaratan keselamatan.Menurut
PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 45. Alat pengendali Pengguna Jalan digunakan untuk
pengendalianatau pembatasan terhadap kecepatan dan ukurankendaraan pada ruas-ruas
jalan. Terdiri atas :
a. alat pembatas kecepatan
b. alat pembatas tinggi dan lebar.
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 46. Alat pengaman Pengguna Jalan
digunakan untuk pengamananterhadap Pengguna Jalan. Terdiri atas :
a. pagar pengaman
b. cermin tikungan
c. patok lalu lintas (delineator)
d. pulau lalu lintas
e. pita penggaduh
f. alur penghentian darurat

10
Alat pengawasan dan pengamanan jalan berfungsi untuk melakukanpengawasan
terhadap angkutan barang dalam memenuhiketentuan:
a. tata cara pemuatan
b. daya angkut
c. dimensi kendaraan
d. kelas jalan.

Fasilitas untuk Sepeda, Pejalan Kaki, dan Penyandang Cacat Pasal 54


(1) Jalan dilengkapi dengan fasilitas untuk sepeda, PejalanKaki, dan penyandang cacat
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 26 huruf g.
(2) Fasilitas untuk sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berupa lajur dan/atau
jalur sepeda yang disediakansecara khusus untuk pesepeda dan/atau dapatdigunakan
bersama-sama dengan Pejalan Kaki.
(3) Fasilitas Pejalan Kaki sebagaimana dimaksud pada ayat(1)merupakan fasilitas yang
disediakan secara khusus untuk Pejalan Kaki dan/atau dapat digunakan
bersamasama dengan pesepeda.
(4) Fasilitas penyandang cacat sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan fasilitas
khusus yang disediakanuntuk penyandang cacat pada perlengkapan jalantertentu
sesuai pertimbangan teknis dan kebutuhanPengguna Jalan.
(5) Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandangcacat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ayat (3), danayat (4) harus dilengkapi dengan paling sedikit:
a. Rambu Lalu Lintas yang diberi tanda-tanda khusus untuk penyandang cacat;
b. Marka Jalan yang diberi tanda-tanda khusus untukpenyandang cacat;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas yang diberi tandatanda khusus untuk
penyandang cacat; dan atau alat penerang jalan
(6) Fasilitas Pejalan Kaki sebagaimana dimaksud pada ayat(3) meliputi:
a. tempat penyeberangan yang dinyatakan denganMarka Jalan, Rambu Lalu
Lintas, dan/atau AlatPemberi Isyarat Lalu Lintas;
b. trotoar;
c. jembatan penyeberangan; dan/atau
d. terowongan penyeberangan.
Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di
luar badan jalan menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 55 meliputi:
a. jalur khusus angkutan umum
b. jalur/lajur sepeda motor
c. jalur/lajur kendaraan tidak bermotor
d. parkir pada badan jalan
e. fasilitas perpindahan moda dalam rangka integrase pelayanan intra dan antar
moda
f. tempat istirahat.

3. YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT ORANG AKAN MELAKUKAN


PERGERAKAN DI RUANG LALU LINTAS

A.Dasar Hukum
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 48 Ayat (1), (2) dan (3)
Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan.
1. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. susunan;
b. perlengkapan;
c. ukuran;
d. karoseri;
e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f. pemuatan;
g. penggunaan;
h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i. penempelan Kendaraan Bermotor.
2. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh kinerja
minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. emisi gas buang;
b. susunan;
c. perlengkapan;
d. ukuran;
e. karoseri;
f. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
g. pemuatan;
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 57 Ayat (1), (2) dan (3)
1. Setiap kendaraan yang di operasikan dijalan dilengkapi dengan perlengkapan
kendaraan
2. Perlengkapa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi kendaraan bermotor berda
empay atau leboh sekurang kurangnya terdiri atas L
a.Sabuk pengaman
b.Ban cadangan
c.segitiga pengaman
4.HAL YANG HARUS TERPENUHI JIKA KENDARAA BERMOTOR AKAN
MELAKUKAN PERGERKAN DI RUANG LALU LINTAS

A. Dasar Hukum
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
PP No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

B. Pengertian
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 1 angka 3. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
a. Substansi Pengaturan
KENDARAAN yg akan dioperasikan di jalan yaitu harus memperhatikan
Persyaratan Teknis, laik Jalan lurus, uji kendaraan bermotor Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor. Sebagaimana yang disebutkan didalam UU no 22
tahun 2009 Pasal 48, 49,64 65, dna 66
 Pasal 48
1. Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
2. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. susunan;
b. perlengkapan;
c. ukuran;
d. karoseri;
e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f. pemuatan;
g. penggunaan;
h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i. penempelan Kendaraan Bermotor.
3. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh
kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri
atas:
a. emisi gas buang;
b. kebisingan suara;
c. efisiensi sistem rem utama;
d. efisiensi sistem rem parkir;
e. kincup roda depan;
f. suara klakson
g. daya pancar dan arah sinar lampu utama;
h. radius putar;
i. akurasi alat penunjuk kecepatan;
j. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
k. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.
 Pasal 49
(1) Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor,
dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan
wajib dilakukan pengujian.
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. uji tipe; dan
b. uji berkala.

Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor


 Pasal 64
(1) Setiap Kendaraan Bermotor wajib diregistrasikan.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. registrasi Kendaraan Bermotor baru;
b. registrasi perubahan identitas Kendaraan Bermotor dan pemilik;
c. registrasi perpanjangan Kendaraan Bermotor; dan/atau
d. registrasi pengesahan Kendaraan Bermotor.
 Pasal 65
(1) Registrasi Kendaraan Bermotor baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat 2 huruf a meliputi kegiatan:
a. registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan pemiliknya;
b. penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor; dan
c. penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor.
 Pasal 66
Registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor untuk pertama kali harus
memenuhi persyaratan:
a. memiliki sertifikat registrasi uji tipe;
b. memiliki bukti kepemilikan Kendaraan Bermotor yang sah; dan
c. memiliki hasil pemeriksaan cek fisik Kendaraan Bermotor

PM 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Pasal 3


(1) Setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan yang akan
dioperasikan di jalan sebelum disetujui untuk dibuat, dirakit, dan/atau diimpor
secara massal serta Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi, wajib dilakukan Uji
Tipe.
(2)Uji Tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pengujian fisik; dan
b. penelitian Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor.
5.HAL YANG DIPERHATIKAN JIKA AKAN MELAKUKAN PEMEKRISAAN
KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN, PENYIDIKAN DAN INVESTIGASI
KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

A. Dasar Hukum
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

B. Pengertian
Berdasarkan KUHAP Pasal 1 angka 2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam Undang-Undang untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.
a. Substansi Pengaturan
Tata Cara Berlalu Lintas
Tata cara berlalu lintas telah diatur dalam UU No 22 Tahun 2009. pada Pasal 105
Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib:
1. berperilaku tertib; dan/atau
2. mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat
menimbulkan kerusakan Jalan.
Pasal 106
(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib
mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib
mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda.
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.
(4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan:
a. rambu perintah atau rambu larangan;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. gerakan Lalu Lintas;
e. berhenti dan Parkir;
f. peringatan dengan bunyi dan sinar;
g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.
(5) Pada saat diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:
a. Surat Tanda Nomor Kendaraan
b. Surat Izin Mengemudi;
c. bukti lulus uji berkala; dan/atau
d. tanda bukti lain yang sah.
(6) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih
di Jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan
sabuk keselamatan.
(7) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih
yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di Jalan dan penumpang yang duduk
di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang
memenuhi standar nasional Indonesia.
(8) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor
wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.
(9) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping dilarang
membawa Penumpang lebih dari 1 (satu) orang.

Penyidikan dan Investigasi


Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang di
atur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.UU
Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 259
(1) Penyidikan tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilakukan oleh:
a. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus menurut
Undang-Undang ini.
(2) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas penyidik
dan penyidik pembantu
PP Nomor 62 Tahun 2013
Pasal 1 angka 1
Investigasi Kecelakaan Transportasi adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab
kecelakaan transportasi dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian
data secara sistematis dan objektif agar tidak terjadi kecelakaan transportasi dengan
penyebab yang sama.
KESIMPULAN

1. Instansi Pemangku Kepentiangan Pelaksanaan UULLAJ dan Koordinasi Instansi Tersebut


Dilakukan.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Instansi Pemangku Kepentianga
Pelaksanaan UULLAJ sudah di atur secara komprehensi dalam berbagai macam peraturan
seperti UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ Lalu lintas dan angkutan. Jalan adalah
seluruh bagian Jalan,termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada padapermukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,serta di atas permukaan air,
kecualijalan rel dan jalan kabel. Untuk terpenuhinyaperanan jalan sebagaimana mestinya,
pemerintah mempunyai hak dan kewajibanmenyelenggarakan jalan. Rambu adalah
simbol/tulisan yang menunjukkan suatu artidiatas permukaan jalan, seperti yang seringterli
hat,lempengan logam yang“bertengger” di sisi jalan, sedangkan Marka adalah
simbol/tulisan yang menunjukkansuatu arti yang terdapat di badan jalan, misalnya garis
putih melintang atau membujur.Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan,
pemasangan fasilitas perlengkapan jalan, maka jalan dikelompokkan ke dalam beberapa
kelas berdasarkan fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung muatan sumbu
terberat dan dimensi kendaraan bermotor.
jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional
sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Untuk itu perlu ada
pembinaan, tugas, dan struktur yang baik. Pembinaan sendiri dalam lalu lintas yang
dilaksanakan oleh instansi pembina sesuai tugas pokok dang fungsinya meliputi PUPR,
Perhubungan, Industri, Menristek, dan Polri. Pemerintah dan pengembang atau
pembangun bertanggungjawab dalam penanganan dampak lalu lintas yang dilakukan
dalam lokasi pusat kegiatan, permukiman, atau infrastruktur yang dibangun atau
dikembangkan.

2. UULLAJ dan Peraturan Pelaksananya Mengatur Jalan, Ruang Lalu Lintas, dan Lalu
Lintas Angkutan Jalan
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dan Peraturan Pelaksanaan
Mengatur Jalan, Ruang Lalu Lintas, dan Lalu Lintas Angkutan Jalan sudah di atur
sedemikian rupa Untuk kepentingan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, maka diatur mengenai perlengkapan jalan
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri dari Rambu lalu lintas, Marka
jalan, Alat pemberi isyarat lalu lintas., Alat penerangan jalan., Alat pengendali dan
pengaman pengguna jalan, Alat pengawasan dan pengamanan jalan, Fasilitas untuk
sepeda, pejalan kaki, penyandang cacat, Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan
angkutan jalan yang berada di jalan dan diluar badan badan jalan.

3. Lalu Lintas Terkait Orang Di Ruang Lalu Lintas


Untuk terwjudnya kondisi Lalu Lintas yang aman dan nyaman maka diperlukan kerja
sama antara pengguna jalan, pengendara dan pemerintah, dimana para pengguna jalan
dan pengendara wajib untuk saling menghormati satu salam lain, dan mengutamakan
kepentingan bersama, dan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah denga membuat
aturan yang sesuai dengan kondisi geografis jalan, menjaga serta memperbaiki fasilitas
jalan yang rusak.Berdasarkan paparan materi ini Lalu Lintas Terkait Orang Di Ruang
Lalu Lintas terdiri dari pejalan kaki, pengemudi, dan penumpang yang memiliki banyak
aturan pada ruang lalu lintas yaitu jalan. Terdapat 3 substansi utama yaitu UU Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, dan PM 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda
Motor Yang Digunaakan Untuk Kepentingan Masyarakat yang menurut penulis harus
dicantumkan dalam tulisan ini yang dianggap aturan yang sangat penting dari aturan yang
penting. Aturan-aturan tersebut terdiri dari hak dan kewajiban yang dibuat untuk ditaati
oleh setiap orang di ruang lalu lintas. Peraturan-peraturan tersebut diciptakan untuk
mengelola ruang lalu lintas yaitu jalan agar terciptanya keamanan, ketertiban,
keselamatan dalam berlalu lintas baik untuk pejalan kaki, pengemudi, penumpang,
bahkan fasilitas disabilitas pun dibuat agar terwujudnya keadilan bagi semua orang di
ruang lalu lintas.

4. Kendaraan Bermotor Di Ruang Lalu Lintas


Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 9 Tahun 2004 uji tipe wajib dilakukan untuk
settiap kendaraan. Kendaraan bermotor harus memiliki Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB) yaitu dokumen pemberi legitimasi kepemilikan Ranmor yang
diterbitkan Polri dan berisi identitas Ranmor dan pemilik, yang berlaku selama Ranmor
tidak dipindahtangankan. dan juga Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK)
yaitu dokumen yang berfungsi sebagai bukti legitimasi pengoperasian Ranmor yang
berbentuk surat atau bentuk lain yang diterbitkan Polri yang berisi identitas pemilik,
identitas Ranmor dan masa berlaku termasuk pengesahannya.Kendaraan bermotor juga
wajib dilakukan pengujian berupa uji tipe dan juga uji berkala. Pelaksanaan pengujian
kendaran bermotor ini dimaksudkan untuk mengecek apakan kendaraan bermotor yang
akan dioperasikan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan atau tidak.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Modifikasi kendaraan bermotor
yang di atur di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
danMAngkutan Jalan dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2012 tentang Kendaraan mengkategorikan modifikasi kendaraan bermotor hanya
pada perubahan yang dilakukan pada dimensi, mesin, dan daya angkut kendaraan saja.
Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 kewajiban uji terhadap
kendaraan yang tidak dapat mengemudi hanya pada kendaraan yang dapat menyebabkan
perubahan pada kendaraan tersebut Sedangkan berdasarkan peraturan pelaksana uji
kendaraan bermotor Keputusan Menteri Nomor 9 Tahun 2004, modifikasi kendaraan
bermotor adalah perubahan bentuk dan / atau peruntukan kendaraan bermotor yang
menyebabkan perubahan teknis kendaraan bermotor.

5. Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan, Penyidikan dan Investigasi Kecelakaan


Kendaraan Bemotor Di Jalan
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dilakukan oleh Petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia; dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. dalam melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan, ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan mulai dari surat menyurat (SIM, STNK, dll), tanda
bukti lulus kendaraan,fisik kendaraan (Spion, lampu, rem, dan lainya) daya angkut, izin
penyelenggaraan angkut .Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengaturan tata cara berlalu lintas sudah di atur secara komprehensi dalam berbagai
macam peraturan seperti UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ mulai dari ketertiban
dan keselamatan, pengunaan lampu utama, jalur atau lajur lalu lintas, belokan dan
simpangan, kecepatan, berhenti, parkir, kendaraan tidak bermotor, dan kendaraan
bermotor umum. Begitu pula dengan pengaturan terminal yang terdiri dari beberapa
aspek seperti fungsi terminal, klasifikasi terminal, tipe terminal, penetapan lokasi
terminal, fasilitas terminal, lingkungan kerja terminal, pembangunan terminal, dan
pengoperasian terminal. Selanjutnya pengaturan mengenai penyidikan dan investigasi
kecelakaan di jalan yang di atur di UU Nomor 22 Tahun 2009, KUHP, dan PP Nomor 62
Tahun 2013 yang dapat kita temukan perbedaan antara penyidikan dan investigasi.
Penyidikan dilakukan oleh seorang penyidik yang merupakan tugas dari Kepolisian
Republik Indonesia sedangkan Investigasi dilakukan oleh seorang investigator yang
ditentukan oleh komite nasional sebagai badan yang membentuk tim investigasi.

Anda mungkin juga menyukai