1. Uraikan dengan jelas Instansi mana saja sebagai pemangku kepentingan pelaksanaan UU
LLAJ yang sekarang berlaku, dan bagaimana Koordinasi dilakukan oleh Instansi
tersebut ?
2. Uraikan bagaimana UU LLAJ dan Peraturan pelaksanannya mengatur jalan, ruang Lalu
Lintas dan Lalu Lintas Angkutan Jalan ?
3. Uraikan apa saja yang harus diperhatikan saat orang akan berlalu lintas di ruang Lalu
Lintas sesuai UU LLAJ yang berlaku saat ini ?
4. Uraikan apa saja yang harus dipenuhi jika kendaraan bermotor akan melakukan
pergerakan di ruang Lalu Lintas ?
5. Uraikan bagaimana harus diperhatikan jikaakan melakukan pemeriksaan Kendaraan
bermotor dijalan, melakukan penyidikan dan investigasi kecelakaan Kendaraan Bermotor
di jalan ?
DOSEN PENGAMPU
SAHAR ANDHIKA PUTRA ,SH.MH.
1
OLEH :
EZHA ALVIONITA
20.01.114
TD 1.3
A. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas angkutan Jalan Raya
b. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan
2
Jalan Raya.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 Tata cara pemeriksan kendaraan Motor
Di jalan Dan Penindakan pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya
B. Pengertian
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 Angka (1, 2, dan 3)
1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta
pengelolaannya.
2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan.
3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
C. Substansi Pengaturan
1. Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan LLAJ
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat Negara bertanggung jawab atas Lalu
Lintas dan oleh Pemerintah. UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat 2
1. Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. pengendalian; dan
d. pengawasan.
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat 1
Pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan oleh instansi pembina sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang
meliputi:
a. urusan pemerintahan di bidang Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung
jawab di bidang Jalan;
b. urusan pemerintahan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri Lalu Lintas dan Angkutan
3
Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang industri;urusan
pemerintahan di bidang pengembangan teknologi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
oleh kementerian negara ya ng bertanggung jawab di bidang pengembangan
teknologi; dan urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 8
Penyelenggaraan di bidang Jalan meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan,
dan pengawasan prasarana Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a,
yaitu:
a. inventarisasi tingkat pelayanan Jalan dan permasalahannya;
b. penyusunan rencana dan program pelaksanaannya serta penetapan tingkat pelayanan
Jalan yang diinginkan;
c. perencanaan, pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas Jalan;
d. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan Jalan;
e. penetapan kelas Jalan pada setiap ruas Jalan;
f. uji kelaikan fungsi Jalan sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan berlalu
lintas; dan
g. pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang prasarana Jalan.
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 9
Penyelenggaraan di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b meliputi:
a. penetapan rencana umum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;
c. persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor;
d. perizinan angkutan umum; pengembangan sistem informasi dan komunikasi
dibidang
e. sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
f. pembinaan sumber daya manusia penyelenggara sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan; dan
g. penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan teknis dan
kelaikan Jalan Kendaraan Bermotor yang memerlukan keahlian dan/atau peralatan
khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
4
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 10
Penyelenggaraan di bidang industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c
meliputi:
a. penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan industri Kendaraan
Bermotor;
b. pengembangan industri perlengkapan Kendaraan Bermotor yang menjamin
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
c. pengembangan industri perlengkapan Jalan yang menjamin Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
A. Dasar Hukum
5
1. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. PP No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
B. Pengertian
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 1 angka 12. Jalanadalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecualijalan rel dan jalan kabel.Menurut Peraturan
Pemerintah No. 79 Tahun Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkitan Jalan 2013 Pasal 1
angka 5. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagiLalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanahdan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan reldan jalan kabel.
C. Substansi Pengaturan
Ruang Lalu Lintas
Jalan dikelompokan dalam berbagai kelas menurut UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1)
berdasarkan :
a. fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan
Bermotor.
Berikut adalah pengelompokan jalan menurut kelasnya :
a. Jalan kelas I :jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu
dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
b. Jalan kelas II :jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;
c. Jalan kelas III : jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
6
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton; dan
d. Jalan kelas khusus : yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Mengenai penetapan kelas jalan diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 20 ayat (1) yakni
ditetapkan oleh :
a. Pemerintah, untuk jalan nasional
b. Pemerintah provinsi, untuk jalan provinsi
c. Pemerintah kabupaten, untuk jalan kabupaten
d. Pemerintah kota, untuk jalan kota.
Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan yang ditetapkan secara
nasional, batas kecepatan paling tinggi sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan
kawasan permukiman, kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan jalan bebas
hambatan.dimana ini diatur dalam PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 23 ayat (4) yaitu :
a. paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan
paling tinggi 100 (seratus)kilometer per jam untuk jalan bebas hambatan
b. paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antarkot
c. paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untukkawasan perkotaan
d. paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untukkawasan permukiman. Dimana
batas kecepatan paling tinggi dan paling rendah harus dinyatakan dengan rambu lalu
lintas diman ini diatur dalam PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 23 ayat (5).Nantinya jalan
yang akan dioperasikan harus memenuhi persyaratan laik fungsi Jalan secara teknis dan
administratif. Dimana ini diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 24, para
penyelenggara jalan wajib melaksanakan uji kelaikan fungsi Jalan sebelum
pengoperasian jalan. Jalan yang sudah beroperasi secara berkala dalam jangka waktu
paling lama sepuluh tahun atau sesuai dengan kebutuhan wajib melakukan uji
kelaikan fungsi jalan (Pasal 24 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009),uji kelaikan fungsi jalan
ini dilakukan oleh tim uji laik fungsi jalan yang dibentuk oleh penyelenggara jalan itu
sendiri dimana ini diatur dalam UU No 22 Tahun 2009 Pasal 22 ayat 5 yaitu :
a. Penyelenggara jalan.
7
b. Instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
c. Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hasil uji kelaikan fungsi Jalan wajib dipublikasikan dan ditindaklanjuti oleh
penyelenggara Jalan, instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU
No. 22 Tahun 2009 Pasal 22 ayat (6)).
Apakah boleh Sepeda Motor Melintas di Ruang Lalu Lintas Jalan Tol?
Tidak boleh sepeda motor melintas dijalan tol, sesuai dengan PP No. 44 Tahun 2009.
Adapun jalan tol diperbolehkan untuk dilewati oleh sepeda motor harus memiliki jalur
terpisah antara kendaraan bermotor roda dua dengan bermotor roda empat atau lebih,
sesuai dengan PP No 44 Tahun 2009:
Pasal 38
(1) Jalan tol diperuntukkan bagi pengguna yang menggunakankendaraan bermotor roda
empat atau lebih.
a. Pada jalan tol dapat dilengkapi dengan jalur jalan tol khusus bagi kendaraan
bermotor roda dua yang secara fisik terpisah dari jalurjalan tol yang
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih.Berikut adalah
penerapan Jalan Tol yang bisa dilalui kendaraan motor
8
Perlengkapan jalan harus disesuaikan dengan dengan kapasitas, intensitas, dan volume
Lalu Lintas. Penyediaan perlengkapan jalan ini diselenggarakan oleh :
1. Pemerintah untuk jalan nasional
2. Pemerintah provinsi untuk jalan provinsi
3. Pemerintah kabupaten/kota untuk jalan kabupaten/kota dan jalan desa
4. Badan usaha jalan tol untuk jalan tol.
Diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 26 ayat (1).
Kondisi Jalan harus dipertahankan untuk mendukung pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar. Maka diperlukan Dana
Preservasi Jalan, dana ini digunakan khusus untuk kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi,
dan rekonstruksi Jalan.Dana Preservasi Jalan bersumber dari Pengguna Jalan dan
pengelolaannya dikelola oleh unit pengelola Dana Preservasi Jalan yang bertanggung
jawab kepada Menteri di bidang Jalan. (Diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 29
dan Pasal 31).
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 29 ayat (1) Rambu lalu lintas terdiri atas
:
a. rambu peringatan :digunakan untuk memberi peringatankemungkinan ada bahaya
di jalan atau tempat berbahayapada jalan dan menginformasikan tentang sifat
bahaya.
b. rambu larangan :digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan
oleh Pengguna Jalan.
c. rambu perintah :digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh
Pengguna Jalan.
d. rambu petunjuk :digunakan untuk memandu Pengguna Jalan saatmelakukan
perjalanan atau untuk memberikan informasilain kepada Pengguna Jalan.
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 32Rambu lalu lintas dapat berupa :
a. Rambu Lalu Lintas konvensional :berupa rambu dengan bahan yang mampu
memantulkan cahaya atau retro reflektif.
Rambu Lalu Lintas elektronik :berupa rambu yang informasinya dapat f diatur
Marka Jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau menuntun
Pengguna Jalan dalam berlalu lintas dalam PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 33 ayat (1)
berupa :
a. Peralatan :paku jalan;alat pengarah lalu lintas; danpembagi lajur atau jalur.
9
b. Tanda :marka membujur;marka melintang;marka serong;marka lambang;marka
kotak kuning; danmarka lainnya.
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 34 Marka dibagi menurut warnanya yaitu :
a. Putih menyatakan bahwaPengguna Jalan wajib mengikuti perintah atau larangan
sesuai dengan bentuknya.
b. Kuning menyatakan bahwa Pengguna Jalan dilarang berhenti pada area tersebut.
c. Merah menyatakan keperluan atau tanda khusus.
b. Warna lainnya menyatakan daerah kepentingankhusus yang secara elektronik.
c. harus dilengkapi dengan rambu dan/ataupetunjuk yang dinyatakan dengan tegas.
Alat penerangan jalan merupakan lampu penerangan jalanyang berfungsi untuk
memberi penerangan pada RuangLalu Lintas.Lampu penerangan jalan harus memenuhi
persyaratan teknis danpersyaratan keselamatan.Menurut
PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 45. Alat pengendali Pengguna Jalan digunakan untuk
pengendalianatau pembatasan terhadap kecepatan dan ukurankendaraan pada ruas-ruas
jalan. Terdiri atas :
a. alat pembatas kecepatan
b. alat pembatas tinggi dan lebar.
Menurut PP No. 79 Tahun 2014 Pasal 46. Alat pengaman Pengguna Jalan
digunakan untuk pengamananterhadap Pengguna Jalan. Terdiri atas :
a. pagar pengaman
b. cermin tikungan
c. patok lalu lintas (delineator)
d. pulau lalu lintas
e. pita penggaduh
f. alur penghentian darurat
10
Alat pengawasan dan pengamanan jalan berfungsi untuk melakukanpengawasan
terhadap angkutan barang dalam memenuhiketentuan:
a. tata cara pemuatan
b. daya angkut
c. dimensi kendaraan
d. kelas jalan.
A.Dasar Hukum
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 48 Ayat (1), (2) dan (3)
Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan.
1. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. susunan;
b. perlengkapan;
c. ukuran;
d. karoseri;
e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f. pemuatan;
g. penggunaan;
h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i. penempelan Kendaraan Bermotor.
2. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh kinerja
minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. emisi gas buang;
b. susunan;
c. perlengkapan;
d. ukuran;
e. karoseri;
f. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
g. pemuatan;
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 57 Ayat (1), (2) dan (3)
1. Setiap kendaraan yang di operasikan dijalan dilengkapi dengan perlengkapan
kendaraan
2. Perlengkapa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi kendaraan bermotor berda
empay atau leboh sekurang kurangnya terdiri atas L
a.Sabuk pengaman
b.Ban cadangan
c.segitiga pengaman
4.HAL YANG HARUS TERPENUHI JIKA KENDARAA BERMOTOR AKAN
MELAKUKAN PERGERKAN DI RUANG LALU LINTAS
A. Dasar Hukum
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
PP No. 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
B. Pengertian
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 1 angka 3. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
a. Substansi Pengaturan
KENDARAAN yg akan dioperasikan di jalan yaitu harus memperhatikan
Persyaratan Teknis, laik Jalan lurus, uji kendaraan bermotor Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor. Sebagaimana yang disebutkan didalam UU no 22
tahun 2009 Pasal 48, 49,64 65, dna 66
Pasal 48
1. Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
2. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. susunan;
b. perlengkapan;
c. ukuran;
d. karoseri;
e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f. pemuatan;
g. penggunaan;
h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i. penempelan Kendaraan Bermotor.
3. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh
kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri
atas:
a. emisi gas buang;
b. kebisingan suara;
c. efisiensi sistem rem utama;
d. efisiensi sistem rem parkir;
e. kincup roda depan;
f. suara klakson
g. daya pancar dan arah sinar lampu utama;
h. radius putar;
i. akurasi alat penunjuk kecepatan;
j. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
k. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.
Pasal 49
(1) Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor,
dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan
wajib dilakukan pengujian.
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. uji tipe; dan
b. uji berkala.
A. Dasar Hukum
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
B. Pengertian
Berdasarkan KUHAP Pasal 1 angka 2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam Undang-Undang untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.
a. Substansi Pengaturan
Tata Cara Berlalu Lintas
Tata cara berlalu lintas telah diatur dalam UU No 22 Tahun 2009. pada Pasal 105
Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib:
1. berperilaku tertib; dan/atau
2. mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat
menimbulkan kerusakan Jalan.
Pasal 106
(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib
mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib
mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda.
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.
(4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi
ketentuan:
a. rambu perintah atau rambu larangan;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. gerakan Lalu Lintas;
e. berhenti dan Parkir;
f. peringatan dengan bunyi dan sinar;
g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.
(5) Pada saat diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:
a. Surat Tanda Nomor Kendaraan
b. Surat Izin Mengemudi;
c. bukti lulus uji berkala; dan/atau
d. tanda bukti lain yang sah.
(6) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih
di Jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan
sabuk keselamatan.
(7) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih
yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di Jalan dan penumpang yang duduk
di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang
memenuhi standar nasional Indonesia.
(8) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor
wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.
(9) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping dilarang
membawa Penumpang lebih dari 1 (satu) orang.
2. UULLAJ dan Peraturan Pelaksananya Mengatur Jalan, Ruang Lalu Lintas, dan Lalu
Lintas Angkutan Jalan
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dan Peraturan Pelaksanaan
Mengatur Jalan, Ruang Lalu Lintas, dan Lalu Lintas Angkutan Jalan sudah di atur
sedemikian rupa Untuk kepentingan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, maka diatur mengenai perlengkapan jalan
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri dari Rambu lalu lintas, Marka
jalan, Alat pemberi isyarat lalu lintas., Alat penerangan jalan., Alat pengendali dan
pengaman pengguna jalan, Alat pengawasan dan pengamanan jalan, Fasilitas untuk
sepeda, pejalan kaki, penyandang cacat, Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan
angkutan jalan yang berada di jalan dan diluar badan badan jalan.