Anda di halaman 1dari 7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum


Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan khususnya di sektor transportasi yang utama
adalah mewujudkan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien. Oleh karena itu,
agar pengalokasian dana investasi dan sumber daya ekonomi dilakukan secara tepat, maka
perlu dilakukan analisis terhadap sistem transportasi yang sudah ada apakah masih efektif
atau tidak. Seperti kita ketahui pertumbuhan kendaraan baik umum maupun pribadi dari
tahun ke tahun semakin meningkat pesat.
Permasalahan yang muncul saat ini yaitu laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang
semakin meningkat akibat terpusatnya kegiatan perekonomian didaerah perkotaan.
Meningkatnya pertumbuhan sektor transportasi perkotaan ini menyebabkan permasalahan
transportasi perkotaan menjadi lebih kompleks sehingga keputusan penanganannya harus
dapat sesegera mungkin. Permasalahan transportasi perkotaan tersebut antara lain berupa
penentuan jenis dan mooda angkutanb umum, pola jaringan, izin trayek angkutan, kebijakan
keparkiran, dan perambuan. Kecenderungan perjalanan orang dengan angkutan pribadi di
daerah perkotaan akan meningkat terus bila kondisi sistem transportasi tidak diperbaiki
secara lebuh mendasar. Berarti akan lebih banyak lagi kendaraan pribadi yang digunakan
karena pelayanan angkuatan umum seperti saat ini tidak dapat diharapkan lagi.
2.2 Transportasi
2.2.1 Pengertian Transportasi
Transportasi dalam bahasa indonesia disepadankan dengan pengertian pengangkutan.
Ada pula yang menerjemahkan dengan kata perjalanan yang sebenarnya lebih cocok
untuk terjemahan dari kata trip/travel, atau ada pula yang menganggap sebagai
perpindahan yang dalam bahasa inggrisnya adalah moving.Adanya keinginan manusia
untuk mendapatkan barang yang tidak bisa diperoleh dari tempat dimana dia berada,
menyebabkan manusia harus melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
untuk menemukan barang yang diperlukan. Jadi ada 3 unsur utama transportasi yaitu :
1. Ada yang dipindahkan yaitu barang/benda, manusia dan informasi.
2. Ada yang memindahkan yaitu sarana, antara lain : kendaraan, kereta api, kapal laut,
pesawat.
3. Ada yang memungkinkan terjadinya perpindahan yaitu prasarana, antara lain : jalan,
jembatan, pelabuhan, terminal, bandara.
Dalam melakukan perjalan dari satu tempat ke tempat lain manusia dihadapkan pada
berbagai pilihan jenis angkutan antara lain : mobil, angkutan umum, pesawat terbang,
atau kereta api. Dalam menentukan jenis angkutan, manusia mempertimbangkan
berbagai faktor, yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya dan tingkat
kenyamanan. Meskipun dapat diketahui faktor yang menyebabkan manusia memilih
moda yang digunakan, pada kenyataan sangat sulit merumuskan mekanisme pemilihan
moda ini.Pada hakikatnya lalu lintas tidak sama dengan pengangkutan, sehingga
kebijakan dalam memecahkan persoalan perlalulintasan dan pengangkutan juga tidak
sama.
2.2.2 Definisi
Definisi dari moda adalah jenis – jenis sarana yang tersedia untuk melakukan
perjalanan. Pemakai jalan adalah semua bentuk moda angkutan baik yang berupa
kendaraan bermotor maupun tidak bermotor serta para pejalan kaki yang sedang
menggunakan jalan. Perjalanan adalah pergerakan seseorang dari satu tempat ketempat
lain.
2.3 Model Pemilihan Moda Transportasi
2.3.1 Pengertian Pemilihan Moda
Model pemilihan moda merupakan model terpenting dalam perencanaan transportasi (
Ofyar Z Tamin ). Hal ini disebabkan karena peran kunci dari angkutan umum dalam
berbagai kebijakan transportasi. Tidak dapat seorangpun menyangkal bahwa moda
angkutan umum menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien dari pada angkuatan
pribadi. Selain itu karena kereta api dan beberapa moda transportasi lain tidak
memperlukan jalan raya untuk bergerak sehingga tidak ikut memacetkan lalulintas
jalan. Seterusnya, jika ada pengendara yang berganti ke moda transportasi angkutan
umum, maka angkutan pribadi mendapatkan keuntungan dari perbaikan tingkat
pelayan akibat pergantian moda tersebut. Sangatlah tidak mungkin menampung semua
kendaraan pribadi pada suatu kota karena dibutuhkan ruang jalan yang sangat luas,
termasuk tempat parkir. Hal ini menyangkut efisiensi pergerakan di daerah perkotaan,
ruang yang harus disediakan kota untuk dijadikan prasarana transportasi, banyaknya
pilihan moda transportasi yang dapat dipilih masyarakat.
2.3.2 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi
Menurut Ofyar Z Tamin (2008) faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Ciri pengguna jalan ; Beberapa faktor berikut ini diyakini akan sangat
mempengaruhi pemilihan moda yaitu :
a. Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan pribadi.
b. Pemilikan surat izin pengemudi.
c. Struktur rumah tangga.
d. Pendapatan.
e. Faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ketempat bekerja dan
keperluan mengatar anak kesekolah.
2. Ciri pergerakan, pemilihan moda juga sangat dipengaruhi oleh :
a. Tujuan pergerakan.
b. Waktu terjadinya pergerakan.
c. Jarak perjalanan.
3. Ciri fasilitas moda transportasi, hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua katagori
yaitu :
a. Faktor kuantitatif yaitu :
b. Waktu perjalanan.
c. Biaya transportasi,
d. Ketersediaan ruangan dan tarif parkir.
e. Faktor kedua bersifat kualitatif yang cukup sukar menghitungnya meliputi :
f. Kenyamanan dan keamanan.
g. Keandalan, keteraturan, dan lain – lain.
2.4 Jenis – jenis Model Pemilihan Moda
2.4.1 Model Pemilihan Moda Ujung – Perjalanan
Penggunaan model pemilihan moda ini akan menghasilkan besarnya pergerakan setiap
moda. Model ini banyak dipakai di Amerika. Model pemilihan moda jenis ini hanya
berkaitan dengan beberapa hal seperti pendapatan, kepadatan permukiman, dan
pemilikan kendaraan.
Dalam jangka pendek, model ini dapat sangat tepat, khususnya jika angkuatan umum
tersedia di seluruh daerah kajian yang daerah tingkat kemacetannya rendah. Akan
tetapi model sangat tidak peka terhadap keputusan kebijakan pengambilan tidak dapat
berbuat banyak dalam mempengaruhi pemilihan moda. Membangun jalan tol,
memperbaiki fasilitas angkutan umum, dan membatasi ruang parkir tidak berpengaruh
pada jenis model pemilihan moda seperti ini.
2.4.2 Model Pemilihan Moda Pertukaran – Perjalanan
Model jenis ini mempunyai keuntungan karena mempertimbangkan ciri pergerakan
dan ketersedian moda. Akan tetapi, akan lebih sulit memprtimbangkan ciri pengguna
jalan karena pergerakan tersebut telah diagresikan dalam bentuk matriks asal – tujuan.
Model ini mempunyai dasar teori yang lemah, sehingga kemampuan peramalannya
diragukan. Model ini juga mengabaikan beberapa peubah kepekaan kebijakan
misalnya tarif dan biaya parkir.
2.4.3 Model kebutuhan – langsung
Model ini terdiri dari dua jenis yaitu langsung langsung – kuasai. Jenis langsung
mempunyai satu persamaan yang mengaitkan antara kebutuhan akan pergerakan
langsung dengan moda, atribut pergerakan, dan individu. Jenis lansung kuasi
mnggunaan bentuk pemisah antara pemilihan moda dan total kebutuhan akan
pergerakan. Model kebutuhan langsung sangat erat kaitannya dengan model umum
ekonometrik dan peneliti telah banyak meneliti hal ini.
2.4.4 Model Pemilihan Diskrit
Secara umum, model pemilihan diskrit dinyatakan sebagai peluang setiap individu
memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosio ekonomi dan daya tarik pilihan
tersebut. Untuk menyatakan daya tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas
( didefinisikan sebagai suatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu).Alternatif
tidak menghasilkan utilitas, tetapi didapatkan dari karakteristiknya dan dari setiap
individu.
2.5 Angkutan Umum
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat yang
dikehendaki, atau mengirimkan barangdari tenmpat asalnya ketempat tujuannya. Prosesnya
dapat dilakukan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan
(diangkut oleh orang). Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan
dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang
adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan udara
(Warpani , 1990).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan dijelaskan
angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor
yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Pengangkutan
orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil
penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek.
Tujuan utama keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan
angkutan yang baik dan layak bagi msyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah
pelayanan yang aman, cepat, murah dan nyaman. Selain itu, keberadaan angkutan umum
penumpang juga membuka lapangan kerja. Ditinjau dengan kacamata perlalu- lintasan,
keberadaan angkutan umum penumpang mengandung arti pengurangan volume lalu lintas
kendaraan pribadi, hal ini dimungkinkan karena angkutan umum penumpang bersifat
angkutan massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau
penumpang. Banyaknya penumpang menyebabkan biaya penumpang dapat ditekan serendah
mungkin ( Warpani, 1990). Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, ada
beberapa kriteria yang berkenaan dengan angkutan umum. Kendaraan umum adalah setiap
kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut
bayaran baik langsung maupun tidak langsung. Trayek adalah lintasan kendaraan untuk
pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal.
2.7 Jenis Angkutan Umum
Berdasarkan Undang- Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari:
1. Angkutan antar kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain.
2. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain.
3. Angkutan perdesaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan atau antar wilayah
perdesaan.
4. Angkutan lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas batas
negara lain.
2.8 Angkutan Perdesaan
Angkutan perdesaan adalah pelayanan angkutan penumpang yang ditetapkan melayani
trayek dari terminal dan ke terminal tipe C. Ciri utama lain. yang membedakan angkutan
perdesaan dengan yang lainnya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak pelayanan tidak
ditentukan (Warpani, 2002). Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke
tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada
pada wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil
penumpang umum yang terikat dalam trayek (KM 35 Tahun 2003). Sistranas No. KM 49
(2005) menyebutkan bahwa angkutan perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat
lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada
wilayah ibu kota kabupaten dengan mempergunakan angkutan umum atau mobil penumpang
umum yang terikat dalam trayek.
2.9 Pelayanan Trayek Angkutan Umum
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 dalam perencanaan jaringan trayek angkutan umum harus
diperhatikan faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah sebagai berikut:
1. Pola pergerakan penumpang angkutan umum. Rute angkutan umum yang baik adalah
arah yang mengikuti pola pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan
yang lebih effesien. Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola
pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat
penumpang mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan.
2. Kepadatan penduduk. Salah satu faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah
wilayah kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang
mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada diusahakan
sedekat mungkin menjangkau wilayah itu.
3. Daerah pelayanan. Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah
potensial pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini sesuai
dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum.
4. Karakteristik jaringan. Kondisi jaringan jalan akan menetukan pola pelayanan trayek
angkutan umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi,
lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi oleh
karakteristik jaringan jalan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai