Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN

TRANSPORTASI

SITI FATIMAH
Fakultas Sains Dan Teknologi Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota

Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar


KATA PENGANTAR

Buku merupakan buku sederhana yang bertujuan mencoba membantu memahami


berbagai jenis manajemen transportasi yang terdiri dari manfaat trasportasi, fungsi
manajemen transportasi, dan perkembangan transportasi. Selain itu beberapa teori
yang terdapat dalam perencanaan wilayah juga dibahas dalam buku ini. Buku ini juga
menjabarkan contoh dari penerapan dari teori manajemen transportasi yang ada di
Indonesia.
Keinginan penulis masih banyak yang belum tersalurkan dalam buku ini, karena
keterbatasannya sumber yang memberikan contoh penerapan manajemen transportasi
di suatu wilayah. Pada beberapa pemaparan mungkin masih terasa dangkal dan bertele
– tele. Tetapi semua kekurangan tersebut, Insya Allah akan disempurnakan lagi pada
edisi yang akan datang.
Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ini. Mengingat
ketidaksempurnaan buku ini, penulis juga akan berterima kasih atas berbagai masukan
dan kritikan demi kesempurnaan buku ini dimasa datang.

Makassar, 20 Januari 2022

Siti Fatimah
BAB V MANFAAT MANAJEMEN TRANSPORTASI
5.1 MANFAAT MANAJEMEN TRANSPORTASI
Sistem transportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistim,
yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel
lain dalam tatanan yang terstruktur, serta transportasi, yakni kegiatan
pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Dari dua
pengertian di atas, sistim transportasi dapat diartikan sebagai bantuk keterkaitan
dan keterikatan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan
pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Maksud
adanya sistim tranportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan
pergerakan penumpang dan barang yang bertujuan untuk memberikan
optimalisasi proses pergerakan tersebut.
Dalam sistem transportasi terdapat 2 (dua) aspek yang sangat penting, yakni
aspek sarana dan aspek prasarana. Aspek sarana berhubungan dengan jenis atau
piranti yang digunakan dalam hal pergerakan manusia dan barang, seperti mobil,
kapal, kereta api (KA), dan pesawat terbang. Aspek sarana ini juga sering disebut
dengan moda atau jenis angkutan. Aspek prasarana berhubungan dengan wadah
atau alat lain yang digunakan untuk mendukung sarana, seperti jalan raya, jalan
rel, dermaga, terminal, bandara, dan stasiun kereta api.
Dalam hal pergerakan barang, transportasi diperlukan karena sumber
kebutuhan manusia tidak terdapat di sembarang tempat. Selain itu, sumber yang
masih berbahan baku harus diproses melalui tahapan produksi yang lokasinya
juga tidak selalu ada di lokasi manusia sebagai konsumennya. Kesenjangan
antara jarak lokasi sumber, lokasi produksi dan lokasi konsumsi inilah yang
melahirkan adanya kebutuhan transportasi, dalam hal ini transportasi barang atau
logistik.
Karena itu dalam sistim transportasi juga terdapat 5 (lima) unsur pokok,
yaitu:
1. Orang yang membutuhkan.
2. Barang yang dibutuhkan.
3. Kendaraan sebagai alat angkut.
4. Jalan sebagai prasarana angkutan.
5. Organisasi yaitu pengelola angkutan.
Pada umumnya jenis sarana atau jenis/moda angkutan dapat digolongkan
sebagai berikut ini:
1. Udara, dengan moda pesawat dan prasarana bandara.
2. Air, dengan moda kapal dan prasarana dermaga, serta pelabuhan.
3. Darat.
a. Jalan Raya : mobil, bus, sepeda motor.
b. Jalan Rel : kereta api.
c. Lain-lain : kabel, pipa.

FUNGSI MANAJEMEN TRANSPORTASI


Transportasi Menurut Andriansyah (2015) transportasi memiliki fungsi untuk
menunjang perkembangan perekonomian dengan membuat keseimbangan antara
penyedia dan permintaan transportasi. Adapun manfaat transportasi yang
meliputi kehidupan masyarakat, yaitu :
1. Manfaat Ekonomi
Segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan
pertukaran kekayaan atau hasil produksi yang semuanya bisa diperoleh
dan berguna.
2. Manfaat Sosial
Manusia pada umumnya bermasyarakat dan berusaha hidup selaras atau
dengan yang lain dengan menggunakan kemudahan:
a. Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok,
b. Pertukaran informasi,
c. Perjalanan untuk rekreasi.
d. Perluasan jangkauan perjalanan sosial, dan
e. Pemendekan jarak rumah dengan tempat kerja.
3. Manfaat Politis
Pengangkutan menjadi syarat mutlak atau pokok dalam segi politik yang
meliputi:
a. Menciptakan persatuan dan keadilan,
b. Pelayanan kepada masyarakat dikembangkan dengan lebih merata
c. Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak di kehendaki
Manfaat Wilayah - Perkembangan suatu wilayah, karena adanya sifat
kebutuhan manusia atas permintaan dan pemenuhan ada segi ekonomi.
5.2 PERMINTAAN TRANSPORTASI
Permintaan (Demand) Transportasi Permintaan akan perjalanan mempunyai
kemiripan dengan permintaan ekonomi. Oleh karena itu permintaan atas jasa
transportasi disebut sebagai permintaan turunan (deriveddemand) yang timbul
akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lain. Menurut Setijowarno dan
Frazila (2001), pada dasarnya permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari :
1. Kebutuhan seseorang untuk berjalan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya
untuk melakukan suatu kegiatan.
2. Permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia di tempat yang
diinginkan.
Dalam hal angkutan penumpang, karakter turunan dari kebutuhan
dicerminkan pada perjalanan yang diadakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, seperti pergi bekerja, berenang ke pantai, dan sebagainya. Jadi faktor
yang mempengaruhi jumlah perjalanan ke tempat tertentu adalah jenis kegiatan
yang dapat dilakukan atau tingkat pencapaian tujuan perjalanan, dan biaya untuk
mencapai tempat tujuan tersebut. Dengan kata lain bahwa perjalanan timbul
karena aktivitas yang ada dalam masyarakat. Semakin banyak dan pentingnya
aktivitas yang ada maka tingkat perjalanan pun meningkat.
Menurut Marvin dalam Andriansyah (2015), bentuk tujuan perjalanan yang
biasanya dipergunakan oleh perencana transportasi adalah:
1. Perjalanan Pekerjaan (Works trip)
2. Perjalanan Sekolah (school trip)
3. Perjalanan Belanja (shooping trip)
4. Perjalanan Bisnis Pekerjaan (employer’sbusiness trip)
5. Perjalanan Sosial (social trip)
6. Perjalanan Untuk Makan (trip toeatmeal)
7. Perjalanan Rekreasi (recreational trip)
Masyarakat sebagai faktor utama dalam melakukan kegiatan perjalanan
selalu ingin agar permintaannya terpenuhi. Menurut White dalam Andriansyah
(2015), permintaan yang ada dari masyarakat akan pemenuhan kebutuhan
transportasi dipengaruhi oleh:
a. Pendapatan masing-masing orang
b. Kesehatan
c. Tujuan dari perjalanan
d. Jenis perjalanan
e. Banyaknya penumpang (group/individual)
f. Perjalanan yang mendesak.
Terpenuhinya permintaan akan kebutuhan transportasi ditimbulkan oleh
ciri-ciri perjalanan yang mempengaruhi pemilihan moda, di mana masyarakat
sebagai pengguna jasa transportasi dapat menggunakan moda yang ada. Faktor
yang terdapat dalam ciri perjalanan yang dimaksud yaitu:
1. Jarak perjalanan -Jarak perjalanan mempengaruhi orang dalam
menentukan pemilihan moda. Makin dekat jarak tempuh, pada
umumnya orang makin memilih moda yang paling praktis
2. Tujuan perjalanan-Tujuan perjalanan mempunyai keterkaitan antara
keinginan-keinginan masing-masing orang dalam memilih moda yang
diinginkan.
Permintaan akan transportasi timbul dari perilaku manusia akan
perpindahan manusia atau barang yang mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri
tersebut bersifat terus dan terjadi sepanjang waktu. Ciri-ciri tersebut mengalami
jam-jam puncak pada pagi hari di mana orang mulai mengadakan aktivitas dan
sore hari pada waktu istirahat dari pekerjaan.
5.3 PENAWARAN (SUPPLY) TRANSPORTASI
Dalam hal transportasi, dikatakan mencapai kompetisi sempurna bila
biaya/tarif transportasi tidak terpengaruh oleh pihak penumpang maupun
penyedia sarana transportasi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa supply dirasa
cukup bila permintaan terpenuhi tanpa adanya pengaruh dalam tarif perjalanan
baik dari penyedia transportasi maupun penumpang.
Permintaan adalah suatu fungsi positif dari biaya. Realita yang banyak
terjadi transportasi ditawarkan pada tingkat harga tertentu, sehingga
bagaimanapun penawaran akan transportasi ini sangat dipengaruhi oleh
hargaharga yang terlibat. Penawaran jasa transportasi meliputi tingkat pelayanan
dan harga yang bertitik tolak pada pemikiran bahwa kenaikan harga
mengakibatkan meningkatnya jumlah yang dihasilkan dan ditawarkan untuk
dijual. Tingkat pelayanan transportasi berhubungan erat dengan volume, seperti
halnya dengan penetapan harga. Banyak sedikitnya penumpang yang ada tidak
terlepas dari peranan pelayanan yang diberikan oleh pihak pemberi jasa
transportasi kepada pemakainya yaitu penumpang.
Berkaitan dengan pelayanan angkutan orang menurut Marvin dalam
Andriansyah (2015), faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut di atas yaitu :
a. Kecepatan
b. Kelengkapan
c. Keselamatan
d. Harga yang terjangkau
e. Frekuensi
f. Pertanggungjawaban
g. Keteraturan
h. Kenyamanan
i. Kapasitas
Objek dasar kajian perencanaan transportasi adalah pergerakan manusia atau
barang yang pasti melibatkan banyak moda transportasi. Pemilihan moda
transportasi oleh pengguna adalah waktu perjalanan, biaya, kenyamanan,
keselamatan, tingkat kepopuleran suatu moda, maksud perjalanan dan kelaziman
menggunakan suatu moda. Perilaku pelaku perjalanan dalam memilih moda
angkutan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: karakteristik pelaku
perjalanan (the characteristic of trip maker), karakteristik perjalanan (the
characteristic of trip) dan karakteristik sistim transportasi (the characteristic of
transportation sistem).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan moda angkutan dapat
dibagi 3 (tiga) faktor, yaitu :
1) Karakteristik pelaku perjalanan, meliputi: pemilihan kendaraan,
pendapatan dan tingkat sosial.
2) Karakteristik perjalanan, meliputi: tujuan, waktu dan jarak
3) Karakteristik fasilitas transportasi
Secara kuantitatif, meliputi waktu tunggu, waktu yang diperlukan untuk
mengakses pada moda transportasi lainnya, tarif dan ketersediaan tempat parkir.
Secara kualitatif, meliputi kenyamanan, kepercayaan dan keamanan.
Pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta
memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat
diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan
ekonomi suatu negara. Untuk tiap tingkatan perkembangan ekonomi diperlukan
kapasitas angkutan yang optimum. Namun perlu diperhatikan bahwa penentuan
kapasitas dan tingkatan investasi bukan merupakan hal yang mudah.
Tiap negara, bagaimanapun tingkatan perkembangan ekonominya dalam
rangka menyusun sistem transportasi nasional atau dalam menetapkan policy
transportasi nasional harus menentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan mana yang
membutuhkan jasa angkutan dalam sistem transportasi nasional.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pengembangan ekonomi ialah :
1) Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata
antara penduduk, bidang-bidang usaha dan daerahdaerah.
2) Meningkatkan jumlah dan jenis barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan
para konsumen, industri dan pemerintah.
3) Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta
men-supply pasaran dalam negeri.
4) Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi
masyarakat.
Menurut Munawar (2005), transportasi memegang peranan penting dalam
usaha mencapai tujuan-tujuan pengembangan ekonomi tersebut. Sejalan dengan
tujuan-tujuan ekonomi adapula tujuan-tujuan yang bersifat non-ekonomis, yaitu
untuk mempertinggi integritas bangsa, mempertinggi ketahanan, dan pertahanan
nasional. Jelas, bahwa tujuan ekonomis dan non-ekonomis tidak selalu berjalan
seirama dalam arah yang sama. Umpama, kebijakan transportasi bertujuan untuk
meningkatkan pertahanan nasional, bisa berbeda dengan kebijakan untuk
meningkatkan efisiensi ekonomi. Kenyataan bahwa tujuan-tujuan transportasi
adakalanya berbeda, sukar diukur, dan kadang sulit dikaitkan, maka untuk
menyusun suatu sistem transportasi optimal memerlukan pemikiran-pemikiran
mendalam.
Gambar 32. Salah Satu Bandara Termewah di Dunia
Fungsi transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan penumpang tergantung
fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility). Seorang dapat
mengadakan perjalanan untuk kebutuhan pribadi atau untuk keperluan usaha.
Kebutuhan akan angkutan barang sebagian besar merupakan kebutuhan yang
berkaitan dengan faktor-faktor lain. Suatu jenis barang lebih bermanfaat di suatu
tempat daripada di tempat lain. Si pemilik sanggup membayar harga untuk
terciptanya kegunaan barang tersebut di tempat yang bersangkutan (place utility),
bukan sematamata untuk pemindahan barangnya tersebut. Kenyataan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkatan dari kegiatan ekonomi
dengan kebutuhan menyeluruh akan angkutan, dengan lain perkataan kalau
aktifitas ekonomi meningkat maka kebutuhan akan angkutan meningkat pula.
Faktor-faktor kebutuhan ekonomis, yang berhubungan dengan angkutan dari
sesuatu jenis barang dan kegunaan ekonominya.
Gambar 33. Atlanta International Airport

Jadi transportasi menciptakan kegunaan tempat (place utility), dengan


mengangkut suatu jenis barang dari suatu tempat ke tempat lain agar dapat
dimanfaatkan di tempat yang bersangkutan. Harga barang dan jasa pada
hakekatnya dipengaruhi oleh permintaan akan barang dan jumlah barang yang
tersedia (demand and supply). Biaya angkutan merupakan unsur penting dalam
produksi barang yang merupakan faktor pendorong bagi produksi barang jadi.
Dalam menentukan biaya transportasi, beberapa faktor yang perlu
diperhatikan :
1. Perbandingan antara bobot dan volume barang.
2. Kemungkinan kerusakan barang.
3. Kemungkinan merusak barang lain.
4. Harga pasar dari barang tersebut.
5. Jarak angkutan.
6. Keteraturan dan volume angkutan.
7. Tingkatan persaingan dengan sarana angkutan lain, baik intermoda
maupun intramoda.
8. Biaya yang berhubungan dengan jasa-jasa yang dihasilkan.
9. Faktor-faktor khusus yang mungkin mempengaruhi angkutan.
Pengaruh dari faktor-faktor tidak sama (extern) dalam hal tertentu bisa
berbeda dengan yang lain. Sebagai contoh hasil produksirokok, diangkut dengan
biaya angkutan yang relatif tinggi dibandingkan dengan hasil produksi lain. Hasil
produksi tembakau memiliki sifat dimana angkutan dengan biaya rendah karena
memiliki sifat kepadatan dan ringkas, tidak mudah rusak, dan diangkut dalam
jumlah besar secara teratur. Tetapi, karena nilai tinggi (high value commodity)
maka dapat dibebankan biaya angkutan yang relatif tinggi.
Barang-barang demikian dapat diangkut dengan biaya yang jauh lebih tinggi
dari biaya angkutan sesungguhnya, sedangkan barang-barang dengan nilai
rendah (low value commodity) dapat diangkut dengan biaya yang lebih rendah
dari biaya angkutan sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas Salim. (2004). Manajemen Transportasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Abbas Salim H.A, Drs, S.E, M.A., Manajemen Transportasi, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2006
Adisasmita, Rahardjo, 2010. “Dasar-dasar Ekonomi Transportasi”. Edisi pertama
Mei 2010. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016. “ Publikasi buku Statistik Transportasi Udara
Tahun 2016” edisi tahun 2016.
---, 2017. “ Publikasi buku Statistik Transportasi Udara Tahun 2017” Edisi Tahun
2017.
---, 2016. “ Publikasi buku Statistik Transportasi Darat Tahun 2016” Edisi Tahun
2016.
---, 2017. “ Publikasi buku Statistik Transportasi Darat Tahun 2017” Edisi Tahun
2017.
---, 2016. “ Publikasi buku Statistik Transportasi Laut Tahun 2016” Edisi Tahun 2016.
---, 2017. “ Publikasi buku Statistik Transportasi Laut Tahun 2016” Edisi Tahun 2017.
Baiq Setiani, 2015. “ Prinsip-prinsip Pokok Pengelolaan Jasa Transportasi Udara”
Jurnal Ilmiah WIDYA Vol. 3 No.2 September – Desember 2015.
Banks H. James, Introduction to Transportation Engineering, International McGraw-
Hill Book Co – Singapore, 1998.
Dienaputra, D. Reiza. 2004. Antara Priangan dan Butenzorg; Sejarah Cikal Bakal
Cianjur dan Perkembangan hingga 1942. Bandung: Prolitera
Direktorat Jendral Perkeretaapian, Laporan Tahunan T.A. 2014, Kementerian
Perhubungan, Jakarta, 2016
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Lalu Lintas Angkutan Udara, Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia, Jakarta, 2016
Douglass, Mc., 1996, Rural Urban Linkages : Frameworks for Sites Visits, Bappenas,
Jakarta.
Fidel Miro, 2012. “ Pengantar Sistem Transportasi” , Penertbit Erlangga Jakarta.
Ghazali, Imam, 2003, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hadihardaja, Joetata, 1997. Sistem Transportasi. Jakarta : Universitas Guru Darma.
Harjono, Wahyu Putra, 2006, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda
Angkutan Umum Perdesaan : Studi Kasus Desa Sidomulyo, Kecamatan
Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Harsel, TP, 2008, Peran Serta Masyarakat dalam Peningkatan Aksesibilitas Perdesaan,
Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Hasim, Indayani, 2013. Analisis Keterkaitan Transportasi Darat dengan
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Merauke. Makassar: Universitas
Hasanuddin Siregar. M. 1995. Kumpulan Tulisan Perencanaan Pembangunan
Sistem Transportasi. Sekretariat Jenderal Departemen Perhubungan R.I., Jakarta.
Jusna dan Tibertius, 2016. “ Peranan Transportasi Laut Dalam Menunjang Arus
Barang Dan Orang Di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna”. Jurnal Ekonomi
(JE) Vol.1 (1), April 2016, E-ISN : 2503-1937.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2014
Khisty C. Jotin, Kent Lall B., Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, Jilid 1, Edisi
Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2003.
Khisty C. Jotin, Kent Lall B., Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, Jilid 2, Edisi
Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2003.
Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Database KNKT-Data Investigasi
Kecelakaan Penerbangan Tahun 2010-2016, KNKT, Departemen Perhubungan,
2016.
Munawar Ahmad, Dasar-dasar Teknik Transportasi, Yogyakarta, 2005
Marsaid, 2013. Dalam jurnal ilmu keperawatan berjudul “ Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Kecelakaan Lalu-lintas Pada Pengendara Sepeda Motor Di
Wilayah Polres Kabupaten Malang” Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol : 1, No. 2,
Nopember 2013.
Morlok, K, Edward, 1995. “Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Muh. Kadarisman, 2016. “Formulasi Kebijakan Sistem Transportasi Laut”. Jurnal
Manajemen Transportasi dan Logistik, Vol. 03 No.2 Juli 2016.
Nasution, 1996, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 66 Tahun 2015 tentang
Kegiatan angkutan udara bukan niaga dan angkitan udara niaga tidak berjadwal
luar negeri dengan pesawat udara sipil ke dan dari wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 Tentang Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor Di Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan Dan Pengemudi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan
Tol
Schumer, L.A. 1968. The Elemants of Transport. London.
Supriyanto, Hendra, 2006, Tinjauan Tingkat Aksesibilitas Angkutan Umum
Perdesaan, Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sundoro, Totok, 2007, Evaluasi Kinerja Angkutan Perdesaan Kabupaten Sleman,
Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Tamin, Ofyar Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang PELAYARAN Nomor 17 Tahun 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
Warpani, Swardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung: ITB
---, 2009, Undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
---, 2014, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan

Anda mungkin juga menyukai