DISUSUN OLEH
NIRWANA
60800120022
T.PWK A
Semoga setelah membaca isi dari makalah ini,Anda mendapatkan informasi dengan segudang
ilmu yang bermanfaat.Apabila ada salah dalam penulisan kata, tolong dimaklumi dan dimaafkan.
Sekian dari kami, kami ucapkan banyak terima kasih karena telah membaca makalah ini.
Nirwana
BAB I
PENDAHAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000 pulau dengan total
wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat dari 10 negara
berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai
maka akan sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini. Kebutuhan
transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial,
dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung
perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus
diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan
transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vitaldalam
aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain.
Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi
yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu
sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk
antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata
maupun hasil pembangunan yang ada. Skala ekonomi (economy of scale), lingkup ekonomi
(economy of scope), dan keterkaitan (interconnectedness) harus tetap menjadi pertimbangan
dalam pengembangan transportasi dalam kerangka desentralisasi dan otonomi daerah yang
kerap didengungkan akhir-akhir ini. Ada satu kata kunci ini disini, yaitu integrasi, di mana
berbagai pelayanan transportasi harus ditata sedemikian rupa sehingga saling terintegrasi,
misalnya truk pengangkut kontainer, kereta api pengangkut barang, pelabuhan peti kemas, dan
angkutan laut peti kemas, semuanya harus terintegrasi dan memungkinkan sistem transfer
yang terus menerus (seamless).
Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat dipenuhi oleh sistem
transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta pelayanan pelabuhan dan bandara
yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut harus saling terintegrasi dalam satu sistem
logistik dan manajemen yang mampu menunjang pembangunan nasional. Transportasi jika
ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana ketika seseorang
melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka orang tersebut akan menemui
perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan Indonesia. Disamping itu sudut pandang
sosial juga mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola transportasi yang terbentuk
juga merupakan perwujudan dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan transportasi
penduduk akan terjadi secara massal dan masif ketika mendekati hari raya. Hal ini
menunjukkan perwujudan sifat manusia yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung
halaman setelah lama tinggal di perantauan.
Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani
kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju menganggap
pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian.
Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan,
bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang
cukup besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi
dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
Sektor transportasi dikenal sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan
penumpang telah berkembang sangat dinamis serta berperan didalam menunjang
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan
sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi
mempunyai peranan yang penting dan strategis. Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat
dari kemampuannya dalam menunjang serta mendorong peningkatan ekonomi nasional,
regional dan lokal, stabilitas politik termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang
diindikasikan melalui berbagai indikator transportasi antara lain: kapasitas, kualitas
pelayanan, aksesibilitas keterjangkauan, beban publik dan utilisasi.
Oleh karena itu, perlu manajemen transportasi. Tetapi juga terdapat masalah dalam
manajemen transportasi. Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan manajemen
transportasi darat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsumsi Energi
Permasalahan energi di Indonesia sama seperti yang dihadapi dunia. Jika tidak ada penemuan
ladang minyak dan kegiatan eksplorasi baru, cadangan minyak di Indonesia diperkirakanhanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 18 tahun mendatang. Sementara itu, cadangan gas
cukup untuk 60 tahun dan batu bara sekitar 150 tahun. Kapasitas produksi minyak Indonesia
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dekade 1970-an yang masih sekitar 1,3 juta
barel per hari. Kini, kapasitas produksi minyak Indonesia hanya 1,070 juta barel per
hari.Tingginya kebutuhan bahan bakar minyak dapat memperparah kondisi krisis energi
duniayang kini sudah mulai menjadi perbincangan. Ketika krisis energi terjadi, maka hal ini
akanmenimbulkan kelangkaan BBM yang kemungkinan akan mempengaruhi harga BBM di
pasaran, tentu hal ini akan semakin menyusahkan masyarakat Indonesia yang didominasi
olehkalangan menengah ke bawah, karena belajar dari pengalaman yang sudah terjadi,
kenaikanharga BBM akan mempengaruhi harga kebutuhan rumah tangga lainnya.
Masalah Sosial
Kemacetan
Kemacetan merupakan salah satu masalah yang dinilai paling mengganggu kenyamanan
pengguna transportasi darat, kemacetan dapat mengurangi efektifitas kerja maupun
kegiatanmasayarakat, memperlambar manusia untuk melakukan katifitas, meningkatkan polusi
udara, polusi suara serta merupakan pemborosan bahan bakar yang semakin hari semakin
menipis.Kemacetan lalu-lintas di jalan raya disebabkan ruas-ruas jalan sudah tidak
mampumenampung luapan arus kendaraan yang datang serta luasan dari jalan tersebut
tidakseimbang dengan jumlah kendaraan yang melintas. Hal ini terjadi, juga karena
pengaruhhambatan samping yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan ruas jalan,
seperti: parkir di badan jalan, berjualan di trotoar dan badan jalan, pangkalan becak dan
angkutanumum, kegiatan sosial yang menggunakan badan jalan, serta adanya masyarakat yang
berjalan di badan jalan. Selain itu, kemacetan juga sering terjadi akibat manajementransportasi
yang kurang baik, ditambah lagi tingginya aksesibilitas kegunaan lahan di sekitarsisi jalan
tersebut.
Kesenjangan Sosial
a. Faktor Manusia
Faktor manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang paling dominan dalamkecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambulalu lintas.
Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap artiaturan yang
berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-puratidak tahu.
Banyaknya kasus kecelakaan darat selama ini dikarenakan supir kendaraan yan mengantuk saat
mengemudi, hal ini biasanya terjadi pada kendaraan-kendaraan yangmuatannya berupa barang,
seringkali kendaraan tersebut melakukan perjalanan di malam haridengan menempuh rute yang
cukup jauh sehingga diperlukan kondisi tubuh yang baik.Kecelakaan lalu lintas akan meningkat
seiring dengan peningkatan pergerakan manusia,semisa adalah momen hari raya Idul Fitri,
dimana budaya masyaakat Indonesia adalah mudikatau pulang ke kampung asalnya, karena
banyaknya masayarakat Indonesia yang bekerja atautinggal di luar daerah asalnya, maka
perpindahan atau pergerakan itu sangatlah tinggi, hal inimeningkatkan resiko keelakaan. b.
Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsisebagaimana
seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah
aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya
Masalah Politik
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yang pesat tanpa diikuti dengan pengadaansistem
trasnportasi yang memadai untuk ukuran kota itu merupakan bentuk besarnya demand daripada
supply nya, begitu pula kebalikannya, lajunya pertumbuhan sistem transportasi yangtidak sesuai
dengan ukuran perkembangan suatu kota, merupakan wujud supply lebih besardaripadademand
untuk transportasi. Kondisi-kondisi yang telah disebutkan di atas akan berakibat pada timbulnya
permasalahan-permasalahan baru dalam sistem transportasimaupun permasalaan perkotaan pada
umumnya. Tarsito (1997:92)
Alternatif Penanganan
Transportasi Berkelanjutan
Menjaga Kulalitas Lingkungan Untuk Masa DepanGenerasi mendatang yanitu anak cucu
manusia saat ini masih membutuhkan lingkungan alamyang sehat, udara yang bersih dan
ketersediaan kebutuhan alam yang cukup. Hal ini tidakakan bisa diwujudkan apabila manusia
yang hidup saat ini tidak menjaga lingkungan sertakualitas alam, saat ini alam hampir berada
pada batas ambang dimana daya dukunglingkungan sudah tidak mampu menyediakan apa yang
manusia butuhkan.Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi diharapkan mampu
membuat suatukebijakan yang baik dalam hal menangani masalah-masalah transportasi darat
yang makinhari makin bertambah. Perencanaan yang diharapkan tentu merupakan perencanaan
yangcerdas, yang tidak hanya mememntingkan aspek transportasi, menempatkan
transportasisebagai satu sistem yang harus dilaksanakan dengan baik ndan bisa
mengesampingkan aspek-aspek yang lain. Pemerintah diharapkan mamu merencanakan
transportasi darat yang dapatmengurangi polusi udara, menjaga keutuhan lingkungan untuk masa
yang akan datang sertamengurangi angka kecelakaan lalu lintas.
BAB III
KESIMPULAN
1. Rendahnya kualitas SDM sebagai pelaku transportasi. Kualitas SDM yang ada belum sesuai
dengan perkembangan teknologi transportasi.
2. Kesisteman dan koordinasi antarmoda. Untuk mendukung penyelenggaraan transportasi
antarmoda/multimoda yang effektif dan effisien, dibutuhkan suatu sistem transportasi yang
terintegrasi, yang mencakup antara lain manajemen dan pengaturan jaringan transportasi
multimoda/antarmoda, penerapan dokumen tunggal, dan sistem tiket terpadu
3. Ketidakseimbangan penggunaan dan ketersediaan sarana transportasi antarmoda juga cukup
dominan.
4. Rendahnya kesadaran manusia dan kurangnya pengawasan dari pemerintah atau institusi
terkait dalam menangani masalah transportasi darat.