Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Transportasi di Kalimantan Barat” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Transportasi. Saya berharap makalah tentang transprtasi
ini dapat menjadi referensi bagi pembaca tentang kondisi dan perkembangan transportasi yang
ada di daerah Kalimantan Barat.

Saya menyadari makalah bertema transportasi ini masih perlu banyak penyempurnaan
karena kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah
ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat saya selaku penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pontianak, 8 Februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2
Maksud dan Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 4

Gambaran Umum Kondisi Transportasi 5

Kondisi Transportasi Kalimantan Barat 5

Perkembangan Angkutan Umum 5

BAB III PENUTUP 1

Kesimpulan 2

Saran 2

Daftar Pustaka 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi sebagai urat nadi kehidupan sangat dituntut dalam peranannya dalam roda
pembangunan negara. Pada dasarnya fungsi dari sistem transportasi beserta sarana dan
fasilitasnya adalah sebagai elemen yang menghubungkan titik-titik yang terpisah di
dalam ruang dengan berbagai mekanisme yang terdapat di dalamnya.
Kalimantan Barat yang berpenduduk 3,27 km menempati wilayah seluas 146.807 km
mempunyai kepadatan rata-rata 25 jiwa/kilometer persegi. Propinsi Seribu Sungai ini sangat
didominasi denngan transportasi airnya didukung keberadaan sungai-sungai besar di propinsi
tersebut.Julukan ini selaras dengan kondisi geografis Propinsi Kalimantan Barat yang
mempunyai ratusan sangat besar dan kecil diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa
sungai besar saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah
pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagaian besar kecamatan.
Sungai besar utama adalah Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia yaitu
1.806 km yang mana sepanjang 942 km dapat dilayari.

Transportasi air memiliki peran yang sangat penting di beberapa wialyah Indonesia yang
memiliki wilayah perairan yang luas terutama pada daerah-daerah pedalaman yang tidak dapat
terjangkau dengan trasnportasi darat. Pada saat ini perkembangan transportasi air mengalami
penurunan pengguna akibat perkembangan transporasi darat yang pesat. Luas perairan yang
dimiliki Indonesia seluas 7,9 km2 bisa menjadikan Indonesia sebagi negara dengan basis
kekuatan pelayaran kerakyatan untuk mengembangkan ekonominya.

Namun sayangnya pelayaran Indonesia ini mendorong kekurangan devisa yang masuk
disebabkan pembayaran ongkos pengiriman kepada perusahaan yang dimiliki oleh negara lain.
Kekurangan ini menjadi kendala bagi perkembangan pelayaran di Indonesia. Sistem transportasi
air tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi umumnya, serta kegiatan-kegiatan lainnya
yang dimilki oleh daerah dan mempunyai proses perkembangan wilayah yang hendak
memperluas jangkauan pemasaran dana pelayanan dalam menunjang berbagai sektor kegiatan
sosial ekonomi di setiap titik serta merangsang timbulnya aktivitas-aktivitas baru dalam
perekonomian daerah. Sistem lalulintas sungai dan antar pulau di Indonesia merupakan salah
satu sistem transportasi yang secara tradisional digunakan untuk berbagai kepentingan baik dari
pedalaman (rural) menuju muara sungai dan selanjutnya akan disambung dengan lalulintas kapal
skala kecil antar pulau. Dalam perencanaan, akan dilakukan perbaikan infrastruktur dan sarannya
hingga pelayanan rakyat dapat kembali bangkit dan menjadi transportasi andalan masyarakat
pada wilayah-wilayah yang aksesibilitas ke wialyah lain harus melalui sungai.

Perkembangan transportasi darat dan transportasi air tidak selamnaya merupakan suatu
persaingan hal ini disebabkan adanya beberapa wialyah yang tidak dapat terjangkau dengan
transportasi darat yaitu pada daaerah-daerah pedalaman melihat letak daerah-daerah yang masih
berupa kepulauan-kepulauan kecil. Banyak sungai yang mengalami pengeringan di musim
kemarau sehingga tidak dapat dilayari sedangkan kondisi jalan darat banyak yang rusak
diakibatkan beban berlebih yang diterima oleh jalan. Transportasi air banyak diandalkan bagi
kalangan ndustri dan pertanian untuk membawa barang dagangan ke daerahdaerah pedalaman.
Permasalahan lain yang muncul adalah menurunnya jumlah angkutan penumpang
maupun barang dari tahun ke tahun.Penyelenggaraan transportasi air pedesaan di Indonesia
masuk dalam sektor Pelayaran rakyat yang pelaksanaannya diatur dalam beberapa undang-
undang atau peraturan dari pusat untuk memberikan arahan operasional di lapangan

Wilayah Kalimantan Barat banyak dialiri sungai dan anak sungai, hal ini yang
menyebabkan angkutan sungai dapat menjangkau ke tempat-tempat yang relatif jauh dari pusat
kota. Karena itu pula angakutan sungai/danau/pedalaman sangat penting perannya untuk
menjamin kelancaran kegiatan ekonomi dan masyarakat lainnya. Banyak jenis kendaraan
pedalaman yang dikenal di Kalbar antara lain sampan/perahu, bandung, tongkang dan beberapa
jenis kendaraan lainnya baik bermesin maupun tidak. Akan tetapi jumlah kendaraan ini dari
tahun ke tahun semkain berkurang. Ini karena dampak dibukanya jalan-jalan darat menjuju
pelosok-pelosok Kalbar seperti Bus antarkota dalam provinsi (AKDP) adalah klasifikasi
perjalanan bus antarkota yang menghubungkan dua kota yang terletak pada provinsi yang sama.
Moda transportasi seperti bus merupakan cara untuk mempersingkat jarak yang dipergunakan
oleh manusia dalam menjalankan segala macam dan bentuk aktivitas kehidupannya.

Sarana transportasi bus yang telah tersedia dapat membantu masyarakat untuk melakukan
aktivitas berpergian dengan cepat dan mudah. Selain memenuhi kebutuhannya, masyarakat juga
membutuhkan kenyamanan mereka dalam menggunakan jasa transportasi yang tersedia.
Ketidakpuasan konsumen dalam menggunakan jasa transportasi akan memberikan dampak
negatif bagi citra transportasi bus tersebut. Jalur yang ditempuh bus DAMRI 5 Transportasi yang
difasilitasi dengan ac, toilet, bantal, selimut, tv, dvd, dan sebagainya tentu akan memberikan
kenyamanan bagi para pengguna jasa transportasi. Dengan meningkatnya persaingan, perusahaan
transportasi bus berlomba-lomba untuk mengembangkan fasilitas yang lebih unggul dibanding
dengan armada bus lainnya. Adapun pesaing – pesaing dari Bus DAMRI adalah Bus ATS, Bus
Mudah, Bus Trans Borneo dan sebagainya. Berbagai macam armada bus mempunyai keunggulan
tersendiri dari segi harga, fasilitas, dan kenyamanan. Namun angkutan umum DAMRI juga
mempunyai fasilitas yang tidak kalah bagus dari bus lainnya. Pemerintah yang telah mampu
memberikan apa yang diinginkan oleh konsumen dan memiliki konsumen yang setia cenderung
mampu bertahan dalam perubahan kondisi ekonomi. Khususnya di Kalimantan Barat, bus Damri
mempunyai keunggulannya sendiri dengan menyediakan armada eksklusif yaitu 6 Royal Bus
Damri. Bahkan Royal Bus Damri hanya bisa dijumpai di Kalimantan Barat saja.

B. Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui gambaran umum kondisi transportasi di Kalimantan Barat
2. Mengetahui perkembangan angkutan umum di Kalimantan Barat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kondisi Transportasi

Pembangunan transportasi Indonesia saat ini terfokus pada pembangunan di darat. Hal itu
wajar karena kondisi jalan di darat pun tergolong cukup memprihatinkan. Indonesia mempunyai
panjang jalan 300.000 km tetapi kondisi jalan yang layak hanya 60% saja, sedangkan yang lain
dalam kondisi rusak ringan dan berat (Susantono, 2004). Masalah tersebut bukan menjadi suatu
alasan bagi pemerintah untuk memfokuskan pembangunan transportasi di darat saja karena
wilayah Indoensia sebagian besar adalah wilayah lautan.

Berbagai kasus kecelakaan dalam berbagai moda transportasi terjadi di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan masih rendahnya tanggung jawab, teknologi yang belum maju, dan sistem
transportasi yang sangat buruk. Kasus kecelakaan transportasi publik telah menewaskan beriu-
ribu orang dan mencerminkan kurang tegasnya hukum yang berlaku di Indonesia.

Banyaknya kecelakaan yang terjadi di Indonesia pada dua tahun terakhir ini menunjukkan
bahwa masalah transportasi adalah suatu masalah yang serius. Transportasi berhubungan erat
dengan manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa dan konsumen. Merupakan suatu hal
yang sangat ironis ketika alat transportasi yang layak telah menjadi suatu kebutuhan primer bagi
penggunanya akan tetapi, pada kenyataannya alat transportasi yang layak tidak tersedia di
masyarakat.

Saat ini transportasi yang layak dan efektif sudah menjadi bagian yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan orang untuk berpindah tempat dan memindahkan barang
secara cepat dari satu lokasi ke lokasi yang lain membutuhkan alat transportasi yang sesuai
dengan kebutuhan. Saat ini alat transportasi yang dipakai tidak hanya dituntut untuk dapat
mengantarkan orang maupun barang dengan cepat akan tetapi juga menuntut kenyamanan,
keamanan dan kelayakan dari transportasi itu sendiri. Kecelakaan beruntun yang terjadi pada
transportasi darat, laut maupun udara terlihat seperti tidak memberikan pilihan kepada
penggunanya akan sebuah transportasi yang layak, nyaman dan aman. Indonesia sudah
dipertanyakan kelayakan transportasinya oleh dunia. Bahkan terdapat sebuah larangan terbang
bagi maskapai Indonesia yang dikeluarkan oleh Uni Eropa merupakan suatu pukulan berat bagi
Indonesia. Tidak hanya menyatakan bahwa maskapai dan alat transportasi di Indonesia tidak
layak digunakan, larangan tersebut juga secara tidak langsung merusak nama baik Indonesia
sendiri.

Pergerakan yang semakin meningkat di Indonesia akibat beberapa hal yang telah dibahas
sebelumnya, menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan jumlah kendaraan
dengan pertumbuhan prasarana jalan akibat tuntutan terhadap kebutuhan angkutan baik itu
angkutan pribadi, semi pribadi, dan terutama angkutan umum jauh lebih besar daripada
penyediaan prasarana jalan. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan kota,
dan kondisi ini hanya dapat diatasi dengan optimalisasi penggunaan angkutan umum.

Kondisi angkutan umum di Indonesia, terutama di pada kota-kota besar di Indonesia,


memiliki tingkat pelayanan yang buruk. Hal ini tercermin dari terdapatnya ketidakamanan dan
ketidaknyamanan penumpang ketika menggunakan angkutan umum akibat angkutan umum yang
melebihi muatan, pengemudi yang ugal-ugalan, rawannya tindakan kriminal, dan banyak lagi
indikator lain mengenai keburukan pelayanan angkutan umum di Indonesia.

Selain itu, angkutan umum tidak lagi efektif dan efisien dalam penggunaannya dibandingkan
angkutan pribadi seperti banyaknya jumlah perpindahan angkutan untuk mencapai tujuan,
frekuensi dan waktu tunggu angkutan umum yang tidak terjadwal, serta jarak berjalan calon
penumpang yang cukup besar untuk mencapai angkutan umum, terutama pada kota-kota kecil
dan daerah pedesaan. Kondisi inilah yang pada akhirnya akan mendorong calon pengguna
angkutan umum untuk menggunakan angkutan pribadi dalam melakukan pergerakannya, yang
kemudian menimbulkan peningkatan pergerakan dengan angkutan pribadi serta menyebabkan
munculnya berbagai permasalahan transportasi kota seperti penumpukan moda transportasi pada
jaringan jalan kota, pencemaran suara dan udara, kecelakaan lalu lintas, dan permasalahan
transportasi lainnya, sehingga konsekuensinya adalah perlu diadakannya intervensi terhadap
sistem angkutan umum dan sistem transportasi kota.

Perlu disadari bahwa manusia terbagi dalam dua segmen utama, yaitu kelompok choice dan
kelompok captive, dimana kelompok choice ini terdiri dari orang-orang yang dapat memilih
berbagai jenis moda angkutan untuk menunjang pergerakannya, sedangkan
kelompok captive terdiri dari orang-orang yang hanya dapat menggunakan satu jenis moda saja
dalam melakukan pergerakannya (Triwibowo, 2002:1). Dan di Indonesia, jumlah
kelompok captive ini sangat signifikan berpengaruh terhadap sistem transportasi angkutan umum
sebab kelompok captive ini memiliki prosentase yang sangat banyak dan lebih besar daripada
kelompok choice akibat adanya keterbatasan dari kelompok captive ini terhadap berbagai aspek,
baik itu aspek fisik, legal, ataupun finansial. Keterbatasan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan kelompok captive ini sangat tergantung terhadap keberadaan angkutan umum, dan
apabila angkutan umum tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka maka mereka akan berusaha
untuk beralih menjadi pengguna kendaraan pribadi sehingga pada akhirnya

Tanpa adanya suatu sistem transportasi yang layak dan aman, perpindahan orang maupun
barang akan menjadi suatu hal yang tidak mungkin dan sulit dilakukan. Sudah saatnya dilakukan
perbaikan dan pengkajian ulang atas sistem transportasi yang ada di Indonesia. Kasus–kasus
tersebut mampu menjadi kajian tersendiri didalam memperbaharui sistem transportasi publik di
masa mendatang.

Dalam representasi pergerakan (dalam penelitian OD Survey) memperlihatkan bahwa


meskipun negara Indonesia berbentuk kepulauan, moda laut atau udara tidak menjadi moda yang
dominan dalam merepresentasikan pergerakan di Indonesia. Disparitas ekonomi dan
kewilayahan yang terjadi mengakibatkan pergerakan penumpang sangat bertumpu di Pulau
Sumatera dan Jawa. Moda jalan masih menjadi moda utama dalam pergerakan di dalam dan
antara kedua pulau tersebut meskipun terdapat jarak tempuh yang cukup panjang diantara kota-
kota penting di kedua pulau tersebut.

Evaluasi Pembangunan Bidang Transportasi di Indonesia 14 Dari hasil data Asal Tujuan
Transportasi Nasional Tahun 2001 pangsa moda untuk angkutan barang di Indonesia didominasi
90,34% atau 2,5 juta ton/tahun oleh moda jalan. Pertumbuhan angkutan barang sekitar 4,7% per
tahun, sehingga diperkirakan pada Tahun 2009 laulintas angkutan barang dengan moda jalan
membengkak menjadi sekitar 3,5 juta ton/tahun. Kebanyakan angkutan barang berasal-tujuan di
Pulau Jawa dan Sumatera yang banyak tersedia jaringan jalannya, sementara itu interaksi antar
pulau dibagian barat dan timur Indonesia tidaklah besar. Tidak jauh berbeda dengan angkutan
barang, pergerakan penumpang relatif lebih merata meskipun untuk Pulau Jawa masih terlihat
dominasinya. Dari total sekitar 3,8 Milyar produksi perjalanan penumpang di Indonesia bagian
barat menyumbang sekitar 96,55% (Pulau Jawa 82,47% dan Pulau Sumatera 14,08%), sisanya
sekitar 3,45% yang merupakan produksi perjalanan penumpang di wilayah timur Indonesia.
Diperkirakan bahwa sampai dengan Tahun 2009 permintaan perjalanan penumpang untuk moda
jalan mengalami peningkatan sekitar 3,8% per tahun, dimana jika pada Tahun 1998 jumlah
penumpang moda jalan sekitar 279,4 juta penumpang/tahun menjadi sekitar 462 juta
penumpang/tahun pada Tahun 2009.

Pada satu sisi yang lain, moda angkutan darat jalan rel saat ini hanya melayani proporsi
angkutan yang sangat marginal dibandingkan dengan moda angkutan jalan. Pertumbuhan
angkutan penumpang dan barang menggunakan kereta api sampai dengan tahun 2000 berkisar
pada angka 6% untuk angkutan penumpang dan 5.8% untuk angkutan barang. Tidak efisiennya
operasi kereta api, kompetisi antar moda yang semakin ketat dan backlog pemeliharaan
prasarana serta kualitas pelayanan mengakibatkan pangsa pasar kereta api mulai menurun pada
tahun 2001. angka penurunan diperlihatkan berkisar pada angka –1% untuk angkutan
penumpang dan –5.6% untuk angkutan barang. Moda laut merupakan moda yang penting dalam
distribusi angkutan antar pulau. Moda ini sangat dominan digunakan di wilayah kepulauan
Indonesia Timur dibandingkan dengan di Indonesia bagian barat meskipun total pergerakan
banyak terjadi di Pulau Sumatera dan Jawa. Penggunaan moda laut angkutan penumpang
berorientasi pada pelayanan pergerakan penumpang jarak jauh antar pulau, hal tersebut didukung
oleh kapasitas angkut moda laut yang relatif lebih besar dibandingkan moda udara maupun moda
darat. Sementara itu, angkutan barang merupakan obyek utama yang diangkut oleh moda laut.
Hampir 95% angkutan barang untuk tujuan ekspor-impor menggunakan moda ini.

B. Kondisi Transportasi Kalimantan Barat

Jumlah sepeda motor di Kota Pontianak pada tahun 2013 sebesar 475.085 unit sedangkan mobil pribadi
sebesar 40.770 unit (Kota Pontianak Dalam Angka, 2014). Jumlah ini jauh berbeda dengan jumlah
kendaraan umum, yaitu 200 unit untuk oplet dan 8 unit untuk bus kota (Dinas Perhubungan, 2014). Dari
data tersebut, dapat diasumsikan bahwa masyarakat Kota Pontianak menjadikan kendaraan pribadi
sebagai moda transportasi utama. Dari berbagai masalah yang terjadi, Kota Pontianak memiliki
kecenderungan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi.

Indikator Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi


Indikator Level
Rendah Sedang Tinggi
Kriteria Sub−Kriteria Pengukuran Jumlah Tingkat Jumlah Tingkat Jumlah Tingkat
Utama Nilai Nilai Nilai
Kepemilikan Sepeda Motor per 1000 < 150 1 150−350 2 > 350 3
Kendaraan (MCO) penduduk
Mobil Pribadi per 1000 < 150 3 150−350 2 > 350 1
(PCO) penduduk
Keberadaan Angkutan Umum per 1000 <1 3 1−2 2 >2 1
kendaraan penduduk
alternatif Sepeda (BIO) per 1000 < 150 1 150−350 2 > 350 3
selain penduduk
sepeda
motor dan
mobil
Penggunaan Proporsi dalam % < 30% 1 30 − 50 2 > 50 % 3
Kendaraan Lalu Lintas %
Pribadi Modal split dari % < 20% 1 20 − 40 2 > 40 % 3
sepeda motor %
Modal split dari % < 20% 3 20 − 40 2 > 40 % 1
transportasi %
umum
Modal split dari % < 20% 3 20 − 40 2 > 40 % 1

mobil pribadi %
Modal split dari % < 20% 3 20 − 40 2 > 40 % 1
moda tidak %
bermotor

Berdasarkan tabel tersebut, kepemilikan kendaraan merupakan salah satu indikator dalam
menentukan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Apabila
kepemilikan motor dan mobil pribadi dibawah 150 unit per 1000 penduduk maka tingkat
ketergantungannya rendah. Apabila masih berada diantara 150−350 unit per 1000 penduduk
maka tergolong sedang. Namun apabila jumlah kepemilikan lebih dari 350 unit per 1000
penduduk, maka ketergantungan tersebut tergolong tinggi.
Keberadaan kendaraan alternatif juga merupakan salah satu indikator penting. Hal ini
disebabkan secara logika semakin sedikit keberadaan kendaraan alternatif, maka tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap sepeda motor dan mobil pribadi tentu tinggi. Hal ini
disebabkan masyarakat memenuhi kebutuhan mobilitas dengan membeli kendaraan pribadi.
Contoh kendaraan alternatif adalah angkutan umum dan sepeda.
Indikator terpenting dalam pengukuran ketergantungan terhadap kendaraan
pribadi adalah penggunaan sepeda motor. Dalam mengukur hal ini, dua hal penting dalam
mengukur indikator ini adalah proporsi dalam lalu lintas dan modal split. Proporsi dalam lalu
lintas merupakan persentase kendaraan yang melintas pada lalu lintas. Apabila persentase
kendaraan pribadi tinggi, maka masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi. Dari
hasil persentase ini juga dapat diketahui jenis kendaraan apa yang paling banyak digunakan.
a. Transportasi Sungai

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa jenis angkutan sungai tradisional dan modern, yang
diantaranya seperti klotok, speed boat, jukung, tongkang, sampan dan kapal layar (Mulyana,
2005 : 8). Pada penggunaannya, angkutan sungai memiliki keunggulan dan kelemahan, yang
diantaranya yaitu :
Keunggulan :
 Mampu mencapai daerah pedalaman dengan dominasi perairan.
 Kemampuan untuk mengangkut barang tanpa mempengaruhi pembebanan pada
badan sungai (daya angkut bisa besar).
 Ramah lingkungan dan tidak macet.

Kelemahan :
 Kecepatan umumnya lebih rendah dibandingkan moda lain
 Kenyamanan dan standar keselamatan relatif rendah
 Ketersediaan sarana pendukung masih kurang. beraktivitas melalui akses jalur
sungai.
Setiap kecamatan yang ada umumnya memiliki karakteristik gambaran umum
masyarakat, jenis transportasi, interaksi antar jenis transportasi, objek logistik, mekanisme
logistik yang relatif sama. Akan tetapi, kecamatan yang terletak di dekat muara (Kubu, Teluk
Pakedai dan Batu Ampar) memiliki karakteristik yang agak sedikit berbeda. Secara umum,
masyarakat Kabupaten Kubu Raya berprofesi sebagai petani. Persawahan dan perkebunan
memenuhi hamparan lahan-lahan yang ada. Hasil panen yang diperoleh di manfaatkan untuk
konsumsi pribadi dan dijual komersil ke masyarakat umum dan penampung. Model
pengangkutan masyarakat untuk aktivitas sehari-hari di Kecamatan sekitar dilakukan dengan
menggunakan transporasi darat (sepeda, motor, tosa dan pick up) dan transportasi sungai kecil
(sampan kayuh, robin, kato dan motor klotok). Sementara itu, model pengangkutan sungai
masyarakat untuk keluar atau menuju ke Kecamatan sekitar oleh Motor Air Reguler Motor air
reguler yang beroperasi dari Kota Pontianak ke kecamatan-kecamatan yang ada di Kab. Kubu
Raya dan sebaliknya singgah terlebih dahulu di dermaga-dermaga umum yang terdapat di
sepanjang jalur sungai pada kecamatan yang dituju. Model pengangkutan untuk motor barang
ekspedisi di Kab. Kubu Raya pada umumnya sama. Model Pengangkutan Sungai dari Kota
Pontianak ke Kec. Kubu oleh Motor Barang Ekspedisi Motor barang ekspedisi yang memiliki
rute operasi ke kecamatan-kecamatan yang ada di Kab. Kubu Raya berlabuh di dermaga Kapuas
Indah Kota Pontianak. Motor barang ekspedisi tersebut beroperasi secara langsung ke 12
kecamatan-kecamatan yang dituju tanpa singgah terlebih dahulu di dermaga-dermaga umu yang
terdapat di sepanjang rute operasinya.
b. Transportasi Darat

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai