Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SISTEM & MANAJEMEN TRANSPORTASI

Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah SM Transportasi


Dosen Pengampu Bapak Irpan Numang, ST., MT.

Disusun Oleh:
Nurul Awanis (6214076)
Amelia Safitri (6214088)
Lulu Rafifah Efendi (6214095)
M Sadaam Islani (6214103)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV LOGISTIK BISNIS


UNIVERSITAS LOGISTIK DAN BISNIS INTERNASIONAL
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Irpan Numang, ST., MT. pada mata kuliah Sistem & Manajemen Transportasi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irpan Numang, ST., MT.
selaku dosen SM Transportasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) ..................................................... 1
A. Pengertian Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) ........................... 1
B. Peran dan Fungsi Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) ................. 3
D. Karakteristik Moda Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) ........... 12
E. Kendala Operasional Moda Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)
15
F. Manajemen Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)........................ 23
G. Proses pelayanan dalam Pelaksanaan Kegiatan ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan) ................................................................................................................. 25
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 27

iii
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)

A. Pengertian Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)


Kata ASDP yang berarti "Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan"
merupakan istilah yang terdiri dari dua aspek yaitu "Angkutan Sungai dan Danau"
atau ASD dan "Angkutan Penyeberangan". Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah
jenis "moda" atau "jenis angkutan" dimana suatu sistem transportasi terdiri dari 5
macam yaitu moda angkutan darat (jalan raya), moda angkutan udara, moda
angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin belum dikenal luas), moda
angkutan laut dan moda ASDP.

Angkutan Sungai dan Danau (ASD) juga terkadang disebut sebagai


angkutan perairan daratan atau angkutan perairan pedalaman. Dalam Bahasa
Inggris, Angkutan Sungai dan Danau (ASD) terkadang disebut sebagai Inland
Waterways Transport atau juga dalam bahasa Perancis yaitu Navigation
d'Interieure atau juga voies navigables yang memiliki makna yang sama yaitu
pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang berada di
kawasan daratan seperti sungai, danau dan kanal.

Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan, terutama pada Pasal 1 yang menjelaskan Angkutan
Sungai dan Danau sebagai kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang
dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk
mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau. Di Indonesia, hingga saat ini angkutan sungai dan
danau merupakan bagian dari sub sistem perhubungan darat dalam sistem
transportasi nasional.

1
Sistem angkutan sungai, danau, dan penyeberangan meliputi alat angkut
(vehicles), yaitu kapal sungai dan kapal feri, alur pelayaran (ways), seperti rambu-
rambu sungai/danau/feri, pengerukan alur sungai, telekomunikasi, navigasi dan
kapal inspeksi, dan terminal (pelabuhan), seperti kade, terminal, gudang, kantor,
depot BBM, listrik, dan air. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)
merupakan bagian dari sistem transportasi darat, didefinisikan sebagai jembatan
mengapung yang berfungsi menghubungkan jaringan transportasi darat yang
terputus.

Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman


merupakan istilah lain dari Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini
telah lama dikenal oleh manusia bahkan terbilang tradisional. Sebelum
menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi,
manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh.
Demikian juga di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak
sekali pusat pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di
tepian sungai seperti Palembang.

Sementara itu, angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi


sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan
kereta api yang terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini
dikenal dengan istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak - Bakauhuni
dan Palembang - Bangka bahkan juga Inggris - Perancis adalah beberapa contoh
yang sudah dikenal masyarakat.

2
Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi,
Angkutan Perairan Daratan memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan
moda angkutan lainnya. Bahkan karena angkutan ini terdiri dari angkutan sungai
(dan juga kanal) dan angkutan danau (termasuk juga rawa, waduk dan situ), karakter
yang dimilikinya pun relatif cukup unik.

Angkutan sungai memiliki karakter yang hampir mirip dengan angkutan


jalan (highways) atau angkutan kereta api (railways) karena hanya dapat melayani
pengguna jasa pada daerah cakupan (catchment area) di sepanjang aliran sungai itu
saja. Pada angkutan sungai terkadang terdapat adanya lintas penyeberangan di
sungai yang rutin dimana hal ini tidak terdapat pada angkutan jalan.

Sementara itu, angkutan danau cenderung memiliki daerah pelayanan


yang lebih terbatas karena hanya dapat melayani pengguna jasa di sekitar danau
saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau tersebut.
Angkutan perairan daratan umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan jadwal
yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang juga
terdapat angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur maupun
tidak teratur. Angkutan perairan daratan umumnya menggunakan kapal perairan
daratan berkonstruksi kayu dengan berbagai variasinya.

B. Peran dan Fungsi Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)


Indonesia adalah negara maritim yang terdiri atas 17.508 pulau
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Beranjak dari kondisi geografis
Indonesia tersebut di atas, maka peranan transportasi laut dan penyebrangan sangat
dominan dalam memperlancar arus barang dan manusia. Mengingat pentingnya
transportasi laut dan penyebrangan, maka penyediaan sarana dan prasarana
transportasi laut dan penyebrangan harus dapat memenuhi kebutuhan permintaan
akan jasa transportasi laut dan penyeberangan secara efisien dan efektif. Dengan
makin tingginya arus barang dan manusia melalui laut dan penyeberangan sebagai
akibat dari laju pembangunan nasional dan pemerataan hasil- hasil pembangunan
ke seluruh pelosok tanah air maka kebutuhan lintasan penyeberangan semakin
meningkat pula.

3
Pada REPELITA VI diadakan penambahan lintasan penyeberangan baru
melalui pembangunan jeringan penyeberangan nasional secara bertahap dengan
mengembangkan jeringan lintasan utara dari Sabang ke Jayapura melalui
Pontianak, Nunukan, Manado, Ternate, dan Biak. Jeringan lintasan tengah dari
Palembang ke Jayapura melalui Banjarmasin, Ujungpandang, Kendari, Ambon,
Sorong, dan Biak, dan jeringan lintas selatan dari Lampung ke Merauke melalui
Jakarta, Bali, Bima, Kupang, Dilli, dan Tual.

Angkutan penyeberangan sebagai sistem transportasi darat (KA, jalan


raya) dalam kerangka tatanan transportasi nasional yang berfungsi untuk
menyatukan wilayah nusantara yang terdiri atas ribuan pulau sebagai satu kesatuan
wawasan nusantara, memegang peranan yang sangat penting dan strategis.
Konsepsi penyeberangan adalah sebagai penghubung dan alternatif jaringan jalan
yang dipisahkan oleh perairan merupakan wujud pelaksanaan kebijakan pemerintah
di bidang transportasi.

Angkutan sungai dan danau seperti angkutan/transportasi sungai di


Indonesia umumnya digunakan untuk melayani mobilitas barang dan penumpang
baik di sepanjang sungai maupun di lintas penyeberangan sungai. Transportasi
sungai relatif murah namun pemanfaatannya makin berkurang terutama pada
wilayah yang sudah dibangun jalan dan jembatan, Penyelenggaraannya lebih
banyak oleh masyarakat, dan peran pemerintah dalam investasi terutama pada
pembangunan prasarana dermaga penyeberangan sungai dan relatif sedikit
jumlahnya. Keunggulan komperatif angkutan perairan daratan yang mampu
menjangkau ke wilayah yang terpencil dijadikan jalan untuk membuka daerah yang
terisolasi dan apabila dipadukan dengan moda lain maka akan terbentuk suatu
jeringan multi-moda transportasi yang efisien.

Jaringan infrastruktur yang terpadu dan menjangkau kawasan yang lebih


luas akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi dan mempermudah
eksploitasi segala sumber daya yang ada pada daerah tersebut. Jaringan alur
pelayaran perairan daratan di Indonesia terdiri dari 145 jalur angkutan sungai dan 5
kanal yang mempunyai jumlah panjang yang lebih dari 31346 km dan 24 danau
yang memiliki jumlah luas sekitar 2279 km². Oleh karna itu ASDP merupakan

4
sektor transportasi yang sangat penting dalam menghubungkan wilayah kesatuan
nusantara Indonesia sebagai bagian dari sistem transportasi nasional.

Beberapa sungai di Indonesia telah difungsikan sebagai sarana


transportasi dan mempunyai potensi yang besar untuk terus dikembangkan,
misalnya di Kalimantan terdapat Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Barito
dan Sungai Mahakam. Di Sumatera, sungai yang potensial adalah Sungai Kampar,
Sungai Musi, Sungai Indragiri sedangkan di Papua sungai yang potensial adalah
Sungai Memberamo. Selain sungai, pembangunan transportasi sungai juga
dilakukan melalui pembangunan anjir dan kanal seperti Anjir Serapat, Anjir
Kelampan, Besarang dan Taban yang menghubungkan beberapa sungai besar di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Sedangkan danau yang sudah
digunakan sebagai media transportasi adalah Danau Toba.

C. Sarana dan Prasarana Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan


(ASDP)

Sungai, danau, dan selat adalah prasarana yang penting bagi lalu lintas
dan perkembangan angkutan di Indonesia dimana selama beberapa ratus tahun yang
lalu tumbuh dan berkembang secara alamiah tanpa dibina. Jasa angkutan ini
terutama dapat dijumpai pada daerah-daerah tertentu, dimana prasarana jalan raya
belum berkembang dengan baik, maka jasa angkutan sungai dan danau ini memiliki
peranan yang sangat penting.

Sementara itu, pelabuhan penyeberangan adalah bagian dari angkutan


penyeberangan (psl 22 UU 17/2008) disebutkan bahwa:

Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai


jembatan yangmenghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta Api yang
dipisahkan oleh perairanuntuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta
muatannya.

• Peran Pelabuhan penyeberangan adalah:


1. Unit internasional (hinterland) tempat pelabuhan tersebut berada;
2. Membantu berputarnya roda perdagangan dan pengembangan industri
regional;

5
3. Menampung pangsa pasar yang semakin meningkat arus lalu lintas
(traffic) internasional baik transhipment maupun barang masuk (inland
routing);
4. Menyediakan fasilitas transit untuk ukuran melayani kebutuhan
perdagangan hinterlandatau daerah /negara tetangga.

Peran pelabuhan bagi negara berkembang (J.A Raven):

Karena pelabuhan memainkan peranan penting dalam perkembangan ekonomi,


jelas terlihat bahwa banyak negara berkembang di mana pelabuhan dapat
berfungsi secara bebas dan efisien telah mencapai kemajuan pesat. Contohnya:
Singapura, Hongkong, Taiwan dan Korsel.

Dapat disimpulkan bahwa struktur dan kecepatan pembangunan dan pertumbuhan


ekonomi nasional banyak ditentukan oleh kualitas dan sistem transportasi termasuk
kualitas pelabuhan.

• Fasilitas Pelabuhan:
1. Fasilitas untuk kapal;
2. Fasilitas untuk barang dan penumpang: gudang, AP tdk ada Gudang;
3. Fasilitas untuk penggunaan tanah: lahan parkir (menunggu kapal/antrian),
persiapan naik ke kapal,

Fasilitas untuk kapal terdiri dari:

- Alur pelayaran (Chanels and fairways), breakwaters;


- Kolam pelabuhan (docks) dan dermaga (wharves), Turning areas, Locks;
- Sarana Bantu Navigasi (aid to navigation);
- Perbaikan kapal (repairs docks).

Fasilitas untuk barang dan penumpang terdiri dari:

- Gudang transit (sheds);


- Terminal (sesuai komoditi);
- Terminal penumpang (Passengers terminal);
- Lapangan penumpukan (Stacking areas atau open storage);
- Gudang lini II (warehaouse);

6
- Tank farm untuk liquid cargo;
- Silo untuk dry bulk cargo;
- Cranes dan berbagai fasilitas handling equipments.

Fasilitas untuk penggunaan tanah terdiri dari:

- Jaringan jalan;
- Parking areas (untuk truk dan mobil);
- Jalan kereta api (railway track);
- Lapangan penumpukan (marshalling yards);
- Waiting doks (untuk angkutan sungai);
- Pipa-pipa untuk berbagai macam bulk liquid cargo.

Pelayanan kapal meliputi:

- Informasi tentang navigasi (navigation information), dan pelayanan radio


dan telepon;
- pemanduan, penundaan dan kepil (mooring service/buruh kapal);
- pengadaan air bersih dan makanan;
- bahan bakar (bunkering);
- reparasi dan galangan kapal.

Pelayanan untuk barang terdiri dari:

- jasa bongkar muat (cargo handling);


- angkutan tongkang (lighterage).

Fasilitas lainnya untuk umum yang diperlukan adalah:

- penerangan listrik;
- Pemadam kebakaran (fire fighthing);
- Sanitasi;
- fasilitas buruh (kantin, tempat ganti pakaian atau tempat beristirahat
(labour amenities);
- kebersihan lingkungan.

7
• Sistem pengelolaan Pelabuhan:
Bidang pengusahaan
- Kolam-kolam pelabuhan dan luas perairan untuk lalu lintas pelayaran dan
tempat kapal berlabuh;
- Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan kapal (pilotage) dan
pemberian jasa penundaan kapal laut;
- Dermaga untuk bertambat, bongkar-muat barang dan hewan serta
penyediaan fasilitasnaik-turun penumpang;
- Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan bandar,
alat bongkar-muat, serta peralatan Pelabuhan;
- Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan sehubungan dengan
kepentingankelancaran angkutan perairan dan industry;
- Jasa terminal;
- Jaringan jalan dan jembatan, saluran pembuangan air, saluran listrik,
saluran air minum, pemadam kebakaran dan lain-lain;
- Usaha-usaha penunjang lainnya.

• Pola manajemen Pelabuhan


(1) Landlor Port
Berarti pengelolaan pelabuhan (port autority) hanya menyediakan
prasarana pokok (infrastructure): seperti, break water, access channels
(alur pelayaran), alat bantu navigasi (aidto navigation), kolam pelabuhan,
dermaga, jaringan jalan, penyediaan area, gudang-gudang tertentu seperti
trade centre, pelayanan umum seperti keamanan umum dan navigation
information. Dilihat dari pengelolaan: pemerintah.
Pelabuhan tdk diusahakan, non komersil, Oleh Pemerintah. EG: Tj, api-api
(Kab Muba)o/UPT2.
(2) Tool Port
Dalam hal ini pengelolaan pelabuhan disamping memiliki fasilitas pokok,
baik infra maupun supra struktur, juga memiliki peralatan bongkar muat,
sedang kegiatan operasional terutama bongkar-muat (cargo handling)
dilaksanakan pihak lain. Mengkoordinasikan kegiatan di Pelabuhan.

8
(3) Operating Port/Service Port
Disamping memiliki prasarana dan sarana, Port Authority (pengelola
pelabuhan) juga melaksanakan cargo handling. Dengan demikian
keseluruhan pelayanan jasa kepelabuhanan termasuk bongkar-muat berada
dalam satu tangan (one authority) dioperasikan oleh
BUMN bukan pemerintah, PT ASDP. Contoh: pelabuhan ujung kamal.

Kapal-kapal yang beroperasi di perairan daratan terdiri dari bermacam


jenis kapal mulai dari yang berukuran kecil seperti speed boat sampai ke jenis
tongkang (barge) yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang dan barang
serta barang-barang khusus seperti balok-balok kayu, hasil pertambangan dan
industri dan lain-lain.

Sarana Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)


lengkapnya sebagai berikut:

- Kapal Ferry
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) kapal feri (ferry)
didefinisikan sebagai kapal yang berfungsi sebagai alat penyeberangan
antarpulau secara tetap atau kapal penyeberangan; Penggunaan kapal feri
dan fasilitas transitnya merupakan alternatif bagi sistem transportasi untuk
menghubungkan dua buah lokasi yang melalui perairan sehingga di mana
pembangunan infrastruktur (jembatan atau terowongan) sangat mahal dan
mungkin tidak layak untuk dibangun. Koridor angkutan kapal feri dan
fasilitas transitnya juga dapat menawarkan akses langsung ke kawasan
perumahan dan bisnis sehingga berpotensi untuk mengurangi waktu tempuh
perjalanan dalam sebuah lalu lintas campuran (mix traffic).
Menurut TCRP (2013) kapal feri dapat diklasifikasikan atas 3 jenis, yaitu
(1) Taksi Air
Taksi air adalah kapal kecil yang melayani rute (lintasan) pendek atau
lintasan sirkulasi.
(2) Feri Penumpang

9
(3) Feri penumpang adalah kapal yang memiliki ukuran lebih besar,
kapasitas penumpang yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi
dari taksi air, serta melayani rute pendek sampai sedang.
(4) Auto Ferry
Auto Ferry atau dikenal juga dengan feri roro adalah kapal yang
mengangkut penumpang dan juga kendaraan. Secara teknis mampu
melayani lintas selat atau sungai.

(1) Taksi Air (2) Feri Penumpang

(3) Auto Ferry (Ro-Ro)

Mengingat bahwa kapal feri hanya dapat menaikturunkan penumpang di


pelabuhan/dermaga, maka penyediaan fasilitas layanan transportasi
antarmoda/multimoda sangat diperlukan di kedua sisi pelabuhan. Fasilitas
tersebut dapat meliputi kawasan layanan park and ride, layanan bus feeder
dan stasiun kereta api di kawasan pelabuhan, aspek yang perlu diperhatikan
dalam manajemen operasional kapal feri (ro-ro) adalah proses naik turun
kendaraan dari kapal. Perlu pengaturan waktu yang lebih tepat terkait
dengan waktu minimal kendaraan harus berada di lapangan parkir

10
kendaraan berangkat sebelum waktu keberangkatan kapal. Hal ini berkaitan
dengan waktu pemeriksaan keamanan dan keselamatan pelayaran, muatan
yang berbahaya serta bea dan cukai.

- Kapal Feri Ro-Ro (Auto Ferry)


Kapal Feri Ro-Ro adalah kapal mengangkut penumpang dan kendaraan, di
mana proses muat-turun kendaraan dapat dilakukan sendiri oleh kendaraan
tersebut dengan pengeraknya sendiri. Proses muat-turun tersebut dikenal
dengan roll on- roll off dan disingkat Ro-Ro. Untuk memfasilitas
pergerakan tersebut, kapal feri ro-ro dilengkapi dengan pintu rampa yang
dihubungkan dengan moveble bridge atau dermaga apung ke dermaga.
Gambaran yang lazim tentang kapal ro-ro adalah hampir selalu memiliki
landasan yang besar di buritan. Landasan tersebut ditempatkan hanya pada
salah satu sisinya, memiliki lambung yang tinggi dan tampak menyerupai
kotak terapung, kadangkadang memiliki fasilitas untuk kontainer di atas dek
utamanya. Jika kapal feri ro-ro memiliki peralatan untuk muatan, mereka
memiliki krane yang sangat kuat, dan superstruktur selalu diposisikan di
kanan haluan atau kanan buritan.

Jenis angkutan Tipe angkutan Keterangan


Kapal layar Kapal dagang Dimiliki oleh pribadi atau
perusahaan antar provinsi.
Speed Boat Angkutan 1. Melayani rute antar kota
penumpang (relatif jauh)
2. Daya angkut maksimal 12
Orang
3. Digerakkan oleh mesin,
berbahan bensin dan minyak
tanah
Klotok Angkutan barang dan 1. Melayani penyeberangan
penumpang jarak dekat
2. Daya angkut maksimal 12
orang

11
3. Digerakkan oleh mesin,
berbahan bakar solar
Tongkang Angkutan barang 1. Tidak bermesin
(hasil tambang) 2. Berlabuh
dipelabuhan/dermaga/pangka
lan khusus milik
perusahaan/industri
Sampan Angkutan tradisional 1. Kapal kayu sederhana tidak
bermotor
2. Dimiliki perorangan, sebagai
sarana transportasi pribadi
Jukung Angkutan barang 1. Melayani trayek yang cukup
jauh, ke daerah transmigrasi
atau pedalaman
2. Daya angkut 30-60 ton
barang
3. Digerakkan oleh mesin,
berbahan bakar solar

D. Karakteristik Moda Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)


Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi,
Angkutan sungai dan danau memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan
moda angkutan lainnya, Bahkan karena angkutan ini terdiri dari angkutan sungai
(dan juga kanal) dan angkutan danau (termasuk juga rawa, waduk dan situ), karakter
yang dimilikinya pun relatif cukup unik. Angkutan sungai memilki karakter yang
hampir mirip dengan angkutan jalan (highways) atau angkutan kereta api (railways)
karena hanya dapat melayani pengguna jasa pada daerah cakupan (catchment area)
di sepanjang aliran sungai itu saja. Pada angkutan sungai terkadang terdapat adanya
lintas penyeberangan di sungai yang rutin dimana hal ini tidak terdapat pada
angkutan jalan. Sementara itu, angkutan danau cenderung memiliki daerah
pelayanan yang lebih terbatas karena hanya dapat melayani pengguna jasa di sekitar

12
danau saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau
tersebut.

Angkutan sungai dan danau umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan
jadwal yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang
juga terdapat angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur
maupun tidak teratur. Angkutan sungai dan danau umumnya menggunakan kapal
perairan daratan berkonstruksi kayu dengan berbagai variasinya.

Secara teknis, karakteristik angkutan sungai dan danau memberikan


keunggulan kepada moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain. Keungggulan-
keunggulan tersebut menurut Akanda (2003) antara lain adalah:

1. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk


transportasi, maka tidak perlu dibangun infrastruktur baru selain dermaga
bongkar muat karena telah tersedia secara alami. Di India, dengan panjang
jalur transportasi yang sama, biaya untuk mengembangkan angkutan sungai
dan danau hanya sekitar 5% hingga 10% dari biaya mengembangkan jalan
tol 4 lajur ataupun membangun jaringan kereta api.
2. Infrastruktur sungai hanya perlu dipelihara dengan biaya yang murah
sehingga kapasitas infrastruktur umumnya akan mencukupi. Di India,
dengan panjang jalur transportasi yang sama, biaya pemeliharaan angkutan
sungai dan danau hanya sekitar 20% dari biaya pemeliharaan jalan;
3. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area)
dimana konstruksi jalan belum atau mahal untuk dibangun;
4. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan angkutan
jalan dari aspek kecepatannya yang rendah, terutama bila dilengkapi dengan
peralatan keselamatan yang memadai;
5. Bahan bakar lebih efisien;
6. Mempunyai dampak lingkungan lebih rendah bila dibandingkan jalan dan
rel;
7. Lebih ekonomis untuk angkutan barang curah pada jarak relatif panjang;
8. Amat cocok untuk angkutan wisata;

13
9. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke
perairan daratan dan sebaliknya;
10. Mampu mengangkut dengan volume besar.

Pada sisi lain, karakteristik angkutan sungai dan danau juga mempunyai kelemahan
antara lain:

1. Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran


alur);
2. Fluktuasi air pada musim kemarau;
3. Pada musim hujan terkadang terjadi banjir;
4. Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai;
5. Kecepatan relatif lebih rendah;
6. Tingkat reliabilitas kurang terjaga;
7. Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di
sepanjang aliran alur saja;
8. Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan;
9. Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity,
10. Investasi tinggi untuk kapal baru;
11. Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang;
12. Budaya yang konservatif dan tradisional pada operasional penyediaan jasa
angkutan perairan daratan;
13. Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi; dan
14. Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana
bantu navigasi yang terbatas.

Angkutan sungai dan danau bisa berkembang bila ada faktor-faktor lain yang
mendukung, seperti:

1. Kemacetan di jalan raya;


2. Disediakan fasilitas pergudangan di atas air (gudang yang mengambang);
3. Efisiensi angkutan sungai dan danau ditingkatkan; dan
4. Terjadi peningkatan biaya pada transportasi jalan raya.

14
Angkutan ASDP yang paling dominan di Indonesia saat ini adalah
angkutan penyeberangan yang menggunakan kapal Roll On Roll Off atau yang lebih
dikenal sebagai Kapal Ro-Ro, tetapi belakangan ini angkutan sungai yang dulunya
hanya digunakan untuk angkutan tradisional digunakan untuk mengangkut batu
bara dengan menggunakan tongkang/barge yang ditarik/didorong dengan
menggunakan kapal tunda.

Sebelum kapal penyeberangan Ro-Ro dikembangkan di Indonesia,


pelayanan angkutan menggunakan kapal barang biasa yang muatannya diangkat ke
kapal dan diturunkan dengan memanfaatkan kuli atau kran (lift on-lift off/ Lo-Lo)
yang ada di kapal. Cara ini membutuhkan waktu bongkar muat yang lebih lama
disertai berbagai perangkat pendukung seperti gudang, forklift, dan sejumlah tenaga
bongkar muat yang jumlahnya tidak sedikit serta biaya yang cukup besar. Kapal
yang demikian ini masih tetap digunakan sampai saat ini.

Tehnologi kapal Ro-Ro yang pada awalnya merupakan perangkat yang


digunakan TNI untuk pengiriman pasukan beserta alat angkut militer dalam bentuk
Landing Craft Tank atau yang biasa disebut sebagai LCT yang bisa merapat
kedaratan dimana saja. LCT ini kemudian dikembangkan secara komersial menjadi
Kapal Ro-Ro dengan pintu di depan dan di belakang.

Kapal Ro-Ro pada lintasan pendek biasanya dilengkapi dengan dua buah
pintu/rampa yaitu pintu didepan dan belakang untuk mempermudah manuver
kendaraan masuk dan keluar kapal. Ferry Ro-Ro jarak jauh dengan rampa didepan
dan belakang dilarang karena alasan keselamatan, untuk itu pintu ditempatkan di
lambung kapal. I.CT masih merupakan alat angkut yang yang penting pada lintasan-
lintasan tertentu di Indonesia tanpa memperbolehkan untuk memuat penumpang.

E. Kendala Operasional Moda Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan


(ASDP)
Moda ASDP sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
memiliki banyak kelemahan meskipun juga terdapat sisi keunggulannya. Di sisi
lain, terlihat jelas dari banyak studi maupun fenomena yang ada bahwa angkutan
ini cenderung terpinggirkan. Adapun beberapa isu permasalahan yang terkait
dengan angkutan ASDP antara lain adalah:

15
1. Kesulitan pengguna jasa untuk melanjutkan perjalanan dengan moda
angkutan lain karena ketidakterpaduan antar moda (Kemenhub, Studi
Penyusunan Rencana Transportasi Perairan Regional Sulawesi, 2007) dan
(Susantono, Parikesit, Sutomo, Nanang, & Prasetya, 2004);
2. Modal share angkutan yang sangat rendah (Susantono,Multidimensi, 2013);
3. Penurunan produktivitas angkutan penumpang dan barang maupun panjang
alur yang bisa dilayari (Susantono, Transportasi & Investasi: Tantangan dan
Perspektif Multidimensi, 2013) serta menurunnya jumlah armada (Parikesit,
Kushari, & Novitarini, 2003); Siato Priyano, Chaitul Insani, Muhammed
Fathon Bantang Setiawan;
4. Waktu tempuh yang relatif lama dan tarif angkutan relatif lebih tinggi
(Mukti, 2010);
5. Beberapa alur sungai mengalami erosi akibat pergerakan kapal (Sugeng,
2010) dan pendangkalan (Kusdian, 2011) sehingga berpotensi
menyebabkan gangguan ekosistem;
6. Keterbatasan akses transportasi lain sehingga hanya mengandalkan
angkutan sungai; (Parikesit, Kushari, & Novitarini, 2003) dan (Susantono,
Parikesit, Sutomo, Nanang, & Prasetya, 2004);
7. Kualitas pelayanan angkutan relatif masih buruk (Kemenhub, Studi
Penyusunan Rencana Transportasi Perairan Regional Sulawesi, 2007) dan
(Mukti, 2010);
8. Ketidaksesuaian desain infrastruktur dan sarana angkutan untuk wanita dan
orang tua (Parikesit, Kushari, & Novitarini, 2003);
9. Tidak bisa diandalkan sepanjang waktu karena pengaruh fluktuasi air dan
kondisi alam (Susantono, et al, 2004);
10. Aksesibilitas dermaga yang buruk ke pemukiman dan.fasilitas umum
(Kemenhub, Studi Potensi Transportasi Sungai dan Danau di Provinsi Jambi
dan Sumatera Barat,2012);
11. Keterandalan angkutan dari segi jadwal, jam operasi dan hari operasi yang
rendah (Kemenhub, Studi Potensi Transportasi Sungai dan Danau di Jawa
Bagian Barat,2011);

16
12. Kurangnya fasilitas keselamatan di atas kapal (Parikesit, Kushari, &
Novitarini, 2003) terutama karena sulitnya akses kredit (Susantono,
Parikesit, Sutomo, Nanang, & Prasetya, 2004);
13. Kurangnya perhatian pemerintah untuk memberikan subsidi atau upaya lain
untuk memberdayakan potensi angkutan (Parikesit, Kushari, & Novitarini,
2003).

Organisasi Kementerian Perhubungan terdiri atas: Sekretariat Jenderal,


Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Direktorat Jenderal Perkeretaapian,
Inspektorat Jenderal, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan, Staf Ahli Bidang Teknologi,
Lingkungan, dan Energi Perhubungan; Staf Ahli Bidang Hukum dan Reformasi
Birokrasi Perhubungan, Staf Ahli Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan
Perhubungan; Staf Ahli Bidang Ekonomi Kawasan dan Kemitraan Perhubungan;
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan; dan Pusat Pengelolaan
Transportasi Berkelanjutan. Dalam menjalankan kewenangannya sub sektor
angkutan sungai, danau dan penyeberangan dilaksanakan di bawah organisasi
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi
darat. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan lalu lintas, angkutan,


sarana, prasarana, sistem lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau,
penyeberangan dan. angkutan multimoda, serta peningkatan keterpaduan
sistem antar moda dan keselamatan transportasi darat;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan lalu lintas, angkutan,
sarana, prasarana, sistem lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau,
penyeberangan, dan angkutan multimoda, serta peningkatan keterpaduan
sistem antar moda dan keselamatan transportasi darat;

17
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan lalu lintas, dan angkutan jalan, sungai, danau,
penyeberangan, dan angkutan multimoda, serta peningkatan keterpaduan
sistem antar moda dan keselamatan transportasi darat;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyelenggaraan lalu lintas, angkutan, sarana, prasarana, sistem lalu lintas
dan angkutan jalan, sungai, danau, penyeberangan, dan angkutan
multimoda, serta peningkatan keterpaduan sistem antar moda dan kesela-
matan transportasi darat.
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyeleng- garaan lalu lintas,
angkutan, sarana, prasarana, sistem lalu lintas dan angkutan jalan, sungai,
danau, penyeberangan, dan angkutan multimoda serta peningkatan
keterpaduan sistem antar moda dan keselamatan transportasi darat;
f. pelaksanaan administrasi direktorat jendral perhubungan darat, dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat terdiri atas Sekretariat Direktorat


Jenderal, Direktorat Sarana Perhubungan Darat, Direktorat Prasarana Perhubungan
Darat, Direktorat Lalu Lintas Perhubungan Darat, Direktorat Angkutan dan
Multimoda, Direktorat Pembinaan Keselamatan.

a. Direktorat Sarana Perhubungan Darat

Direktorat Sarana Perhubungan Darat mempunyai tugas melaksanakan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di
bidang sarana angkutan jalan,sungai, danau dan penyeberangan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Direktorat Sarana Perhubungan Darat menyelenggarakan
fungsi:

1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengem- bangan teknologi dan


rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
sertifikasi, registrasi dan penghapusan/penutuhan sarana ang- kutan jalan,
sungai, dan danau, teknologi informasi dan komunikasi di bidang sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, pengujian kenda- raan

18
bermotor, akreditasi dan kalibrasi pengujian kendaraan bermotor, karoseri,
agen pemegang merek kendaraan bermotor serta kompetensi sumber daya
manusia bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan
dan teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan:
2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan teknologi dan
rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
sertifikasi, regis- trasi dan penghapusan/penutuhan sarana angkutan jalan,
sungai, dan danau, teknologi informasi dan komunikasi di bidang sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, pengujian kendaraan
bermotor, akreditasi dan kalibrasi pengujian kendaraan bermotor, karoseri,
agen pemegang merek kendaraan bermotor, harmonisasi dan standardisasi
sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan regulasi tingkat
nasional, regional, dan internasional, kompetensi sumber daya manusia
bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta
teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan;
3) penyiapan penyusunan, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan teknologi dan rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, sertifikasi, registrasi dan penghapusan/penutuhan
sarana angkutan jalan, sungai, dan danau, teknologi informasi dan
komunikasi di bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, pengujian kendaraan bermotor, akreditasi dan kalibrasi
pengujian kendaraan bermotor, karoseri, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, harmonisasi dan standardisasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan regulasi tingkat nasional, regional, dan
internasional, kompetensi sumber daya manusia bidang sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta teknologi sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan;
4) penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengembangan teknologi dan rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, sertifikasi, registrasi dan peng- hapusan/penutuhan
sarana angkutan jalan, sungai, dan danau, teknologi informasi dan
komunikasi di bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan

19
penyeberangan, pengujian kendaraan bermotor, akre- ditasi dan kalibrasi
pengujian kendaraan bermotor, karoseri, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, harmonisasi dan standardisasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan regulasi tingkat nasional, regional, dan
internasional, kompetensi sumber daya manusia bidang sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta tek- nologi sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan;
5) penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan: dan
6) penyiapan pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan
rumah tangga Direktorat.

Direktorat Sarana Perhubungan Darat terdiri dari Sub Direktorat


Teknologi Sarana Angkutan, Sub Direktorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor, Sub
Direktorat Uji Berkala Kendaraan Bermotor, Sub Direktorat Sarana Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan; serta Subbagian Tata Usaha.

1) Sub Direktorat Teknologi Sarana Angkutan


Sub Direktorat Teknologi Sarana Angkutan mem- punyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang teknologi sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan. Dalam melaksana-kan tugasnya,
Sub Direktorat Teknologi Sarana Angkutan menyeleng- garakan fungsi:
a) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pengembangan
teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
rancangan pengembangan bermotor, pengembangan tekno- logi
informasi dan komunikasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, pengha- pusan kendaraan bermotor, penutuhan
sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, serta bengkel dan instalasi konversi energi kendaraan
bermotor;
b) penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,

20
rancangan pengembangan sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, modifikasi kendaraan bermotor, pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, penghapusan kendaraan bermotor,
penutuhan sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang
merek kendaraan bermotor, pelaksanaan harmonisasi dan
standardisasi regulasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan tingkat nasional, regional, dan internasional serta
bengkel dan instalasi konversi energi kendaraan bermotor;
c) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang pengembangan teknologi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, rancangan pengembangan sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penye- berangan, modifikasi
kendaraan bermotor, pengembangan teknologi informasi dan komu-
nikasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
penghapusan kendaraan bermotor, penutuhan sarana angkutan
sungai dan danau, agen pemegang merek kendaraan bermotor,
pelaksanaan harmonisasi dan standardisasi regu- lasi sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan tingkat nasional,
regional, dan internasional serta bengkel dan instalasi konversi
energi kendaraan bermotor;
d) penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pengembangan tekno- logi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, rancangan pengembangan sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, modifikasi
kendaraan bermotor, pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi sarana ang- kutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, penghapusan kendaraan bermotor, penutuhan
sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, pelaksanaan harmo- nisasi dan standardisasi regulasi
sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan tingkat

21
nasional, regional, dan internasional serta bengkel dan instalasi
konversi energi kendaraan bermotor, dan
e) penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
rancangan pengembangan sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, modifikasi kendaraan bermotor, pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, penghapusan kendaraan bermotor,
penutuhan sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang
merek kendaraan bermotor, pelaksanaan harmonisasi dan
standardisasi regulasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan tingkat nasional, regional, dan internasional serta
bengkel dan instalasi konversi energi kendaraan bermotor.

Sub Direktorat Teknologi Sarana Angkutan terdiri atas Seksi Teknologi


Sarana Angkutan Jalan dan Seksi Teknologi Sarana Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan. Seksi Teknologi Sarana Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi pelaporan di bidang
pengembangan teknologi sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan,
harmonisasi dan standardisasi regulasi di bidang sarana angkutan sungai, danau dan
penyeberangan, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sarana
angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta penutuhan sarana angkutan
sungai dan danau.

2) Sub Direktorat Sarana Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Sub Direktorat Sarana Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan


mempunyai tugas melaksa- nakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebi-
jakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan super- visi serta evaluasi dan pelaporan di bidang
sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Dalam melaksanakan

22
tugasnya Sub Direktorat Sarana Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan menyelenggarakan fungsi:

a) penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rancang bangun


sarana ASDP, pemeliharaan dan perawatan sarana ASDP, serta
sertifikasi dan registrasi sarana ASDP, serta kualifikasi teknis awak
sarana ASDP;
b) penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rancang bangun
sarana ASDP, pemeliharaan dan perawatan sarana ASDP, serta
sertifikasi dan registrasi sarana ASDP, serta kualifikasi teknis awak
sarana ASDP:
c) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang rancang bangun sarana ASDP, pemeliharaan dan
perawatan sarana ASDP, serta sertifikasi dan registrasi sarana ASDP
n, serta kualifikasi teknis awak sarana ASDP;
d) penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di
bidang rancang bangun sarana ASDP, pemeliharaan dan perawatan
sarana ASDP, serta sertifikasi dan registrasi sarana ASDP, serta
kualifikasi teknis awak sarana ASDP; dan
e) penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang rancang bangun
sarana ASDP, pemeliharaan dan perawatan sarana ASDP, serta
sertifikasi dan registrasi sarana ASDP, serta kualifikasi teknis awak
sarana ASDP.

F. Manajemen Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)


Sebagaimana telah diketahui bahwa badan usaha yang bergerak dalam
bidang jasa angukutan ini diusahakan oleh usaha perorangan/unit usaha swasta dan
unit usaha milik negara, yang mempunyai sistem manajemen yang berbeda-beda.
Pada badan usaha swasta yang mempunyai armada cukup besar dikelola dengan
manajemen anggota keluarga. Sedangkan perusahaan perorangan dalam bentuk
CV, masih dikelola secara tradisonal karena pada umumnya mereka hanya memiliki
2 atau 3 perahu motor dan di dalam serta operasional nya pun masih bersift untung-

23
untungan, di mana tidak penuh, namun masih tetap menunggu. Di samping hal
tersebut, sistem pembukuan adminitrasinya pun belum teratur.

Bila dilihat pada perusahaan daerah yang mempunyai kapal/ armada


angkutan sungai cukup besar, di mana sebagian kapal-kapalnya merupakan kapal
tua, bekas peninggalan zaman belanda, di daa pengolahannya didasarkan pada
ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah daerah setempat.

Perum ASDP (Angkutan Sungai, Danau, Penyeberangan) adalah unit


usaha milik negara yang menyeleggarakan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan. Struktur organisasi Perum ASDP yang dibentuk berdasarkan
keputusan menteri perhubungan nomor : KAM. 128/OT.002/Phb-1986, kemudian
berubah menjadi PT ASDP Indonesia Feri (Persero) berdasarkan keputusan No.
KJ35/ Ak.001/ASDP, tanggal 10 Agustus 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
ASDP.

Untuk melaksanakan misi perusahaan dengan memperhatikan prinsip-


prinsip ekonomi dan terjaminnya kekayaan negara dalam penyelenggarakan
pelayanan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan serta jasa pelabuhan
penyeberangan, perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha di bidang berikut ini.

a. Jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;


b. Penyediaan dan pengusaha jasa termiinal, dermaga, dan fasilitas lainya untuk
kegiatan tambat kapal, naik turun penumpang dan kendaraan, serta bongkar
muat barang/ hewan;
c. Penyediaan dan pengusahaan kolam-kolam pelabuhan, perairan pelabuhan
untuk menunjang kelancaran lalu lintas dan berlabuhnya kapal-kapal
penyeberangan;
d. Penyediaan tenaga listrik, air bersih, bahan bakar, minyak (BBM), instalasi
limbah dan fasilitas lainnya untuk menunjang keperluan operasional kapal;
e. Penyediaan fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan / perawatan kapal dan
alat bantu lainnya untuk menunjang keperluan operasional kapal;
f. Jasa konsultasi pendidikan, dan pelatihan yang berkaitan dengan jasa
angkutan.(M.N.Nasution,2015).

24
G. Proses pelayanan dalam Pelaksanaan Kegiatan ASDP (Angkutan Sungai,
Danau, dan Penyeberangan)

Gambar Alur Pelayaran Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan


Sumber: PT. Dharma Laut Utama
1. Rute penyeberangan Ketapang- Gilimanuk merupakan jalur penyebrangan antar
pulau Jawa dan pulau Bali melalui selat Bali. Penyeberangan antar pulau ini
berjarak kurang lebih 5,1 Km dan bisa di tempuh dengan wakru rata-rata 30
menit dengan menggunakan kapal penyeberangan dengan kecepatan 5 knot.
(Febriani Romadhana dkk, 2016)
2. Analisa system antrian rencana Sistem check in On port Check in langsung pada
saat memasuki pelabuhan roro air putih. Sistem control untuk system control
lebih ke human control, seperti petugas pelabuhan.
3. System antrian yang digunakan adalah system First Vacant First Served (FVFS)
artinya, Pelayanan antrian akan di berikan terlebih dahulu pada tempat
pelayanan yang pertama kosong, dan pada aplikasinya antrian pada kondisi ini
bias digantikan dengan system kartu antrian.
4. Selain sistem First Vacant First Served (FVFS) juga di gunakan system Priority
Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan yang

25
mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelangganya
mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemungkinan
sudah lebih dahulu tiba digaris tunggu.
5. Dalam system antrian ini, ada jalur khusus untuk mengakomodir kendaraan
darurat dan VVIP pada setiap trip, jika dalam 30 menit mau keberangkatan
tidak ada kendaraan darurat dan VVIP maka akan diisi oleh kendaraan yang
lain.
6. Saat kendaraan memasuki kapal roro, maka akan dibantu oleh petugas kapal
untuk pengaturan parker kendaraan didalam roro, untuk memaksimalkan
kapasitas kendaraan yang masuk.
7. Desain kartu jenis kartu antrian sistem pembelian kartu:
a. Pembelian kartu di toko/galeri yang bekerja sama dengan pelayanan pelabuhan
roro air putih.
b. Waktu pemesanan bisa dilakukan sebulan sebelum keberangkatan, minimum
30 menit sebelum keberangkatan tergantung ketersiadaan kapasitas kapal pada
trip tersebut.
c. Pembagian trip dilakukan berdasarkan ketersiadaan kapal, trip pertama akan
mendapatkan kartu berwarna merah, trip kedua mendapatkan kartu berwarna
kuningn, dan trip ketiga mendapatkan kartu berwarna hijau, dan trip keempat
mendapatkan kartu berwarna merah dan seterusnya. Jadi hanya ada warna tiga
kartu.
d. Isian data tiket meliputi:
- Nama pesanan (gunanya untuk klaim asuransi penyeberangan);
- Nomor hp (untuk menginformasikan waktu berangkat sudah dekat);
- Merk kendraan;
- Warna kendaraan;
- Nopol kendaraan.

26
Daftar Pustaka

Bambang Istianto, I. K. (2015). PROFIL TRANSPORTASI ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, DAN


PENYEBERANGAN DI INDONESIA. PROFIL TRANSPORTASI ANGKUTAN SUNGAI,
DANAU, DAN PENYEBERANGAN DI INDONESIA, 33-44.

HasanSaz. (2016). -. jiptummpp-gdl-miskandarr-45556-3-babii.pdf, 6-29.

Saiful, H. H. (2017, - -). MAKALAH PRASARANA ANGKUTAN SUNGAI DANAU


DANPENYEBRANGAN. Retrieved from Academia.edu Website:
https://www.academia.edu/37585844/MAKALAH_PRASARANA_ANGKUTAN_SU
NGAI_DANAU_DAN_PENYEBRANGAN

27

Anda mungkin juga menyukai