Disusun Oleh:
Nurul Awanis (6214076)
Amelia Safitri (6214088)
Lulu Rafifah Efendi (6214095)
M Sadaam Islani (6214103)
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Irpan Numang, ST., MT. pada mata kuliah Sistem & Manajemen Transportasi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irpan Numang, ST., MT.
selaku dosen SM Transportasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 2022
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)
Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di Perairan, terutama pada Pasal 1 yang menjelaskan Angkutan
Sungai dan Danau sebagai kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang
dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk
mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau. Di Indonesia, hingga saat ini angkutan sungai dan
danau merupakan bagian dari sub sistem perhubungan darat dalam sistem
transportasi nasional.
1
Sistem angkutan sungai, danau, dan penyeberangan meliputi alat angkut
(vehicles), yaitu kapal sungai dan kapal feri, alur pelayaran (ways), seperti rambu-
rambu sungai/danau/feri, pengerukan alur sungai, telekomunikasi, navigasi dan
kapal inspeksi, dan terminal (pelabuhan), seperti kade, terminal, gudang, kantor,
depot BBM, listrik, dan air. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)
merupakan bagian dari sistem transportasi darat, didefinisikan sebagai jembatan
mengapung yang berfungsi menghubungkan jaringan transportasi darat yang
terputus.
2
Sebagai suatu jenis moda angkutan dalam suatu sistem transportasi,
Angkutan Perairan Daratan memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan
moda angkutan lainnya. Bahkan karena angkutan ini terdiri dari angkutan sungai
(dan juga kanal) dan angkutan danau (termasuk juga rawa, waduk dan situ), karakter
yang dimilikinya pun relatif cukup unik.
3
Pada REPELITA VI diadakan penambahan lintasan penyeberangan baru
melalui pembangunan jeringan penyeberangan nasional secara bertahap dengan
mengembangkan jeringan lintasan utara dari Sabang ke Jayapura melalui
Pontianak, Nunukan, Manado, Ternate, dan Biak. Jeringan lintasan tengah dari
Palembang ke Jayapura melalui Banjarmasin, Ujungpandang, Kendari, Ambon,
Sorong, dan Biak, dan jeringan lintas selatan dari Lampung ke Merauke melalui
Jakarta, Bali, Bima, Kupang, Dilli, dan Tual.
4
sektor transportasi yang sangat penting dalam menghubungkan wilayah kesatuan
nusantara Indonesia sebagai bagian dari sistem transportasi nasional.
Sungai, danau, dan selat adalah prasarana yang penting bagi lalu lintas
dan perkembangan angkutan di Indonesia dimana selama beberapa ratus tahun yang
lalu tumbuh dan berkembang secara alamiah tanpa dibina. Jasa angkutan ini
terutama dapat dijumpai pada daerah-daerah tertentu, dimana prasarana jalan raya
belum berkembang dengan baik, maka jasa angkutan sungai dan danau ini memiliki
peranan yang sangat penting.
5
3. Menampung pangsa pasar yang semakin meningkat arus lalu lintas
(traffic) internasional baik transhipment maupun barang masuk (inland
routing);
4. Menyediakan fasilitas transit untuk ukuran melayani kebutuhan
perdagangan hinterlandatau daerah /negara tetangga.
• Fasilitas Pelabuhan:
1. Fasilitas untuk kapal;
2. Fasilitas untuk barang dan penumpang: gudang, AP tdk ada Gudang;
3. Fasilitas untuk penggunaan tanah: lahan parkir (menunggu kapal/antrian),
persiapan naik ke kapal,
6
- Tank farm untuk liquid cargo;
- Silo untuk dry bulk cargo;
- Cranes dan berbagai fasilitas handling equipments.
- Jaringan jalan;
- Parking areas (untuk truk dan mobil);
- Jalan kereta api (railway track);
- Lapangan penumpukan (marshalling yards);
- Waiting doks (untuk angkutan sungai);
- Pipa-pipa untuk berbagai macam bulk liquid cargo.
- penerangan listrik;
- Pemadam kebakaran (fire fighthing);
- Sanitasi;
- fasilitas buruh (kantin, tempat ganti pakaian atau tempat beristirahat
(labour amenities);
- kebersihan lingkungan.
7
• Sistem pengelolaan Pelabuhan:
Bidang pengusahaan
- Kolam-kolam pelabuhan dan luas perairan untuk lalu lintas pelayaran dan
tempat kapal berlabuh;
- Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan kapal (pilotage) dan
pemberian jasa penundaan kapal laut;
- Dermaga untuk bertambat, bongkar-muat barang dan hewan serta
penyediaan fasilitasnaik-turun penumpang;
- Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan bandar,
alat bongkar-muat, serta peralatan Pelabuhan;
- Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan sehubungan dengan
kepentingankelancaran angkutan perairan dan industry;
- Jasa terminal;
- Jaringan jalan dan jembatan, saluran pembuangan air, saluran listrik,
saluran air minum, pemadam kebakaran dan lain-lain;
- Usaha-usaha penunjang lainnya.
8
(3) Operating Port/Service Port
Disamping memiliki prasarana dan sarana, Port Authority (pengelola
pelabuhan) juga melaksanakan cargo handling. Dengan demikian
keseluruhan pelayanan jasa kepelabuhanan termasuk bongkar-muat berada
dalam satu tangan (one authority) dioperasikan oleh
BUMN bukan pemerintah, PT ASDP. Contoh: pelabuhan ujung kamal.
- Kapal Ferry
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) kapal feri (ferry)
didefinisikan sebagai kapal yang berfungsi sebagai alat penyeberangan
antarpulau secara tetap atau kapal penyeberangan; Penggunaan kapal feri
dan fasilitas transitnya merupakan alternatif bagi sistem transportasi untuk
menghubungkan dua buah lokasi yang melalui perairan sehingga di mana
pembangunan infrastruktur (jembatan atau terowongan) sangat mahal dan
mungkin tidak layak untuk dibangun. Koridor angkutan kapal feri dan
fasilitas transitnya juga dapat menawarkan akses langsung ke kawasan
perumahan dan bisnis sehingga berpotensi untuk mengurangi waktu tempuh
perjalanan dalam sebuah lalu lintas campuran (mix traffic).
Menurut TCRP (2013) kapal feri dapat diklasifikasikan atas 3 jenis, yaitu
(1) Taksi Air
Taksi air adalah kapal kecil yang melayani rute (lintasan) pendek atau
lintasan sirkulasi.
(2) Feri Penumpang
9
(3) Feri penumpang adalah kapal yang memiliki ukuran lebih besar,
kapasitas penumpang yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi
dari taksi air, serta melayani rute pendek sampai sedang.
(4) Auto Ferry
Auto Ferry atau dikenal juga dengan feri roro adalah kapal yang
mengangkut penumpang dan juga kendaraan. Secara teknis mampu
melayani lintas selat atau sungai.
10
kendaraan berangkat sebelum waktu keberangkatan kapal. Hal ini berkaitan
dengan waktu pemeriksaan keamanan dan keselamatan pelayaran, muatan
yang berbahaya serta bea dan cukai.
11
3. Digerakkan oleh mesin,
berbahan bakar solar
Tongkang Angkutan barang 1. Tidak bermesin
(hasil tambang) 2. Berlabuh
dipelabuhan/dermaga/pangka
lan khusus milik
perusahaan/industri
Sampan Angkutan tradisional 1. Kapal kayu sederhana tidak
bermotor
2. Dimiliki perorangan, sebagai
sarana transportasi pribadi
Jukung Angkutan barang 1. Melayani trayek yang cukup
jauh, ke daerah transmigrasi
atau pedalaman
2. Daya angkut 30-60 ton
barang
3. Digerakkan oleh mesin,
berbahan bakar solar
12
danau saja dan lebih bersifat sebagai angkutan penyeberangan di kawasan danau
tersebut.
Angkutan sungai dan danau umumnya memiliki rute yang tidak tetap dan
jadwal yang tidak teratur meskipun juga pada tingkatan yang lebih berkembang
juga terdapat angkutan dengan rute yang tetap dan dengan jadwal yang teratur
maupun tidak teratur. Angkutan sungai dan danau umumnya menggunakan kapal
perairan daratan berkonstruksi kayu dengan berbagai variasinya.
13
9. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke
perairan daratan dan sebaliknya;
10. Mampu mengangkut dengan volume besar.
Pada sisi lain, karakteristik angkutan sungai dan danau juga mempunyai kelemahan
antara lain:
Angkutan sungai dan danau bisa berkembang bila ada faktor-faktor lain yang
mendukung, seperti:
14
Angkutan ASDP yang paling dominan di Indonesia saat ini adalah
angkutan penyeberangan yang menggunakan kapal Roll On Roll Off atau yang lebih
dikenal sebagai Kapal Ro-Ro, tetapi belakangan ini angkutan sungai yang dulunya
hanya digunakan untuk angkutan tradisional digunakan untuk mengangkut batu
bara dengan menggunakan tongkang/barge yang ditarik/didorong dengan
menggunakan kapal tunda.
Kapal Ro-Ro pada lintasan pendek biasanya dilengkapi dengan dua buah
pintu/rampa yaitu pintu didepan dan belakang untuk mempermudah manuver
kendaraan masuk dan keluar kapal. Ferry Ro-Ro jarak jauh dengan rampa didepan
dan belakang dilarang karena alasan keselamatan, untuk itu pintu ditempatkan di
lambung kapal. I.CT masih merupakan alat angkut yang yang penting pada lintasan-
lintasan tertentu di Indonesia tanpa memperbolehkan untuk memuat penumpang.
15
1. Kesulitan pengguna jasa untuk melanjutkan perjalanan dengan moda
angkutan lain karena ketidakterpaduan antar moda (Kemenhub, Studi
Penyusunan Rencana Transportasi Perairan Regional Sulawesi, 2007) dan
(Susantono, Parikesit, Sutomo, Nanang, & Prasetya, 2004);
2. Modal share angkutan yang sangat rendah (Susantono,Multidimensi, 2013);
3. Penurunan produktivitas angkutan penumpang dan barang maupun panjang
alur yang bisa dilayari (Susantono, Transportasi & Investasi: Tantangan dan
Perspektif Multidimensi, 2013) serta menurunnya jumlah armada (Parikesit,
Kushari, & Novitarini, 2003); Siato Priyano, Chaitul Insani, Muhammed
Fathon Bantang Setiawan;
4. Waktu tempuh yang relatif lama dan tarif angkutan relatif lebih tinggi
(Mukti, 2010);
5. Beberapa alur sungai mengalami erosi akibat pergerakan kapal (Sugeng,
2010) dan pendangkalan (Kusdian, 2011) sehingga berpotensi
menyebabkan gangguan ekosistem;
6. Keterbatasan akses transportasi lain sehingga hanya mengandalkan
angkutan sungai; (Parikesit, Kushari, & Novitarini, 2003) dan (Susantono,
Parikesit, Sutomo, Nanang, & Prasetya, 2004);
7. Kualitas pelayanan angkutan relatif masih buruk (Kemenhub, Studi
Penyusunan Rencana Transportasi Perairan Regional Sulawesi, 2007) dan
(Mukti, 2010);
8. Ketidaksesuaian desain infrastruktur dan sarana angkutan untuk wanita dan
orang tua (Parikesit, Kushari, & Novitarini, 2003);
9. Tidak bisa diandalkan sepanjang waktu karena pengaruh fluktuasi air dan
kondisi alam (Susantono, et al, 2004);
10. Aksesibilitas dermaga yang buruk ke pemukiman dan.fasilitas umum
(Kemenhub, Studi Potensi Transportasi Sungai dan Danau di Provinsi Jambi
dan Sumatera Barat,2012);
11. Keterandalan angkutan dari segi jadwal, jam operasi dan hari operasi yang
rendah (Kemenhub, Studi Potensi Transportasi Sungai dan Danau di Jawa
Bagian Barat,2011);
16
12. Kurangnya fasilitas keselamatan di atas kapal (Parikesit, Kushari, &
Novitarini, 2003) terutama karena sulitnya akses kredit (Susantono,
Parikesit, Sutomo, Nanang, & Prasetya, 2004);
13. Kurangnya perhatian pemerintah untuk memberikan subsidi atau upaya lain
untuk memberdayakan potensi angkutan (Parikesit, Kushari, & Novitarini,
2003).
17
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan lalu lintas, dan angkutan jalan, sungai, danau,
penyeberangan, dan angkutan multimoda, serta peningkatan keterpaduan
sistem antar moda dan keselamatan transportasi darat;
d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyelenggaraan lalu lintas, angkutan, sarana, prasarana, sistem lalu lintas
dan angkutan jalan, sungai, danau, penyeberangan, dan angkutan
multimoda, serta peningkatan keterpaduan sistem antar moda dan kesela-
matan transportasi darat.
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyeleng- garaan lalu lintas,
angkutan, sarana, prasarana, sistem lalu lintas dan angkutan jalan, sungai,
danau, penyeberangan, dan angkutan multimoda serta peningkatan
keterpaduan sistem antar moda dan keselamatan transportasi darat;
f. pelaksanaan administrasi direktorat jendral perhubungan darat, dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri.
18
bermotor, akreditasi dan kalibrasi pengujian kendaraan bermotor, karoseri,
agen pemegang merek kendaraan bermotor serta kompetensi sumber daya
manusia bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan
dan teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan:
2) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan teknologi dan
rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
sertifikasi, regis- trasi dan penghapusan/penutuhan sarana angkutan jalan,
sungai, dan danau, teknologi informasi dan komunikasi di bidang sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, pengujian kendaraan
bermotor, akreditasi dan kalibrasi pengujian kendaraan bermotor, karoseri,
agen pemegang merek kendaraan bermotor, harmonisasi dan standardisasi
sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan regulasi tingkat
nasional, regional, dan internasional, kompetensi sumber daya manusia
bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta
teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan;
3) penyiapan penyusunan, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan teknologi dan rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, sertifikasi, registrasi dan penghapusan/penutuhan
sarana angkutan jalan, sungai, dan danau, teknologi informasi dan
komunikasi di bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, pengujian kendaraan bermotor, akreditasi dan kalibrasi
pengujian kendaraan bermotor, karoseri, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, harmonisasi dan standardisasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan regulasi tingkat nasional, regional, dan
internasional, kompetensi sumber daya manusia bidang sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta teknologi sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan;
4) penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengembangan teknologi dan rekayasa sarana angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, sertifikasi, registrasi dan peng- hapusan/penutuhan
sarana angkutan jalan, sungai, dan danau, teknologi informasi dan
komunikasi di bidang sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
19
penyeberangan, pengujian kendaraan bermotor, akre- ditasi dan kalibrasi
pengujian kendaraan bermotor, karoseri, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, harmonisasi dan standardisasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan regulasi tingkat nasional, regional, dan
internasional, kompetensi sumber daya manusia bidang sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta tek- nologi sarana angkutan
jalan, sungai, danau dan penyeberangan;
5) penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan: dan
6) penyiapan pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan
rumah tangga Direktorat.
20
rancangan pengembangan sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, modifikasi kendaraan bermotor, pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, penghapusan kendaraan bermotor,
penutuhan sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang
merek kendaraan bermotor, pelaksanaan harmonisasi dan
standardisasi regulasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan tingkat nasional, regional, dan internasional serta
bengkel dan instalasi konversi energi kendaraan bermotor;
c) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang pengembangan teknologi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, rancangan pengembangan sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penye- berangan, modifikasi
kendaraan bermotor, pengembangan teknologi informasi dan komu-
nikasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
penghapusan kendaraan bermotor, penutuhan sarana angkutan
sungai dan danau, agen pemegang merek kendaraan bermotor,
pelaksanaan harmonisasi dan standardisasi regu- lasi sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan tingkat nasional,
regional, dan internasional serta bengkel dan instalasi konversi
energi kendaraan bermotor;
d) penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pengembangan tekno- logi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, rancangan pengembangan sarana
angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, modifikasi
kendaraan bermotor, pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi sarana ang- kutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, penghapusan kendaraan bermotor, penutuhan
sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang merek kendaraan
bermotor, pelaksanaan harmo- nisasi dan standardisasi regulasi
sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan tingkat
21
nasional, regional, dan internasional serta bengkel dan instalasi
konversi energi kendaraan bermotor, dan
e) penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
teknologi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,
rancangan pengembangan sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, modifikasi kendaraan bermotor, pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi sarana angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, penghapusan kendaraan bermotor,
penutuhan sarana angkutan sungai dan danau, agen pemegang
merek kendaraan bermotor, pelaksanaan harmonisasi dan
standardisasi regulasi sarana angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan tingkat nasional, regional, dan internasional serta
bengkel dan instalasi konversi energi kendaraan bermotor.
22
tugasnya Sub Direktorat Sarana Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan menyelenggarakan fungsi:
23
untungan, di mana tidak penuh, namun masih tetap menunggu. Di samping hal
tersebut, sistem pembukuan adminitrasinya pun belum teratur.
24
G. Proses pelayanan dalam Pelaksanaan Kegiatan ASDP (Angkutan Sungai,
Danau, dan Penyeberangan)
25
mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelangganya
mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemungkinan
sudah lebih dahulu tiba digaris tunggu.
5. Dalam system antrian ini, ada jalur khusus untuk mengakomodir kendaraan
darurat dan VVIP pada setiap trip, jika dalam 30 menit mau keberangkatan
tidak ada kendaraan darurat dan VVIP maka akan diisi oleh kendaraan yang
lain.
6. Saat kendaraan memasuki kapal roro, maka akan dibantu oleh petugas kapal
untuk pengaturan parker kendaraan didalam roro, untuk memaksimalkan
kapasitas kendaraan yang masuk.
7. Desain kartu jenis kartu antrian sistem pembelian kartu:
a. Pembelian kartu di toko/galeri yang bekerja sama dengan pelayanan pelabuhan
roro air putih.
b. Waktu pemesanan bisa dilakukan sebulan sebelum keberangkatan, minimum
30 menit sebelum keberangkatan tergantung ketersiadaan kapasitas kapal pada
trip tersebut.
c. Pembagian trip dilakukan berdasarkan ketersiadaan kapal, trip pertama akan
mendapatkan kartu berwarna merah, trip kedua mendapatkan kartu berwarna
kuningn, dan trip ketiga mendapatkan kartu berwarna hijau, dan trip keempat
mendapatkan kartu berwarna merah dan seterusnya. Jadi hanya ada warna tiga
kartu.
d. Isian data tiket meliputi:
- Nama pesanan (gunanya untuk klaim asuransi penyeberangan);
- Nomor hp (untuk menginformasikan waktu berangkat sudah dekat);
- Merk kendraan;
- Warna kendaraan;
- Nopol kendaraan.
26
Daftar Pustaka
27